02 October 2025

Keterangan seorang polisi memudahkan kerja Sarwo Edhie menemukan 7 jenazah Pahlawan Revolusi Tanggal 1 Oktober 1965 tengah malam, Sarwo Edhie mendapat perintah dari Pangkostrad menyerbu Halim Perdana Kusuma untuk memadamkan Gerakan 30 September 1965. Dipilih waktu malam atau tepatnya menjelang dini hari menuju Halim adalah untuk menghindari jatuhnya korban. Pasukan ke Halim ini dipecahkan menjadi dua poros. Dari arah timur bergerak 5 tim RPKAD dengan 1 kompi panser. Sedangkan satu lagi dari arah Cawang bergerak batalyon Raider yang diperkuat 22 buah tank. Kesemuanya ini di bawah Komando Sarwo Edhie. Sampai di daerah Halim, matahari hampir muncul, sehingga pelaksanaan penyerangan menjadi tergesa-gesa. Ada panser yang nyasar masuk ke Halim lebih dulu dan sebagainya. Selain itu, tujuan penyerangan ke Halim adalah untuk mencari jenazah para jenderal yang diculik oleh Gerakan 30 September. Tapi hingga keesokan ahrinya, jenazah-jenazah itu tak kunjung ditemukan. Hingga kemudian datanglah informasi dari Sukitkan, seorang anggota polisi yang turut diculik pada 1 Oktober dini hari itu ketika berpatroli di dekat rumah DI Panjaitan yang akhirnya lolos dari maut. Sukitman bercerita bahwa dia sempat melihat seorang pria ditutup matanya, digiring ke samping rumah. Dia juga mendengar rentetan tembakan diiringi sorak sorai. Tempat terjadinya peristiwa ini di Lubang Buaya. Melalui keterangan dan petunjuk Sukitkan, pasukan RPKAD menuju Lubang Buaya. Sampai di tujuan, ternyata jejak yang dicari mengabur. Areal pohon karet itu tanahnya sudah dipasirkan, sehingga sukar dilacak lubang yang diduga sebagai tempat penanaman mayat. Pencarian akhirnya berhasil setelah seorang anggota RPKAD melakukan pencarian dengan menggunakan bayonet seperti mencari ranjau. Pada bagian tanah dirasakan keempukan, lalu pencarian dilakukan dengan tangan. Keadaan mencurigakan pada bagian tanah itu semakin dalam, manakala pada lapisan-lapisan penggalian ditemukan tali-tali berwarna kuning dan dedaunan yang masih berwarna hijau. Pekerjaan yang dimulai dari sore hari itu dihentikan pada malam hari, manakala seorang penduduk yang ikut menggali jatuh pingsan melihat kaki manusia pada galiannya. Tempat sekitar pun menjadi ramai, segera Sarwo Edhie melaporkan kejadian itu kepada Soeharto. Keesokan harinya Harto langsung yang memimpin penggalian sumur di Lubang Buaya. Tanggal 5 Oktober, bertepatan dengan HUT ABRI, pahlawan revolusi dibawa dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Baca artikel selengkapnya di sini https://intisari.grid.id/read/034302771/detik-detik-1-oktober-1996-untung-sarwo-edhie-dapat-petunjuk-dari-prajurit-polisi-yang-lolos-dari-maut #SarwoEdhie #sukitman #lubangbuaya #G30S

 Keterangan seorang polisi memudahkan kerja Sarwo Edhie menemukan 7 jenazah Pahlawan Revolusi



Tanggal 1 Oktober 1965 tengah malam, Sarwo Edhie mendapat perintah dari Pangkostrad menyerbu Halim Perdana Kusuma untuk memadamkan Gerakan 30 September 1965. Dipilih waktu malam atau tepatnya menjelang dini hari menuju Halim adalah untuk menghindari jatuhnya korban. 


Pasukan ke Halim ini dipecahkan menjadi dua poros. Dari arah timur bergerak 5 tim RPKAD dengan 1 kompi panser. Sedangkan satu lagi dari arah Cawang bergerak batalyon Raider yang diperkuat 22 buah tank. Kesemuanya ini di bawah Komando Sarwo Edhie.


Sampai di daerah Halim, matahari hampir muncul, sehingga pelaksanaan penyerangan menjadi tergesa-gesa. Ada panser yang nyasar masuk ke Halim lebih dulu dan sebagainya.


Selain itu, tujuan penyerangan ke Halim adalah untuk mencari jenazah para jenderal yang diculik oleh Gerakan 30 September. Tapi hingga  keesokan ahrinya, jenazah-jenazah itu tak kunjung ditemukan.


Hingga kemudian datanglah informasi dari Sukitkan, seorang anggota polisi yang turut diculik pada 1 Oktober dini hari itu ketika berpatroli di dekat rumah DI Panjaitan yang akhirnya lolos dari maut.


Sukitman bercerita bahwa dia sempat melihat seorang pria ditutup matanya, digiring ke samping rumah. Dia juga mendengar rentetan tembakan diiringi sorak sorai. Tempat terjadinya peristiwa ini di Lubang Buaya.


Melalui keterangan dan petunjuk Sukitkan, pasukan RPKAD menuju Lubang Buaya. Sampai di tujuan, ternyata jejak yang dicari mengabur. Areal pohon karet itu tanahnya sudah dipasirkan, sehingga sukar dilacak lubang yang diduga sebagai tempat penanaman mayat.


Pencarian akhirnya berhasil setelah seorang anggota RPKAD melakukan pencarian dengan menggunakan bayonet seperti mencari ranjau. Pada bagian tanah dirasakan keempukan, lalu pencarian dilakukan dengan tangan. 


Keadaan mencurigakan pada bagian tanah itu semakin dalam, manakala pada lapisan-lapisan penggalian ditemukan tali-tali berwarna kuning dan dedaunan yang masih berwarna hijau.


Pekerjaan yang dimulai dari sore hari itu dihentikan pada malam hari, manakala seorang penduduk yang ikut menggali jatuh pingsan melihat kaki manusia pada galiannya. Tempat sekitar pun menjadi ramai, segera Sarwo Edhie melaporkan kejadian itu kepada Soeharto.


Keesokan harinya Harto langsung yang memimpin penggalian sumur di Lubang Buaya. Tanggal 5 Oktober, bertepatan dengan HUT ABRI, pahlawan revolusi dibawa dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.


Baca artikel selengkapnya di sini https://intisari.grid.id/read/034302771/detik-detik-1-oktober-1996-untung-sarwo-edhie-dapat-petunjuk-dari-prajurit-polisi-yang-lolos-dari-maut


#SarwoEdhie #sukitman #lubangbuaya #G30S

No comments:

Post a Comment