- Radiyo Wignyo Mas Bagus apakah punya data2 tentang jln Pawiro kusuman ? Siapakah bilio itu ,sampai namanya diabadikan menjadi Sebuah jalan ?
- Bagus Priyana Radiyo Wignyo di KTM sudah pernah dibahas, dimana Prawirokusumo adalah pejabat pribumi yang menduduki ketua kejaksaan di Magelang sekitar era tahun 1875
- Balas
MAGELANG TEMPO DOELOE:
CERUTU ARMADA, INSPIRASI NAMA NEW ARMADA
Siapa sangka, berawal dari nama merek cerutu ARMADA inilah, perusahaan karoseri dan holding company PT MEKAR ARMADA JAYA (lebih dikenal sebagai NEW ARMADA Magelang) mulai berkiprah. Cerutu ARMADA ini merupakan bikinan dari pabrik cerutu "Ko Kwat Ie & Zonen" yang terletak di Prawirokusuman Wetan, persis berada di pinggir Kali Manggis (belakang SMAN 3 Kota Magelang).
Kotak cerutu ini terbuat dari kayu tipis semacam triplek dengan ukuran kira-kira 2 kali ukuran bungkus rokok sekarang. Ringan sekali bobotnya. Dalam 1 kotak berisi 10 batang cerutu seukuran jari telunjuk dewasa.
Pada kemasannya tertempel gambar orang "bule" dengan pakaian seperti seorang kapten kapal. Kemungkinan nama ARMADA merujuk pada seorang marshal laut yang memiliki kekuatan armada laut.
Pada sisi lain terdapat tulisan ARMADA dan cerutu, seperti di sablon. Pada bagian lain terdapat keterangan tentang produk cerutu ini.
Dan kotak cerutu ini saya dapatkan dari Solo 2 yang lalu dengan harga cukup menguras kocek. Tetapi saya senang sekali bisa "mengembalikannya" di tanah leluhurnya, Magelang.
Pabrik cerutu "Ko Kwat Ie & zonen" berawal di Batavia tahun 1900. Pada tahun 1908 pabrik ini dipindahkan ke Magelang dengan alasan untuk mendekatkan pabrik ke sentra bahan baku tembakau di wilayah Kedu. Termasuk juga untuk mendapatkan tenaga kerja yang murah dibandingkan dengan di Batavia.
Di Magelang, pabrik cerutu ini masih berupa sebuah industri rumahan di Gang Nanking, sebuah gang kecil di deretan pertokoan Pecinan, sekitar selatan Apotik Sumbing kini Kota Magelang sekarang ini dengan jumlah produksi yang masih sedikit.
Seiring dengan perkembangan jaman, berpindahlah pabrik ini di samping rumah Ko Kwat Ie di "Djoeritan Zuid/Djoeritan Kidoel no. 16", tepat di pinggir Kali Manggis berseberangan dengan Ngasem.
Kalo anda dari Apotik Sumbing, berjalanlah ke arah timur sejauh 100an meter. Nah tepat di jembatan Kali Manggis di sisi selatan menghadap utara, terdapatlah bangunan cantik nan eksotis, itulah rumah tinggal sang raja cerutu Ko Kwat Ie.
Seiring dengan perkembangan jaman dengan naiknya permintaan cerutu dari Eropa dan orang-orang Eropa yang ada di Hindia Belanda, Ko Kwat Ie mendirikan pabrik yang lebih besar di kawasan Prawirokusuman Wetan pada tahun 1920. Sebuah pabrik besar nan megah yang bisa menampung ribuan tenaga kerja. Dengan hal itu maka permintaan akan cerutu bisa terpenuhi. Terlebih di masa itu mengisap cerutu merupakan simbol gaya hidup yang modern.
Saat pagi hari di waktu jam masuk pabrik, dapat dipastikan ribuan pekerja berduyun-duyun bekerja di pabrik ini. Pun sebaliknya di saat pulang kerja, suasana depan pabrik akan penuh sesak. Puncak kejayaan pabrik cerutu ini berkisar pada tahun 1920 hingga 1942.
Kedatangan Jepang di Jawa dan Perang Dunia ke 2 di Eropa berdampak buruk terhadap industri cerutu. Hal ini menyebabkan permintaan cerutu merosot tajam dan berdampak pada berhentinya pabrik ini. Dampak terburuk ketika Ko Kwat Ie meninggal karena sakit di kisaran tahun 1942-1945.
