02 December 2025

SENOPATI MANGGALAYUDA DARI KRATON SURAKARTA KGPH. Kusumoyudo memiliki nama kecil BRM. Lamdani. Ia putra Sri Susuhunan Pakubuwono IV. Ia lahir dari ibu RA. Retnodiningsih putri R. Tumenggung Mangkuyudo III. Ia memiliki wajah yang menawan seperti ayahnya. Ia memiliki sifat yang lembut dan halus budi bahasanya. Ia juga pribadi yang cerdas, tangkas, dan terampil. Ia bersahaja dan tidak membedakan seseorang berdasarkan pangkat dan golongan. KGPH. Kusumoyudo adalah pribadi yang humanis. Ia sangat mengutamakan sikap kasih sayang terhadap sesama. Sejak kecil KGPH. Kusumoyudo mendapatkan pengajaran dari kaum cendekia dan ulama keraton. Selain itu, ia juga mengasah kematangan dirinya dengan laku prihatin. Ia sering berkelana dan bertapa ke luar keraton hingga waktu lama. Ia meninggalkan hidup mewah di dalam keraton. Ia menyamar sebagai rakyat biasa, agar bisa merasakan kondisi kehidupan rakyatnya. KGPH. Kusumoyudo tumbuh menjadi pribadi yang bijaksana dan berjiwa kesatria. Setelah dewasa, ia menikah dengan putri KGPH. Mangkubumi dan memiliki empat orang anak. Salah satu putrinya bernama BRA. Cokronagoro menikah dengan R. Cokrodiwiryo (putra kedua R. Ngabehi Reksodiwiryo). Pada saat Perang Jawa, KGPH. Kusumoyudo diangkat oleh Sri Susuhunan Pakubuwono VI menjadi panglima perang. Ia memiliki karier militer yang cemerlang, hingga berpangkat Letnan Kolonel. KGPH. Kusumoyudo memimpin hulptroepen (pasukan cadangan pribumi) dan bermarkas di tangsi militer Kedhung Kebo. Ia menunjuk R. Ngabehi Reksodiwiryo sebagai senopati pendamping. Ia bertugas sebagai penunjuk jalan dan memetakan wilayah, karena ia sangat memahami bentang alam di daerah Bagelen. Ia juga mampu memanfaatkan kedekatan pribadi dengan banyak kalangan di wilayah Bagelen. R. Ngabehi Reksodiwiryo sangat lihai dalam mengatur strategi perang. Hal ini dibuktikan saat terjadi pertempuran di Urut Sewu (pesisir pantai Jawa bagian selatan). Ketika itu, Urut Sewu menjadi lahan pertanian yang sangat subur. Saat ini, Urut Sewu masuk dalam wilayah Kabupaten Kebumen. Daerah ini merupakan tanah lungguh KGPH. Kusumoyudo di mancanagara bagian barat. KGPH. Kusumoyudo kemudian mengangkat R. Ngabehi Reksodiwiryo menjadi Bupati Tanggung dengan gelar KRT. Cokrojoyo. Wilayah kekuasaannya di sebelah Timur Sungai Bogowonto. KGPH. Kusumoyudo sangatlah dekat dengan R. Ngabehi Resodiwiryo. Mereka sudah lama saling mengenal dan menjadi teman seperjuangan. KGPH. Kusumoyudo sering meminjamkan pusakanya kepada R. Ngabehi Reksodiwiryo sebagai piyandel. Mereka menikahkan putra putrinya, untuk menjaga hubungan kekerabatan. Dari pernikahan ini lahir enam orang anak, yaitu RAA. Cokronagoro III, RA. Adikusumo, RM. Padmokusumo, RA. Suryoadikusumo, RM. Martokusumo, dan RM. Kusumoatmojo. KGPH. Kusumoyudo meninggal dunia pada saat menjenguk putrinya di Purworejo. Beliau dimakamkan di Desa Pangenrejo, Kecamatan Purworejo. Makam beliau berada di dalam Kompleks Batalyon Infanteri Mekanis Raider 412 di Jalan Kesatriyan, Purworejo. Yogyakarta, 28 Desember 2021 ========================= Selasa Pon, 23 Jumadilawal 1955 Tahun Alip Diambil dari tulisan Mas Hendy Purwo Prabowo

