23 June 2024

Sejarah Magelang - Tetangga Pak H Hesselink • H Hesselink adalah seorang pedagang yang diduga imigran asal Overijssel - Gelderland, kota kecil di timur Belanda. • Di sebelah selatan bangunan ini (Poncol; Magelang) dahulu terdapat toko serba ada bernama Toko Hesselink. Toko Hesselink menjual alat tulis kantor, kereta bayi, jam weker, koper, rokok, sepeda bahkan sepeda motor. • Diduga Pak Hesellink ini adalah salah satu penanggung jawab majalah Magelang Vooruit yang diterjemahkan menjadi “Kemajuan Magelang”. Pak Hasselink masuk di Asosiasi-Vereeniging Magelang Vooruit sebagai bendahara. • Toko Hesselink berperan penting membantu segala macam pendanaan untuk kemajuan Kota Magelang, termasuk mengadakan rally motor yang legendaris sekitar tahun 1935. • #CeritaMagelang #HarapanMagelang • Foto 1: 📷 Olympus TG-4 Ca (2024) Foto 2: KITLV (1927) Foto 3: koleksi Bagus Priyana (KTM) Foto 4: antique addict (1935) • #Dinoiki karo #JamanMbiyen meh satus tahun kapengker.

 Tetangga Pak H Hesselink

H Hesselink adalah seorang pedagang yang diduga imigran asal Overijssel - Gelderland, kota kecil di timur Belanda.

Di sebelah selatan bangunan ini (Poncol; Magelang) dahulu terdapat toko serba ada bernama Toko Hesselink. Toko Hesselink menjual alat tulis kantor, kereta bayi, jam weker, koper, rokok, sepeda bahkan sepeda motor.

Diduga Pak Hesellink ini adalah salah satu penanggung jawab majalah Magelang Vooruit yang diterjemahkan menjadi “Kemajuan Magelang”. Pak Hasselink masuk di Asosiasi-Vereeniging Magelang Vooruit sebagai bendahara.

Toko Hesselink berperan penting membantu segala macam pendanaan untuk kemajuan Kota Magelang, termasuk mengadakan rally motor yang legendaris sekitar tahun 1935.

#CeritaMagelang

#HarapanMagelang






Foto 1: 📷 Olympus TG-4 Ca (2024)

Foto 2: KITLV (1927)

Foto 3: koleksi Bagus Priyana (KTM)

Foto 4: antique addict (1935)

Penulis : Ryan Adyatma

#Dinoiki karo #JamanMbiyen meh satus tahun kapengker.

21 June 2024

Gambar kenangan tokoh-tokoh SI dan Dajaksche Bond (yang kemudian menggabungkan diri menjadi "Nationale Borneo Conferentie") pada tahun 1923. Adapun 3 orang diantaranya adalah wartawan, perintis pers Indonesia di Kalimantan. masing-masing Rajo Sutan Maraja Sayuthi Lubis (duduk tengah), Mohd Horman (berdiri nomor dua dari kanan) dan Housman Babu (berdiri nomor 3 dari kiri- tanpa songkok). Dalam gambar juga nampak Chudrie Thaib (anak kecil yang duduk paling kiri), pada tahun 1930 juga menjadi wartawan. Sumber: Harian Abadi, 19 Desember 1973 Halaman 2 Kolom 6. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team)

 Gambar kenangan tokoh-tokoh SI dan Dajaksche Bond (yang kemudian menggabungkan diri menjadi "Nationale Borneo Conferentie") pada tahun 1923. Adapun 3 orang diantaranya adalah wartawan, perintis pers Indonesia di Kalimantan. masing-masing Rajo Sutan Maraja Sayuthi Lubis (duduk tengah), Mohd Horman (berdiri nomor dua dari kanan) dan Housman Babu (berdiri nomor 3 dari kiri- tanpa songkok). Dalam gambar juga nampak Chudrie Thaib (anak kecil yang duduk paling kiri), pada tahun 1930 juga menjadi wartawan. 



Sumber: Harian Abadi, 19 Desember 1973 Halaman 2 Kolom 6. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team)

20 June 2024

KERAJAAN MATARAM KUNO Kerajaan Mataram Kuno, juga dikenal sebagai Medang, merupakan kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada abad ke-8 hingga abad ke-10. Berikut adalah kronologi singkat dari awal hingga akhir Kerajaan Mataram Kuno: 1. AWAL BERDIRI (ABAD KE 8) Pendirinya adalah Sanjaya berdasarkan Prasasti Canggal (732 M), Sanjaya dianggap sebagai pendiri kerajaan. Dia memerintah di daerah sekitar Gunung Merapi dan Dieng. 2. KEKUASAAN WANGSA SANJAYA DAN WANGSA SYAILENDRA Mataram Kuno diperintah oleh dua dinasti, yaitu Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu dan Wangsa Syailendra yang beragama Buddha. Kedua wangsa ini terkadang bersaing, tetapi juga saling berhubungan melalui pernikahan. 3. MASA KEEMASAN SYAILENDRA Pada masa ini, Wangsa Syailendra mendominasi dengan pembangunan Candi Borobudur sebagai bukti kebesaran mereka. Raja terkenal dari wangsa ini adalah Rakai Panangkaran. 4. PUNCAK KEJAYAAN (ABAD KE 9) 4.1 Rakai Pikatan (856 M) Dari Wangsa Sanjaya, Rakai Pikatan menikah dengan Pramodhawardhani dari Wangsa Syailendra, untuk mempererat hubungan kedua dinasti. Selama masa pemerintahannya, candi-candi besar seperti Prambanan didirikan. 5. PERIODE JAWA TIMUR Mpu Sindok (929 M) Mpu Sindok memindahkan pusat kerajaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, diduga karena letusan Gunung Merapi atau alasan politik dan keamanan. Ia mendirikan Wangsa Isyana di Jawa Timur dan memulai dinasti baru. 6. MASA AKHIR (ABAD KE 10) 6.1 Dharmawangsa Teguh (991-1016 M) Dharmawangsa Teguh berusaha memperluas kekuasaan ke Bali dan Sumatera. Ia juga memerintahkan penyalinan ulang kitab Mahabharata. 6.2 Serangan Sriwijaya (1016 M) Pada tahun 1016, Mataram Kuno diserang oleh Sriwijaya. Serangan ini menyebabkan kehancuran besar, termasuk kematian Raja Dharmawangsa Teguh. Peristiwa ini dikenal sebagai **Pralaya** atau kehancuran. 7. MASA TRANSISI DAN AKHIR Airlangga (1019-1042 M) Airlangga, keponakan Dharmawangsa, berhasil menyelamatkan diri dan kemudian mendirikan Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur pada tahun 1019. Pemerintahannya dianggap sebagai kelanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno dengan nama baru. 8. PEMBAGIAN KERAJAAN (1045 M) Menjelang akhir pemerintahannya, Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua bagian untuk menghindari konflik suksesi, yaitu Kerajaan Janggala dan Kerajaan Panjalu (Kediri). 9. KESIMPULAN Kerajaan Mataram Kuno berkembang pesat dengan perpaduan budaya Hindu dan Buddha, meninggalkan warisan budaya yang kaya berupa candi-candi megah. Namun, perpecahan internal dan serangan dari luar menyebabkan keruntuhan kerajaan ini, yang kemudian dilanjutkan oleh dinasti-dinasti baru di Jawa Timur. Sumber : "Sejarah Nasional Indonesia", "History of Java" oleh Sir Thomas Stamford Raffles, "Negara dan Rakyat dalam Citra Prasasti: Kajian Epigrafis tentang Prasasti-Prasasti Jawa Kuno Abad IX-X" oleh Boechari. #fyp #fypviralシ #fbpropemula #fb #sejarah

 KERAJAAN MATARAM KUNO


Kerajaan Mataram Kuno, juga dikenal sebagai Medang, merupakan kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada abad ke-8 hingga abad ke-10. Berikut adalah kronologi singkat dari awal hingga akhir Kerajaan Mataram Kuno:



1. AWAL BERDIRI (ABAD KE 8)

Pendirinya adalah Sanjaya berdasarkan Prasasti Canggal (732 M), Sanjaya dianggap sebagai pendiri kerajaan. Dia memerintah di daerah sekitar Gunung Merapi dan Dieng.


2. KEKUASAAN WANGSA SANJAYA DAN WANGSA SYAILENDRA

Mataram Kuno diperintah oleh dua dinasti, yaitu Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu dan Wangsa Syailendra yang beragama Buddha. Kedua wangsa ini terkadang bersaing, tetapi juga saling berhubungan melalui pernikahan.


3. MASA KEEMASAN SYAILENDRA

Pada masa ini, Wangsa Syailendra mendominasi dengan pembangunan Candi Borobudur sebagai bukti kebesaran mereka. Raja terkenal dari wangsa ini adalah Rakai Panangkaran.


4. PUNCAK KEJAYAAN (ABAD KE 9) 

4.1 Rakai Pikatan (856 M)

Dari Wangsa Sanjaya, Rakai Pikatan menikah dengan Pramodhawardhani dari Wangsa Syailendra, untuk mempererat hubungan kedua dinasti. Selama masa pemerintahannya, candi-candi besar seperti Prambanan didirikan.


5. PERIODE JAWA TIMUR

Mpu Sindok (929 M)

Mpu Sindok memindahkan pusat kerajaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, diduga karena letusan Gunung Merapi atau alasan politik dan keamanan. Ia mendirikan Wangsa Isyana di Jawa Timur dan memulai dinasti baru.


6. MASA AKHIR (ABAD KE 10)

6.1 Dharmawangsa Teguh (991-1016 M)

Dharmawangsa Teguh berusaha memperluas kekuasaan ke Bali dan Sumatera. Ia juga memerintahkan penyalinan ulang kitab Mahabharata.


6.2 Serangan Sriwijaya (1016 M)

Pada tahun 1016, Mataram Kuno diserang oleh Sriwijaya. Serangan ini menyebabkan kehancuran besar, termasuk kematian Raja Dharmawangsa Teguh. Peristiwa ini dikenal sebagai **Pralaya** atau kehancuran.


7. MASA TRANSISI DAN AKHIR

Airlangga (1019-1042 M)

Airlangga, keponakan Dharmawangsa, berhasil menyelamatkan diri dan kemudian mendirikan Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur pada tahun 1019. Pemerintahannya dianggap sebagai kelanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno dengan nama baru.


8. PEMBAGIAN KERAJAAN (1045 M)

Menjelang akhir pemerintahannya, Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua bagian untuk menghindari konflik suksesi, yaitu Kerajaan Janggala dan Kerajaan Panjalu (Kediri).


9. KESIMPULAN

Kerajaan Mataram Kuno berkembang pesat dengan perpaduan budaya Hindu dan Buddha, meninggalkan warisan budaya yang kaya berupa candi-candi megah. Namun, perpecahan internal dan serangan dari luar menyebabkan keruntuhan kerajaan ini, yang kemudian dilanjutkan oleh dinasti-dinasti baru di Jawa Timur.


Sumber : 

"Sejarah Nasional Indonesia", "History of Java" oleh Sir Thomas Stamford Raffles, "Negara dan Rakyat dalam Citra Prasasti: Kajian Epigrafis tentang Prasasti-Prasasti Jawa Kuno Abad IX-X" oleh Boechari. 


#fyp #fypviralシ #fbpropemula #fb #sejarah

19 June 2024

KENAPA ADA NEGARA INGGRIS? SEMUA DIMULAI DARI SINI PERTEMPURAN HASTINGS Perang Hastings terjadi pada tahun 1066 dan merupakan peristiwa penting dalam sejarah Inggris yang memunculkan William the Conqueror sebagai raja baru Inggris. Ini adalah pertempuran antara pasukan William dari Normandia, yang dipimpin oleh William sendiri, dan Harold II dari Inggris, yang merupakan raja Anglo-Saxon saat itu. LATAR BELAKANG Setelah kematian raja Anglo-Saxon Edward the Confessor, Harold II diangkat sebagai raja Inggris pada Januari 1066. Namun, William dari Normandia mengklaim bahwa Edward sebelumnya telah menunjuknya sebagai pewaris tahta Inggris. Hal ini memicu invasi William untuk menuntut haknya sebagai raja. PERANG HASTINGS Pertempuran berlangsung pada 14 Oktober 1066 di Hastings, Sussex. Meskipun Harold II dan pasukannya berhasil mengalahkan pasukan Norwegia dalam Pertempuran Stamford Bridge beberapa hari sebelumnya, mereka harus segera bergerak ke selatan untuk menghadapi pasukan William yang mendarat di Inggris. AKIBAT PERTEMPURAN Dalam pertempuran yang sengit, pasukan William akhirnya berhasil mengalahkan Harold II, yang tewas dalam pertempuran tersebut. William kemudian dinobatkan sebagai Raja William I dari Inggris pada Natal tahun 1066 di Westminster Abbey. PENGARUH TERHADAP SEJARAH DUNIA 1. Penyatuan Inggris William the Conqueror menyatukan Inggris di bawah pemerintahan Norman, yang menggabungkan elemen budaya Norman dan Anglo-Saxon. Ini menciptakan fondasi bagi perkembangan negara modern Inggris. 2. Perubahan Sosial dan Politik Kemenangan Norman di Hastings menyebabkan penggantian aristokrasi Anglo-Saxon dengan yang Norman, dan membawa sistem feodal yang lebih terstruktur ke Inggris. 3. Pengaruh Bahasa Meskipun William sendiri tidak bisa bahasa Inggris, dominasi Norman-Norman di Inggris mempengaruhi evolusi bahasa Inggris, dengan kata-kata dan struktur bahasa Norman yang memasuki bahasa Inggris. 4. Pembentukan Kerajaan Inggris William the Conqueror membangun kastil-kastil dan mengatur struktur administratif yang kuat, memperkuat kekuasaan kerajaan dan mempersiapkan jalan bagi pembentukan kerajaan yang kuat di kemudian hari. Dengan demikian, Perang Hastings dan kemenangan William the Conqueror memiliki dampak yang mendalam terhadap sejarah Inggris dan membentuk fondasi bagi perkembangan negara modern Inggris serta bahasa dan budayanya. Sumber : 1066: The Year of the Conquest" oleh David Howarth, "The Norman Conquest: The Battle of Hastings and the Fall of Anglo-Saxon England" oleh Marc Morris, "The Norman Conquest: A Very Short Introduction" oleh George Garnett, 1066 and All That: A Memorable History of England" oleh W. C. Sellar dan R. J. Yeatman, The Battle of Hastings: The Fall of Anglo-Saxon England" oleh Harriet Harvey Wood dan berbagai sumber lain. #fyp #fbpro #sejarah #sejarahdunia #inggris

 KENAPA ADA NEGARA INGGRIS? 

SEMUA DIMULAI DARI SINI

PERTEMPURAN HASTINGS


Perang Hastings terjadi pada tahun 1066 dan merupakan peristiwa penting dalam sejarah Inggris yang memunculkan William the Conqueror sebagai raja baru Inggris. Ini adalah pertempuran antara pasukan William dari Normandia, yang dipimpin oleh William sendiri, dan Harold II dari Inggris, yang merupakan raja Anglo-Saxon saat itu.



LATAR BELAKANG

Setelah kematian raja Anglo-Saxon Edward the Confessor, Harold II diangkat sebagai raja Inggris pada Januari 1066. Namun, William dari Normandia mengklaim bahwa Edward sebelumnya telah menunjuknya sebagai pewaris tahta Inggris. Hal ini memicu invasi William untuk menuntut haknya sebagai raja.


PERANG HASTINGS

Pertempuran berlangsung pada 14 Oktober 1066 di Hastings, Sussex. Meskipun Harold II dan pasukannya berhasil mengalahkan pasukan Norwegia dalam Pertempuran Stamford Bridge beberapa hari sebelumnya, mereka harus segera bergerak ke selatan untuk menghadapi pasukan William yang mendarat di Inggris.


AKIBAT PERTEMPURAN

Dalam pertempuran yang sengit, pasukan William akhirnya berhasil mengalahkan Harold II, yang tewas dalam pertempuran tersebut. William kemudian dinobatkan sebagai Raja William I dari Inggris pada Natal tahun 1066 di Westminster Abbey.


PENGARUH TERHADAP SEJARAH DUNIA

1. Penyatuan Inggris

William the Conqueror menyatukan Inggris di bawah pemerintahan Norman, yang menggabungkan elemen budaya Norman dan Anglo-Saxon. Ini menciptakan fondasi bagi perkembangan negara modern Inggris.

   

2. Perubahan Sosial dan Politik

Kemenangan Norman di Hastings menyebabkan penggantian aristokrasi Anglo-Saxon dengan yang Norman, dan membawa sistem feodal yang lebih terstruktur ke Inggris.


3. Pengaruh Bahasa

Meskipun William sendiri tidak bisa bahasa Inggris, dominasi Norman-Norman di Inggris mempengaruhi evolusi bahasa Inggris, dengan kata-kata dan struktur bahasa Norman yang memasuki bahasa Inggris.


4. Pembentukan Kerajaan Inggris

William the Conqueror membangun kastil-kastil dan mengatur struktur administratif yang kuat, memperkuat kekuasaan kerajaan dan mempersiapkan jalan bagi pembentukan kerajaan yang kuat di kemudian hari.


Dengan demikian, Perang Hastings dan kemenangan William the Conqueror memiliki dampak yang mendalam terhadap sejarah Inggris dan membentuk fondasi bagi perkembangan negara modern Inggris serta bahasa dan budayanya.


Sumber : 1066: The Year of the Conquest" oleh David Howarth, "The Norman Conquest: The Battle of Hastings and the Fall of Anglo-Saxon England" oleh Marc Morris, "The Norman Conquest: A Very Short Introduction" oleh George Garnett, 1066 and All That: A Memorable History of England" oleh W. C. Sellar dan R. J. Yeatman, The Battle of Hastings: The Fall of Anglo-Saxon England" oleh Harriet Harvey Wood dan berbagai sumber lain.


#fyp #fbpro #sejarah #sejarahdunia #inggris

18 June 2024

Sejarah Magelang - Atas dulu, Brug in den weg naar den Boroboedoer, Magelang, 1906 1915. .,. Bawah kini, Jembatan Kali Progo Brojonalan, Jl Bala Putra Dewa, Kabupaten Magelang, 2024 Sumber : Bintoro Hoepoedio

 



Atas dulu, Brug in den weg naar den Boroboedoer, Magelang, 1906 1915. .,. 

Bawah kini, Jembatan Kali Progo Brojonalan, Jl Bala Putra Dewa, Kabupaten Magelang, 2024


Sumber : Bintoro Hoepoedio


Sejarah Magelang - Kondisi jalan yang menuju ke Hospital Military Magelang sekitar tahun 1920an dibandingkan dengan kondisi saat ini tahun 2024. Berarti bagian depan RST dahulu masih berupa lahan kosong yang sangat luas. Buk atau jembatan yang terlihat di dalam foto tersebut melintasi saluran Kali Manggis.

 Kondisi jalan yang menuju ke Hospital Military Magelang sekitar tahun 1920an dibandingkan dengan kondisi saat ini tahun 2024. 

Berarti bagian depan RST dahulu masih berupa lahan kosong yang sangat luas. 

Buk atau jembatan yang terlihat di dalam foto tersebut melintasi saluran Kali Manggis.

Sumber/Penulis : Orchid Breeder




Sejarah Magelang - Balaikota Magelang, sekitar tahun 1930 Raadhuis Magelang, ca 1930

 Balaikota Magelang, sekitar tahun 1930



Raadhuis Magelang, ca 1930

Sumber : Bintoro Hoepoedio

17 June 2024

DAFTAR KERAJAAN PENGUASA PULAU KALIMANTAN 1. Kerajaan Kutai Martadipura Lokasi di Kalimantan Timur. Berdiri sejak sekitar abad ke-4 Masehi. Raja yang terkenal Raja Mulawarman. Kutai Martadipura dianggap sebagai kerajaan tertua di Indonesia, dengan bukti prasasti Yupa yang menunjukkan keberadaannya. 2. Kerajaan Kutai Kartanegara Lokasi di Kalimantan Timur. Berdiri sejak sekitar abad ke-13 atau ke-14 Masehi oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti. Kutai Kartanegara berubah menjadi Kerajaan Islam pada abad ke-16 di bawah Raja Aji Mahkota, yang kemudian gelarnya berubah menjadi Sultan. Setelah menaklukkan Kerajaan Kutai Martadipura Kerajaan Kutai Kartanegara menguasai wilayah yang cukup luas di Kalimantan. Pada era kolonialisme meski berada di bawah pengaruh Belanda pada abad ke-19, kerajaan ini tetap memiliki otonomi internal. Saat ini bekas wilayah kesultanan Kutai Kartanegara menjadi bagian dari Provinsi Kalimantan Timur. 3. Kerajaan Banjar Lokasi di Kalimantan Selatan. Berdiri pada Abad ke-16 Masehi. Raja yang terkenal Sultan Suriansyah. Kerajaan Banjar berperan penting dalam penyebaran Islam di Kalimantan Selatan. 4. Kerajaan Sambas Lokasi di Kalimantan Barat. Berdiri pada abad ke-13 Masehi. Raja yang terkenal Sultan Muhammad Shafiuddin I. Kerajaan Sambas berperan penting dalam sejarah perdagangan dan penyebaran Islam di wilayah Kalimantan Barat. 5. Kerajaan Tanjungpura Lokasi di Kalimantan Barat. Berdiri pada abad ke-14 Masehi. Raja yang terkenal Sultan Muhammad Zainuddin. Kerajaan ini memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di Kalimantan. 6. Kerajaan Pontianak Lokasi di Kalimantan Barat. Berdiri pada akhir abad ke-18 Masehi. Didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Kalimantan Barat. Kerajaan-kerajaan ini memainkan peran penting dalam perkembangan sejarah, budaya, agama, dan ekonomi di Kalimantan. Warisan mereka masih dapat dilihat dalam tradisi, bangunan bersejarah, dan pengaruh budaya yang berlanjut hingga saat ini. Sumber : Hikayat dan Sejarah Melayu, Wikipedia dan diolah dari berbagai sumber #fyp #fbpro #sejarah #kalimantan #fypviralシ

 DAFTAR KERAJAAN

PENGUASA PULAU KALIMANTAN



1. Kerajaan Kutai Martadipura

Lokasi di Kalimantan Timur. Berdiri sejak sekitar abad ke-4 Masehi. Raja yang terkenal Raja Mulawarman.

