29 October 2025

Makam Ki Ageng Enis, Leluhur Raja² Mataram Ki Ageng Enis dikenal juga sebagai Ki Ageng Laweyanbadalah seorang tokoh dari Sela yang hijrah ke Pengging. Ia dikenal dengan sebutan Ki Ageng Laweyan, karena bertempat tinggal di Laweyan. Selama hidup di Laweyan ia pernah menjadi guru spiritual Jaka Tingkir saat belum naik takhta menjadi raja Pajang atau masih bernama Mas Karebet. Kemudian Ki Ageng Enis diangkat sebagai sesepuh atau penasihat oleh Jaka Tingkir setelah menjadi raja Pajang bergelar Sultan Adiwijaya. Ki Ageng Enis adalah putra bungsu dari Ki Ageng Sela, ibunya bernama Nyai Bicak/Nyai Ageng Sela (putri Sunan Ngerang). Ia memiliki enam saudara, di mana semua saudaranya adalah perempuan, yaitu: Nyai Ageng Lurung Tengah, Nyai Ageng Saba, Nyai Ageng Bangsri, Nyai Ageng Jati, Nyai Ageng Patanen dan Nyai Ageng Pakisdadu. Ki Ageng Enis menikah dengan Nyai Ageng Enis, dan berputra Ki Ageng Pamanahan. Putranya itu kemudian menikah dengan Nyai Sabinah. Dari hasil pernikahan Ki Ageng Pamanahan dan Nyai Sabinah, Ki Ageng Enis dikaruniai seorang cucu yang bernama Sutawijaya, dalam perjalanan kariernya menjadi raja pertama Mataram, bergelar Panembahan Senapati. Pengging dahulu dikenal sebagai peradaban Hindu, masuknya Islam di tanah Pengging tidak luput dari peran serta Ki Ageng Enis. Laweyan yang saat itu merupakan wilayah kekuasaan Kadipaten Pengging (sebelum Pajang) masyarakat di sekitarnya masih menganut Hinduisme. Sejak saat itu Ki Ageng Enis mulai bermukim di desa Laweyan pada tahun 1546, tepatnya di sebelah utara pasar Laweyan (sekarang Kampung Lor Pasar Mati). Pada akhir hayatnya Ki Ageng Enis meninggal dan dimakamkan di Pasarean Laweyan. Rumah tempat tinggal Ki Ageng Enis kemudian ditempati oleh cucunya yang bernama Danang Sutawijaya. Kemudian Sutawijaya lebih dikenal dengan sebutan Raden Ngabehi Saloring Pasar, Sutawijaya pindah ke hutan Mentaok dan dalam perjalanannya kemudian mendirikan kerajaan Mataram Islam dan menjadi raja pertama dengan gelar Panembahan Senapati. * Abror Subhi Dari berbagai sumber

 Makam Ki Ageng Enis, Leluhur Raja² Mataram

Ki Ageng Enis dikenal juga sebagai Ki Ageng Laweyanbadalah seorang tokoh dari Sela yang hijrah ke Pengging. Ia dikenal dengan sebutan Ki Ageng Laweyan, karena bertempat tinggal di Laweyan.



Selama hidup di Laweyan ia pernah menjadi guru spiritual Jaka Tingkir saat belum naik takhta menjadi raja Pajang atau masih bernama Mas Karebet.

Kemudian Ki Ageng Enis diangkat sebagai sesepuh atau penasihat oleh Jaka Tingkir setelah menjadi raja Pajang bergelar Sultan Adiwijaya.


Ki Ageng Enis adalah putra bungsu dari Ki Ageng Sela, ibunya bernama Nyai Bicak/Nyai Ageng Sela (putri Sunan Ngerang). Ia memiliki enam saudara, di mana semua saudaranya adalah perempuan,


yaitu: Nyai Ageng Lurung Tengah, Nyai Ageng Saba, Nyai Ageng Bangsri, Nyai Ageng Jati, Nyai Ageng Patanen dan Nyai Ageng Pakisdadu.


Ki Ageng Enis menikah dengan Nyai Ageng Enis, dan berputra Ki Ageng Pamanahan. Putranya itu kemudian menikah dengan Nyai Sabinah.


Dari hasil pernikahan Ki Ageng Pamanahan dan Nyai Sabinah, Ki Ageng Enis dikaruniai seorang cucu yang bernama Sutawijaya, dalam perjalanan kariernya menjadi raja pertama Mataram, bergelar Panembahan Senapati.


Pengging dahulu dikenal sebagai peradaban Hindu, masuknya Islam di tanah Pengging tidak luput dari peran serta Ki Ageng Enis.

Laweyan yang saat itu merupakan wilayah kekuasaan Kadipaten Pengging (sebelum Pajang) masyarakat di sekitarnya masih menganut Hinduisme.


Sejak saat itu Ki Ageng Enis mulai bermukim di desa Laweyan pada tahun 1546, tepatnya di sebelah utara pasar Laweyan (sekarang Kampung Lor Pasar Mati).


Pada akhir hayatnya Ki Ageng Enis meninggal dan dimakamkan di Pasarean Laweyan. Rumah tempat tinggal Ki Ageng Enis kemudian ditempati oleh cucunya yang bernama Danang Sutawijaya.


Kemudian Sutawijaya lebih dikenal dengan sebutan Raden Ngabehi Saloring Pasar, Sutawijaya pindah ke hutan Mentaok dan dalam perjalanannya kemudian mendirikan kerajaan Mataram Islam dan menjadi raja pertama dengan gelar Panembahan Senapati.


* Abror Subhi

Dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment