PANGERAN SAMBERNYAWA
Strategi "Perang Rakyat" di Nagari Brang Etan
Pangeran Sambernyawa, yang kelak diakui sebagai Mangkunegara I, adalah salah satu tokoh militer paling ulung dalam sejarah Jawa abad ke-18. Perjuangannya melawan hegemoni Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) dan elite Mataram tidak hanya mengandalkan keberanian, tetapi juga strategi militer yang brilian: Perang Gerilya atau yang beliau sebut "Perang Rakyat." Efektivitas strategi ini sangat bergantung pada kemampuan beliau mengkondisikan pasukan dan memilih medan tempur yang tepat, yaitu wilayah "nagari brang etan" (negeri sebelah timur).
Arena Strategis: Nagari Brang Etan
Secara geografis, nagari brang etan atau Mancanegara wetan adalah wilayah di timur ibu kota Mataram, membentang dari Karesidenan Madiun hingga timur jauh. Wilayah ini secara tradisional merupakan daerah pinggiran, sehingga kontrol pusat Mataram cenderung lemah, menjadikannya ideal sebagai basis perlawanan.
Dalam konteks ini, wilayah bekas Kadipaten Jipang (yang mencakup Blora dan Bojonegoro) memegang peran strategis yang krusial. Meskipun secara umum berada di arah timur laut, lokasi Jipang yang diapit hutan jati lebat dan dilewati jalur vital Bengawan Solo menjadikannya bagian integral dari arena brang etan. Bagi Pangeran Sambernyawa, daerah Jipang adalah garis depan strategis untuk:
1. Mengganggu Komunikasi dan Logistik: Jalur dari Semarang menuju pedalaman Jawa sering melewati dekat wilayah Jipang. Menguasai atau setidaknya mengacaukan jalur ini memungkinkan pasukan Sambernyawa memotong suplai vital VOC dan Mataram, melemahkan musuh tanpa perlu pertempuran besar.
2. Pangkalan Gerilya: Hutan jati Jipang menyediakan tempat persembunyian, pangkalan sementara, dan sumber daya lokal yang melimpah. Wilayah ini menjadi salah satu "Basis Kekuatan" yang memungkinkan Sambernyawa berpindah-pindah (berpindah mancal) antara Madiun, Ngawi, Ponorogo, hingga Bojonegoro.
Kondisioning Pasukan dalam Strategi "Perang Rakyat"
Keberhasilan Pangeran Sambernyawa tidak terletak pada jumlah pasukannya, melainkan pada kondisioning atau penempaan mereka agar sesuai dengan tuntutan perang gerilya:
- Mobilitas Tinggi dan Pangkalan Bergerak: Pasukan dikondisikan untuk bergerak cepat dan ringan. Konsep "markas permanen" digantikan oleh "pangkalan bergerak" yang didirikan di tempat-tempat terpencil brang etan dan segera ditinggalkan. Strategi ini menghindari pertempuran terbuka yang pasti akan dimenangkan oleh VOC yang bersenjata lebih modern.
- Serangan Mendadak (Hit-and-Run): Pasukan dilatih untuk melakukan Serangan Mendadak, menyerbu pos-pos kecil atau konvoi logistik VOC, dan segera menghilang ke dalam hutan. Taktik ini menciptakan rasa ketidakpastian dan ketakutan yang konstan di pihak musuh, secara efektif menguras moral dan sumber daya mereka.
- Integrasi dengan Rakyat: Esensi Perang Rakyat adalah dukungan total dari masyarakat setempat. Pasukan dikondisikan untuk diterima oleh desa-desa di brang etan, yang berfungsi sebagai mata-mata, penyedia logistik, dan tempat persembunyian. Wilayah seperti Jipang, yang notabene adalah daerah pinggiran, memberikan dukungan laskar rakyat yang kuat.
- Beberapa orang dalam pasukan khusus tersebut yg sering dikenal sebagai "Bergodho Sekawan nDoso" dimana sebagiannya dimakamkan di Bumi Jipang - Bojonegoro
Komposisi ini mencerminkan taktik "Dhedhemitan", "Weweludhan", dan "Jejemblungan" (sembunyi, menyerupai hantu, dan menghilang), yang merupakan inti dari strategi gerilya Sambernyawa.
Pengakuan Eksistensi
Perjuangan Pangeran Sambernyawa di nagari brang etan, termasuk wilayah Kadipaten Jipang dan sekitarnya, merupakan studi kasus klasik mengenai efektivitas perang gerilya. Dengan mengkondisikan pasukannya untuk memiliki mobilitas tinggi, menerapkan disiplin keras, dan membangun integrasi yang kuat dengan rakyat, beliau berhasil mempertahankan perlawanan selama bertahun-tahun. Strategi ini akhirnya memaksa VOC dan Mataram untuk mengakui eksistensinya melalui Perjanjian Salatiga (1757), mengukuhkan Sambernyawa sebagai pendiri Kadipaten Mangkunegaran. Wilayah brang etan bukan hanya medan perang, tetapi merupakan laboratorium strategis yang membuktikan keampuhan kecerdasan militer Raden Mas Said.
Semoga bermanfaat
#NagariBrangEtan
#PejanjianGiyanti
#KadipatenJipang
#NapaktilasPasukanJipang

No comments:
Post a Comment