Kutai Martadipura dianggap sebagai kerajaan tertua di Indonesia, dengan bukti prasasti Yupa yang menunjukkan keberadaannya.


2. Kerajaan Kutai Kartanegara

Lokasi di Kalimantan Timur. Berdiri sejak sekitar abad ke-13 atau ke-14 Masehi oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti.

Kutai Kartanegara berubah menjadi Kerajaan Islam pada abad ke-16 di bawah Raja Aji Mahkota, yang kemudian gelarnya berubah menjadi Sultan.

Setelah menaklukkan Kerajaan Kutai Martadipura Kerajaan Kutai Kartanegara menguasai wilayah yang cukup luas di Kalimantan. Pada era kolonialisme meski berada di bawah pengaruh Belanda pada abad ke-19, kerajaan ini tetap memiliki otonomi internal. Saat ini bekas wilayah kesultanan Kutai Kartanegara menjadi bagian dari Provinsi Kalimantan Timur.


3. Kerajaan Banjar

Lokasi di Kalimantan Selatan. Berdiri pada Abad ke-16 Masehi. Raja yang terkenal Sultan Suriansyah. Kerajaan Banjar berperan penting dalam penyebaran Islam di Kalimantan Selatan.


4. Kerajaan Sambas

Lokasi di Kalimantan Barat. Berdiri pada abad ke-13 Masehi. Raja yang terkenal Sultan Muhammad Shafiuddin I.

Kerajaan Sambas berperan penting dalam sejarah perdagangan dan penyebaran Islam di wilayah Kalimantan Barat.


5. Kerajaan Tanjungpura

Lokasi di Kalimantan Barat. Berdiri pada abad ke-14 Masehi. Raja yang terkenal Sultan Muhammad Zainuddin. Kerajaan ini memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di Kalimantan.


6. Kerajaan Pontianak

Lokasi di Kalimantan Barat. Berdiri pada akhir abad ke-18 Masehi. Didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Kalimantan Barat.


Kerajaan-kerajaan ini memainkan peran penting dalam perkembangan sejarah, budaya, agama, dan ekonomi di Kalimantan. Warisan mereka masih dapat dilihat dalam tradisi, bangunan bersejarah, dan pengaruh budaya yang berlanjut hingga saat ini.


Sumber : Hikayat dan Sejarah Melayu, Wikipedia dan diolah dari berbagai sumber


#fyp #fbpro #sejarah #kalimantan #fypviralシ

SEJARAH DAN ASAL USUL SEMAR Semar adalah nama tokoh utama dalam punakawan (bersama Gareng, Petruk dan Bagong) di pewayangan Jawa. Di Indonesia tokoh ini cukup populer karena dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para ksatria Pandawa dalam wiracarita Mahabharata. Meski demikian, nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli wiracarita tersebut, karena tokoh ini memang merupakan ciptaan tulen pujangga Jawa. Terdapat 4 versi asal usul Semar 1. Dalam versi naskah Serat Kanda dikisahkan, penguasa kahyangan bernama Sang Hyang Batara Nurrasa memiliki dua orang putra bernama Sang Hyang Batara Tunggal dan Sang Hyang Batara Wenang. Karena Sang Hyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sang Hyang Wenang. Dari Sang Hyang Wenang kemudian diwariskan kepada putranya yang bernama Batara Guru. Sang Hyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama Semar. 2. Dalam versi naskah Paramayoga dikisahkan, Sang Hyang Tunggal adalah anak dari Sang Hyang Wenang. Sang HyangTunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti atau Batari Rakti, seorang putri raja jin kepiting bernama Sang Hyang Yuyut. Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian berubah menjadi dua orang pria. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang berkulit hitam, dan Manikmaya untuk yang berkulit putih. Ismaya merasa rendah diri sehingga membuat Sanghyang Tunggal kurang berkenan. Takhta kahyangan pun diwariskan kepada Manikmaya, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi kedudukan sebagai penguasa alam Sunyaruri, atau tempat tinggal golongan makhluk halus. Putra sulung Ismaya yang bernama Batara Wungkuhan memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan Smarasanta, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernama Resi Manumayasa dan berlanjut sampai ke anak-cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar pun menjadi sosok yang sangat ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini, Semar adalah cucu dari Ismaya. 3. Dalam versi naskah Purwakanda dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat orang putra bernama Sang Hyang Batara Puguh, Sang Hyang Batara Punggung, Sang Hyang Batara Manan, dan Sang Hyang Batara Samba. Suatu hari terdengar kabar bahwa takhta kahyangan akan diwariskan kepada Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa iri. Samba pun diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan tersebut diketahui oleh ayah mereka. Sanghyang Tunggal pun mengutuk ketiga putranya tersebut menjadi buruk rupa. Puguh berganti nama menjadi Togog Tejomantri sedangkan Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan Samba, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Manan mendapat pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian bergelar Batara Narada atau Resi Kanekaputra dan diangkat sebagai penasihat Batara Guru. 4. Dalam versi naskah Purwacarita dikisahkan, Sanghyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati putri Sanghyang Rekatatama. Dari perkawinan itu lahir sebutir telur yang bercahaya. Sanghyang Tunggal dengan perasaan kesal membanting telur itu sehingga pecah menjadi tiga bagian, yaitu cangkang, putih, dan kuning telur. Ketiganya masing-masing menjelma menjadi laki-laki. Yang berasal dari cangkang diberi nama Antaga, yang berasal dari putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang berasal dari kuningnya diberi nama Manikmaya. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya berselisih karena masing-masing ingin menjadi pewaris takhta kahyangan. Keduanya pun mengadakan perlombaan menelan gunung. Antaga berusaha melahap gunung tersebut dengan sekali telan namun justru mengalami kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya menggunakan cara lain, yaitu dengan memakan gunung tersebut sedikit demi sedikit. Setelah melewati beberapa hari seluruh bagian gunung pun berpindah ke dalam tubuh Ismaya, tetapi tidak berhasil ia keluarkan. Akibatnya sejak saat itu Ismaya pun bertubuh bulat. Sanghyang Tunggal mengetahui ambisi dan keserakahan kedua putranya itu. Mereka pun dihukum menjadi manusia biasa dan harus turun ke dunia ,Manikmaya yang kemudian diangkat sebagai raja kahyangan Tribhuwana, bergelar Batara Guru. Antaga dan Ismaya pun turun ke dunia. Masing-masing memakai nama Togog Tejomantri mempunyai teman Bilung Sarawita yang ditugaskan untuk mengemong mengasuh atau menuntun bangsa yang berwatak serakah bengis kejam angkara murka (Kurawa) dan Semar ditugaskan untuk mengasuh mengemong menuntun para manusia Satria yang mempunyai watak santun berbudi pekerti luhur (Pandawa). Itulah sejarah dan kisah asal usul Tokoh Semar semoga bermanfaat. Sumber : Wikipedia, Slamet Muljana (1979) Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhrathara P.J. Zoetmulder (1983) Kalangwan. Sastra Jawa Kuno selayang pandang. Jakarta: Djambatan. #sejarahdunia #fypviralシ #sejarah #fbpro #fypシ゚

 SEJARAH DAN ASAL USUL SEMAR


Semar adalah nama tokoh utama dalam punakawan (bersama Gareng, Petruk dan Bagong) di pewayangan Jawa. Di Indonesia tokoh ini cukup populer karena dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para ksatria Pandawa dalam wiracarita Mahabharata. Meski demikian, nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli wiracarita tersebut, karena tokoh ini memang merupakan ciptaan tulen pujangga Jawa.

Terdapat 4 versi asal usul Semar


1. Dalam versi naskah Serat Kanda dikisahkan, penguasa kahyangan bernama Sang Hyang Batara Nurrasa memiliki dua orang putra bernama Sang Hyang Batara Tunggal dan Sang Hyang Batara Wenang. Karena Sang Hyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sang Hyang Wenang. Dari Sang Hyang Wenang kemudian diwariskan kepada putranya yang bernama Batara Guru. Sang Hyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama Semar.



2. Dalam versi naskah Paramayoga dikisahkan, Sang Hyang Tunggal adalah anak dari Sang Hyang Wenang. Sang HyangTunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti atau Batari Rakti, seorang putri raja jin kepiting bernama Sang Hyang Yuyut. Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian berubah menjadi dua orang pria. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang berkulit hitam, dan Manikmaya untuk yang berkulit putih. Ismaya merasa rendah diri sehingga membuat Sanghyang Tunggal kurang berkenan. Takhta kahyangan pun diwariskan kepada Manikmaya, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi kedudukan sebagai penguasa alam Sunyaruri, atau tempat tinggal golongan makhluk halus. Putra sulung Ismaya yang bernama Batara Wungkuhan memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan Smarasanta, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernama Resi Manumayasa dan berlanjut sampai ke anak-cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar pun menjadi sosok yang sangat ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini, Semar adalah cucu dari Ismaya.


3. Dalam versi naskah Purwakanda dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat orang putra bernama Sang Hyang Batara Puguh, Sang Hyang Batara Punggung, Sang Hyang Batara Manan, dan Sang Hyang Batara Samba. Suatu hari terdengar kabar bahwa takhta kahyangan akan diwariskan kepada Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa iri. Samba pun diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan tersebut diketahui oleh ayah mereka. Sanghyang Tunggal pun mengutuk ketiga putranya tersebut menjadi buruk rupa. Puguh berganti nama menjadi Togog Tejomantri sedangkan Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan Samba, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Manan mendapat pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian bergelar Batara Narada atau Resi Kanekaputra dan diangkat sebagai penasihat Batara Guru.


4. Dalam versi naskah Purwacarita dikisahkan, Sanghyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati putri Sanghyang Rekatatama. Dari perkawinan itu lahir sebutir telur yang bercahaya. Sanghyang Tunggal dengan perasaan kesal membanting telur itu sehingga pecah menjadi tiga bagian, yaitu cangkang, putih, dan kuning telur. Ketiganya masing-masing menjelma menjadi laki-laki. Yang berasal dari cangkang diberi nama Antaga, yang berasal dari putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang berasal dari kuningnya diberi nama Manikmaya. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya berselisih karena masing-masing ingin menjadi pewaris takhta kahyangan. Keduanya pun mengadakan perlombaan menelan gunung. Antaga berusaha melahap gunung tersebut dengan sekali telan namun justru mengalami kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya menggunakan cara lain, yaitu dengan memakan gunung tersebut sedikit demi sedikit. Setelah melewati beberapa hari seluruh bagian gunung pun berpindah ke dalam tubuh Ismaya, tetapi tidak berhasil ia keluarkan. Akibatnya sejak saat itu Ismaya pun bertubuh bulat. Sanghyang Tunggal mengetahui ambisi dan keserakahan kedua putranya itu. Mereka pun dihukum menjadi manusia biasa dan harus turun ke dunia ,Manikmaya yang kemudian diangkat sebagai raja kahyangan Tribhuwana, bergelar Batara Guru. Antaga dan Ismaya pun turun ke dunia. Masing-masing memakai nama Togog Tejomantri mempunyai teman Bilung Sarawita yang ditugaskan untuk mengemong mengasuh atau menuntun bangsa yang berwatak serakah bengis kejam angkara murka (Kurawa) dan Semar ditugaskan untuk mengasuh mengemong menuntun para manusia Satria yang mempunyai watak santun berbudi pekerti luhur (Pandawa).


Itulah sejarah dan kisah asal usul Tokoh Semar semoga bermanfaat. 


Sumber : Wikipedia, 

Slamet Muljana (1979) Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhrathara

P.J. Zoetmulder (1983) Kalangwan. Sastra Jawa Kuno selayang pandang. Jakarta: Djambatan.


 #sejarahdunia #fypviralシ #sejarah #fbpro #fypシ゚

SIR WILLIAM WALLACE PEJUANG KEMERDEKAAN SKOTLANDIA PROFIL Sir William Wallace adalah seorang bangsawan Skotlandia yang dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam Perang Kemerdekaan Skotlandia melawan Inggris pada akhir abad ke-13. William Wallace lahir sekitar tahun 1270 di Elderslie, Renfrewshire, Skotlandia. Beliau berasal dari keluarga bangsawan kecil; tidak banyak informasi mengenai masa kecil dan pendidikan awalnya. Perjuangan beliau dipicu oleh penindasan Inggris di bawah pemerintahan Raja Edward I, serta kematian istri dan keluarganya oleh pasukan Inggris. KARIR MILITER DAN PEPERANGAN 1. Pemberontakan Awal (1297) Memulai perlawanan melawan Inggris dengan mengumpulkan pasukan kecil yang terdiri dari para petani dan bangsawan yang tidak puas. 2. Pertempuran Stirling Bridge (1297) Memimpin pasukan Skotlandia meraih kemenangan besar melawan Inggris, meningkatkan reputasi dan dukungan bagi perjuangannya. Dari kemenangan itu beliau diangkat sebagai "Guardian of Scotland" bersama Andrew Moray setelah kemenangan di Stirling Bridge. 3. Pertempuran Falkirk (1298) Mengalami kekalahan besar dari pasukan Inggris di bawah Raja Edward I, yang menyebabkan penurunan dukungannya di kalangan bangsawan Skotlandia. AKHIR PERANG Karena pengkhianatan bangsawan Skotlandia, John de Menteith, William Wallace akhirnya bditangkap oleh pasukan Inggris di dekat Glasgow pada 1305 Sir William Wallace diadili di London atas tuduhan pengkhianatan dan eksekusi pada tanggal 23 Agustus 1305. Diceritakan William Wallace dihukum mati dengan sangat sadis dari digantung hingga lemas, ditarik kereta kuda, dicincang hidup-hidup, dan dipenggal kepalanya. WARISAN Sir William Wallace dianggap sebagai pahlawan nasional Skotlandia dan simbol perjuangan kemerdekaan dari Inggris. Kisah kepahlawanannya menginspirasi generasi berikutnya dalam Perang Kemerdekaan Skotlandia, termasuk Robert the Bruce yang berhasil mencapai kemerdekaan pada tahun 1328. William Wallace dikenang karena keberanian dan dedikasinya terhadap kemerdekaan Skotlandia, meskipun perjuangannya berakhir tragis. Sumber : "The Wallace" oleh Blind Harry, Kronik Skotlandia, Kronik-kronik abad pertengahan "Scotichronicon" karya Walter Bower dan "Chronica Gentis Scotorum" karya John of Fordun dan berbagai sumber lain #fyp #fbpro #sejarah #sejarahdunia #fypviralシ

 SIR WILLIAM WALLACE

PEJUANG KEMERDEKAAN SKOTLANDIA


PROFIL

Sir William Wallace adalah seorang bangsawan Skotlandia yang dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam Perang Kemerdekaan Skotlandia melawan Inggris pada akhir abad ke-13.

William Wallace lahir sekitar tahun 1270 di Elderslie, Renfrewshire, Skotlandia. Beliau berasal dari keluarga bangsawan kecil; tidak banyak informasi mengenai masa kecil dan pendidikan awalnya. Perjuangan beliau dipicu oleh penindasan Inggris di bawah pemerintahan Raja Edward I, serta kematian istri dan keluarganya oleh pasukan Inggris.



KARIR MILITER DAN PEPERANGAN

1. Pemberontakan Awal (1297)

Memulai perlawanan melawan Inggris dengan mengumpulkan pasukan kecil yang terdiri dari para petani dan bangsawan yang tidak puas.

2. Pertempuran Stirling Bridge (1297)

Memimpin pasukan Skotlandia meraih kemenangan besar melawan Inggris, meningkatkan reputasi dan dukungan bagi perjuangannya. Dari kemenangan itu beliau diangkat sebagai "Guardian of Scotland" bersama Andrew Moray setelah kemenangan di Stirling Bridge.

3. Pertempuran Falkirk (1298)

Mengalami kekalahan besar dari pasukan Inggris di bawah Raja Edward I, yang menyebabkan penurunan dukungannya di kalangan bangsawan Skotlandia.


AKHIR PERANG

Karena pengkhianatan bangsawan Skotlandia, John de Menteith, William Wallace akhirnya bditangkap oleh pasukan Inggris di dekat Glasgow pada 1305

Sir William Wallace diadili di London atas tuduhan pengkhianatan dan eksekusi pada tanggal 23 Agustus 1305. Diceritakan William Wallace dihukum mati dengan sangat sadis dari digantung hingga lemas, ditarik kereta kuda, dicincang hidup-hidup, dan dipenggal kepalanya.


WARISAN

Sir William Wallace dianggap sebagai pahlawan nasional Skotlandia dan simbol perjuangan kemerdekaan dari Inggris.

Kisah kepahlawanannya menginspirasi generasi berikutnya dalam Perang Kemerdekaan Skotlandia, termasuk Robert the Bruce yang berhasil mencapai kemerdekaan pada tahun 1328.

William Wallace dikenang karena keberanian dan dedikasinya terhadap kemerdekaan Skotlandia, meskipun perjuangannya berakhir tragis.


Sumber :

"The Wallace" oleh Blind Harry, Kronik Skotlandia, Kronik-kronik abad pertengahan "Scotichronicon" karya Walter Bower dan "Chronica Gentis Scotorum" karya John of Fordun dan berbagai sumber lain


#fyp #fbpro #sejarah #sejarahdunia #fypviralシ

15 June 2024

GAYA MEMBOKONG PENGUASA JAWA Bila kita mengamati dan menelaah sejarah Jawa, bahwa membokong atau menikam musuh dari belakang merupakan salah satu teknik perang yang biasa digunakan orang Jawa. Ken Arok menyingkirkan Tunggul Ametung dengan cara membokong, Ken Arok wafat karena dibokong, Raja Singasari terakhir lengser karena dibokong, Jayakatwang lengser karena dibokong. Nah Raden Wijaya mendirikan Majapahit juga karena membokong Mongol. Jika diamati, bahwa teknik membokong orang Jawa dalam memenangkan pertempuran ini biasanya dilakukan ketika lawan yang dihadapi lebih besar. Artinya dia yang membokong dalam posisi lebih lemah dan atau dalam keadaan terjepit. Satu lagi contohnya, Ketika Amangkurat I Raja Mataram dikalahkan oleh Pemberontak dan kemudian wafat dalam pelarian, putranya Amangkurat II juga dalam memperoleh kekuasaannya kembali dan membangun kerajaan tinggalan bapaknya yang porak poranda juga menggunakan teknik membokong. Amangkurat II sebetulnya tau, bahwa VOC adalah salah satu pihak yang mendanai Pangeran Trunojoyo, VOC masa ini wataknya sama Kaya Arya Wiraraja dalam masa Majapahit, bermain dua kaki. Karena hal itulah Amangkurat II mendekati VOC, lalu apa yang dilakukan Amangkurat II ? yaitu mendekati dan mengiming-imingi VOC suatu wilayah jajahan apabila sanggup menyingkirkan para Pemberontak Trunojoyo. Apa yang terjadi ? VOC akhirnya dengan tololnya mau membantu Amangkurat II, bayangkan mau membantu Pangeran yang terbuang dalam pelarian yang sama sekali tidak punya kerajaan karena sudah direbut musuh. Hal ini sama dengan tololnya Mongol yang mau membantu Raden Wijaya seorang Penguasa kampung Majapahit untuk menaklukkan Kediri. Aneh kan .....? Jadi teknik semacam itu bisa dilakukan hanya dengan kecerdasan diplomasi yang luar biasa sehingga orang atau pihak yang mau membantu seperti dihipnotis dan mau membantu. Berikut ini adalah lukisan Belanda yang menggambarkan Tentara VOC dan Tentara Bayaran dari Bugis menyerang Trunojoyo dan kemudian menghabisinya. Kamu tau dimana Amangkurat II ? dia sedang santai, menunggu keberhasilan Belanda membabad musuh-musuhnya. Selepas kekalahan Trunojoyo, Amangkurat II kemudian berhasil mendirikan Kerajaan Mataram lagi. Olehnya Belanda dikasih wilayah bekas Mataram, sementara para tentara Bayaran dari Bugis yang direkomendasikan Belanda dikasih tanah tempat tinggal. #mbokong #jawa #nusantara Jangan lupa like dan follow saya untuk mendapatkan informasi unik berikutnya ya

 GAYA MEMBOKONG PENGUASA JAWA


Bila kita mengamati dan menelaah sejarah Jawa, bahwa membokong atau menikam musuh dari belakang merupakan salah satu teknik perang yang biasa digunakan orang Jawa. 



