12 March 2019

Tentang Sejarah Magelang - Jejak Raja Kedu di Siem Riep


Oleh : Paulus Santosa
Jejak raja Kedu di Siem Riep
Pada masa administrasi Pemerintahan Kamboja oleh PBB (UNTAC - The United Nations Transitional Authority in Cambodia) th 1992 -1993 saya bekerja untuk sebuah LSM Internasional di Kamboja memimpin 7 proyek kesehatan di 5 propinisi. Selama 3 tahun berkerja di Kamboja saya melihat dan merasakan kedekatan bangsa Khmer (penduduk Kamboja) dengan orang Jawa.
Selain warna kulitnya yang sawo matang dan cara mengenakan sarung, juga banyak persamaan antara bahasa Jawa dan bahasa Khmer. Ini bukan hanya karena persamaan pengambilan kata kata dari bahasa Sangserketa seperti kata Soriya (Khmer) dengan Surya (matahari) dan Serey (Khmer) dengan Sri (nama perempuan), tetapi juga kata non-Sangserketa seperti Samrut (Khmer) dengan Semut (Jawa) atau Samrut Angkrong (Khmer) dengan Semut Angkrang atau kata Kero (Khmer) dengan Kere (miskin) dll.
Di Phnom Penh saya sering beli "tapai" (tape) di Psar Thmei (Pasar Thmei - pasar baru) yang bakulnya naik sepeda dan tapenya ditaruh ditenggok. Makanan sehari hari masyarakat jelata juga mirip walau namanya tidak sama. Jajan pasar seperti kueh cucur, oseng oseng kangkung atau nasi goreng yang rasanya sangat mirip.
Yang paling menarik bagi saya, "wong Magelang", adalah mempelajari sejarah Kerajaan Khmer pendiri Angkor Wat yang ternyata merupakan "sempalan" dari Dinasty Syeilendra pendiri Borobudur yang kerajaannya berpusat didataran tinggi Kedu. Pendiri Kerajaan Khmer Angkor adalah Raja Jayavarman ke II (770 - 835 M).
Kerajaan Kamboja dulunya bernama "Chenla" yang pada abad akhir abad ke 8 (th 790) dikuasaai oleh kerajaan Mataram Kuno dinasty Syeilendra yang berpusat di dataran tinggi Kedu. Data tentang asal usul Jayavarman II tidak jelas, tetapi dia ditunjuk sebagai penguasa Chenla oleh Mataram Jawa. Menurut beberapa ahli sejarah Kamboja, pada masa mudanya Jayavarman tinggal di Jawa dan besar kemungkinannya di wilayah Kabupaten Magelang masa kini.
Pada sekitar th 800, Jayavarman memindahkan pusat pemerintahannya dari pesisir Kamboja, masuk menyusuri sungai Tonle Sap yang merupakan anak sungai Mekong, dan ditempat yang sekarang disebut Siem Riep Jayavarman mendirikan "Kerajaan Khmer" dan menobatkan dirinya sebagai Deva Raja Jayavarman II. Untuk menandai pendirian Kerajaan Khmer Raya, Jayavarman II mengadakan ritual keagamaan dan mendirikan prasasti (th 802) di gunung Mahendrapravata (sekarang Phnom Kulen atau Gunung Lychee).
Pada prasasti Phnom Kulen ini dicantumkan pernyataan pembebasan kerajaan Khmer dari kekuasaan Jawa. Pada waktu itu Kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh Raja Samaragrawira yang kekuasaannya sampai Sumatra (Srivijaya) dan mempunyai angkatan laut yang kuat. Tidak ada data sejarah tentang reaksi Mataram terhadap Jayavarman II. Hanya nampak bahwa pemilihan lokasi pendirian Kerajaan Khmer di Siem Riep (sekitar 500 km kepedalaman) menunjukkan bahwa Jayavarman menhindari serbuan balasan dari Mataram.
Kemungkinan besar Mataram tidak mempunyai cukup dana karena pada waktu itu sedang membangun Borobudur. Borobudur selesai dibangun th 825, sedangkan Angkor War dibangun oleh Raja Suryavarman ke II di abad ke 12. Setelah wafat Jayavarman II diberi gelar Paramesvara.


Sumber :
https://www.facebook.com/groups/kotatoeamagelang/

No comments:

Post a Comment