Bung Karno dan Inggit Ganarsih sering berduaan di rumah saat Haji Sanusi tidak ada
Haji Sanusi adalah suami Inggit. Pernikahan mereka lagi di ujung tanduk. Mereka sering bertengkar dan Haji Sanusi sering tidak di rumah.
Karena pertemuan yang terlarang itu akhirnya diketahui juga oleh Haji Sanusi .Akhirnya Haji Sanusi merelakan Bung Karno untuk menikahi Inggit Garnasih istrinya.
Demikian kisah sejarah yang saya baca.
Haji Sanusi adalah suami Inggit. Pernikahan mereka lagi di ujung tanduk. Mereka sering bertengkar dan Haji Sanusi sering tidak di rumah.
Karena pertemuan yang terlarang itu akhirnya diketahui juga oleh Haji Sanusi .Akhirnya Haji Sanusi merelakan Bung Karno untuk menikahi Inggit Garnasih istrinya.
Demikian kisah sejarah yang saya baca.
Inggit Ganarsih dan Bung Karno akhirnya menikah pada tahun 1923.
Usia Inggit Ganarsih jauh di atas Bung Karno.
Usia Inggit Ganarsih jauh di atas Bung Karno.
Salah satu guru kami sering membeberkan kisah itu untuk memberi ilustrasi bahwa tidak baik membiarkan orang ketiga masuk dalam hubungan suami istri.
Mungkin ada yang heran mengapa kisah seperti itu diceritakan kepada kami murid-muridnya.
Mungkin ada yang heran mengapa kisah seperti itu diceritakan kepada kami murid-muridnya.
Kala itu kami semua hampir mendekati akhir tahun pelajaran dan saatnya meninggalkan sekolah setelah kelulusan. Guru tadi mencoba memberi bekal dalam kehidupan mendatang untuk sikap menjaga kesetiaan.
Walau tidak berani terang-terangan tidak setuju atas langkah Bung Karno tadi tapi dia memberi isyarat bahwa hidup itu hanya satu kali dan hendaknya jangan menyakiti yang lain. Jangan lupa Bung Karno saat itu dalam puncak kekuatan dan kejayaannya. Jadi orang tidak berani sembarangan bicara tentang Bung Karno
Saat itu para guru demikian bertanggung jawab atas murid-muridnya.
Mereka tidak hanya memikirkan gaji yang mereka terima setiap bulan tetapi juga mereka memikirkan hari depan kami yang masih jauh.
Seolah kami ini anaknya sendiri.
Mereka tidak hanya memikirkan gaji yang mereka terima setiap bulan tetapi juga mereka memikirkan hari depan kami yang masih jauh.
Seolah kami ini anaknya sendiri.
Itu sebabnya saat perpisahan antara guru dan murid seperti mau ditinggal mati.
Demikian juga kalau ada murid yang berhasil mata mereka ikut berlinang dengan kebanggaan.
Demikian juga kalau ada murid yang berhasil mata mereka ikut berlinang dengan kebanggaan.
Bagaimana dengan murid yang tidak berhasil dalam hidup mereka? Itupun masih mereka pikirkan dan menjadi keprihatinan mereka juga.
Suatu saat dalam salah satu reuni yang diadakan di Jakarta di depan para alumnus SMAK Pendowo Pak Marto yang saat itu masih menjadi kepala sekolah berpesan : Tolonglah untuk mereka yang sudah berhasil melihat adik-adik yang masih sengsara.
Kalau dalam kedudukannya dia mempunyai kuasa, tolonglah adik-adik itu biar hanya sebagai penjaga gudang sekalipun.
Kalau dalam kedudukannya dia mempunyai kuasa, tolonglah adik-adik itu biar hanya sebagai penjaga gudang sekalipun.
Itu menjadi bukti betapa ikatan batin antara guru dan murid demikian tinggi.
Mendengar pesan Pak Marto yang demikian itu banyak teman yang matanya berkaca-kaca.
Mendengar pesan Pak Marto yang demikian itu banyak teman yang matanya berkaca-kaca.
Semoga pak Marto mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan.
sumber :
https://www.facebook.com/groups/kotatoeamagelang/
https://www.facebook.com/groups/kotatoeamagelang/
No comments:
Post a Comment