Ken Arok menyingkirkan Tunggul Ametung dengan cara membokong, Ken Arok wafat karena dibokong, Raja Singasari terakhir lengser karena dibokong, Jayakatwang lengser karena dibokong. Nah Raden Wijaya mendirikan Majapahit juga karena membokong Mongol. 


Jika diamati, bahwa teknik membokong orang Jawa dalam memenangkan pertempuran ini biasanya dilakukan ketika lawan yang dihadapi lebih besar. Artinya dia yang membokong dalam posisi lebih lemah dan atau dalam keadaan terjepit. 


Satu lagi contohnya, Ketika Amangkurat I Raja Mataram dikalahkan oleh Pemberontak dan kemudian wafat dalam pelarian, putranya Amangkurat II juga dalam memperoleh kekuasaannya kembali dan membangun kerajaan tinggalan bapaknya yang porak poranda juga menggunakan teknik membokong. 


Amangkurat II sebetulnya tau, bahwa VOC adalah salah satu pihak yang mendanai Pangeran Trunojoyo, VOC masa ini wataknya sama Kaya Arya Wiraraja dalam masa Majapahit, bermain dua kaki. 


Karena hal itulah Amangkurat II mendekati VOC, lalu apa yang dilakukan Amangkurat II ? yaitu mendekati dan mengiming-imingi VOC suatu wilayah jajahan apabila sanggup menyingkirkan para Pemberontak Trunojoyo. 


Apa yang terjadi ?


VOC akhirnya dengan tololnya mau membantu Amangkurat II, bayangkan mau membantu Pangeran yang terbuang dalam pelarian yang sama sekali tidak punya kerajaan karena sudah direbut musuh. Hal ini sama dengan tololnya Mongol yang mau membantu Raden Wijaya seorang Penguasa kampung Majapahit untuk menaklukkan Kediri. Aneh kan .....? 


Jadi teknik semacam itu bisa dilakukan hanya dengan kecerdasan diplomasi yang luar biasa sehingga orang atau pihak yang mau membantu seperti dihipnotis dan mau membantu. 


Berikut ini adalah lukisan Belanda yang menggambarkan Tentara VOC dan Tentara Bayaran dari Bugis menyerang Trunojoyo dan kemudian menghabisinya. 


Kamu tau dimana Amangkurat II ? dia sedang santai, menunggu keberhasilan Belanda membabad musuh-musuhnya. 


Selepas kekalahan Trunojoyo, Amangkurat II kemudian berhasil mendirikan Kerajaan Mataram lagi. Olehnya Belanda dikasih wilayah bekas Mataram, sementara para tentara Bayaran dari Bugis yang direkomendasikan Belanda dikasih tanah tempat tinggal.


#mbokong #jawa #nusantara


Jangan lupa like dan follow saya untuk mendapatkan informasi unik berikutnya ya

13 June 2024

PORT ROYAL KOTA SANG CAPTAIN "JACK SPARROW" YANG TENGGELAM KE DASAR LAUT Bagi kalian penggemar film "Pirates Of The Caribbean" dengan Captain iconic Jack Sparrow tentu tidak asing dengan kota ini. Yupz ini adalah Port Royal sebuah kota yang pernah menjadi kota terbesar, pusat perkapalan dan perdagangan di Laut Karibia, Jamaika pada abad ke-17. Didirikan pada tahun 1494 oleh Spanyol. Pada saat itu, kota ini menjadi kota "paling kaya sekaligus paling terkutuk" di seluruh dunia. Disebut terkutuk karena moral penduduk di kota ini sudah sebegitu hancur dan menjadi sarang bajak laut yang ingin menyimpan dan menghabiskan harta mereka. Sebuah gempa bumi berkekuatan besar menghancurkan kota ini pada tanggal 7 Juni 1692 yang menyebabkan 2/3 bagian dari kota tenggelam ke Laut Karibia hingga 25 kaki (sekitar 8 meter) di bawah permukaan laut. Setelah peristiwa tersebut, para arkeologis menyebut kota ini sebagai kota yang tenggelam (City that sank). Berbagai artefak dan harta yang terkandung di dalamnya, menjadikan kota ini sebagai salah satu situs arkeologi bawah laut paling penting di dunia barat (Western hemisphere). Sumber : Davis, Nick (25 July 2012). "Jamaica's 'wickedest city' Port Royal banks on heritage". BBC News.

 PORT ROYAL

KOTA SANG CAPTAIN "JACK SPARROW"

YANG TENGGELAM KE DASAR LAUT



Bagi kalian penggemar film "Pirates Of The Caribbean" dengan Captain iconic Jack Sparrow tentu tidak asing dengan kota ini. 


Yupz ini adalah Port Royal sebuah kota yang pernah menjadi kota terbesar, pusat perkapalan dan perdagangan di Laut Karibia, Jamaika pada abad ke-17. Didirikan pada tahun 1494 oleh Spanyol. 


Pada saat itu, kota ini menjadi kota "paling kaya sekaligus paling terkutuk" di seluruh dunia. Disebut terkutuk karena moral penduduk di kota ini sudah sebegitu hancur dan menjadi sarang bajak laut yang ingin menyimpan dan menghabiskan harta mereka.


Sebuah gempa bumi berkekuatan besar menghancurkan kota ini pada tanggal 7 Juni 1692 yang menyebabkan 2/3 bagian dari kota tenggelam ke Laut Karibia hingga 25 kaki (sekitar 8 meter) di bawah permukaan laut. 


Setelah peristiwa tersebut, para arkeologis menyebut kota ini sebagai kota yang tenggelam (City that sank). Berbagai artefak dan harta yang terkandung di dalamnya, menjadikan kota ini sebagai salah satu situs arkeologi bawah laut paling penting di dunia barat (Western hemisphere). 


Sumber : Davis, Nick (25 July 2012). "Jamaica's 'wickedest city' Port Royal banks on heritage". BBC News.

12 June 2024

TOILET ZAMAN ROMAWI Peradaban Romawi kuno yang dimulai 753 SM sudah mengenal toilet umum. Hanya saja toilet pada masa itu tidak memiliki sekat, masyarakat di masa itu menggunakannya bersama-sama. Bentuknya berupa bangku panjang yang menempel di sepanjang tembok ruangan dan dengan lubang pembuangan di bagian tengahnya. Di masa itu toilet layaknya tempat nongkrong favorit, orang beramai-ramai menunaikan hajat masing-masing sambil membicarakan berbagai hal mulai dari kehidupan sehari-hari, urusan bisnis, hobi sampai urusan politik. Untuk ceboknya, karena di masa itu belum ada tisu jadi untuk membersihkan diri mereka menggunakan Tersoria. Tersoria adalah batang kayu dengan spon diujungnya sebagai alat cebok toilet umum yang digunakan secara bersama-sama. Tertarik buat model seperti ini di rumah hehehe ?? Sumber : Wikipedia, Quora.com #fyp #sejarah #fbpro #toilet #romawi

 TOILET ZAMAN ROMAWI


Peradaban Romawi kuno yang dimulai 753 SM sudah mengenal toilet umum. Hanya saja toilet pada masa itu tidak memiliki sekat, masyarakat di masa itu menggunakannya bersama-sama. Bentuknya berupa bangku panjang yang menempel di sepanjang tembok ruangan dan dengan lubang pembuangan di bagian tengahnya. Di masa itu toilet layaknya  tempat nongkrong favorit, orang beramai-ramai menunaikan hajat masing-masing sambil membicarakan berbagai hal mulai dari kehidupan sehari-hari, urusan bisnis, hobi sampai urusan politik.



Untuk ceboknya, karena di masa itu belum ada tisu jadi untuk membersihkan diri mereka menggunakan Tersoria. Tersoria adalah batang kayu dengan spon diujungnya sebagai alat cebok toilet umum yang digunakan secara bersama-sama.


Tertarik buat model seperti ini di rumah hehehe ?? 


Sumber : Wikipedia, Quora.com


#fyp #sejarah #fbpro #toilet #romawi

10 June 2024

Iklan lampu senter merek Eveready tahun 1936. Barangkali alat ini yang paling membantu ketika listrik belum terjangkau seperti saat ini. Ketika perjalanan malam, masuk ruang gelap atau mencari sesuatu ditempat yang gelap, lampu senter menjadi pilihan karena mudah dibawa kemana-mana dan cahayanya yang terang. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI Sumber : Fikiran, 3 Januari 1936 halaman 2 (Skala Team) #senter #lampu #penerangan

 Iklan lampu senter merek Eveready tahun 1936. Barangkali alat ini yang paling membantu ketika listrik belum terjangkau seperti saat ini. Ketika perjalanan malam, masuk ruang gelap atau mencari sesuatu ditempat yang gelap, lampu senter menjadi pilihan karena mudah dibawa kemana-mana dan cahayanya yang terang. 



Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI

Sumber : Fikiran, 3 Januari 1936 halaman 2 (Skala Team)


#senter #lampu #penerangan

Menjelang Hari Raya Idul Adha, biasanya banyak para penjual hewan qurban mulai menggelar lapak di sepanjang pinggir jalan raya. Seperti yang terjadi pula di tahun 1991 ini. Menghadapi Hari Raya Idul Adha 1411 H, banyak pedagang hewan qurban di pinggir jalan Raya Bogor (Daerah Cibubur), Jakarta Timur. Mereka menjual hewan qurban berupa kambing yang didatangkan dari Pulau Madura. Harga yang dibandrol untuk 1 ekor kambing pada saat itu berkisar antara Rp. 130.000 sampai dengan Rp. 250.000.- Berikut adalah potret suasana pada saat para pedagang hewan qurban tersebut sedang menjajakan kambingnya. Sumber: Suara Pembaruan, 22 Juni 1991 Halaman 15 Kolom 4. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team) #IdulAdha #HewanQurban

 Menjelang Hari Raya Idul Adha, biasanya banyak para penjual hewan qurban mulai menggelar lapak di sepanjang pinggir jalan raya. Seperti yang terjadi pula di tahun 1991 ini. Menghadapi Hari Raya Idul Adha 1411 H,  banyak pedagang hewan qurban di pinggir jalan Raya Bogor (Daerah Cibubur), Jakarta Timur. Mereka menjual hewan qurban berupa kambing yang didatangkan dari Pulau Madura. Harga yang dibandrol untuk 1 ekor kambing pada saat itu berkisar antara Rp. 130.000 sampai dengan Rp. 250.000.- Berikut adalah potret suasana pada saat para pedagang hewan qurban tersebut sedang menjajakan kambingnya. 



Sumber: Suara Pembaruan, 22 Juni 1991 Halaman 15 Kolom 4. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team)


#IdulAdha

#HewanQurban

Kapal Jung Kapal Raksasa Kerajaan Demak Tahun 1513 M Pati Unus menyerang Portugis di Malaka dengan kekuatan terdiri dari 100 kapal dan 12.000 personil. Sekitar 30 dari mereka adalah jung besar seberat 350–600 ton (pengecualian untuk kapal utama Pati Unus), sisanya adalah kapal jenis lancaran, penjajap, dan kelulus. Gambaran besarnya perahu Demak terlihat dari surat yang ditulis Fernão Pires de Andrade, Kapten armada yang menghalau Pati Unus di tanggal 22 Februari 1513 kepada Alfonso de Albuquerque. "Jung milik Pati Unus adalah yang terbesar yang dilihat oleh orang-orang dari daerah ini. Ia membawa seribu orang tentara di kapal, dan Yang Mulia dapat mempercayaiku ... bahwa itu adalah hal yang sangat luar biasa untuk dilihat, karena Anunciada di dekatnya tidak terlihat seperti sebuah kapal sama sekali. Kami menyerangnya dengan bombard, tetapi bahkan tembakan yang terbesar tidak menembusnya di bawah garis air, dan (tembakan) esfera (meriam besar Portugis)[catatan 2] yang saya miliki di kapal saya berhasil masuk tetapi tidak tembus; kapal itu memiliki tiga lapisan logam, yang semuanya lebih dari satu cruzado tebalnya.[catatan 3] Dan kapal itu benar-benar sangat mengerikan bahkan tidak ada orang yang pernah melihat sejenisnya. Butuh waktu tiga tahun untuk membangunnya, Yang Mulia mungkin pernah mendengar cerita di Malaka tentang Pati Unus, yang membuat armada ini untuk menjadi raja Malaka. -Fernão Pires de Andrade, Cartas, III, hlm. 59" Sumber : Winstedt, Richard Olaf (1935). "A History of Malaya". Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society, sulunuswantarabhakti.co.id dan berbagai sumber lain #fyp #sejarah #fbspro #kapal

 Kapal Jung

Kapal Raksasa Kerajaan Demak


Tahun 1513 M Pati Unus menyerang Portugis di Malaka dengan kekuatan terdiri dari 100 kapal dan 12.000 personil. Sekitar 30 dari mereka adalah jung besar seberat 350–600 ton (pengecualian untuk kapal utama Pati Unus), sisanya adalah kapal jenis lancaran, penjajap, dan kelulus. 



Gambaran besarnya perahu Demak terlihat dari surat yang ditulis Fernão Pires de Andrade, Kapten armada yang menghalau Pati Unus di tanggal 22 Februari 1513 kepada Alfonso de Albuquerque. 


"Jung milik Pati Unus adalah yang terbesar yang dilihat oleh orang-orang dari daerah ini. Ia membawa seribu orang tentara di kapal, dan Yang Mulia dapat mempercayaiku ... bahwa itu adalah hal yang sangat luar biasa untuk dilihat, karena Anunciada di dekatnya tidak terlihat seperti sebuah kapal sama sekali. Kami menyerangnya dengan bombard, tetapi bahkan tembakan yang terbesar tidak menembusnya di bawah garis air, dan (tembakan) esfera (meriam besar Portugis)[catatan 2] yang saya miliki di kapal saya berhasil masuk tetapi tidak tembus; kapal itu memiliki tiga lapisan logam, yang semuanya lebih dari satu cruzado tebalnya.[catatan 3] Dan kapal itu benar-benar sangat mengerikan bahkan tidak ada orang yang pernah melihat sejenisnya. Butuh waktu tiga tahun untuk membangunnya, Yang Mulia mungkin pernah mendengar cerita di Malaka tentang Pati Unus, yang membuat armada ini untuk menjadi raja Malaka.

-Fernão Pires de Andrade, Cartas, III, hlm. 59"


Sumber : Winstedt, Richard Olaf (1935). "A History of Malaya". Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society, sulunuswantarabhakti.co.id dan berbagai sumber lain


#fyp #sejarah #fbspro #kapal

09 June 2024

"Mas, saya nanti jemput ya di Stasiun Tugu, kereta sampai Jogja jam 17 " begitu kira-kira whatsap yg kita kirim ke saudara kita minta agar dijemput. Kita bisa kirim beberapa jam sebelumnya. Kalau ada delay kita bisa segera whatsap. Beberapa periode sebelumnya, bukan whatsap tetapi "short message service" ( sms ) yg berbiaya. Sekitar tahun 90an, belum ada hp, admin memastikan sehari sebelumnya ke wartel, telepon interlokal minta agar besok dijemput. Kira-kira tahun 1910, salah satu media tercepat adalah dengan telegram Makhluk apa itu telegram? Sebagian anak Gen Z dan Alfa pasti kebingungan... Sidang pembaca sejarah jogya yg old timer aka generasi jadul pasti udah tau apa itu telegram. Telegram adalah semacam tulisan singkat yang biasanya berisi pemberitahuan ringkas, memang sangat ringkas bahkan. Ini contoh telegram zaman Belanda, saat itu kantor pos nya bernama "Gouvernements Post en Telegraaf Dienst" (Dinas Pos dan Telegrap Pemerintah) Dikirim oleh seorang Pangeran dari Soerakarta (Koesoemodiningrat) ditujukan kepada Pangeran Adipati Soerjodilogo (mungkin ini Pakualam) bertanggal 1/9/1910. Bunyinya : Besoek pagi dateng Toeloeng Kreta Toegoe Djam 9 Khas telegram yg memang harus singkat ! Maksudnya besuk pagi akan datang dari Solo ke Jogja, tolong dijemput di stasiun Tugu jam 9 ! Lha kalo keretanya molor? Ya nasibnya yg jemput.. nunggu dengan sabar krn belum ada whatsap hehe Sumber arsip DIY

 "Mas, saya nanti jemput ya di Stasiun Tugu, kereta sampai Jogja jam 17 " begitu kira-kira whatsap yg kita kirim ke saudara kita minta agar dijemput. 



Kita bisa kirim beberapa jam  sebelumnya. Kalau ada delay kita bisa segera whatsap. 


Beberapa periode sebelumnya, bukan whatsap tetapi "short message service" ( sms ) yg berbiaya.

Sekitar tahun 90an, belum ada hp, admin memastikan sehari sebelumnya ke wartel, telepon interlokal minta agar besok dijemput.


Kira-kira tahun 1910, salah satu media tercepat adalah dengan telegram

Makhluk apa itu telegram?

Sebagian anak Gen Z dan Alfa pasti kebingungan...

Sidang pembaca sejarah jogya yg old timer aka generasi jadul pasti udah tau apa itu telegram. 

Telegram adalah semacam tulisan singkat yang biasanya berisi pemberitahuan ringkas, memang sangat ringkas bahkan.


Ini contoh telegram zaman Belanda, saat itu kantor pos nya bernama "Gouvernements Post en Telegraaf Dienst" (Dinas Pos dan Telegrap Pemerintah)


Dikirim oleh seorang Pangeran dari Soerakarta (Koesoemodiningrat) ditujukan kepada Pangeran Adipati Soerjodilogo (mungkin ini Pakualam) bertanggal 1/9/1910.


Bunyinya :

Besoek pagi dateng

Toeloeng Kreta Toegoe

Djam 9


Khas telegram yg memang harus singkat !

Maksudnya besuk pagi akan datang dari Solo ke Jogja, tolong dijemput di stasiun Tugu jam 9 !


Lha kalo keretanya molor? Ya nasibnya yg jemput.. nunggu dengan sabar krn belum ada whatsap hehe


Sumber arsip DIY

💢SEJARAH SOTO💢 Ada yang menyebut : Soto, Coto ( Makassar), Tauto ( Tauto = Tauco soto, Pekalongan ) , Sroto ( Purwokerto - Banyumas). Tergantung dari daerah masing-masing di Indonesia. Istilah Soto sendiri dikenal secara luas. Tergantung penggunaan bahan utama masakan berkuah tersebut. Ada soto ayam, soto sapi, soto kerbau, soto itik (bebek), soto kikil, soto bekicot dan sebagainya. Juga Soto dengan embel-embel penamaan wilayah atau kotanya. Seperti Soto Betawi, Soto Mie Bogor, Soto Semarang, Soto Kudus, Soto Bandung, Soto Lamongan, Soto Madura, Soto Padang, Soto Banjar dan lain-lain. Masakan Khas Tionghoa Denys Lombard, sejarawan Perancis, pernah menulis dalam bukunya : Nusa Jawa Silang Budaya: Jaringan Asia, mencatat orang-orang Tionghoa sangat berperan penting bagi kelahiran masakan Soto. Kata Soto awalnya dari bahasa Mandarin : caudu atau jao to. Masakan khas Tionghoa tersebut, lanjut Denys Lombard, kali pertama populer di Semarang pada abad ke-19. Soto pun menjadi produk hibrid, mengakar pada percampuran beragam tradisi budaya kuliner. Penelitian Ary Budiyanto dan Intan Kusuma Wardhani bertajuk “Menyantap Soto Melacak Jao To Merekonstruksi (Ulang). Jejak Hibriditas Budaya Kuliner Cina dan Jawa" (2013) dari Institute for Research and Community Service Petra Christian Univesity mengungkapkan bahwa soto sebenarnya datang dari Cina. Dijelaskan, istilah “soto" merujuk dari salah satu jenis makanan Cina yang dalam dialek Hokkian disebut : cau do, jao to, atau chau tu, yang artinya jeroan dengan berbagai jenis rempah-rempah. Di Indonesia, soto pertama kali dikenal di pesisir pantai utara Jawa pada abad ke-19 Masehi, yakni masakan berkuah dengan potongan daging atau jeroan. Dalam catatan Troppenmuseum Belanda 1919, Soto disebut sebagai : Chinese soep, dimasak di atas komfoor (anglo), diberi rode lombok en lombok rawit, een fles ketjap (soja), saat menyajikan pedagangnya duduk di atas Javaans houten bankje ( alias dingklik) dijajakan dengan menggunakan platte pikoelan van bamboe. Pakai Kunyit Pengaruh India Pengaruh Tionghoa tercermin pada paduan bahan soto seperti : mie, bihun atau soun, bawang putih goreng, tauco, penggunaan sendok bebek dan mangkuk sup keramik Tiongkok. Sementara pengaruh India dari penggunaan kunyit di beberapa Soto seperti kari di India. Dari dapur kaum Tionghoa, soto menjalar ke masyarakat lokal pada saat itu. Penggunaan daging pun tak sebatas daging ayam dan daging sapi, makin lama semakin beragam. Seperti Soto Bebek dari Tegal, Soto Kelinci di Lembang, Soto Kerbau dari Kudus, Soto Kepiting dari Banjarmasin, Soto Bandeng di Lamongan dan Bangkalan, dan Soto Bekicot di Kediri. Daniel Supriyono, dari berbagai sumber Foto-foto: KITLV / Troppenmuseum Netherlands.