Sepeninggal Ko Kwat Ie, operasional pabrik di teruskan oleh anak-anaknya hingga pada awal 1970-an meskipun dalam kondisi kembang kempis.
Nah, di selatan pabrik ini berdiri sebuah rumah milik orang tua Liem Wan King. Liem Wan King alias David Herman Jaya yang lahir pada 23 Maret 1952 ini sangat antusias membantu usaha bengkel las milik ayahnya. Ia bahkan berhasil membuat desain becak dan mendapatkan pujian dari ayahnya. Bakat bisnis Wan King diperolehnya sejak duduk di bangku SMP, tahun 1965.
David makin gemar mendesain sarana transportasi dan berangan-angan menyulap mobil pick-up menjadi mobil penumpang. Karena pada saat itu mobil penumpang masih sangat jarang. Setiap hari, David mengamati mobil Colt T 120 kesayangannya. David berangan-angan jika mobil tersebut didesain dengan baik dan menjadi kendaraan yang apik akan laku di pasaran.
Pada saat sekitar awal tahun 1974, Liem Wan King mendirikan sebuah bengkel karoseri mobil dengan nama PT ARMADA. Dari tangannya lahirlah mobil yang pada akhirnya di beli oleh orang lain. Pemilihan nama PT ARMADA bukanlah tanpa alasan. Nama cerutu ARMADA inilah yang menjadi inspirasi untuk nama usaha bengkelnya yaitu PT ARMADA.
Seiring dengan makin banyaknya permintaan yang terus meningkat, David mendirikan perusahaan baru dengan nama PT NEW ARMADA yang berlokasi di Mertoyudan pada tahun 1976. Sedangkan perusahaan lama di Jl. Prawirokusuman diserahkan kepada pamannya. Meski demikian, ulang tahun PT New Armada sendiri selalu diperingati di bulan November yang berpatokan pada pendirian New Armada 11 November 1974.
Di cerita lain, makam si raja cerutu Ko Kwat Ie berada di kaki Bukit Tidar. Kondisinyapun bisa terbilang sangat merana dan memprihatinkan. Tertutup oleh semak belukar dan tidak terurus sama sekali. Bahkan batu nisan berbahan marmer yang tertempel di dinding makamnyapun raib entah kemana. Pemilik merek dagang cerutu ARMADA ini sungguh perlu perhatian. Hal ini berbeda terbalik dengan nasib PT NEW ARMADA yang kini berkembang pesat dengan puluhan anak perusahaannya.
CERUTU ARMADA, INSPIRASI NAMA NEW ARMADA
Siapa sangka, berawal dari nama merek cerutu ARMADA inilah, perusahaan karoseri dan holding company PT MEKAR ARMADA JAYA (lebih dikenal sebagai NEW ARMADA Magelang) mulai berkiprah. Cerutu ARMADA ini merupakan bikinan dari pabrik cerutu "Ko Kwat Ie & Zonen" yang terletak di Prawirokusuman Wetan, persis berada di pinggir Kali Manggis (belakang SMAN 3 Kota Magelang).
Kotak cerutu ini terbuat dari kayu tipis semacam triplek dengan ukuran kira-kira 2 kali ukuran bungkus rokok sekarang. Ringan sekali bobotnya. Dalam 1 kotak berisi 10 batang cerutu seukuran jari telunjuk dewasa.
Pada kemasannya tertempel gambar orang "bule" dengan pakaian seperti seorang kapten kapal. Kemungkinan nama ARMADA merujuk pada seorang marshal laut yang memiliki kekuatan armada laut.
Pada sisi lain terdapat tulisan ARMADA dan cerutu, seperti di sablon. Pada bagian lain terdapat keterangan tentang produk cerutu ini.
Dan kotak cerutu ini saya dapatkan dari Solo 2 yang lalu dengan harga cukup menguras kocek. Tetapi saya senang sekali bisa "mengembalikannya" di tanah leluhurnya, Magelang.
Pabrik cerutu "Ko Kwat Ie & zonen" berawal di Batavia tahun 1900. Pada tahun 1908 pabrik ini dipindahkan ke Magelang dengan alasan untuk mendekatkan pabrik ke sentra bahan baku tembakau di wilayah Kedu. Termasuk juga untuk mendapatkan tenaga kerja yang murah dibandingkan dengan di Batavia.
Di Magelang, pabrik cerutu ini masih berupa sebuah industri rumahan di Gang Nanking, sebuah gang kecil di deretan pertokoan Pecinan, sekitar selatan Apotik Sumbing kini Kota Magelang sekarang ini dengan jumlah produksi yang masih sedikit.
