Ketika Tembok Bicara
Detik-Detik Pangeran Diponegoro Menjebol Dinding Tegalrejo”
Di tengah senja yang merayap pelan pada 20 Juli 1825, kediaman Pangeran Diponegoro di Tegalrejo berubah menjadi lautan kepungan. Asap dari rumah-rumah yang dibakar pasukan Belanda menyesaki udara, sementara teriakan prajurit dan dentingan senjata semakin mendekat.
Di dalam rumah yang semakin panas dan sesak, Pangeran Diponegoro berdiri tegak. Sorot matanya tajam, bukan oleh rasa takut, tetapi oleh kemarahan—karena semua ini bermula dari penghinaan: Belanda menancapkan patok pembangunan jalan di atas makam leluhurnya.
“Sudah saatnya kita pergi,” ujar Pangeran dengan nada tegas.
Ia tahu… jika tetap tinggal, seluruh keluarganya akan binasa.
Tetapi semua pintu telah dijaga. Semua jalan keluar telah ditutup.
Hanya ada satu pilihan: menciptakan jalan mereka sendiri.
Dengan tekad yang mengeras seperti batu, Pangeran Diponegoro menempatkan tangannya pada dinding rumah. Ada yang mengatakan ia menghantamnya dengan kekuatan penuh. Ada pula cerita bahwa kuda kesayangannya, Kyai Gentayu, ikut menerjang tembok itu. Versi lain menyebutkan para pengikutnya membantu merobohkan dinding itu dari dalam.
Yang pasti, suara retakan menggema—disusul runtuhan batu bata yang berserakan di tanah.
Dinding itu jebol. Dan dari celah itu, secercah harapan muncul.
Pangeran Diponegoro segera memimpin keluarganya keluar melewati lubang tersebut. Di luar sana, jalan menuju hutan dan perbukitan Bantul menanti. Mereka bergerak cepat menuju Gua Selarong, tempat sunyi yang kelak menjadi markas perlawanan terbesar dalam sejarah Jawa.
Di dalam kegelapan goa, Diponegoro bermeditasi, merenung, dan menyusun strategi.
Dari tembok yang dijebol itulah dimulai babak baru:
Perang Diponegoro — perang besar yang mengguncang Jawa selama lima tahun.
Dan hari ini, lubang tembok itu tetap berdiri sebagai saksi bisu…
bahwa seorang ksatria lebih memilih melawan daripada tunduk atas penghinaan terhadap leluhurnya.
---
📝 Penutup & Koreksi Fakta
Kisah menjebol dinding memiliki beberapa versi dalam tradisi lisan dan catatan sejarah, sehingga tidak ada versi tunggal yang sepenuhnya disepakati. Ada yang menyebutkan dilakukan dengan tangan kosong, dengan kuda Kyai Gentayu, atau dibantu para laskar. Semua versi sepakat bahwa tindakan itu adalah titik awal pelarian Pangeran Diponegoro menuju Gua Selarong, sebelum meletusnya Perang Jawa.
Sumber : Tri Prawiro Mintardjo
#PangeranDiponegoro #PerangDiponegoro #SejarahIndonesia #Tegalrejo #GuaSelarong
#PerangJawa #SejarahNusantara #PahlawanNasional #HistoryID #KontenSejarah
#Diponegoro #IndonesiaHeritage #LegacyOfJava #FaktaSejarah

No comments:
Post a Comment