 💢SEJARAH SOTO💢


Ada yang menyebut : Soto, Coto ( Makassar), Tauto ( Tauto = Tauco soto, Pekalongan ) ,  Sroto ( Purwokerto - Banyumas). Tergantung dari daerah masing-masing di Indonesia. Istilah Soto sendiri dikenal secara luas. Tergantung penggunaan bahan utama masakan berkuah tersebut. 



Ada soto ayam, soto sapi, soto kerbau, soto itik (bebek), soto kikil,  soto bekicot dan sebagainya.  Juga Soto dengan embel-embel  penamaan wilayah atau kotanya. Seperti Soto Betawi, Soto Mie Bogor, Soto Semarang, Soto Kudus, Soto Bandung, Soto Lamongan, Soto Madura, Soto Padang, Soto Banjar dan lain-lain. 


Masakan Khas Tionghoa 


Denys Lombard, sejarawan Perancis, pernah menulis dalam bukunya :  Nusa Jawa Silang Budaya: Jaringan Asia, mencatat orang-orang Tionghoa sangat berperan penting bagi kelahiran masakan Soto. 


Kata Soto awalnya dari bahasa Mandarin :  caudu atau jao to. Masakan khas Tionghoa tersebut, lanjut Denys Lombard, kali pertama populer di Semarang pada abad ke-19. Soto pun menjadi produk hibrid, mengakar pada percampuran beragam tradisi budaya kuliner. 


Penelitian Ary Budiyanto dan Intan Kusuma Wardhani bertajuk “Menyantap Soto Melacak Jao To Merekonstruksi (Ulang).  Jejak Hibriditas Budaya Kuliner Cina dan Jawa" (2013) dari Institute for Research and Community Service Petra Christian Univesity mengungkapkan bahwa soto sebenarnya datang dari Cina. 


Dijelaskan, istilah “soto" merujuk dari salah satu jenis makanan Cina yang dalam dialek Hokkian disebut : cau do, jao to, atau chau tu, yang artinya jeroan dengan berbagai jenis rempah-rempah. 


Di Indonesia, soto pertama kali dikenal di pesisir pantai utara Jawa pada abad ke-19 Masehi, yakni masakan berkuah dengan potongan daging atau jeroan.


Dalam catatan Troppenmuseum Belanda 1919,  Soto disebut sebagai : Chinese soep, dimasak di atas komfoor (anglo), diberi rode lombok en lombok rawit, een fles ketjap (soja), saat menyajikan pedagangnya duduk di atas Javaans houten bankje ( alias dingklik)  dijajakan dengan menggunakan platte pikoelan van bamboe. 


Pakai Kunyit Pengaruh India 


Pengaruh Tionghoa tercermin pada paduan bahan soto seperti :  mie, bihun atau soun, bawang putih goreng, tauco, penggunaan sendok bebek dan mangkuk sup keramik  Tiongkok. Sementara pengaruh India dari penggunaan kunyit di beberapa Soto seperti kari di India.


Dari dapur kaum Tionghoa, soto menjalar ke  masyarakat lokal pada saat itu. Penggunaan daging pun tak sebatas daging ayam dan daging sapi, makin lama semakin beragam. Seperti Soto Bebek dari Tegal,  Soto Kelinci di Lembang, Soto Kerbau dari Kudus, Soto Kepiting dari Banjarmasin, Soto Bandeng di Lamongan dan  Bangkalan,  dan Soto Bekicot di Kediri. 


Daniel Supriyono, dari berbagai sumber 


Foto-foto: KITLV / Troppenmuseum Netherlands.

08 June 2024

POTRET DAYAK OT - DANUM - BORNEO ( Foto ini diambil pada saat kunjungan Komisi ke Kalimantan Tengah oleh A.W. Nieuwenhuis. Potret Pria Dayak Ot Danum bertato asal kawasan Kahajan Kalimantan Tengah. Tanggal 1898 - 1900 ) sumber : Tropenmuseum #kalimantantimur #kalimantanbarat #kalimantanutara #martapura #banjarmasin #Pontianak #samarinda #banjar #balikpapan #borneo #kalimantanselatan #kalimantan #jadul #jamandulu #photojadul #old #oldphotos📷 #oldpic📷 #sejarah #tempodulu #tempoedoelenoe #sejarah #indonesia #oldvideo #videolama #dayak #kenya #apokayan #kayan #iban

 POTRET DAYAK OT - DANUM - BORNEO 

( Foto ini diambil pada saat kunjungan Komisi ke Kalimantan Tengah oleh A.W. Nieuwenhuis. Potret Pria Dayak Ot Danum bertato asal kawasan Kahajan Kalimantan Tengah.

Tanggal 1898 - 1900 ) 



sumber : Tropenmuseum 

#kalimantantimur #kalimantanbarat #kalimantanutara #martapura #banjarmasin #Pontianak #samarinda #banjar #balikpapan #borneo #kalimantanselatan #kalimantan #jadul #jamandulu #photojadul #old #oldphotos📷 #oldpic📷 #sejarah #tempodulu #tempoedoelenoe #sejarah #indonesia #oldvideo #videolama #dayak #kenya #apokayan #kayan #iban

Sejarah Magelang - Bersepeda bersama si anak ragil ke salah satu sudut perumahan karya arsitektur Belanda di era kolonial Belanda yaitu Herman Thomas Karsten di daerah Kwarasan Kota Magelang. Yang akan saya tampilkan bukan bentuk bentuk bangunan rumah karya Herman Thomas Karsten di Kwarasan Kota Magelang tersebut akan tetapi saya akan menunjukkan kelengkapan berupa fasilitas umum yang terdapat di kompleks perumahan Kwarasan tersebut. Di kompleks perumahan Kwarasan ini ada bangunan berupa bungker perlindungan jika terjadi serangan udara musuh. Bangunan bungker terdapat di sebelah utara lapangan Kwarasan Kota Magelang. Untuk menuju bungker ini dari lapangan Kwarasan utaranya sekarang ada kantor Kecamatan Magelang Tengah, nah timur Kecamatan Magelang Tengah ada gang kecil yang menanjak jalannya lurus ke utara mentok nanti akan menjumpai pintu masuk bungker perlindungan ini. Meskipun pintu masuknya nampak sempit tapi di dalamnya cukup lapang. Sayang bungker perlindungan ini kondisinya sekarang kurang terawat. Padahal kalau dibersihkan dan dirawat bisa jadi museum mini tentang sejarah Kompleks Perumahan di Kwarasan ini dan juga bisa jadi museum untuk mengenang Herman Thomas Karsten yang banyak merancang bangunan bangunan yang ada di kota Magelang. Sumber/Penulis : @Orchid Breeder

 Bersepeda bersama si anak ragil ke salah satu sudut perumahan karya arsitektur Belanda di era kolonial Belanda yaitu Herman Thomas Karsten di daerah Kwarasan Kota Magelang. 




Yang akan saya tampilkan bukan bentuk bentuk bangunan rumah karya Herman Thomas Karsten di Kwarasan Kota Magelang tersebut akan tetapi saya akan menunjukkan kelengkapan berupa fasilitas umum yang terdapat di kompleks perumahan Kwarasan tersebut. 

Di kompleks perumahan Kwarasan ini ada bangunan berupa bungker perlindungan jika terjadi serangan udara musuh. Bangunan bungker terdapat di sebelah utara lapangan Kwarasan Kota Magelang. Untuk menuju bungker ini dari lapangan Kwarasan utaranya sekarang ada kantor Kecamatan Magelang Tengah, nah timur Kecamatan Magelang Tengah ada gang kecil yang menanjak jalannya lurus ke utara mentok nanti akan menjumpai pintu masuk bungker perlindungan ini. Meskipun pintu masuknya nampak sempit tapi di dalamnya cukup lapang. 

Sayang bungker perlindungan ini kondisinya sekarang kurang terawat. Padahal kalau dibersihkan dan dirawat bisa jadi museum mini tentang sejarah Kompleks Perumahan di Kwarasan ini dan juga bisa jadi museum untuk mengenang Herman Thomas Karsten yang banyak merancang bangunan bangunan yang ada di kota Magelang.


Sumber/Penulis : @Orchid Breeder

SEJARAH SUKU BETAWI Suku Betawi adalah salah satu suku bangsa di Indonesia yang memiliki kekerabatan etnis dengan Melayu, Sunda, dan Jawa. Sejarah telah membuktikan bahwa suku Betawi merupakan percampuran antar etnis dan bangsa di masa silam, suku Betawi merupakan masyarakat multietnik yang membaur dan membentuk sebuah entitas baru. Produk seni budaya Betawi menjadi saksi betapa budaya Betawi telah berkembang sedemikian rupa. setelah adanya percampuran budaya, adat-istiadat, tradisi, bahasa, dan yang lainnya, akhirnya dibuat sebuah komunitas besar di Batavia. Komunitas ini lama kelamaan melebur menjadi suku dan identitas baru yang dinamakan Betawi. Penggunaan kata Betawi sebagai sebuah suku diawali dengan pendirian sebuah organisasi bernama Pemoeda Kaoem Betawi yang lahir pada tahun 1923. ASAL KATA BETAWI 1. Nama "Betawi" berasal dari kata "Batavia" yang lama kelamaan berubah menjadi "Batavi", dari kata "Batawi" lalu kemudian berubah menjadi "Betawi" (disesuaikan dengan lidah masyarakat lokal). 2. Menurut penuturan sejarawan Betawi Ridwan Saidi, ada lagi beberapa acuan mengenai asal mula kata Betawi. Salah satunya "Pitawi" (bahasa Melayu-Polinesia Purba) yang artinya larangan. Perkataan ini mengacu pada komplek bangunan yang dihormati di Candi Batujaya. Sejarawan Ridwan Saidi mengaitkan bahwa Kompleks Bangunan Candi Batujaya di Karawang merupakan sebuah kota suci yang tertutup, sementara Karawang merupakan Kota yang terbuka. 3. "Betawi" (Bahasa Melayu Brunei) digunakan untuk menyebut giwang. Nama ini mengacu pada ekskavasi di Babelan, Kabupaten Bekasi, yang banyak ditemukan giwang dari abad ke-11 M. 4. Merujuk pada nama sebuah tumbuhan yang bernama Flora Guling Betawi (cassia glauca), famili papilionaceae yang merupakan jenis tanaman perdu yang kayunya bulat seperti guling dan mudah diraut serta kokoh. Dahulu kala jenis batang pohon Betawi banyak digunakan untuk pembuatan gagang senjata keris atau gagang pisau. Tanaman guling Betawi banyak tumbuh di Nusa Kelapa dan beberapa daerah di pulau Jawa dan Kalimantan. Sementara di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, guling Betawi disebut "Kayu Bekawi". Ada perbedaan pengucapan kata "Betawi" dan "Bekawi" pada penggunaan kosakata "k" dan "t" antara Kapuas Hulu dan Betawi Melayu, pergeseran huruf tersebut biasa terjadi dalam bahasa Melayu. SEJARAH BETAWI SEBELUM MASEHI Menurut Sejarawan Sagiman MD dan Arkeolog Uka Tjandarasasmita Sejarah penduduk asli Jakarta (dahulu bernama Sunda Kalapa) diawali pada masa zaman batu yang menurut sudah ada sejak zaman neolitikum (3.500–3.000 tahun yang lalu). Berdasarkan temuan alat-alat yang ditemukan di situs-situs itu, seperti kapak, beliung, pahat, pacul yang sudah halus dll. Pendapat lain dari Yahya Andi Saputra, seorang alumni Fakultas Sejarah Universitas Indonesia, berpendapat bahwa penduduk asli Jakarta adalah penduduk Nusa Jawa. Menurutnya, dahulu kala penduduk di Nusa Jawa merupakan satu kesatuan budaya, bahasa, kesenian, dan adat kepercayaan mereka sama. Ia menyebutkan berbagai sebab yang kemudian menjadikan mereka sebagai suku bangsa sendiri-sendiri. Dahulu, penduduk asli Jakarta berbahasa Sunda Kuno. Jadi, penduduk asli Jakarta telah berdiam di Jakarta dan sekitarnya sejak zaman dahulu dan bersuku Sunda. SEJARAH BETAWI SETELAH MASEHI Periode awal Abad ke-2 Pada abad ke-2 Jakarta dan sekitarnya termasuk wilayah kekuasaan Kerajaan Salakanagara atau Holoan yang terletak di kaki Gunung Salak, Bogor. Abad ke-5 Pada akhir abad ke-5 berdiri kerajaan Hindu Tarumanagara di tepi sungai Citarum. Sebagian pendapat ada yang menganggap Tarumanagara merupakan kelanjutan Kerajaan Salakanagara. Hanya saja ibu kota kerajaan dipindahkan dari kaki gunung Salak ke tepi sungai Citarum. Penduduk asli Betawi saat itu menjadi rakyat kerajaan Tarumanagara. Tepatnya letak ibu kota kerajaan di tepi sungai Candrabhaga, yang oleh Poerbatjaraka diidentifikasi dengan sungai Bekasi. Candra berarti bulan atau sasih, jadi ucapan lengkapnya Bhagasasi atau Bekasi, yang terletak di sebelah timur pinggiran Jakarta. Abad ke-7 Pada abad ke-7 Kerajaan Tarumanagara ditaklukkan Kerajaan Sriwijaya yang beragama Buddha. Di zaman kekuasaan Sriwijaya berdatangan penduduk Melayu dari Sumatra. Mereka mendirikan permukiman di pesisir Jakarta. Kemudian menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan. Ini disebabkan terjadinya perkawinan antara penduduk asli dengan pendatang Melayu. Abad ke-10 Pada sekitar abad ke-10. Saat terjadi persaingan antara orang Melayu yaitu Kerajaan Sriwijaya dengan orang Jawa yang tak lain adalah Kerajaan Kediri. Persaingan ini kemudian menjadi perang dan membawa Tiongkok ikut campur sebagai penengah karena perniagaan mereka terganggu. Perdamaian tercapai, kendali lautan dibagi dua, sebelah Barat mulai dari Cimanuk dikendalikan Sriwijaya, sebelah timur mulai dari Kediri dikendalikan Kerajaan Kediri. Artinya pelabuhan Kelapa termasuk dibawah kendali Sriwijaya. PERIODE HUBUNGAN BETAWI DENGAN BANGSA EROPA Abad ke-16 Diawali dari pertemuan antara Kerajaan Pajajaran dengan pihak Portugis pada tahun 1512 dan 1521, Sri Baduga mengutus putra mahkota, Surawisesa, ke Malaka untuk meminta Portugal menandatangani perjanjian dagang, terutama lada, serta memberi hak membangun benteng di Sunda Kelapa. Mengetahui kerjasama tersebut, Kesultanan Demak akhirnya berhasil merebut Sunda Kalapa dari koalisi Pajajaran dan Portugis. Derah tersebut diubah namanya menjadi Jayakarta (Jakarta). Kemudian dimulailah proses islamisasi masyarakat Sunda Kelapa, sehingga pada saat itu masyarakat Sunda Kelapa berbudaya dan berbahasa jawa sama seperti wilayah pesisir lainnya yaitu Serang, Indramayu dan Cirebon. Itulah sebabnya hingga kini masih tersisa kosakata dan budaya jawa pada suku betawi. Setelah VOC menjadikan Batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, Belanda memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun roda perekonomian kota ini. Ketika itu VOC memaksa penduduk menggunakan bahasa melayu pasar. Selain itu VOC juga banyak mendatangkan bawahan dari luar pulau. Sejak saat itulah bahasa betawi menjadi kreol melayu. Ketika Malaka (yang dikuasai Portugis) jatuh ke tangan Belanda (1641), sekitar 800 tawanan Portugis diasingkan ke Batavia. Dari tawanan tersebut, pada tahun 1661, sebanyak 23 keluarga dimerdekakan dan diberi kebebasan untuk tinggal tanpa membayar pajak di area seluas 20 hektar di Kampung Tugu, dengan persyaratan berpindah keyakinan dari Katolik ke Kristen Protestan. Dari keturunan Portugis inilah sejarah Keroncong Tugu tercipta. VOC juga banyak membeli budak dari penguasa Bali, karena saat itu di Bali masih berlangsung praktik perbudakan. Dari situlah penyebab masih tersisanya kosakata dan tata bahasa Bali dalam bahasa Betawi saat ini. Setelah itu kemajuan perdagangan Batavia menarik berbagai suku bangsa dari penjuru Nusantara hingga Tiongkok, Arab dan India untuk bekerja di kota ini. Pengaruh suku bangsa pendatang asing tampak jelas dalam busana pengantin Betawi yang banyak dipengaruhi unsur Arab dan Tiongkok. Berbagai nama tempat di Jakarta juga menyisakan petunjuk sejarah mengenai datangnya berbagai suku bangsa ke Batavia, Kampung Melayu, Kampung Bali, Kampung Ambon, Kampung Jawa, Kampung Makassar dan Kampung Bugis. Rumah Bugis di bagian utara Jalan Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang dimulai pada tahun 1690. Abad ke-19 Antropolog Universitas Indonesia, Dr. Yasmine Zaki Shahab, M.A. memperkirakan etnis Betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893. Di zaman kolonial Belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, yang dibuat berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk Jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi. Hasil sensus tahun 1893 menunjukkan hilangnya sejumlah golongan etnis yang sebelumnya ada. Misalnya saja orang Arab dan Moor, orang Melayu, orang Bali, Jawa, Sunda, orang Sulawesi Selatan, orang Sumbawa, orang Ambon dan Banda. Kemungkinan kesemua suku bangsa Nusantara dan Arab Moor ini dikategorikan ke dalam kesatuan penduduk pribumi (Belanda: inlander) di Batavia yang kemudian terserap ke dalam kelompok etnis Betawi. Abad ke-20 Pada zaman kolonial Belanda tahun 1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia waktu itu. Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas, yakni Hindia Belanda, baru muncul pada tahun 1923, saat Husni Thamrin, tokoh masyarakat Betawi mendirikan Pemoeda Kaoem Betawi. Baru pada waktu itu pula segenap orang Betawi sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi. Pendapat lain mengatakan bahwa orang Betawi tidak hanya mencakup masyarakat campuran dalam benteng Batavia yang dibangun oleh Belanda tapi juga mencakup penduduk di luar benteng tersebut yang disebut masyarakat proto Betawi. Penduduk lokal di luar benteng Batavia tersebut sudah menggunakan bahasa Melayu yang umum digunakan di Sumatra, Kalimantan, Semenanjung Malaka, Brunei dan Thailand Selatan yang kemudian dijadikan sebagai bahasa Indonesia. BETAWI SETELAH KEMERDEKAAN Sejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah kemerdekaan (1945), Jakarta dibanjiri imigran dari seluruh Indonesia, sehingga orang Betawi — dalam arti apapun juga — tinggal sebagai minoritas. Pada tahun 1961, 'suku' Betawi mencakup kurang lebih 22,9 persen dari antara 2,9 juta penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesak ke pinggiran, bahkan ramai-ramai digusur dan tergusur ke luar Jakarta. Proses asimilasi dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini terus berlangsung dan melalui proses panjang itu pulalah salah satu caranya ’suku’ Betawi hadir. SENI DAN BUDAYA BETAWI Kebudayaan Betawi saat ini terjadi dari proses campuran budaya antara suku asli dengan beragam etnis pendatang atau yang biasa dikenal dengan istilah Mestizo. Sejak zaman dahulu, wilayah bekas kerajaan Salakanagara atau kemudian dikenal dengan Sunda Kelapa, Batavia dan sekarang Jakarta, merupakan wilayah yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara, Suku-suku yang mendiami Jakarta sekarang antara lain, Suku Betawi, Jawa, Sunda, Melayu, Minang, Batak, Bugis, dan lainnya. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Betawi juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, Belanda, dan Portugis. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan. BAHASA BETAWI Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi. Dialek Betawi sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir. Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi "é" sedangkan dialek Betawi pinggir adalah "a". Dialek Betawi pusat atau tengah sering kali dianggap sebagai dialek Betawi sejati, karena berasal dari tempat bermulanya kota Jakarta, yakni daerah perkampungan Betawi di sekitar Jakarta Kota, Sawah Besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas paling selatan di Meester (Jatinegara). Dialek Betawi pinggiran mulai dari Jatinegara ke selatan, Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa Belong, Ciputat hingga ke pinggir selatan hingga Jawa Barat. Sifat campur-aduk dalam Bahasa Betawi dialek Tengahan, Bahasa Melayu Dialek Jakarta, atau Melayu Batavia adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil dari asimilasi kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. SENI MUSIK Seni musik Betawi merupakan seni hasil akulturasi berbagai suku yang ada di Betawi. Gambang Kromong merupakan perpaduan seni musik Betawi dengan Tionghoa, Rebana yang berakar dari tradisi musik Arab, orkes Samrah yang berasal dari Melayu, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab, dan Tanjidor yang berlatar belakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana, Tanjidor dan Keroncong. Betawi juga memiliki lagu tradisional seperti "Kicir-kicir". Pengaruh budaya Jawa dengan sedikit unsur Sunda didalamnya juga ada dalam kebudayaan Betawi, seperti: pementasan wayang. SENI TARI DAN DRAMA Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan seni khas Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta rakyat. Musik yang mengiringi ondel-ondel tidak menentu, tetapi biasanya diiringi dengan irama gambang kromong dan tanjidor. Ada juga yang di iringi dengan silat pencak betawi, marawis, hadroh dan rebana ketimpring. Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Contohnya tari Topeng Betawi, Yapong yang dipengaruhi tari Jaipong Sunda, Cokek, tari silat dan lain-lain. Drama tradisional Betawi antara lain Lenong dan Tonil. Pementasan lakon tradisional ini biasanya menggambarkan kehidupan sehari-hari rakyat Betawi, dengan diselingi lagu, pantun, lawak, dan lelucon jenaka. Kadang-kadang pemeran Lenong dapat berinteraksi langsung dengan penonton. CERITA RAKYAT Banyak Cerita rakyat yang berkembang di Betawi diantaranya yang sudah dikenal seperti Si Pitung, Si Jampang, Ronda, Sabeni yang mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal "keras". Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial. Cerita lainnya ialah Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan Boing dan yang lainnya. SENJATA TRADISIONAL Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan dari kayu. RUMAH TRADISIONAL Rumah tradisional/adat Betawi adalah rumah kebaya. Terdapat pula rumah tradisional lain seperti rumah panggung Betawi. Suku Betawi di Jakarta mengenal tradisi "Bikin Rume" yang dilakukan ketika hendak membangun rumah. AGAMA DAN KEPERCAYAAN Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam. Angropolog Fachry Ali dari IAIN Pekalongan menyatakan Islam sebagai salah satu sumber identitas dan budaya Betawi, sehingga tidak bisa dipisahkan. Forum Betawi Rempug (FBR) menyatakan salah satu etos organisasi mereka tiga S: Sholat, Silat dan Sekolah. Ada pula komunitas kecil Betawi yang menganut Kekristenan yakni Katolik dan Protestan. Salah satu komunitas ini adalah dari Kampung Tugu, Jakarta Utara. Mereka menyatakan mereka keturunan campuran antara penduduk lokal dengan Mardijkers, bangsa Portugis ataupun Belanda. Selain itu ada pula komunitas Kristen Kampung Sawah. PERILAKU DAN SIFAT Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orang tua (terutama yang beragama Islam) kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dengan pendatang dari luar Jakarta. Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain. PROFESI Sebelum era Orde Baru, profesi orang Betawi terbagi atas beberapa profesi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing. Karena salah satu asal-muasal berkembangnya suku Betawi adalah dari asimilasi (orang Nusantara, Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain), profesi masing-masing kaum disesuaikan pada cara pandang etnis dan pembauran etnis dasar masing-masing. Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong banyak dijumpai para petani kembang (anggrek, kamboja Jepang, dan lain-lain) dan secara umum banyak menjadi guru, pengajar, dan pendidik. Profesi pedagang, pembatik juga banyak dilakoni oleh kaum betawi. Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga Kemanggisan. Kuningan adalah tempat para peternak sapi perah. Kampung Kemandoran di mana tanah tidak sesubur Kemanggisan. Mandor, bek, jagoan silat banyak di jumpai disana semisal Ji'ih teman seperjuangan Si Pitung dari Rawabelong. Kampung Paseban banyak warga adalah kaum pekerja kantoran sejak zaman Belanda, meski kemampuan pencak silat mereka juga tidak diragukan. Guru, pengajar, ustaz, dan profesi pedagang eceran juga kerap dilakoni. Warga Tebet aslinya adalah orang-orang Betawi gusuran Senayan, karena saat itu program Ganefo yang dicetuskan oleh Bung Karno menyebabkan warga Betawi eksodus ke Tebet dan sekitarnya untuk "terpaksa" memuluskan pembuatan kompleks olahraga Gelora Bung Karno yang dikenal sekarang ini. Sumber : Wikipedia, Three Old Sundanese Poems. KITLV Press. 2007, "Jakarta Traditional Dance – Betawi Mask Dance". Indonesia Travel Guide. 4 Agustus 2015, "Lenong". Encyclopedia of Jakarta. Pemprov DKI Jakarta. 13 Oktober 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-13, "Yapong Dance, Betawi Traditional Dance". Indonesia Tourism "Betawi or not Betawi?". The Jakarta Post. Dan berbagai sumber lain