Seiring dengan perkembangan jaman, berpindahlah pabrik ini di samping rumah Ko Kwat Ie di "Djoeritan Zuid/Djoeritan Kidoel no. 16", tepat di pinggir Kali Manggis berseberangan dengan Ngasem.
Kalo anda dari Apotik Sumbing, berjalanlah ke arah timur sejauh 100an meter. Nah tepat di jembatan Kali Manggis di sisi selatan menghadap utara, terdapatlah bangunan cantik nan eksotis, itulah rumah tinggal sang raja cerutu Ko Kwat Ie.
Seiring dengan perkembangan jaman dengan naiknya permintaan cerutu dari Eropa dan orang-orang Eropa yang ada di Hindia Belanda, Ko Kwat Ie mendirikan pabrik yang lebih besar di kawasan Prawirokusuman Wetan pada tahun 1920. Sebuah pabrik besar nan megah yang bisa menampung ribuan tenaga kerja. Dengan hal itu maka permintaan akan cerutu bisa terpenuhi. Terlebih di masa itu mengisap cerutu merupakan simbol gaya hidup yang modern.
Saat pagi hari di waktu jam masuk pabrik, dapat dipastikan ribuan pekerja berduyun-duyun bekerja di pabrik ini. Pun sebaliknya di saat pulang kerja, suasana depan pabrik akan penuh sesak. Puncak kejayaan pabrik cerutu ini berkisar pada tahun 1920 hingga 1942.
Kedatangan Jepang di Jawa dan Perang Dunia ke 2 di Eropa berdampak buruk terhadap industri cerutu. Hal ini menyebabkan permintaan cerutu merosot tajam dan berdampak pada berhentinya pabrik ini. Dampak terburuk ketika Ko Kwat Ie meninggal karena sakit di kisaran tahun 1942-1945.
Sepeninggal Ko Kwat Ie, operasional pabrik di teruskan oleh anak-anaknya hingga pada awal 1970-an meskipun dalam kondisi kembang kempis.
Nah, di selatan pabrik ini berdiri sebuah rumah milik orang tua Liem Wan King. Liem Wan King alias David Herman Jaya yang lahir pada 23 Maret 1952 ini sangat antusias membantu usaha bengkel las milik ayahnya. Ia bahkan berhasil membuat desain becak dan mendapatkan pujian dari ayahnya. Bakat bisnis Wan King diperolehnya sejak duduk di bangku SMP, tahun 1965.
David makin gemar mendesain sarana transportasi dan berangan-angan menyulap mobil pick-up menjadi mobil penumpang. Karena pada saat itu mobil penumpang masih sangat jarang. Setiap hari, David mengamati mobil Colt T 120 kesayangannya. David berangan-angan jika mobil tersebut didesain dengan baik dan menjadi kendaraan yang apik akan laku di pasaran.
Pada saat sekitar awal tahun 1974, Liem Wan King mendirikan sebuah bengkel karoseri mobil dengan nama PT ARMADA. Dari tangannya lahirlah mobil yang pada akhirnya di beli oleh orang lain. Pemilihan nama PT ARMADA bukanlah tanpa alasan. Nama cerutu ARMADA inilah yang menjadi inspirasi untuk nama usaha bengkelnya yaitu PT ARMADA.
Seiring dengan makin banyaknya permintaan yang terus meningkat, David mendirikan perusahaan baru dengan nama PT NEW ARMADA yang berlokasi di Mertoyudan pada tahun 1976. Sedangkan perusahaan lama di Jl. Prawirokusuman diserahkan kepada pamannya. Meski demikian, ulang tahun PT New Armada sendiri selalu diperingati di bulan November yang berpatokan pada pendirian New Armada 11 November 1974.
Di cerita lain, makam si raja cerutu Ko Kwat Ie berada di kaki Bukit Tidar. Kondisinyapun bisa terbilang sangat merana dan memprihatinkan. Tertutup oleh semak belukar dan tidak terurus sama sekali. Bahkan batu nisan berbahan marmer yang tertempel di dinding makamnyapun raib entah kemana. Pemilik merek dagang cerutu ARMADA ini sungguh perlu perhatian. Hal ini berbeda terbalik dengan nasib PT NEW ARMADA yang kini berkembang pesat dengan puluhan anak perusahaannya.
No comments:
Post a Comment