Schouwburg Gedong Pelem dan Bioscoop Globe; Tempat Vergadering Penting di Magelang Masa Kolonial
Dunia perbioskopan di Kota Magelang sejatinya sudah sangat meriah sejak masa kolonial dulu. Gedung-gedung bioskop yang merangkap sebagai gedung pertunjukan dan pertemuan tumbuh menjamur disepanjang dekade 1920an hingga 1930an. Diantara banyaknya Gedung pertunjukan (schowburg) dan bioskop yang pernah eksis adalah Bioscoop Globe atau Schowburg “Gedong Pelem”. Data paling awal yang menyebutkan mengenai keberadaan gedung tersebut dapat dilacak dari surat kabar-surat kabar yang terbit diawal dekade 1930.
Berdasarkan laporan surat kabar yang terbit antara bulan Maret hingga Juni tahun 1930 menyebutkan adanya sebuah gedung bioskop dengan nama Biscoop Globe yang dipilih oleh Departement Angkatan Laut (Departement van Marine) untuk memutarkan filmnya kepada anggota organisasi konservatif berhaluan kanan, Varderlansche Club di Magelang. Dari pemberitaan surat kabar lainnya disebutkan pula bahawa gedung bioskop tersebut tidak hanya digunakan untuk menonton gambar hidup, melainkan juga aula dari Bioscoop Globe juga pernah dipilih menjadi lokasi acara pementasan hiburan seperti tari-tarian Jawa, Pantun, Musik Hawaii dan musik keroncong serta drama Belanda untuk penggalangan amal yang dihadiri oleh para pejabat dan tokoh penting Magelang seperti, Mayor Jenderal Van Mourik dari Garnisun kota, Residen Van Pelt, Bupati R.A.A Danoesoegondo, dan Mayor Tionghoa, Liem Yoe Tiang.
Menariknya, nama Bioscoop Globe kemudian seolah-olah menghilang dari surat kabar yang terbit mulai dari bulan Oktober tahun 1930 hingga akhir kuasa kolonial pada 1942. Nama “Gedong Pelem” kemudian lebih sering dipakai di media cetak pada periode ini. Selama kurang lebih 1 dasawarsa nama Gedong Pelem pernah menjadi lokasi berbagai macam pementasan seni dari banyak grup kesenian. Sebut saja, antara tahun 1930 - 1939 berbagai kelompok dan grup pementasan stambul, tonil dan teater termasyur pernah merambah lantai panggung gedung ini untuk menghibur ratusan warga Magelang. Diantaranya grup stambul Miss Riboet yang mahsyur dari Batavia, grup stambul dan kabaret Melayu "Taman Setia", pementasan wayang orang dari Persatuan Sanggar Tari dan Tonil Jawa "Srie Koentjoro", dan penampilan teater Eropa Orpheus Revue/ Theatre Company.
Gedung Pelem juga tidak pernah absen menjadi lokasi pertemuan (vergadering) dari berbagai kalangan dan lapisan masyarakat. Kongres bertaraf nasional seperti kongres ke-7 Perhimpoenan Kaoem Verpleegster(gers), Vroedvrouwen Indonesia atau Perhimpunan Kaum Perawat dan Bidan Indonesia (PKVI) tahun 1939 yang membahas persoalan kebersihan publik, Kuliah umum dan pembahasan isu dikalangan umat Islam seperti pertemuan umum CPII (Komite Persatoean Islam Indonesia), bahkan juga isu - isu publik seperti protes penurunan traif listrik ANIEM pada masa krisis ekonomi global di tahun 1931. Gedong pelem bahkan pernah juga digunakan sebagai lokasi pengungsian korban erupsi Merapi di tahun 1930/1931 selama beberapa bulan.
Ditengah fungsi sosialnya yang penting bagi masyarakat Magelang, Gedong Pelem tidak luput dari aksi bumi hangus pemuda dan TNI pada masa agresi Militer Belanda II pada Desember 1948. Gedong Pelem alias Bioscoop Globe baru dibuka kembali hampir setahun setelahnya pada November 1949 dan pasca peristiwa Magelang Kembali, masyarakat Magelang digratiskan untuk menonton film di Bioscoop Globe dalam rangka merayakan kembalinya Magelang kepangkuan ibu pertiwi.
Nama Bioskop Globe konon pernah dirubah pada masa Orde Lama menjadi bioskop Ampera oleh Presiden Sukarno dan berubah menjadi bioskop Bhima pada masa Orde Baru. Sekarang jejak gedung Gedong Pelem alias Bioskop Globe sudah tidak bersisa lagi. Ia berubah menjadi sebuah gedung perbankan swasta yang hanya menyisakan kisah masa lalu dan kejayaannya saja.
- Chandra Gusta Wisnuwardana -



No comments:
Post a Comment