 SEJARAH SUKU BETAWI


Suku Betawi adalah salah satu suku bangsa di Indonesia yang memiliki kekerabatan etnis dengan Melayu, Sunda, dan Jawa. Sejarah telah membuktikan bahwa suku Betawi merupakan percampuran antar etnis dan bangsa di masa silam, suku Betawi merupakan masyarakat multietnik yang membaur dan membentuk sebuah entitas baru. Produk seni budaya Betawi menjadi saksi betapa budaya Betawi telah berkembang sedemikian rupa. setelah adanya percampuran budaya, adat-istiadat, tradisi, bahasa, dan yang lainnya, akhirnya dibuat sebuah komunitas besar di Batavia. Komunitas ini lama kelamaan melebur menjadi suku dan identitas baru yang dinamakan Betawi. Penggunaan kata Betawi sebagai sebuah suku diawali dengan pendirian sebuah organisasi bernama Pemoeda Kaoem Betawi yang lahir pada tahun 1923.



ASAL KATA BETAWI

1. Nama "Betawi" berasal dari kata "Batavia" yang lama kelamaan berubah menjadi "Batavi", dari kata "Batawi" lalu kemudian berubah menjadi "Betawi" (disesuaikan dengan lidah masyarakat lokal). 

2. Menurut penuturan sejarawan Betawi Ridwan Saidi, ada lagi beberapa acuan mengenai asal mula kata Betawi. Salah satunya "Pitawi" (bahasa Melayu-Polinesia Purba) yang artinya larangan. Perkataan ini mengacu pada komplek bangunan yang dihormati di Candi Batujaya. Sejarawan Ridwan Saidi mengaitkan bahwa Kompleks Bangunan Candi Batujaya di Karawang merupakan sebuah kota suci yang tertutup, sementara Karawang merupakan Kota yang terbuka. 

3. "Betawi" (Bahasa Melayu Brunei) digunakan untuk menyebut giwang. Nama ini mengacu pada ekskavasi di Babelan, Kabupaten Bekasi, yang banyak ditemukan giwang dari abad ke-11 M.

4. Merujuk pada nama sebuah tumbuhan yang bernama Flora Guling Betawi (cassia glauca), famili papilionaceae yang merupakan jenis tanaman perdu yang kayunya bulat seperti guling dan mudah diraut serta kokoh. Dahulu kala jenis batang pohon Betawi banyak digunakan untuk pembuatan gagang senjata keris atau gagang pisau. Tanaman guling Betawi banyak tumbuh di Nusa Kelapa dan beberapa daerah di pulau Jawa dan Kalimantan. Sementara di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, guling Betawi disebut "Kayu Bekawi". Ada perbedaan pengucapan kata "Betawi" dan "Bekawi" pada penggunaan kosakata "k" dan "t" antara Kapuas Hulu dan Betawi Melayu, pergeseran huruf tersebut biasa terjadi dalam bahasa Melayu. 


SEJARAH BETAWI SEBELUM MASEHI

Menurut Sejarawan Sagiman MD dan Arkeolog Uka Tjandarasasmita Sejarah penduduk asli Jakarta (dahulu bernama Sunda Kalapa) diawali pada masa zaman batu yang menurut sudah ada sejak zaman neolitikum (3.500–3.000 tahun yang lalu). Berdasarkan temuan alat-alat yang ditemukan di situs-situs itu, seperti kapak, beliung, pahat, pacul yang sudah halus dll. Pendapat lain dari Yahya Andi Saputra, seorang alumni Fakultas Sejarah Universitas Indonesia, berpendapat bahwa penduduk asli Jakarta adalah penduduk Nusa Jawa. Menurutnya, dahulu kala penduduk di Nusa Jawa merupakan satu kesatuan budaya, bahasa, kesenian, dan adat kepercayaan mereka sama. Ia menyebutkan berbagai sebab yang kemudian menjadikan mereka sebagai suku bangsa sendiri-sendiri. Dahulu, penduduk asli Jakarta berbahasa Sunda Kuno. Jadi, penduduk asli Jakarta telah berdiam di Jakarta dan sekitarnya sejak zaman dahulu dan bersuku Sunda.


SEJARAH BETAWI SETELAH MASEHI


Periode awal Abad ke-2

Pada abad ke-2 Jakarta dan sekitarnya termasuk wilayah kekuasaan Kerajaan Salakanagara atau Holoan yang terletak di kaki Gunung Salak, Bogor. 


Abad ke-5

Pada akhir abad ke-5 berdiri kerajaan Hindu Tarumanagara di tepi sungai Citarum. Sebagian pendapat ada yang menganggap Tarumanagara merupakan kelanjutan Kerajaan Salakanagara. Hanya saja ibu kota kerajaan dipindahkan dari kaki gunung Salak ke tepi sungai Citarum. Penduduk asli Betawi saat itu menjadi rakyat kerajaan Tarumanagara. Tepatnya letak ibu kota kerajaan di tepi sungai Candrabhaga, yang oleh Poerbatjaraka diidentifikasi dengan sungai Bekasi. Candra berarti bulan atau sasih, jadi ucapan lengkapnya Bhagasasi atau Bekasi, yang terletak di sebelah timur pinggiran Jakarta. 


Abad ke-7

Pada abad ke-7 Kerajaan Tarumanagara ditaklukkan Kerajaan Sriwijaya yang beragama Buddha. Di zaman kekuasaan Sriwijaya berdatangan penduduk Melayu dari Sumatra. Mereka mendirikan permukiman di pesisir Jakarta. Kemudian menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan. Ini disebabkan terjadinya perkawinan antara penduduk asli dengan pendatang Melayu.

 

Abad ke-10

Pada sekitar abad ke-10. Saat terjadi persaingan antara orang Melayu yaitu Kerajaan Sriwijaya dengan orang Jawa yang tak lain adalah Kerajaan Kediri. Persaingan ini kemudian menjadi perang dan membawa Tiongkok ikut campur sebagai penengah karena perniagaan mereka terganggu. Perdamaian tercapai, kendali lautan dibagi dua, sebelah Barat mulai dari Cimanuk dikendalikan Sriwijaya, sebelah timur mulai dari Kediri dikendalikan Kerajaan Kediri. Artinya pelabuhan Kelapa termasuk dibawah kendali Sriwijaya.


PERIODE HUBUNGAN BETAWI DENGAN BANGSA EROPA


Abad ke-16

Diawali dari pertemuan antara Kerajaan Pajajaran dengan pihak Portugis pada tahun 1512 dan 1521, Sri Baduga mengutus putra mahkota, Surawisesa, ke Malaka untuk meminta Portugal menandatangani perjanjian dagang, terutama lada, serta memberi hak membangun benteng di Sunda Kelapa.

 

Mengetahui kerjasama tersebut, Kesultanan Demak akhirnya berhasil merebut Sunda Kalapa dari koalisi Pajajaran dan Portugis. Derah tersebut diubah namanya menjadi Jayakarta (Jakarta). Kemudian dimulailah proses islamisasi masyarakat Sunda Kelapa, sehingga pada saat itu masyarakat Sunda Kelapa berbudaya dan berbahasa jawa sama seperti wilayah pesisir lainnya yaitu Serang, Indramayu dan Cirebon. Itulah sebabnya hingga kini masih tersisa kosakata dan budaya jawa pada suku betawi.


Setelah VOC menjadikan Batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, Belanda memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun roda perekonomian kota ini. Ketika itu VOC memaksa penduduk menggunakan bahasa melayu pasar. Selain itu VOC juga banyak mendatangkan bawahan dari luar pulau. Sejak saat itulah bahasa betawi menjadi kreol melayu.


Ketika Malaka (yang dikuasai Portugis) jatuh ke tangan Belanda (1641), sekitar 800 tawanan Portugis diasingkan ke Batavia. Dari tawanan tersebut, pada tahun 1661, sebanyak 23 keluarga dimerdekakan dan diberi kebebasan untuk tinggal tanpa membayar pajak di area seluas 20 hektar di Kampung Tugu, dengan persyaratan berpindah keyakinan dari Katolik ke Kristen Protestan. Dari keturunan Portugis inilah sejarah Keroncong Tugu tercipta.


VOC juga banyak membeli budak dari penguasa Bali, karena saat itu di Bali masih berlangsung praktik perbudakan. Dari situlah penyebab masih tersisanya kosakata dan tata bahasa Bali dalam bahasa Betawi saat ini. Setelah itu kemajuan perdagangan Batavia menarik berbagai suku bangsa dari penjuru Nusantara hingga Tiongkok, Arab dan India untuk bekerja di kota ini. Pengaruh suku bangsa pendatang asing tampak jelas dalam busana pengantin Betawi yang banyak dipengaruhi unsur Arab dan Tiongkok. Berbagai nama tempat di Jakarta juga menyisakan petunjuk sejarah mengenai datangnya berbagai suku bangsa ke Batavia, Kampung Melayu, Kampung Bali, Kampung Ambon, Kampung Jawa, Kampung Makassar dan Kampung Bugis. Rumah Bugis di bagian utara Jalan Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang dimulai pada tahun 1690.


Abad ke-19

Antropolog Universitas Indonesia, Dr. Yasmine Zaki Shahab, M.A. memperkirakan etnis Betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893. Di zaman kolonial Belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, yang dibuat berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk Jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi. Hasil sensus tahun 1893 menunjukkan hilangnya sejumlah golongan etnis yang sebelumnya ada. Misalnya saja orang Arab dan Moor, orang Melayu, orang Bali, Jawa, Sunda, orang Sulawesi Selatan, orang Sumbawa, orang Ambon dan Banda. Kemungkinan kesemua suku bangsa Nusantara dan Arab Moor ini dikategorikan ke dalam kesatuan penduduk pribumi (Belanda: inlander) di Batavia yang kemudian terserap ke dalam kelompok etnis Betawi.


Abad ke-20

Pada zaman kolonial Belanda tahun 1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia waktu itu. Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas, yakni Hindia Belanda, baru muncul pada tahun 1923, saat Husni Thamrin, tokoh masyarakat Betawi mendirikan Pemoeda Kaoem Betawi. Baru pada waktu itu pula segenap orang Betawi sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi.

Pendapat lain mengatakan bahwa orang Betawi tidak hanya mencakup masyarakat campuran dalam benteng Batavia yang dibangun oleh Belanda tapi juga mencakup penduduk di luar benteng tersebut yang disebut masyarakat proto Betawi. Penduduk lokal di luar benteng Batavia tersebut sudah menggunakan bahasa Melayu yang umum digunakan di Sumatra, Kalimantan, Semenanjung Malaka, Brunei dan Thailand Selatan yang kemudian dijadikan sebagai bahasa Indonesia.


BETAWI SETELAH KEMERDEKAAN

Sejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah kemerdekaan (1945), Jakarta dibanjiri imigran dari seluruh Indonesia, sehingga orang Betawi — dalam arti apapun juga — tinggal sebagai minoritas. Pada tahun 1961, 'suku' Betawi mencakup kurang lebih 22,9 persen dari antara 2,9 juta penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesak ke pinggiran, bahkan ramai-ramai digusur dan tergusur ke luar Jakarta. Proses asimilasi dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini terus berlangsung dan melalui proses panjang itu pulalah salah satu caranya ’suku’ Betawi hadir.


SENI DAN BUDAYA BETAWI

Kebudayaan Betawi saat ini terjadi dari proses campuran budaya antara suku asli dengan beragam etnis pendatang atau yang biasa dikenal dengan istilah Mestizo. Sejak zaman dahulu, wilayah bekas kerajaan Salakanagara atau kemudian dikenal dengan Sunda Kelapa, Batavia dan sekarang Jakarta, merupakan wilayah yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara, Suku-suku yang mendiami Jakarta sekarang antara lain, Suku Betawi, Jawa, Sunda, Melayu, Minang, Batak, Bugis, dan lainnya. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Betawi juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, Belanda, dan Portugis. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.


BAHASA BETAWI

Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi. Dialek Betawi sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir. Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi "é" sedangkan dialek Betawi pinggir adalah "a". Dialek Betawi pusat atau tengah sering kali dianggap sebagai dialek Betawi sejati, karena berasal dari tempat bermulanya kota Jakarta, yakni daerah perkampungan Betawi di sekitar Jakarta Kota, Sawah Besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas paling selatan di Meester (Jatinegara). Dialek Betawi pinggiran mulai dari Jatinegara ke selatan, Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa Belong, Ciputat hingga ke pinggir selatan hingga Jawa Barat.


Sifat campur-aduk dalam Bahasa Betawi dialek Tengahan, Bahasa Melayu Dialek Jakarta, atau Melayu Batavia adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil dari asimilasi kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. 


SENI MUSIK

Seni musik Betawi merupakan seni hasil akulturasi berbagai suku yang ada di Betawi. Gambang Kromong merupakan perpaduan seni musik Betawi dengan Tionghoa, Rebana yang berakar dari tradisi musik Arab, orkes Samrah yang berasal dari Melayu, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab, dan Tanjidor yang berlatar belakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana, Tanjidor dan Keroncong. Betawi juga memiliki lagu tradisional seperti "Kicir-kicir". Pengaruh budaya Jawa dengan sedikit unsur Sunda didalamnya juga ada dalam kebudayaan Betawi, seperti: pementasan wayang.


SENI TARI DAN DRAMA

Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan seni khas Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta rakyat. Musik yang mengiringi ondel-ondel tidak menentu, tetapi biasanya diiringi dengan irama gambang kromong dan tanjidor. Ada juga yang di iringi dengan silat pencak betawi, marawis, hadroh dan rebana ketimpring. Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Contohnya tari Topeng Betawi, Yapong yang dipengaruhi tari Jaipong Sunda, Cokek, tari silat dan lain-lain. Drama tradisional Betawi antara lain Lenong dan Tonil. Pementasan lakon tradisional ini biasanya menggambarkan kehidupan sehari-hari rakyat Betawi, dengan diselingi lagu, pantun, lawak, dan lelucon jenaka. Kadang-kadang pemeran Lenong dapat berinteraksi langsung dengan penonton.


CERITA RAKYAT

Banyak Cerita rakyat yang berkembang di Betawi diantaranya yang sudah dikenal seperti Si Pitung, Si Jampang, Ronda, Sabeni yang mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal "keras". Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial. Cerita lainnya ialah Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan Boing dan yang lainnya.


SENJATA TRADISIONAL

Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan dari kayu.


RUMAH TRADISIONAL

Rumah tradisional/adat Betawi adalah rumah kebaya. Terdapat pula rumah tradisional lain seperti rumah panggung Betawi.

Suku Betawi di Jakarta mengenal tradisi "Bikin Rume" yang dilakukan ketika hendak membangun rumah.


AGAMA DAN KEPERCAYAAN

Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam. Angropolog Fachry Ali dari IAIN Pekalongan menyatakan Islam sebagai salah satu sumber identitas dan budaya Betawi, sehingga tidak bisa dipisahkan. Forum Betawi Rempug (FBR) menyatakan salah satu etos organisasi mereka tiga S: Sholat, Silat dan Sekolah. 

Ada pula komunitas kecil Betawi yang menganut Kekristenan yakni Katolik dan Protestan. Salah satu komunitas ini adalah dari Kampung Tugu, Jakarta Utara. Mereka menyatakan mereka keturunan campuran antara penduduk lokal dengan Mardijkers, bangsa Portugis ataupun Belanda. Selain itu ada pula komunitas Kristen Kampung Sawah.

 

PERILAKU DAN SIFAT

Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orang tua (terutama yang beragama Islam) kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dengan pendatang dari luar Jakarta.


Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.


PROFESI

Sebelum era Orde Baru, profesi orang Betawi terbagi atas beberapa profesi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing. Karena salah satu asal-muasal berkembangnya suku Betawi adalah dari asimilasi (orang Nusantara, Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain), profesi masing-masing kaum disesuaikan pada cara pandang etnis dan pembauran etnis dasar masing-masing.

Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong banyak dijumpai para petani kembang (anggrek, kamboja Jepang, dan lain-lain) dan secara umum banyak menjadi guru, pengajar, dan pendidik. Profesi pedagang, pembatik juga banyak dilakoni oleh kaum betawi. Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga Kemanggisan.

Kuningan adalah tempat para peternak sapi perah. 

Kampung Kemandoran di mana tanah tidak sesubur Kemanggisan. Mandor, bek, jagoan silat banyak di jumpai disana semisal Ji'ih teman seperjuangan Si Pitung dari Rawabelong. 

Kampung Paseban banyak warga adalah kaum pekerja kantoran sejak zaman Belanda, meski kemampuan pencak silat mereka juga tidak diragukan. Guru, pengajar, ustaz, dan profesi pedagang eceran juga kerap dilakoni.


Warga Tebet aslinya adalah orang-orang Betawi gusuran Senayan, karena saat itu program Ganefo yang dicetuskan oleh Bung Karno menyebabkan warga Betawi eksodus ke Tebet dan sekitarnya untuk "terpaksa" memuluskan pembuatan kompleks olahraga Gelora Bung Karno yang dikenal sekarang ini. 


Sumber : Wikipedia,  Three Old Sundanese Poems. KITLV Press. 2007,  "Jakarta Traditional Dance – Betawi Mask Dance". Indonesia Travel Guide. 4 Agustus 2015,  "Lenong". Encyclopedia of Jakarta. Pemprov DKI Jakarta. 13 Oktober 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-13, "Yapong Dance, Betawi Traditional Dance". Indonesia Tourism  "Betawi or not Betawi?". The Jakarta Post. Dan berbagai sumber lain

06 June 2024

Masjid, mungkin di Metro, pusat jajahan pertanian Jawa di Lampung - LAMPUNG - 1940 Pencipta/lainnya Kolk, Jan van der. sumber : KITLV Leiden #lampung #metro #lampungtengah #lampungtimur #lampungbarat #lampungutara #tanjungkarang #tulangbawang #waykanan #jadul #jamandulu #photojadul #old #oldphotos📷 #oldpic📷 #sejarah #tempodulu #tempoedoeloe #sejarah #indonesia #oldvideo #videolama

 Masjid, mungkin di Metro, pusat jajahan pertanian Jawa di  Lampung - LAMPUNG - 1940 




Pencipta/lainnya

Kolk, Jan van der.

sumber : KITLV Leiden 

#lampung #metro #lampungtengah #lampungtimur #lampungbarat #lampungutara #tanjungkarang #tulangbawang #waykanan   #jadul #jamandulu #photojadul #old #oldphotos📷 #oldpic📷 #sejarah #tempodulu #tempoedoeloe #sejarah #indonesia #oldvideo #videolama

TARI BEDHAYA KETAWANG EKSPRESI RASA CINTA NYAI RORO KIDUL KEPADA SULTAN MATARAM Tari Bedaya Ketawang adalah sebuah tarian kebesaran yang hanya dipertunjukkan ketika penobatan serta Tingalandalem Jumenengan Sunan Surakarta (upacara peringatan kenaikan tahta raja). Nama Bedhaya Ketawang sendiri berasal dari kata bedhaya yang berarti penari wanita di istana. Sedangkan ketawang berarti langit, identik dengan sesuatu yang tinggi, keluhuran, dan kemuliaan.Tari Bedhaya Ketawang menjadi tarian sakral yang suci karena menyangkut KeTuhanan, di mana segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Tari Bedhaya Ketawang dianggap sebagai bedhaya yang tertua dan dijadikan sebagai kiblat dari tari bedhaya lainnya yang lebih muda. LEGENDA TARI BEDHAYA KETAWANG Ada beberapa legenda yang menceritakan asal usul tarian ini. Untuk versi pertama pada suatu ketika, Sultan Agung Hanyakrakusuma yang memerintah Kesultanan Mataram dari tahun 1613-1645, sedang melakukan laku ritual semadi. Konon, dalam keheningan sang raja mendengar suara tembang (senandung) dari arah tawang atau langit. Sultan Agung merasa terkesima dengan senandung tersebut. Begitu selesai bertapa, Sultan Agung memanggil empat orang pengiringnya yaitu Panembahan Purbaya, Kyai Panjang Mas, Pangeran Karang Gayam II, dan Tumenggung Alap-Alap. Sultan Agung mengutarakan kesaksian batinnya pada mereka. Karena terilhami oleh pengalaman gaib yang ia alami, Sultan Agung akhirnya menciptakan sendiri sebuah tarian yang kemudian diberi nama tari Bedhaya Ketawang. Versi kedua, dikisahkan bahwa dalam pertapaannya Panembahan Senopati secara kebetulan bertemu dengan Nyi Roro Kidul di pantai perbatasan antara Kerajaan Mataram Yogyakarta dengan Kerajaan Nyi Roro Kidul. Panembahan Senopati dan Nyo Roro Kidul saling tertarik satu sama lain. Panembahan Senopati kemudian mengikuti Sang Ratu Kidul menuju istananya yang berada di dasar laut. Mereka kemudian menikah dan tinggal selama beberapa waktu disana, hingga datanglah roh Sunan Kalijaga yang menasihati sultan bahwa pengantinnya itu (Ratu Kidul) sebenarnya bukanlah seorang manusia, sebab kecantikannya yang abadi sangatlah sempurna seperti gadis muda. Pada saat itu, Ratu Kidul bertemu dengan sultan bertepatan dengan malam bulan purnama, sehingga sultan begitu terpesona dengan paras kecantikan sang ratu. Sunan Kalijaga lantas menyadarkan sultan dengan memberi nasihat untuk tetap melaksanakan amanah, yaitu mengemban tugas mengayomi rakyat dan kerajaannya yang telah diabaikan karena terpikat dengan Ratu Kidul. Pada akhirnya, Sang Sultan kemudian meninggalkan Ratu Kidul. Namun, sang ratu berjanji akan selalu melindungi Sultan Mataram dan keturunannya, kapan pun Kerajaan Mataram berada dalam bahaya. SEPUTAR TARIAN BEDHAYA KETAWANG Meskipun Tari Bedhaya Ketawang merupakan hasil warisan dari kesultanan Mataram, namun tari ini sekarang hanya dipentaskan di Kasunanan Surakarta. Hal ini sesuai dengan Perjanjian Giyanti tahun 1755, yang mana perjanjanjian ini membagi Kerajaan Mataram menjadi dua yakni Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Pembagian wilayah ini juga dibarengi dengan pembagian kebudayaan serta kesenian yang ditinggalkan oleh Kerajaan Mataram, salah satunya adalah Tari Bedhaya Ketawang. Tari ini dibawakan oleh sembilan orang penari. Dalam pementasannya, konon Nyai Roro Kidul akan ikut menari dan menggenapi jumlah penari menjadi sepuluh orang. Penari tarian Bedhaya Ketawang tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang. Terdapat beberapa syarat yang harus dipatuhi oleh seorang penari Bedhaya Ketawang. Beberapa syarat tersebut di antaranya: 1. Para penari harus dalam keadaan suci dan tidak sedang mengalami menstruasi. 2. Para penari harus masih dalam keadaan perawan. 3. Para penari berusia antara 17-25 tahun. Umur tersebut dipilih karena masih mempunyai kekuatan untuk menari selama 1,5 jam dan masih memiliki kulit yang kencang, cantik, dengan wajah yang berseri-seri. 4. Seorang penari harus memiliki postur tubuh yang proporsional dan memiliki daya tahan tubuh yang baik. 5. Dan yang terakhir, seorang penari harus melakukan puasa mutih. Yaitu puasa dengan tidak makan selain makanan yang berwarna putih selama beberapa hari. Kemudian busana yang dikenakan pada penari Bedhaya Ketawang yaitu menggunakan dodot ageng atau basahan yang dipadukan dengan kain cindhe kembang warna ungu. Rambu penari dihias dengan gelung bokor mengkurep. Kemudian penari Bedhaya Ketawang menggunakan aksesoris seperti kentrung, garuda mungkur, sisir jeram saajar, cundhuk mentul, dan tiba dhadha. Kostum yang digunakan tersebut merupakan kostum pengantin perempuan Jawa Tengah. Lalu pengiring yang digunakan untuk mengiringi tarian Bedhaya Ketawang adalah gamelan, yang terdiri atas lima macam yang berlaras pelog pathet lima. Gamelan tersebut yaitu gendhing (kemanak), kala (kendhang), sangka (gong), pamucuk (kethuk), dan sauran (kenong). Terdapat beberapa aturan yang harus ditaati oleh penonton pada saat pertunjukan Tari Bedhaya Ketawang berlangsung. Pertama, tidak boleh makan. Kedua, tidak boleh merokok. Lalu yang terakhir, para penonton harus diam dan tidak boleh mengobrol atau berbicara. Sudah sebaiknya kita menghargai dan menjalankan pakem dalam penyelenggaraan Tari Bedhaya Ketawang tersebut. Agar, keasliannya dan keberadaannya tetap terus terjaga. Sekian cerita mengenai asal usul tari Bedhaya Ketawang semoga bermanfaat. Sumber : surakarta.go.id, wikipedia, www.merdeka.com

 TARI BEDHAYA KETAWANG

EKSPRESI RASA CINTA NYAI RORO KIDUL

KEPADA SULTAN MATARAM


Tari Bedaya Ketawang adalah sebuah tarian kebesaran yang hanya dipertunjukkan ketika penobatan serta Tingalandalem Jumenengan Sunan Surakarta (upacara peringatan kenaikan tahta raja). 



Nama Bedhaya Ketawang sendiri berasal dari kata bedhaya yang berarti penari wanita di istana. Sedangkan ketawang berarti langit, identik dengan sesuatu yang tinggi, keluhuran, dan kemuliaan.Tari Bedhaya Ketawang menjadi tarian sakral yang suci karena menyangkut KeTuhanan, di mana segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Tari Bedhaya Ketawang dianggap sebagai bedhaya yang tertua dan dijadikan sebagai kiblat dari tari bedhaya lainnya yang lebih muda. 


LEGENDA TARI BEDHAYA KETAWANG

Ada beberapa legenda yang menceritakan asal usul tarian ini. Untuk versi pertama pada suatu ketika, Sultan Agung Hanyakrakusuma yang memerintah Kesultanan Mataram dari tahun 1613-1645, sedang melakukan laku ritual semadi. Konon, dalam keheningan sang raja mendengar suara tembang (senandung) dari arah tawang atau langit. Sultan Agung merasa terkesima dengan senandung tersebut. Begitu selesai bertapa, Sultan Agung memanggil empat orang pengiringnya yaitu Panembahan Purbaya, Kyai Panjang Mas, Pangeran Karang Gayam II, dan Tumenggung Alap-Alap. Sultan Agung mengutarakan kesaksian batinnya pada mereka. Karena terilhami oleh pengalaman gaib yang ia alami, Sultan Agung akhirnya menciptakan sendiri sebuah tarian yang kemudian diberi nama tari Bedhaya Ketawang.

 

Versi kedua, dikisahkan bahwa dalam pertapaannya Panembahan Senopati secara kebetulan bertemu dengan Nyi Roro Kidul di pantai perbatasan antara Kerajaan Mataram Yogyakarta dengan Kerajaan Nyi Roro Kidul. Panembahan Senopati dan Nyo Roro Kidul saling tertarik satu sama lain.


Panembahan Senopati kemudian mengikuti Sang Ratu Kidul menuju istananya yang berada di dasar laut. Mereka kemudian menikah dan tinggal selama beberapa waktu disana, hingga datanglah roh Sunan Kalijaga yang menasihati sultan bahwa pengantinnya itu (Ratu Kidul) sebenarnya bukanlah seorang manusia, sebab kecantikannya yang abadi sangatlah sempurna seperti gadis muda.


Pada saat itu, Ratu Kidul bertemu dengan sultan bertepatan dengan malam bulan purnama, sehingga sultan begitu terpesona dengan paras kecantikan sang ratu. Sunan Kalijaga lantas menyadarkan sultan dengan memberi nasihat untuk tetap melaksanakan amanah, yaitu mengemban tugas mengayomi rakyat dan kerajaannya yang telah diabaikan karena terpikat dengan Ratu Kidul. Pada akhirnya, Sang Sultan kemudian meninggalkan Ratu Kidul. Namun, sang ratu berjanji akan selalu melindungi Sultan Mataram dan keturunannya, kapan pun Kerajaan Mataram berada dalam bahaya.


SEPUTAR TARIAN BEDHAYA KETAWANG

Meskipun Tari Bedhaya Ketawang merupakan hasil warisan dari kesultanan Mataram, namun tari ini sekarang hanya dipentaskan di Kasunanan Surakarta. Hal ini sesuai dengan Perjanjian Giyanti tahun 1755, yang mana perjanjanjian ini membagi Kerajaan Mataram menjadi dua yakni Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Pembagian wilayah ini juga dibarengi dengan pembagian kebudayaan serta kesenian yang ditinggalkan oleh Kerajaan Mataram, salah satunya adalah Tari Bedhaya Ketawang. 


Tari ini dibawakan oleh sembilan orang penari. Dalam pementasannya, konon Nyai Roro Kidul akan ikut menari dan menggenapi jumlah penari menjadi sepuluh orang. 


Penari tarian Bedhaya Ketawang tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang. Terdapat beberapa syarat yang harus dipatuhi oleh seorang penari Bedhaya Ketawang. Beberapa syarat tersebut di antaranya: 

1. Para penari harus dalam keadaan suci dan tidak sedang mengalami menstruasi. 

2. Para penari harus masih dalam keadaan perawan. 

3. Para penari berusia antara 17-25 tahun. Umur tersebut dipilih karena masih mempunyai kekuatan untuk menari selama 1,5 jam dan masih memiliki kulit yang kencang, cantik, dengan wajah yang berseri-seri. 

4. Seorang penari harus memiliki postur tubuh yang proporsional dan memiliki daya tahan tubuh yang baik.

5. Dan yang terakhir, seorang penari harus melakukan puasa mutih. Yaitu puasa dengan tidak makan selain makanan yang berwarna putih selama beberapa hari.


Kemudian busana yang dikenakan pada penari Bedhaya Ketawang yaitu menggunakan dodot ageng atau basahan yang dipadukan dengan kain cindhe kembang warna ungu. Rambu penari dihias dengan gelung bokor mengkurep. Kemudian penari Bedhaya Ketawang menggunakan aksesoris seperti kentrung, garuda mungkur, sisir jeram saajar, cundhuk mentul, dan tiba dhadha. Kostum yang digunakan tersebut merupakan kostum pengantin perempuan Jawa Tengah. 


Lalu pengiring yang digunakan untuk mengiringi tarian Bedhaya Ketawang adalah gamelan, yang terdiri atas lima macam yang berlaras pelog pathet lima. Gamelan tersebut yaitu gendhing (kemanak), kala (kendhang), sangka (gong), pamucuk (kethuk), dan sauran (kenong). 


Terdapat beberapa aturan yang harus ditaati oleh penonton pada saat pertunjukan Tari Bedhaya Ketawang berlangsung. Pertama, tidak boleh makan. Kedua, tidak boleh merokok. Lalu yang terakhir, para penonton harus diam dan tidak boleh mengobrol atau berbicara. Sudah sebaiknya kita menghargai dan menjalankan pakem dalam penyelenggaraan Tari Bedhaya Ketawang tersebut. Agar, keasliannya dan keberadaannya tetap terus terjaga. Sekian cerita mengenai asal usul tari Bedhaya Ketawang semoga bermanfaat.


Sumber : surakarta.go.id, wikipedia, www.merdeka.com

"MICKEY MOUSE" BERUSIA 1100 TAHUN Sebuah artefak kuno berumur 1100 tahun yang memiliki bentuk mirip karakter kartun terkenal Disney, Mickey Mouse ditemukan di Kawasan Uppakra, 5 KM di sebelah selatan Lund, Swedia. Artefak kecil yang terbuat dari bahan perunggu ini kemungkinan merupakan aksesoris baju/bros yang digunakan orang2 pada masa itu. Menurut Jerry Rosenberg, kepala penggalian situs purbakala di Uppakra, ia beserta rekan2-nya setidaknya telah menemukan 20.000 artefak2 unik di situs tersebut. Saat ini, artefak unik yang berasal dari zaman besi itu telah terpajang dan tersimpan dengan baik di Historical Museeum Lund. Sumber : Kumpulan Misteri Dunia

 "MICKEY MOUSE" BERUSIA 1100 TAHUN


Sebuah  artefak  kuno  berumur  1100  tahun  yang memiliki bentuk mirip karakter kartun terkenal Disney, Mickey Mouse ditemukan di Kawasan Uppakra, 5 KM di sebelah selatan Lund, Swedia. 



Artefak kecil yang  terbuat  dari  bahan  perunggu  ini  kemungkinan merupakan  aksesoris  baju/bros  yang  digunakan orang2  pada  masa  itu.  Menurut  Jerry  Rosenberg, kepala  penggalian  situs  purbakala  di  Uppakra,  ia beserta  rekan2-nya  setidaknya  telah  menemukan 20.000  artefak2  unik  di  situs  tersebut.  


Saat  ini,  artefak  unik  yang  berasal  dari zaman besi itu telah terpajang dan tersimpan dengan baik di Historical Museeum Lund.


Sumber : Kumpulan Misteri Dunia

Tempatmu nyebutnya apa lur? Orson apa bukan ? Diantara rasa yang dijual (biasanya jeruk, moka, sarsaparila, frambozen dll), yg kamu suka rasa apa ? Buat pembaca yg lahir 90an, zaman dulu belum ada minimarket. Jadi kalau mo minum soft drink ya nunggu bakul orson/limun lewat. Jadi sensasinya ini persis kalau kamu buka lemari es isi softdrink di minimart jaman now.. Uademm.. nyesss Nek ora lewat yo wis, ngombé banyu kendi. Simple haha Note Penjual limun/drankverkoper te Djokja Tropenmuseum

 Tempatmu nyebutnya apa lur?

Orson apa bukan ?

Diantara rasa yang dijual (biasanya jeruk, moka, sarsaparila, frambozen dll), 

yg kamu suka rasa apa ? 


Buat pembaca yg lahir 90an, zaman dulu belum ada minimarket. Jadi kalau mo minum soft drink ya nunggu bakul orson/limun lewat. 

Jadi sensasinya ini persis kalau kamu buka lemari es isi softdrink di minimart jaman now..

Uademm.. nyesss


Nek ora lewat yo wis, ngombé banyu kendi.

Simple haha



Note

Penjual limun/drankverkoper te Djokja

Tropenmuseum

Pohon palsu digunakan dalam Perang Dunia 1 sebagai pos pengamatan.

 Pohon palsu digunakan dalam Perang Dunia 1 sebagai pos pengamatan.



05 June 2024

KI AGENG SELO LEGENDA “FLASH” TANAH JAWA Saat dunia belum mengenal tokoh Superhero Amerika “Flash” dan Superhero lokal Indonesia Sang Putra Petir “Gundala” belum lahir ke dunia, ratusan tahun sebelumnya Indonesia sudah melahirkan tokoh hebat yang berhasil menangkap petir (bledeg). Beliau adalah Ki Ageng Selo. Berbeda dengan Flash dan Gundala yang tersambar petir (bledeg), Ki Ageng Selo malah berhasil menangkap petir (bledeg) yang bermaksud menyambarnya. Siapa Ki Ageng Selo silakan baca cerita dibawah ini. SILSILAH & ASAL USUL KI AGENG SELO Ki Ageng Selo memiliki nama kecil Bagus Songgom, beliau keturunan Ki Getas Pandawa anak dari Bondan Kejawan alias Dyah Lembu Peteng anak dari Prabu Kertabumi (Majapahit). Ki Ageng Selo kemudian memiliki anak laki-laki yang dikenal sebagai Ki Ageng Ngenis dengan enam kakak yang semuanya perempuan. Ki Ageng Ngenis memiliki anak yang dikenal sebagai Ki Ageng Pemanahan. Ki Ageng Pemanahan inilah yang membuka hutan Mataram , anak Ki Ageng Pemanahan bernama Danang Sutowijaya, dan Sutowijaya ini dikenal sebagai Panembahan Senopati pendiri Dinasti Mataram Islam. Ki Ageng Selo hidup di masa Kesultanan Demak. Tepatnya pada masa kekuasaan Sultan Trenggana, awal abad ke-16. Dia lahir sekitar akhir abad-15 atau awal abad ke-16. Dinamakan Selo karena desa tempatnya tinggal bernama desa Selo. Nama Selo berkaitan dengan keberadaan bukit/gunung berapi, dan merupakan sumber banyak garam dan api abadi yang terdapat dari wilayah Grobogan. Di desa tersebut juga Ki Ageng Selo meninggal dan dimakamkan. LEGENDA KI AGENG SELO MENANGKAP PETIR Ki Ageng Selo dikenal sebagai sang penakluk petir. Kisah tersebut bermula saat Ki Ageng Selo membuka ladang. Kemudian tiba-tiba langit menjadi mendung dan mulai turun hujan, seketika itu datang petir dan kilat yang menyambar-nyambar, sehingga mengganggu kegiatan pertaniannya. Terganggu dengan hal tersebut, Ki Ageng Selo menantang petir yang berusaha mengganggunya untuk menampakkan wujudnya. Tak lama kemudian petir tersebut berubah menjadi naga dan berubah wujud berkali-kali menjadi makhluk mengerikan. Ki Ageng Selo yang merasa kesal karena dirinya diganggu oleh makhluk tersebut maka terjadi perkelahian antara keduanya diiringi petir yang menggelegar. Pada akhirnya, Ki Ageng Selo berhasil mengalahkan makhluk tersebut dan mengikatnya di sebuah pohon Gandrik dan makhluk tersebut berubah menjadi kakek tua. Ki Ageng Selo pun membawa kakek tua yang terus berubah-ubah wujud tersebut ke Demak untuk dilaporkan kepada sultan. Di Demak, datanglah seorang nenek yang menyiramkan air ke tubuh kakek tersebut. Lalu, suara petir menggelegar, mendadak kakek dan nenek tersebut menghilang. Kisah tersebutlah yang membuat Ki Ageng Selo dikenal luas sebagai sang penakluk petir. Kisah Ki Ageng Selo menaklukkan petir diabadikan dalam ukiran pada lawang bledheg atau pintu Masjid Agung Demak. Sampai sekarang, pintu tersebut masih dapat disaksikan. Ukiran pada daun pintu tersebut memperhatikan motif tumbuh-tumbuhan, suluran, jambangan, mahkota mirip stupa, tumpal, camara dan dua kepala naga yang menyemburkan api. Demikianlah sekilas kisah legenda Ki Ageng Selo leluhur Mataram Islam. Terima kasih sudah membaca. Sumber : jateng.solopos, Babad Tanah Jawi, Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius, H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu

 KI AGENG SELO

LEGENDA “FLASH” TANAH JAWA



Saat dunia belum mengenal tokoh Superhero Amerika “Flash” dan Superhero lokal Indonesia Sang Putra Petir “Gundala” belum lahir ke dunia, ratusan tahun sebelumnya Indonesia sudah melahirkan tokoh hebat yang berhasil menangkap petir (bledeg). Beliau adalah Ki Ageng Selo. Berbeda dengan Flash dan Gundala yang tersambar petir (bledeg), Ki Ageng Selo malah berhasil menangkap petir (bledeg) yang bermaksud menyambarnya. Siapa Ki Ageng Selo silakan baca cerita dibawah ini.

