KUSNI KASDUT‼️Dari Laskar Kemerdekaan Hingga Perampok Legendaris 'Robin Hood' Indonesia
JAKARTA – Indonesia menutup lembaran gelap sejarah kriminalnya kemarin, Sabtu, 16 Februari 1980. Ignatius Waluyo alias Kusni Kasdut (51 tahun), tokoh kriminal kelas kakap yang pernah menggemparkan Tanah Air dengan serangkaian perampokan dan aksi pelarian heroik, harus tumbang di hadapan regu tembak setelah penolakan permohonan grasinya oleh Presiden Soeharto.
Kisah hidup Kusni Kasdut, yang dijuluki "Si Kancil" karena kelicinan melarikan diri, adalah sebuah ironi tragis. Perjalanan hidupnya melukiskan garis tipis antara pahlawan revolusi dan bromocorah berdarah dingin.
Fase I: Pejuang Kemerdekaan (1945–1949)
Kusni Kasdut lahir di Blitar, Jawa Timur, pada Desember 1929, dari pasangan petani miskin. Masa mudanya dihabiskan di jalanan Malang. Ketika Proklamasi dikumandangkan, Kusni muda dengan nama asli Waluyo langsung bergabung dengan Laskar Rakyat yang berjuang di front Jawa Timur, termasuk dalam pertempuran sengit 10 November di Surabaya.
Pengabdian Revolusi: Kusni tercatat bergabung dengan laskar yang berafiliasi dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Malang. Ia mahir dalam operasi intelijen dan pertempuran ekonomi, bahkan pernah merampok harta saudagar kaya yang hasilnya ia klaim digunakan untuk mendanai logistik revolusi.
Luka Batin: Setelah Revolusi fisik usai, Kusni gagal diakui sebagai anggota resmi TNI (APRIS) karena cacat luka tembak di kaki. Rasa kecewa mendalam ini, ditambah kesulitan ekonomi pasca-perang, disinyalir menjadi titik balik kelam dalam hidupnya.
Fase II: Dari Veteran Menjadi Bromocorah (1953–1961)
Kekecewaan dan himpitan ekonomi mendorong Kusni terjun ke lembah hitam kriminalitas. Ia membentuk kelompok perampok yang ditakuti.
Kasus Pertama Heboh (1953): Aksi kriminal pertamanya yang menggemparkan adalah perampokan dan pembunuhan seorang hartawan keturunan Arab, Ali Badjened, pada 11 Agustus 1953. Peristiwa ini membuat namanya menjadi buronan utama Kepolisian.
Perampokan Museum Nasional (1961): Puncak kejahatan yang melambungkan nama Kusni ke tingkat legenda terjadi pada 31 Mei 1961. Bersama komplotannya, Kusni menyatroni Museum Gajah (Museum Nasional Jakarta) dengan menyamar sebagai polisi dan menaiki mobil jip. Mereka melumpuhkan penjaga dan berhasil menggondol 11 butir berlian permata koleksi museum yang tak ternilai harganya.
Fase III: Delapan Kali Melarikan Diri dan Pertobatan (1969–1980)
Setelah buron bertahun-tahun, Kusni akhirnya tertangkap di Semarang ketika berusaha menjual berlian hasil rampokan yang ukurannya mencurigakan.
Vonis Mati: Pengadilan Negeri Semarang menjatuhkan vonis hukuman mati pada tahun 1969.
Si Kancil Penjara: Selama penantian eksekusi, Kusni Kasdut mencatatkan sejarah kelam dengan berhasil kabur dari berbagai penjara sebanyak delapan kali (beberapa sumber menyebutkan total delapan). Pelarian terakhirnya pada 10 September 1979 dari Lapas Cipinang menjadi berita utama nasional sebelum akhirnya ditangkap kembali di Surabaya pada 17 Oktober 1979.
Akhir Pertobatan: Selama dipenjara, Kusni Kasdut diketahui dibaptis menjadi Katolik dengan nama Ignatius. Ia banyak menghabiskan waktu dengan melukis, termasuk membuat lukisan gereja dari pelepah pisang. Namun, pertobatan dan permohonan grasi yang diajukannya kepada Presiden tidak dapat membatalkan putusan pengadilan atas kejahatan pembunuhan dan perampokan yang dilakukannya.
Kusni Kasdut dieksekusi oleh regu tembak pada 16 Februari 1980.
Sumber Referensi Utama:
Arsip Berita Surat Kabar Nasional (misalnya Kompas, Tempo, Sinar Harapan) periode 1960–1980.
Buku Biografi "Perjalanan Hidup Kusni Kasdut" oleh Saiful Rahim (1980).
Laporan Kepolisian dan Putusan Pengadilan Negeri Semarang tahun 1969.
Catatan Sejarah Kriminal dan Revolusi Fisik di Indonesia.

No comments:
Post a Comment