02 June 2024

Kamu yang sering naik bis antar kota harus tau nih sejarah perintis Usaha Otobus di Indonesia! Ini adalah cikal bakal dari PO bus yang ada di Indonesia, Sebelum adanya mode transportasi mesin, Masyarakat masih menggunakan transportasi umum berupa pedati (gerobak sapi) untuk angkutan barang dan dokar (kereta kuda) untuk angkutan penumpang. Sekitar tahun 1920an Seorang perantauan keturunan Cina-Jawa dari Kudus yakni Kwa Tjwan Ing bersama istrinya Siauw King Nio memulai usaha Autoverhuurder atau persewaan mobil dengan beberapa unit mobil kecil pada tahun 1921. Autoverhuurder ini melayani berbagai keperluan tidak hanya di dalam kota, namun juga melayani tujuan luar kota. kehadiran layanan sewa mobil, utamanya warga Belanda dan Eropa lain yang antusias dengan moda baru ini. Mereka yang terbiasanya menggunakan moda transportasi dokar mulai berpindah ke moda transportasi mobil. Perpindahan tersebut karena efisiensi waktu karena mobil dapat lebih cepat dari dokar, lebih aman dan nyaman dan lebih prestisius karena harga sewa mobil yang lebih tinggi saat itu. Pada tahun 1923 Kwa Tjwan Ing mempelopori PO bus pertama yang ada di indonesia dengan Brand ESTO yang merupakan akronim dari Eerste Salatigasche Transport Onderneming atau dalam bahasa Indonesia berarti Perusahaan Transportasi Pertama Salatiga Generasi perintis bus menggunakan casis merek Ford, sedangkan generasi kedua bus ESTO teridentifikasi menggunakan sasis merek Chevrolet yang berasal dari Amerika Serikat. Sasis dengan merek Chevrolet ini yang nantinya menjadi sasis favorit pilihan ESTO sampai masa pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Kaca kendaraan hanya terletak di sisi depan, sedangkan pintu serta jendela di sisi samping dan belakang tanpa kaca. Ruangan bus terbagi atas tiga bagian, bagian depan tepat di belakang mesin, bagian tengah, dan bagian belakang. Layanan yang ditawarkan ESTO mengikuti permintaan tatanan sosial saat itu yang memisahkan warga Belanda dengan warga bumiputra. Generasi pertama bus ESTO berkapasitas total 16-18 penumpang termasuk kru. Bagian depan bus berfungsi sebagai ruang kemudi untuk satu pengemudi dan satu penumpang. Bagian tengah diperuntukan sebagai layanan kelas satu berkonfigurasi kursi nyaman menghadap depan untuk warga Belanda, kelas satu ini berkapasitas enam penumpang. Sedangkan yang terakhir, kelas kedua berkonfigurasi bangku rotan panjang menghadap belakang untuk warga bumiputra, kapasitas yang mampu disediakan pada kelas ini yaitu sepuluh penumpang. Penumpang membayar tiket jasa transportasi bus kepada seorang kondektur yang berdiri di pintu belakang dengan tarif yang tentunya berbeda yakni 20 sen untuk kelas satu dan 10 sen untuk kelas dua. Namun sayang sekali Simbah ESTO harus mengakhiri pengabdian di nafas terakhirnya pada tahun 2018, lima tahun sebelum usianya genap menginjak 100 tahun.

 Kamu yang sering naik bis antar kota harus tau nih sejarah perintis Usaha Otobus di Indonesia!


Ini adalah cikal bakal dari PO bus yang ada di Indonesia, Sebelum adanya mode transportasi mesin, Masyarakat masih menggunakan transportasi umum berupa pedati (gerobak sapi) untuk angkutan barang dan dokar (kereta kuda) untuk angkutan penumpang.


Sekitar tahun 1920an Seorang perantauan keturunan Cina-Jawa dari Kudus yakni Kwa Tjwan Ing bersama istrinya Siauw King Nio memulai usaha Autoverhuurder atau persewaan mobil dengan beberapa unit mobil kecil pada tahun 1921. Autoverhuurder ini melayani berbagai keperluan tidak hanya di dalam kota, namun juga melayani tujuan luar kota. 


kehadiran layanan sewa mobil, utamanya warga Belanda dan Eropa lain yang antusias dengan moda baru ini. Mereka yang terbiasanya menggunakan moda transportasi dokar mulai berpindah ke moda transportasi mobil. Perpindahan tersebut karena efisiensi waktu karena mobil dapat lebih cepat dari dokar, lebih aman dan nyaman dan lebih prestisius karena harga sewa mobil yang lebih tinggi saat itu.


Pada tahun 1923 Kwa Tjwan Ing mempelopori PO bus pertama yang ada di indonesia dengan Brand ESTO yang merupakan akronim dari Eerste Salatigasche Transport Onderneming atau dalam bahasa Indonesia berarti Perusahaan Transportasi Pertama Salatiga


Generasi perintis bus menggunakan casis merek Ford, sedangkan generasi kedua bus ESTO teridentifikasi menggunakan sasis merek Chevrolet yang berasal dari Amerika Serikat. Sasis dengan merek Chevrolet ini yang nantinya menjadi sasis favorit pilihan ESTO sampai masa pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Kaca kendaraan hanya terletak di sisi depan, sedangkan pintu serta jendela di sisi samping dan belakang tanpa kaca. Ruangan bus terbagi atas tiga bagian, bagian depan tepat di belakang mesin, bagian tengah, dan bagian belakang.



Layanan yang ditawarkan ESTO mengikuti permintaan tatanan sosial saat itu yang memisahkan warga Belanda dengan warga bumiputra. Generasi pertama bus ESTO berkapasitas total 16-18 penumpang termasuk kru. Bagian depan bus berfungsi sebagai ruang kemudi untuk satu pengemudi dan satu penumpang. Bagian tengah diperuntukan sebagai layanan kelas satu berkonfigurasi kursi nyaman menghadap depan untuk warga Belanda, kelas satu ini berkapasitas enam penumpang. Sedangkan yang terakhir, kelas kedua berkonfigurasi bangku rotan panjang menghadap belakang untuk warga bumiputra, kapasitas yang mampu disediakan pada kelas ini yaitu sepuluh penumpang. Penumpang membayar tiket jasa transportasi bus kepada seorang kondektur yang berdiri di pintu belakang dengan tarif yang tentunya berbeda yakni 20 sen untuk kelas satu dan 10 sen untuk kelas dua.


Namun sayang sekali Simbah ESTO harus mengakhiri pengabdian di nafas terakhirnya pada tahun 2018, lima tahun sebelum usianya genap menginjak 100 tahun.

No comments:

Post a Comment