[Cerita Kriminal] Pembunuhan pelukis Basoeki Abdullah yang ternyata otaknya adalah tukang kebunnya sendiri, apa motifnya?
Seperti biasanya Jumiati (30) dan Lasini (20) bangun pagi-pagi, menyiapkan minuman untuk majikan mereka, Basoeki Abdullah (78).
Waktu itu pukul 05.30, hari Jumat, 5 November 1993. Jumiati hendak mengantarkan minuman yang sudah dibuat oleh Lasini. Kebiasaan majikannya setiap pagi minum kopi, Sustagen HP, air putih, dan vitamin.
Ketika hendak masuk ke kamar, Jumiati merasa heran. Pintu terkunci dan anak kunci tergantung di luar. Biasanya pintu kamar tidak pernah dikunci. Saat itu sang pembantu berpikir, mungkin majikannya tidur di kamar atas bersama majikan perempuannya, Ny. Nattaya Nareerat.
Jum – nama panggilan Jumiati - lalu membuka pintu kamar. Wanita itu terkejut ketika mendapati majikannya tertelungkup di karpet dengan posisi kepalanya dekat pintu.
Semula Jum yang sudah lima tahun bekerja di keluarga itu menganggap majikannya bercanda. Namun setelah dia melihat genangan darah membasahi karpet di kamar ber-AC itu, sementara isi lemari acak-acakan, barulah dia tersadar, majikannya jadi korban penganiayaan.
Tergopoh-gopoh dia keluar kamar, bertenak minta tolong. Pembantu lainnya, Lasini dan petugas satpam yang menjaga di pos, Yudi Priyono, bergegas datang. Ny. Nattaya yang tidur di lantai dua juga dibangunkan.
Tubuh Basoeki Abdullah yang tertelungkup sempat dibalikkan, maksudnya hendak diberi pertolongan. Sebab penghuni rumah mengira orang tua itu masih pingsan. Namun rupanya sang pelukis ternama ini sudah tak bernyawa lagi.
Langsung ke TKP
Pada Jumat pagi itu, Letnan Kolonel Polisi Adang Rismanto, Kapolres Metro Jakarta Selatan, bersiap-siap untuk berolahraga. Maklum, hari itu adalah hari olahraga.
Pukul 06.15, dari pesawat HT (handytalky), Adang Rismanto menerima berita terjadinya perampokan di Cilandak, korbannya meninggal dunia. Sebagai komandan yang sering terjun ke lapangan, Adang langsung mengambil keputusan untuk mengganti pakaian olahraganya dengan pakaian dinas.
"Mengapa harus ganti pakaian?" tanya istrinya.
"Ada perampokan dan saya harus segera ke TKP," kata Adang.
Mobil dinas Kapolres Jaksel, Toyota Hardtop bernomor 74-VII, meluncur dari rumah dinas di Jl. Darmawangsa VI, Kebayoran Baru, menuju lokasi kejadian di Jl. Keuangan Raya 19, Cilandak. Dalam perjalanan, Adang melalui pesawat HT memerintahkan para anggotanya segera meluncur ke TKP (tempat kejadian perkara).
Setiba di lokasi, Adang Rismanto menemui anggotanya yang sudah lebih dulu tiba di TKP.
"Rumah siapa ini?" kata Adang.
"Basoeki Abdullah ...."
Adang terkejut, lalu bertanya kembali, "Basoeki Abdullah... pelukis terkenal itu?" Anak buahnya mengiakan.
Dalam benak Adang saat itu, dia sedang menghadapi kasus pembunuhan orang ternama, yang pasti menarik perhatian banyak pihak.
Mengingat gedung markas Polres Jaksel dalam keadaan darurat (karena menggunakan bekas lokasi tahanan wanita, sedangkan markas yang baru masih dalam tahap penye-lesaian), Adang Rismanto memutuskan untuk menjadikan Polsek Cilandak sebagai posko penanganan kasus pembunuhan itu, karena lokasinya lebih dekat dengan TKP.
Mulailah dia menggali keterangan dari orang-orang di sekitar almarhum. Dari para pembantu rumah tangga (Jumiati dan Lasini), tukang kebun (Wahyudi), sekretaris (Ny. Wiwien Wadaryatmo dan Meiwati), asisten di galeri (Doeta Seta), satpam (Yudi Priyono), sopir (Wito), serta istri (Ny. Ncrttaya) dan putri almarhum (Sidhawati Bharani).
Melihat cara pemukulan terhadap diri korban, barang-barang yang diambil, dan kemungkinan cara pelaku masuk ke rumah, Adang berkeyakinan, pembunuhan ini dilakukan dengan pola tradisional dengan dugaan sementara perampokan.
Keyakinan ini menguat setelah diketahui puluhan arloji koleksi almarhum Basoeki Abdullah hilang dari laci lemari di kamamya. Selain itu, juga ditemukan jejak kaki di tembok rumah di atas tempat pencucian piring yang terletak di gang antara garasi dan dapur. Lalu di lantai dua, didapati pula apel bekas digigit.
Ketika ditemukan sudah jadi mayat, korban mengalami luka pada bagian kepalanya. Genangan darah membasahi karpet, dan perdkan darah terlihat di pintu lemari dan kamar.
"Pembunuhnya pasti seorang berdarah dingin," kata polisi.
Selama tiga hari (dan Jumat pagi hingga Minggu siang), polisi tidak melakukan penyelidikan lebih saksama di rumah duka karena jenazah Basoeki Abdullah masih disemayamkan di sana. Baru setelah jenazah pelukis itu diterbangkarn ke Mlati, Sleman, Yogyakarta, pada Minggu siang untuk dimakamkan di sana, polisi mulai mempelajari lagi TKP.
Baca artikel selengkapnya di sini https://intisari.grid.id/read/034307212/pembunuhan-sang-maestro-basoeki-abdullah-otaknya-tukang-kebunnya-sendiri
#basoekiabdullah #pelukis #ceritakriminal #perkarakriminal

No comments:
Post a Comment