 

SILSILAH & ASAL USUL KI AGENG SELO

Ki Ageng Selo memiliki nama kecil Bagus Songgom, beliau keturunan Ki Getas Pandawa anak dari Bondan Kejawan alias Dyah Lembu Peteng anak dari Prabu Kertabumi (Majapahit). Ki Ageng Selo kemudian memiliki anak laki-laki yang dikenal sebagai Ki Ageng Ngenis dengan enam kakak yang semuanya perempuan. Ki Ageng Ngenis memiliki anak yang dikenal sebagai Ki Ageng Pemanahan. Ki Ageng Pemanahan inilah yang membuka hutan Mataram , anak Ki Ageng Pemanahan bernama Danang Sutowijaya, dan Sutowijaya ini dikenal sebagai Panembahan Senopati pendiri Dinasti Mataram Islam.

 

Ki Ageng Selo hidup di masa Kesultanan Demak. Tepatnya pada masa kekuasaan Sultan Trenggana, awal abad ke-16. Dia lahir sekitar akhir abad-15 atau awal abad ke-16. Dinamakan Selo karena desa tempatnya tinggal bernama desa Selo. Nama Selo berkaitan dengan keberadaan bukit/gunung berapi, dan merupakan sumber banyak garam dan api abadi yang terdapat dari wilayah Grobogan. Di desa tersebut juga Ki Ageng Selo meninggal dan dimakamkan.


LEGENDA KI AGENG SELO MENANGKAP PETIR

Ki Ageng Selo dikenal sebagai sang penakluk petir. Kisah tersebut bermula saat Ki Ageng Selo membuka ladang. Kemudian tiba-tiba langit menjadi mendung dan mulai turun hujan, seketika itu datang petir dan kilat yang menyambar-nyambar, sehingga mengganggu kegiatan pertaniannya. Terganggu dengan hal tersebut, Ki Ageng Selo menantang petir yang berusaha mengganggunya untuk menampakkan wujudnya. 


Tak lama kemudian petir tersebut berubah menjadi naga dan berubah wujud berkali-kali menjadi makhluk mengerikan. Ki Ageng Selo yang merasa kesal karena dirinya diganggu oleh makhluk tersebut maka terjadi perkelahian antara keduanya diiringi petir yang menggelegar. Pada akhirnya, Ki Ageng Selo berhasil mengalahkan makhluk tersebut dan mengikatnya di sebuah pohon Gandrik dan makhluk tersebut berubah menjadi kakek tua. 


Ki Ageng Selo pun membawa kakek tua yang terus berubah-ubah wujud tersebut ke Demak untuk dilaporkan kepada sultan. Di Demak, datanglah seorang nenek yang menyiramkan air ke tubuh kakek tersebut. Lalu, suara petir menggelegar, mendadak kakek dan nenek tersebut menghilang. 


Kisah tersebutlah yang membuat Ki Ageng Selo dikenal luas sebagai sang penakluk petir. Kisah Ki Ageng Selo menaklukkan petir diabadikan dalam ukiran pada lawang bledheg atau pintu Masjid Agung Demak. Sampai sekarang, pintu tersebut masih dapat disaksikan. Ukiran pada daun pintu tersebut memperhatikan motif tumbuh-tumbuhan, suluran, jambangan, mahkota mirip stupa, tumpal, camara dan dua kepala naga yang menyemburkan api.


Demikianlah sekilas kisah legenda Ki Ageng Selo leluhur Mataram Islam. Terima kasih sudah membaca.


Sumber : jateng.solopos, Babad Tanah Jawi, Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius, H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu

MISTERI BATERAI BAGHDAD Ini adalah Baterai Baghdad, sebuah sebutan untuk artefak-artefak yang ditemukan pada tahun 1936 oleh seorang arkeolog Jerman bernama Wilhelm König, yang sedang melakukan pencarian di sebuah makam kuno di desa Khuyut Rabbou'a, dekat Baghdad, Irak. Artefak ini berupa sebuah pot tanah liat berwarna kuning, berukuran 6 inci, sebuah silinder yang terbuat dari lembaran tembaga yang ditempelkan pada mulut panci menggunakan segel dari 60% -40% campuran timbal-timah, dan sebuah batang besi. Pada tahun 1938, König menerbitkan tulisan yang menduga bahwa artefak tersebut merupakan sel galvanik, yaitu sebuah alat yang dapat menghasilkan arus listrik dengan menggunakan reaksi kimia antara dua logam yang dicelupkan ke dalam larutan elektrolit. Jika benar, artefak ini mendahului penemuan Alessandro Volta tahun 1800, yang dianggap sebagai penemu baterai modern. Tapi beberapa ilmuwan tidak sependapat dengan Konig dan berspekulasi bahwa artefak ini tidak benar berfungsi sebagai baterai, karena tidak ada bukti bahwa orang-orang di zaman kuno memiliki pengetahuan dan teknologi listrik yang cukup untuk membuat dan menggunakan baterai. Selain itu, tidak ada penjelasan yang meyakinkan tentang kegunaan dan asal-usul artefak ini. Apakah artefak ini benar dibuat di Mesopotamia atau diimpor dari tempat lain? Dan apakah untuk tujuan keagamaan, medis, atau ilmiah? Atau apakah artefak ini hanyalah sebuah kebetulan yang tidak berarti? Sampai saat ini, belum ada jawaban yang pasti. Sumber: Baterai Baghdad berusia 2.000 tahun (jp-robinson.com)

 MISTERI BATERAI BAGHDAD


Ini adalah Baterai Baghdad, sebuah sebutan untuk artefak-artefak yang ditemukan pada tahun 1936 oleh seorang arkeolog Jerman bernama Wilhelm König, yang sedang melakukan pencarian di sebuah makam kuno di desa Khuyut Rabbou'a, dekat Baghdad, Irak. 



Artefak ini berupa sebuah pot tanah liat berwarna kuning, berukuran 6 inci, sebuah silinder yang terbuat dari lembaran tembaga yang ditempelkan pada mulut panci menggunakan segel dari 60% -40% campuran timbal-timah, dan sebuah batang besi. 


Pada tahun 1938, König menerbitkan tulisan yang menduga bahwa artefak tersebut merupakan sel galvanik, yaitu sebuah alat yang dapat menghasilkan arus listrik dengan menggunakan reaksi kimia antara dua logam yang dicelupkan ke dalam larutan elektrolit. Jika benar, artefak ini mendahului penemuan Alessandro Volta tahun 1800, yang dianggap sebagai penemu baterai modern.


Tapi beberapa ilmuwan tidak sependapat dengan Konig dan berspekulasi bahwa artefak ini tidak benar berfungsi sebagai baterai, karena tidak ada bukti bahwa orang-orang di zaman kuno memiliki pengetahuan dan teknologi listrik yang cukup untuk membuat dan menggunakan baterai. 


Selain itu, tidak ada penjelasan yang meyakinkan tentang kegunaan dan asal-usul artefak ini. Apakah artefak ini benar dibuat di Mesopotamia atau diimpor dari tempat lain? Dan apakah untuk tujuan keagamaan, medis, atau ilmiah? Atau apakah artefak ini hanyalah sebuah kebetulan yang tidak berarti? Sampai saat ini, belum ada jawaban yang pasti. 


Sumber: Baterai Baghdad berusia 2.000 tahun (jp-robinson.com)

04 June 2024

PRABHU AMANGKURAT AGUNG Terlahir dengan nama Gusti Raden Mas Sayidin pada tanggal 24 Juni 1619 di Keraton Kotagedhe. Beliau adalah putra Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Garwa Ratu Mas Batang, cucu Ki Ageng Juru Mertani. Sejak kecil Raden Sayidin adalah pribadi yang ramah tamah, cerdas , pintar, terampil, welas asih, unggul, bijaksana Ketika kecil beliau diasuh oleh Eyang putri Ratu Mas Hadi, Garwa Panembahan Hadi Hanyakrawati. Sultan Agung sangat perhatian dan peduli untuk pendidikan dan masa depan putranya. Raden Sayidin menghabiskan waktunya untuk sekolah / menimba ilmu diluar Kraton Karta. Pada usia 4 tahun dimasukkan ke pesantren anak anak di Nglandoh Kayen Pati.Tahun 1625 Raden Sayidin melanjutkan belajar Agama di Pondok Pesantren Besuki Pasuruan. Di antar oleh Kanjeng Ratu Pandansari istri dari Pangeran Pekik bupati Surabaya. Tahun 1627 Belajar Ilmu kejawen Di padepokan Joyoboyo yang di kelola oleh Raden Panji di Kediri.Kemudian Tahun 1628 Raden Sayidin melanjutkan Belajar Agama dengan Syech Syamsuddin Berasal dari Baros atau sering di sebut Ki Lembah Manah di padepokan Pekuncen Tegal.Tahun 1629 Melanjutkan belajar Agama di Perguruan Sunan Kalijaga di Kadilangu Demak. Tahun 1630 melanjutkan belajar Sejarah Ki Ageng tarub dan Ki Ageng Selo di wilayah Grobogan. Tahun 1632 Raden Sayidin belajar Demografi di kota Tamasek Singapura. Tahun 1634 Hamangkurat Agung lanjut belajar ke Turki Dengan izin Sultan Murad IV beliau belajar ilmu sosiologi di Universitas Teknik Istanbul Turki. Tahun 1636 Raden Sayidin melanjutkan belajar tentang ilmu Tata kota di negri Paris, atas beasiswa dari Raja Louis IV Perancis. Tahun 1638 sepulang dari Prancis beliau menunaikan ibadah haji ke kota Mekkah. Bersama rombongan Alim Ulama dari Sumenep Madura. Setelah Sultan Agung Hanyokrokusumo wafat, beliau menggantikan sebagai Raja Mataram. Tetapi penobatan dilaksanakan pada tahun 1646 dengan gelar : Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Prabu Amangkurat Senapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping I Pada tahun 1647 Sunan Amangkurat I memindahkan kedudukan ibukota Keraton Mataram dari Karta ke Plered. " Segenap rakyatku, buatlah batu bata. Karena saya tidak mau tinggal di bekas kediaman Ayahanda. Saya akan membangun Kota Pleret " Itulah sabda Raden Sayidin sesaat setelah dinobatkan menjadi Sultan Mataram yang bergelar Sunan Amangkurat I Sunan Amangkurat I memindahkan pusat kerajaan Mataram dari Karta ke Pleret yang jaraknya hanya 2km pada tahun 1647 Karena pada intinya Sunan Amangkurat I menginginkan istana yang terlindung dari serangan musuh. Beliau ingin membangun kraton di Pleret karena disana kotanya diapit oleh dua sungai yaitu Kali Opak dan Kali Gajah yang membuat musuh tidak bisa langsung menyerbu Pleret. Dan lagi beliau meneruskan pembangunan Danau buatan yang membendung Kali Opak yang dulu telah dibangun oleh Sultan Agung dan dinamakan " Segara Yasa " sebagai tempat berlatih armada perang, juga untuk keperluan sehari hari kraton dan rakyat sekitar.Juga untuk pengamanan jika ada serangan dari luar. Istana Pleret di bangun diatas tanah seluas 35 hektar didalam tembok beteng yang tingginya tiga depa. dengan dua lapis pintu gerbang,dan disekeliling luar beteng dibangun parit parit dalam. Sunan Amangkurat I juga membangun Masjid yang lebih luas dan indah dan Krapyak untuk Beliau berburu. Beliau juga membangun Sumur Gumuling, yang menurut babad menghubungkan Kraton Pleret hingga ke Laut Selatan. Lebih dari semua itu Kraton Pleret sangatlah indah dipandang, sebuah istana dipinggir danau dengan latar belakang gunung Seribu. Masa pemerintahan Sunan Amangkurat I banyak dibangun usaha industri dan mengembangkan pertanian sebagai Nagari Agraris Tahun 1639 mendirikan Pabrik trasi di lasem rembang dan pabrik brem di madiun. Tahun 1661 Membangun Industri logam di Kudus Tahun 1666 Mengembangkan Tanaman agrobis di lereng Semeru Malang. Tahun 1659 Mengembangkan Tanaman kopi di kembang Ungaran. Tahun 1669 membangun pasar lelang ikan di Sampang Madura. Tahun 1670 membangun Industri kopi di Bangkalan Madura. Tahun 1668 mengembangkan garam yodium di Pamekasan Madura. Tahun 1673 membangun Industri logam di Sidoarjo. Tahun 1656 membangun Bendungan serayu di Purbalingga Tahun 1672 membangun Industri gula merah di Kebumen Sunan Amangkurat I juga ingin mewujudkan Kraton Mataram sebagai Negeri Bahari atau Nagari Maritim Tahun 1640 Pangeran Sayidin Mendirikan Sekolah Pelayaran di Kabupaten Tegal. Tahun 1648 Hamangkurat Agung Membangun Pelabuhan Tanjung Perak surabaya. Tahun 1654 Hamangkurat Agung membangun Pelabuhan Tanjung Kodok Lamongan. Tahun 1658 Hamangkurat Agung membangun Pelabuhan Tanjung Emas Kendal Semarang Sunan Amangkurat I sangat peduli kepada rakyatnya terbukti beliau mendirikan yayasan untuk menolong rakyatnya Tahun 1643 mendirikan Yayasan Pendidikan Untuk Anak tidak mampu di Brosot Kulonprogo Tahun 1643 mendirikan Yayasan Yatim piatu di Lesmana Ajibarang Banyumas. Tahun 1674 membangun rumah sakit umum di salatiga. Tahun 1676 membangun rumah sosial di Gumelem Susukan Banjarnegara. Tahun 1676 membuat kantor pertolongan buat orang miskin di Karanggayam Kebumen. Namun demikian masa pemerintahan Sunan Amangkurat ,Kraton Pleret banyak menyimpan kisah intrik, tragedi, tragis dan miris para penghuninya. Ada cerita pembunuhan, perselingkuhan, perebutan tahta.Ada kisah Pangeran Alit adik Sunan Amangkurat I yang dibunuh berikut para pendukungnya karena melawan kakaknya, Ada kisah cinta segitiga Rara Hoyi , Sunan Amangkurat I dan Raden Rahmat putranya yang akhirnya Rara Hoyi dibunuh oleh Raden Rahmat karena perintah ayahnya. Ada kisah Pangeran Pekik sang mertua Sunan Amangkurat I yang dibunuh oleh menantunya. Ada pula kisah Ratu Malang, istri Sunan Amangkurat I yang wafat dan dianggap pembunuhnya para selirnya Hingga Pleret mencapai titik akhir ketika Sunan Amangkurat I membatalkan Raden Rahmat sebagai putra mahkota digantikan putranya yang lain. Dan Raden Rahmat meminta Panembahan Rama seorang cucu Sunan Tembayat juga keturunan Pangeran Kajoran seorang Guru spritual yang dikenal sakti dan dihormati untuk mencari orang untuk menundukkan ayahnya. Dan tersebutlah Trunajaya keponakan Panembahan Rama yang kemudian menyerang Pleret dan menguasai Kraton Pleret pada tanggal 28 Juni 1677 hingga membuat Sunan Amangkurat I keluar dari istana pada malam hari dengan didampingi keluarganya juga Raden Rahmat yang berbalik arah memusuhi Trunajaya. Tujuannya adalah ke Batavia. Sebelum menuju ke barat, Sunan Amangkurat I terlebih dahulu nyekar ke makam Sultan Agung, Ayahandanya di Astana Imogiri. Di sana beliau bermalam satu hari. Keesokan harinya beliau dan rombongan melanjutkan perjalanan ke arah barat. Pada tanggal 30 Juni 1677 rombongan Amangkurat Agung memasuki wilayah Panjer Roma yaitu di Rowo Ambal yang disambut langsung oleh Adipati Panjer Roma yaitu Ki Kertowongso (Ki Gedhe Panjer lll) putra Ki Curigo putra Ki Kertasuta putra Ki Bodronolo putra Ki Madusena putra Ki Ageng Wanabaya. Sesampainya di rumah kediaman Ki Gedhe Panjer lll, didapatinya badan Sunan Amangkurat I terlihat lemas dengan wajah pucat. Ki Gedhe Panjer lll memastikan bahwa penyakit beliau bukan penyakit biasa melainkan akibat keracunan. Ki Gedhe Panjer lll berinsiatif untuk memberinya air kelapa muda, tetapi karena suasananya malam hari dan sedang hujan lebat Ki Gedhe Panjer lll yang didapatinya adalah kelapa yang sudah tua dan memberikan air kelapa tua (kelapa aking) tersebut kepada Amangkurat Agung. Ajaibnya badan beliau kembali sehat dan merasa segar, kekuatannya pun pulih kembali. Maka atas jasanya dalam memberi minum kelapa aking kepada Sunan Amangkurat Agung itulah Ki Gedhe Panjer III kemudian diangkat sebagai seorang Tumenggung dengan gelar Tumenggung Kalapa Aking I (Kolopaking I) Selain itu, ia juga dinikahkan dengan putri Sunan Amangkurat I yang bernama Dewi Mulat (Klenting Abang). Dan kelak menurunkan Kolopaking. Selanjutnya pada tanggal 3 Juli 1677 rombongan Amangkurat Agung kembali melanjutkan perjalanan ke arah barat dengan diantar oleh Ki Gedhe Panjer lll melalui daerah Bocor sampai ke Nampudadi dimana Adipati Anom, sang putra mahkota menyusul ayahnya dari arah timur dan bergabung bersama rombongan sampai ke Karanganyar. Tiba di Banyumas rombongan Amangkurat Agung menginap tiga malam. Ketika kesehatannya sudah agak membaik, rombongan Raja itu melanjutkan perjalanannya ke Ajibarang. Di Ajibarang kembali jatuh sakit. Raja pun menyerahkan benda pusaka berupa gong Kiai Bijak dan keris Kiai Baladar kepada Raden Rahmat dan terpaksa menunjuk Raden Rahmat sebagai Penggantinya sebagai raja Mataram dengan gelar Sunan Amangkurat II. Tetapi Sunan Amangkurat I juga bersumpah kelak Raden Rahmat hanya akan menurunkan satu keturunan raja saja. Perjalanan masih dilanjutkan, tapi tiba di Wanayasa atau Winduaji, Raja Mataram Amangkurat I itu pun wafat, di Desa Pasiraman. Dari kata siram, yang artinya dimandikan, berubah menjadi nama desa, yaitu Pasiraman. Tanggal 13 Juli 1677 Sunan Amangkurat I meninggal di Wanayasa (suatu desa di Banyumas utara) ketika dalam pelarian, dan beliau berwasiat agar dimakamkan di dekat gurunya. Lokasinya kini ada di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal. Karena tanahnya berbau harum, daerah tempat Amangkurat I dimakamkan dijuluki "Tegalarum" atau "Tegalwangi". Akhirnya Sunan Amangkurat I dijuluki dengan nama Sunan Tegalarum atau Sunan Tegalwangi. Jenasah Susuhunan Amangkurat Agung yang berkuasa selama 33 tahun itu akhirnya dimakamkan / diletakkan / disarekan di Tegalwangi, di bangun di suatu ketinggian puncak bukit buatan tanpa dikuburkan. Hingga akhirnya tahun 1960 an peti jenasah beliau ditutup dengan tanah. Dan disempurnakan dengan batu nisan / kijing diatasnya Amangkurat I dimakamkan disamping makam gurunya Tumenggung Danupaya alias Ki Ageng Lembah Manah, agak jauh dari makam guru spiritualnya Syekh Syamsuddin. Di atas makamnya dibangun cungkup yang sederhana. Setelah beliau wafat, pada tahun 1678 sebagai penghormatan untuk Sunan Amangkurat I atas jasa jasa beliau untuk Kraton Mataram dan kepedulian beliau kepada rakyat miskin akhirnya Sunan Amangkurat II menganugrahkan gelar untuk Sunan Amangkurat I yaitu : " Susuhunan Prabhu Amangkurat Agung " Tahun 1644 menikah dengan Kanjeng Ratu Pembayun putri Pangeran Pekik. Kanjeng Ratu Pembayun wafat setelah melahirkan Raden Rahmat ( kelak Sunan Amangkurat II ) Tahun 1646 Sunan Amangkurat I menikah dengan Ratu Wiratsari Atau Kanjeng Ratu kencono, putri pangeran major dari pajang melahirkan Raden Drajat ( kelak Pakubuwana I) Garwa Sunan Amangkurat I: I.Kangjêng Ratu Pembayun, putri P.Pekik Surabaya II. Kangjêng Ratu Wetan, banjur nama Ratu Kulon, Kangdjeng Ratu Kencono Trah Kajoran III. Kangjêng Ratu Mas Malang, IV. Kangjêng Ratu Kêncana, saka Kranon, V. Kangjêng Ratu Pasuruhan, kemudian nama Ratu Ayu Mangkurat, Para Putra : 1. Radèn Mas Rahmat, apêparab Radèn Mas Kuning (saka garwa padmi I) nama Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Anom Mataram, barêng jumênêng nata ajêjuluk Ingkang Sinuhun Kangjêng Susuhunan Mangkurat, ing Kartasura. . 2. Putri (saka garwa padmi I.) seda timur, ora antara lawas kang ibu nututi seda, Radèn Mas Rahmat, kaparingake marang ingkang garwa II. 3. Pangeran Adipati Pugêr (saka garwa padmi II) jumênêng nata ana ing Mataram, ajêjuluk Kangjêng Susuhunan ing Ngalaga, ,Ingkang Sinuhun Kangjêng Susuhunan Pakubuwana I Senapati ing Ngalaga Ngabdurrahman Sayidin Panatagama. 4. Radèn Ajêng Putih (saka garwa pangrêmbe Radèn Langênkusuma, saka ing Banyumas) nama Radèn Ayu Pamot. 5. Radèn Mas Kabula (saka garwa pangrêmbe Radèn Mangkukusuma, putri Mangkubumèn, Mataram, nama Pangeran Martasana. 6. Radèn Mas Pandonga (saka garwa padmi II) nama Pangeran Singasari. 7. Kakung (saka garwa pangrêmbe Mas Ayu Galuh saka Majagaluh) seda timur. 8. Radèn Mas Subêkti (saka garwa padmi III) nama Pangeran Silarong. 9. Putri (saka garwa pangrêmbe Mas Ayu Wulan, saka ing Kajoran) seda timur. 10. Radèn Mas Rêsika (saka garwa padmi III) nama Pangeran Natapraja. 11. Radèn Mas Dadi (saka garwa padmi V) nama Pangeran Rănggasatata. 12. Radèn Mas Sujanma (saka garwa pangrêmbe Mas Ayu Wulan, nama Pangeran Arya Panular. 13. Radèn Ajêng Brungut (saka garwa pangrêmbe Mas Ayu Mayangsari) nama Radèn Ayu Klêting Kuning, salin nama Radèn Ayu Pucang, krama olèh Radèn Arya Sindurêja pêpatih ing Kartasura, pêputra Radèn Sukra, iya Natadirja. 14. Putri (saka garwa padmi IV) nama nunggaksêmi kangbok ayu (13) Radèn Ayu Klêting Kuning, kaboyong marang Trunajaya. 15. Putri (saka garwa pangrêmbe Mas Kênya ing Priyêmbadan) nama Radèn Ayu Klêting Biru, ditrimakake dening kang raka (1) olèh Bagus Buwang, banjur jinunjung linggihe aran Tumênggung Mangkuyuda. 16. Putri (id.) nama Radèn Ayu Klêting Wungu, banjur nama Radèn Ayu Răngga ing Kaliwungu, pêgat seda, krama manèh olèh adipati Mangkupraja. 17. Radèn Mas Tapa (id.) jinunjung dening kang raka (1) nama Pangeran Arya Mataram. 18. Radèn Ajêng Mulat (saka kalangênan manggung Rara Wilas) nama Radèn Ayu Klêting Abang seda. 19. Radèn Ajêng Siram (saka Bok Pantês ing Pajagalan) nama Radèn Ayu Klêting Irêng seda. 20. Kakung (saka garwa pangrêmbe Mas Ayu Danariyêm, saka Gadhing) seda timur. 21. Radèn Ajêng Tungle (saka garwa pangrêmbe Mas Tasik) nama Radèn Ayu Klêting Dadu, katrimakake dening kang raka (1) olèh Radèn Danurêja, banjur nama Radèn Ayu Danurêja. 22. Radèn Ajêng Pusuh (saka garwa pangrêmbe Mas Ayu Danariyêm) nama Radèn Ayu Klêting Ijo, dhaup olèh Pangeran Adipati Wiramênggala 23. Pangeran Harya Natabrata ( saka garwa Ratu Mas Malang ) Al-Fatihah kagem Sunan Amangkurat I. Dikisahkan ulang oleh K.R.T Koes Sajid Djayaningrat