 SENOPATI MANGGALAYUDA DARI KRATON SURAKARTA



KGPH. Kusumoyudo memiliki nama kecil BRM. Lamdani. Ia putra Sri Susuhunan Pakubuwono IV. Ia lahir dari ibu RA. Retnodiningsih putri R. Tumenggung Mangkuyudo III. Ia memiliki wajah yang menawan seperti ayahnya. Ia memiliki sifat yang lembut dan halus budi bahasanya. Ia juga pribadi yang cerdas, tangkas, dan terampil. Ia bersahaja dan tidak membedakan seseorang berdasarkan pangkat dan golongan. KGPH. Kusumoyudo adalah pribadi yang humanis. Ia sangat mengutamakan sikap kasih sayang terhadap sesama.


Sejak kecil KGPH. Kusumoyudo mendapatkan pengajaran dari kaum cendekia dan ulama keraton. Selain itu, ia juga mengasah kematangan dirinya dengan laku prihatin. Ia sering berkelana dan bertapa ke luar keraton hingga waktu lama. Ia meninggalkan hidup mewah di dalam keraton. Ia menyamar sebagai rakyat biasa, agar bisa merasakan kondisi kehidupan rakyatnya. KGPH. Kusumoyudo tumbuh menjadi pribadi yang bijaksana dan berjiwa kesatria. Setelah dewasa, ia menikah dengan putri KGPH. Mangkubumi dan memiliki empat orang anak. Salah satu putrinya bernama BRA. Cokronagoro menikah dengan R. Cokrodiwiryo (putra kedua R. Ngabehi Reksodiwiryo).


Pada saat Perang Jawa, KGPH. Kusumoyudo diangkat oleh Sri Susuhunan Pakubuwono VI menjadi panglima perang. Ia memiliki karier militer yang cemerlang, hingga berpangkat Letnan Kolonel. KGPH. Kusumoyudo memimpin hulptroepen (pasukan cadangan pribumi) dan bermarkas di tangsi militer Kedhung Kebo. Ia menunjuk R. Ngabehi Reksodiwiryo sebagai senopati pendamping. Ia bertugas sebagai penunjuk jalan dan memetakan wilayah, karena ia sangat memahami bentang alam di daerah Bagelen. Ia juga mampu memanfaatkan kedekatan pribadi dengan banyak kalangan di wilayah Bagelen.


R. Ngabehi Reksodiwiryo sangat lihai dalam mengatur strategi perang. Hal ini dibuktikan  saat terjadi pertempuran di Urut Sewu (pesisir pantai Jawa bagian selatan). Ketika itu, Urut Sewu menjadi lahan pertanian yang sangat subur. Saat ini, Urut Sewu masuk dalam wilayah Kabupaten Kebumen. Daerah ini merupakan tanah lungguh KGPH. Kusumoyudo di mancanagara bagian barat. KGPH. Kusumoyudo kemudian mengangkat R. Ngabehi Reksodiwiryo menjadi Bupati Tanggung dengan gelar KRT. Cokrojoyo. Wilayah kekuasaannya di sebelah Timur Sungai Bogowonto.


KGPH. Kusumoyudo sangatlah dekat dengan R. Ngabehi Resodiwiryo. Mereka sudah lama saling mengenal dan menjadi teman seperjuangan. KGPH. Kusumoyudo sering meminjamkan pusakanya kepada R. Ngabehi Reksodiwiryo sebagai piyandel. Mereka menikahkan putra putrinya, untuk menjaga hubungan kekerabatan. Dari pernikahan ini lahir enam orang anak, yaitu RAA. Cokronagoro III, RA. Adikusumo, RM. Padmokusumo, RA. Suryoadikusumo, RM. Martokusumo, dan RM. Kusumoatmojo. KGPH. Kusumoyudo meninggal dunia pada saat menjenguk putrinya di Purworejo. Beliau dimakamkan di Desa Pangenrejo, Kecamatan Purworejo. Makam beliau berada di dalam Kompleks Batalyon Infanteri Mekanis Raider 412 di Jalan Kesatriyan, Purworejo.


Yogyakarta, 28 Desember 2021

=========================

Selasa Pon, 23 Jumadilawal 1955 Tahun Alip


Diambil dari tulisan Mas Hendy Purwo Prabowo

No comments:

Post a Comment