 PRABHU AMANGKURAT AGUNG  


Terlahir dengan nama Gusti Raden Mas Sayidin pada tanggal 24 Juni 1619 di Keraton Kotagedhe. 

Beliau adalah putra Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Garwa Ratu Mas Batang, cucu Ki Ageng Juru Mertani.



Sejak kecil Raden Sayidin adalah pribadi yang ramah tamah, cerdas , pintar, terampil, welas asih, unggul, bijaksana 


Ketika kecil beliau diasuh oleh Eyang putri Ratu  Mas Hadi, Garwa Panembahan Hadi Hanyakrawati. Sultan Agung sangat perhatian dan peduli untuk pendidikan dan masa depan putranya. Raden Sayidin menghabiskan waktunya untuk sekolah  / menimba ilmu diluar Kraton Karta.

Pada usia 4 tahun dimasukkan ke pesantren anak anak di Nglandoh Kayen Pati.Tahun 1625 Raden Sayidin melanjutkan belajar Agama di Pondok Pesantren Besuki Pasuruan. Di antar oleh Kanjeng Ratu Pandansari istri dari Pangeran Pekik bupati Surabaya. Tahun 1627 Belajar Ilmu kejawen Di padepokan Joyoboyo yang di kelola oleh Raden Panji di Kediri.Kemudian Tahun 1628 Raden Sayidin melanjutkan Belajar Agama dengan Syech Syamsuddin Berasal dari Baros atau sering di sebut Ki Lembah Manah di padepokan Pekuncen Tegal.Tahun 1629 Melanjutkan belajar Agama di Perguruan Sunan Kalijaga di Kadilangu Demak. Tahun 1630 melanjutkan belajar Sejarah Ki Ageng tarub dan Ki Ageng Selo di wilayah Grobogan. Tahun 1632 Raden Sayidin belajar Demografi di kota Tamasek Singapura. Tahun 1634 Hamangkurat Agung lanjut belajar ke Turki Dengan izin Sultan Murad IV beliau belajar ilmu sosiologi di Universitas Teknik Istanbul Turki. 

Tahun 1636 Raden Sayidin melanjutkan belajar tentang ilmu Tata kota di negri Paris, atas beasiswa dari Raja Louis IV Perancis. 

Tahun 1638 sepulang dari Prancis beliau menunaikan ibadah haji ke kota Mekkah. Bersama rombongan Alim Ulama dari Sumenep Madura. 


Setelah Sultan Agung Hanyokrokusumo wafat, beliau menggantikan sebagai Raja Mataram. Tetapi penobatan dilaksanakan  pada tahun 1646 dengan gelar :


Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Prabu Amangkurat Senapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping I


Pada tahun 1647 Sunan Amangkurat I memindahkan kedudukan ibukota Keraton Mataram dari Karta ke Plered.


" Segenap rakyatku,  buatlah batu bata. Karena saya tidak mau tinggal di bekas kediaman Ayahanda. Saya akan membangun Kota Pleret "


Itulah sabda Raden Sayidin sesaat setelah dinobatkan menjadi Sultan Mataram yang bergelar Sunan Amangkurat I


Sunan Amangkurat I memindahkan pusat kerajaan Mataram dari Karta ke Pleret yang jaraknya hanya 2km pada tahun 1647 Karena pada intinya Sunan Amangkurat I menginginkan istana yang terlindung dari serangan musuh. Beliau ingin membangun kraton di Pleret karena disana kotanya diapit oleh dua sungai yaitu Kali Opak dan Kali Gajah yang membuat musuh tidak bisa langsung menyerbu Pleret. Dan lagi beliau meneruskan pembangunan Danau buatan yang membendung Kali Opak  yang dulu telah dibangun oleh Sultan Agung dan dinamakan " Segara Yasa " sebagai tempat berlatih armada perang, juga untuk keperluan sehari hari kraton dan rakyat sekitar.Juga untuk pengamanan jika ada serangan dari luar. 


Istana Pleret di bangun diatas tanah seluas 35 hektar didalam tembok beteng yang tingginya tiga depa. dengan dua lapis pintu gerbang,dan disekeliling luar beteng dibangun parit parit dalam. 

Sunan Amangkurat I juga membangun Masjid yang lebih luas dan indah  dan Krapyak untuk Beliau berburu. Beliau juga  membangun Sumur Gumuling, yang menurut babad menghubungkan Kraton Pleret hingga ke Laut Selatan. 


Lebih dari semua itu Kraton Pleret sangatlah indah dipandang, sebuah istana dipinggir danau dengan latar belakang gunung Seribu. 


Masa pemerintahan Sunan Amangkurat I banyak dibangun usaha industri dan mengembangkan pertanian sebagai Nagari Agraris

Tahun 1639 mendirikan Pabrik trasi di lasem rembang dan pabrik brem di madiun.

Tahun 1661 Membangun Industri logam di Kudus

Tahun 1666 Mengembangkan Tanaman agrobis di lereng Semeru Malang. 

Tahun 1659  Mengembangkan Tanaman kopi di kembang Ungaran. 

Tahun 1669 membangun pasar lelang ikan di Sampang Madura. 

Tahun 1670 membangun Industri kopi di Bangkalan Madura. 

Tahun 1668  mengembangkan garam yodium di Pamekasan Madura. 

Tahun 1673 membangun Industri logam di Sidoarjo.

Tahun 1656 membangun Bendungan serayu di Purbalingga

Tahun 1672 membangun Industri gula merah di Kebumen


Sunan Amangkurat I juga ingin mewujudkan Kraton Mataram sebagai Negeri Bahari atau Nagari Maritim 

Tahun 1640 Pangeran  Sayidin Mendirikan Sekolah Pelayaran di Kabupaten Tegal. 

Tahun 1648 Hamangkurat Agung Membangun Pelabuhan Tanjung Perak surabaya. 

Tahun 1654 Hamangkurat Agung membangun Pelabuhan Tanjung Kodok Lamongan. 

Tahun 1658 Hamangkurat Agung membangun Pelabuhan Tanjung Emas Kendal Semarang


Sunan Amangkurat I sangat peduli kepada rakyatnya terbukti beliau mendirikan yayasan untuk menolong rakyatnya

Tahun 1643  mendirikan Yayasan Pendidikan Untuk Anak tidak mampu di Brosot Kulonprogo 

Tahun 1643 mendirikan Yayasan Yatim piatu di Lesmana Ajibarang Banyumas. 

Tahun 1674  membangun rumah sakit umum di salatiga. 

Tahun 1676 membangun rumah sosial di Gumelem Susukan Banjarnegara. 

Tahun 1676 membuat kantor pertolongan buat orang miskin di Karanggayam Kebumen. 


Namun demikian masa pemerintahan Sunan Amangkurat  ,Kraton Pleret banyak menyimpan kisah intrik,  tragedi, tragis dan miris para penghuninya. Ada cerita pembunuhan, perselingkuhan, perebutan tahta.Ada kisah Pangeran Alit adik Sunan Amangkurat I yang dibunuh berikut para pendukungnya karena melawan kakaknya, Ada kisah cinta segitiga Rara Hoyi , Sunan Amangkurat I dan Raden Rahmat putranya yang akhirnya Rara Hoyi dibunuh oleh Raden Rahmat  karena perintah ayahnya. Ada kisah Pangeran Pekik sang mertua Sunan Amangkurat I yang dibunuh oleh menantunya. Ada pula kisah Ratu Malang, istri Sunan Amangkurat I yang wafat dan dianggap pembunuhnya para selirnya 


Hingga Pleret mencapai titik akhir ketika Sunan Amangkurat I membatalkan Raden Rahmat sebagai putra mahkota digantikan putranya yang lain. Dan Raden Rahmat meminta Panembahan Rama seorang cucu Sunan Tembayat juga keturunan Pangeran Kajoran  seorang Guru spritual yang dikenal sakti dan dihormati untuk mencari orang untuk menundukkan ayahnya. Dan tersebutlah Trunajaya keponakan Panembahan Rama yang kemudian menyerang Pleret dan menguasai Kraton Pleret pada tanggal 28 Juni 1677 hingga membuat Sunan Amangkurat I keluar dari istana pada malam hari dengan didampingi keluarganya juga Raden Rahmat yang berbalik arah memusuhi Trunajaya. 

Tujuannya adalah ke Batavia. Sebelum menuju ke barat, Sunan Amangkurat I terlebih dahulu nyekar ke makam Sultan Agung,  Ayahandanya di Astana Imogiri. Di sana beliau bermalam satu hari. Keesokan harinya beliau dan rombongan melanjutkan perjalanan ke arah barat. Pada tanggal 30 Juni 1677 rombongan Amangkurat Agung memasuki wilayah Panjer Roma yaitu di Rowo Ambal yang disambut langsung oleh Adipati Panjer Roma yaitu Ki Kertowongso (Ki Gedhe Panjer lll) putra Ki Curigo putra Ki Kertasuta putra Ki Bodronolo putra Ki Madusena putra Ki Ageng Wanabaya. 


Sesampainya di rumah kediaman Ki Gedhe Panjer lll, didapatinya badan Sunan Amangkurat I terlihat lemas dengan wajah pucat. Ki Gedhe Panjer lll memastikan bahwa penyakit beliau bukan penyakit biasa melainkan akibat keracunan. Ki Gedhe Panjer lll berinsiatif untuk memberinya air kelapa muda, tetapi karena suasananya malam hari dan sedang hujan lebat Ki Gedhe Panjer lll yang didapatinya adalah kelapa yang sudah tua dan memberikan air kelapa tua (kelapa aking) tersebut kepada Amangkurat Agung. Ajaibnya badan beliau kembali sehat dan merasa segar, kekuatannya pun pulih kembali. 


Maka atas jasanya dalam memberi minum kelapa aking kepada Sunan Amangkurat Agung itulah Ki Gedhe Panjer III kemudian diangkat sebagai seorang Tumenggung dengan gelar Tumenggung Kalapa Aking I (Kolopaking I) Selain itu, ia juga dinikahkan dengan putri Sunan Amangkurat I yang bernama Dewi Mulat (Klenting Abang). Dan kelak menurunkan Kolopaking.


Selanjutnya pada tanggal 3 Juli 1677 rombongan Amangkurat Agung kembali melanjutkan perjalanan ke arah barat dengan diantar oleh Ki Gedhe Panjer lll melalui daerah Bocor sampai ke Nampudadi dimana Adipati Anom, sang putra mahkota menyusul ayahnya dari arah timur dan bergabung bersama rombongan sampai ke Karanganyar. 


Tiba di Banyumas rombongan Amangkurat Agung menginap tiga malam. Ketika kesehatannya sudah agak membaik, rombongan Raja itu melanjutkan perjalanannya ke Ajibarang. Di Ajibarang kembali jatuh sakit. Raja pun menyerahkan benda pusaka berupa gong Kiai Bijak dan keris Kiai Baladar kepada Raden Rahmat dan  terpaksa menunjuk Raden Rahmat sebagai Penggantinya sebagai raja Mataram dengan gelar Sunan Amangkurat II. Tetapi Sunan Amangkurat I juga bersumpah kelak Raden Rahmat hanya akan menurunkan satu keturunan raja saja. 


Perjalanan masih dilanjutkan, tapi tiba di Wanayasa atau Winduaji, Raja Mataram Amangkurat I itu pun wafat, di Desa Pasiraman. Dari kata siram, yang artinya dimandikan, berubah menjadi nama desa, yaitu Pasiraman.


Tanggal 13 Juli 1677 Sunan Amangkurat I meninggal di Wanayasa (suatu desa di Banyumas utara) ketika dalam pelarian, dan beliau berwasiat agar dimakamkan di dekat gurunya. Lokasinya kini ada di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal. Karena tanahnya berbau harum, daerah tempat Amangkurat I dimakamkan dijuluki "Tegalarum" atau "Tegalwangi". Akhirnya  Sunan Amangkurat I dijuluki dengan nama Sunan Tegalarum atau Sunan Tegalwangi. 


Jenasah Susuhunan Amangkurat Agung yang berkuasa selama 33 tahun itu akhirnya dimakamkan / diletakkan / disarekan di Tegalwangi, di bangun di suatu ketinggian puncak bukit buatan tanpa dikuburkan. Hingga akhirnya tahun 1960 an peti jenasah beliau ditutup dengan tanah. Dan disempurnakan dengan batu nisan / kijing diatasnya

Amangkurat I dimakamkan  disamping makam gurunya Tumenggung Danupaya alias Ki Ageng Lembah Manah, agak jauh dari makam guru spiritualnya Syekh Syamsuddin. Di atas makamnya  dibangun cungkup yang sederhana. 


Setelah beliau wafat, pada tahun 1678 sebagai penghormatan untuk Sunan Amangkurat I atas jasa jasa beliau untuk Kraton Mataram dan kepedulian beliau kepada rakyat miskin akhirnya Sunan Amangkurat II menganugrahkan gelar untuk Sunan Amangkurat I yaitu :


" Susuhunan Prabhu Amangkurat Agung " 


Tahun 1644  menikah dengan Kanjeng Ratu Pembayun putri Pangeran Pekik. Kanjeng Ratu Pembayun wafat setelah melahirkan Raden Rahmat ( kelak Sunan Amangkurat II )

Tahun 1646 Sunan Amangkurat I menikah dengan Ratu Wiratsari Atau Kanjeng Ratu kencono, putri pangeran major dari pajang melahirkan Raden Drajat ( kelak Pakubuwana I)


Garwa Sunan Amangkurat I:


I.Kangjêng Ratu Pembayun, putri P.Pekik  Surabaya


II. Kangjêng Ratu Wetan, banjur nama Ratu Kulon, Kangdjeng Ratu Kencono Trah Kajoran


III. Kangjêng Ratu Mas Malang,


IV. Kangjêng Ratu Kêncana, saka Kranon,


V. Kangjêng Ratu Pasuruhan, kemudian nama Ratu Ayu Mangkurat, 


Para Putra :

 1. Radèn Mas Rahmat, apêparab Radèn Mas Kuning (saka garwa padmi I) nama Kangjêng Gusti Pangeran Adipati Anom Mataram, barêng jumênêng nata ajêjuluk Ingkang Sinuhun Kangjêng Susuhunan Mangkurat, ing Kartasura. .


2. Putri (saka garwa padmi I.) seda timur, ora antara lawas kang ibu nututi seda, Radèn Mas Rahmat, kaparingake marang ingkang garwa II.


3. Pangeran Adipati Pugêr (saka garwa padmi II) jumênêng nata ana ing Mataram, ajêjuluk Kangjêng Susuhunan ing Ngalaga, ,Ingkang Sinuhun Kangjêng Susuhunan Pakubuwana I Senapati ing Ngalaga Ngabdurrahman Sayidin Panatagama.


4. Radèn Ajêng Putih (saka garwa pangrêmbe Radèn Langênkusuma, saka ing Banyumas) nama Radèn Ayu Pamot.


5. Radèn Mas Kabula (saka garwa pangrêmbe Radèn Mangkukusuma, putri Mangkubumèn, Mataram, nama Pangeran Martasana.


6. Radèn Mas Pandonga (saka garwa padmi II) nama Pangeran Singasari.


7. Kakung (saka garwa pangrêmbe Mas Ayu Galuh saka Majagaluh) seda timur.


8. Radèn Mas Subêkti (saka garwa padmi III) nama Pangeran Silarong.


9. Putri (saka garwa pangrêmbe Mas Ayu Wulan, saka ing Kajoran) seda timur.


10. Radèn Mas Rêsika (saka garwa padmi III) nama Pangeran Natapraja.


11. Radèn Mas Dadi (saka garwa padmi V) nama Pangeran Rănggasatata.


12. Radèn Mas Sujanma (saka garwa pangrêmbe Mas Ayu Wulan, nama Pangeran Arya Panular.


13. Radèn Ajêng Brungut (saka garwa pangrêmbe Mas Ayu Mayangsari) nama Radèn Ayu Klêting Kuning, salin nama Radèn Ayu Pucang, krama olèh Radèn Arya Sindurêja pêpatih ing Kartasura, pêputra Radèn Sukra, iya Natadirja.


14. Putri (saka garwa padmi IV) nama nunggaksêmi kangbok ayu (13) Radèn Ayu Klêting Kuning, kaboyong marang Trunajaya.


15. Putri (saka garwa pangrêmbe Mas Kênya ing Priyêmbadan) nama Radèn Ayu Klêting Biru, ditrimakake dening kang raka (1) olèh Bagus Buwang, banjur jinunjung linggihe aran Tumênggung Mangkuyuda.


16. Putri (id.) nama Radèn Ayu Klêting Wungu, banjur nama Radèn Ayu Răngga ing Kaliwungu, pêgat seda, krama manèh olèh adipati Mangkupraja.


17. Radèn Mas Tapa (id.) jinunjung dening kang raka (1) nama Pangeran Arya Mataram.


18. Radèn Ajêng Mulat (saka kalangênan manggung Rara Wilas) nama Radèn Ayu Klêting Abang seda.


19. Radèn Ajêng Siram (saka Bok Pantês ing Pajagalan) nama Radèn Ayu Klêting Irêng seda.


20. Kakung (saka garwa pangrêmbe Mas Ayu Danariyêm, saka Gadhing) seda timur.


21. Radèn Ajêng Tungle (saka garwa pangrêmbe Mas Tasik) nama Radèn Ayu Klêting Dadu, katrimakake dening kang raka (1) olèh Radèn Danurêja, banjur nama Radèn Ayu Danurêja.


22. Radèn Ajêng Pusuh (saka garwa pangrêmbe Mas Ayu Danariyêm) nama Radèn Ayu Klêting Ijo, dhaup olèh Pangeran Adipati Wiramênggala

23. Pangeran Harya Natabrata ( saka garwa Ratu Mas Malang )


Al-Fatihah kagem Sunan Amangkurat I.


Dikisahkan ulang oleh K.R.T Koes Sajid Djayaningrat