MAGELANG TEMPO DOELOE:
KIPRAH PELUKIS MAGELANG DARI MASA HINDIA BELANDA, JEPANG, REVOLUSI FISIK HINGGA ORDE BARU
KIPRAH PELUKIS MAGELANG DARI MASA HINDIA BELANDA, JEPANG, REVOLUSI FISIK HINGGA ORDE BARU
Oleh : Bagus Priyana
Pada 19 Desember 1948, Belanda mengadakan agresi militer II yang dikenal sebagai "doorstoot" yang didahului dengan penyebaran pamflet yang berisi hasutan dan provokasi dari pesawat terbang di atas kota Magelang.
Pada 20 Desember 1948, para pejuang melakukan "bumi hangus" terhadap bangunan-bangunan penting di Magelang. Tujuan bumi hangus atau membakar bangunan penting ini adalah agar bangunan tersebut tidak digunakan oleh Belanda.
Bangunan-bangunan yang dibakar itu adalah asrama militer di Tuturan, pompa bensin di Menowo, Stasiun Magelang Kota, Pasar Kebonpolo, pabrik es Wates, kompleks Garnisun, rumah dinas tentara di Kesatrian, gedung-gedung sepanjang jalan di Poncol, gedung Zusteran, gedung-gedung di sekitar Aloon-aloon kecuali masjid dan gereja, kantor Residenan, kantor inspeksi keuangan, pendopo kabupaten, sekolah Pendowo, SMP/SMA Kristen dan semua gedung sekolah di seluruh kota Magelang, Pasar Rejowinangun, Stasiun Magelang Pasar, pompa bensin, Stanplaats bis Gadean, asrama kepolisian di Ganten dan MOSVIA, gedung-gedung bioskop dan masih banyak lagi.
Pendeknya, semua gedung pemerintah dan gedung lainnya yang dikhawatirkan akan dapat digunakan oleh Belanda. Jadi jika Belanda menduduki kota Magelang, semuanya dibakar habis. Asap hitam dan putih membumbung tinggi ke angkasa ditiup angin ke selatan dengan diiringi gemuruhnya suara dari letusan trek bom yang menghancurkan gedung-gedung.
Pembiakan gedung-gedung itu sebagai perwujudan ekspresi kemarahan masyarakat Magelang yang menentang kembalinya penjajahan Belanda di Magelang khususnya.
Masyarakat Magelang banyak yang meninggalkan kota mengungsi ke wilayah Bandongan. Pun dengan kantor pemerintah beserta pegawainya juga mengungsi keluar kota bersamaan dengan pasukan Siliwangi yang ber-long march ke Jawa Barat pada 20 Desember 1948.
Masyarakat Magelang banyak yang meninggalkan kota mengungsi ke wilayah Bandongan. Pun dengan kantor pemerintah beserta pegawainya juga mengungsi keluar kota bersamaan dengan pasukan Siliwangi yang ber-long march ke Jawa Barat pada 20 Desember 1948.
Soewito, pelukis Magelang saat itu berusaha mendokumentasikan peristiwa "Magelang Bumi Hangus" dalam coretan kanvas. Dua lukisan berhasil Soewito buat, terlihat dengan jelas sekali bahwa amukan api dan asap hitam putih membumbung tinggi di angkasa kota Magelang. Gunung Merapi dan Merbabu terlihat jauh di belakang. Soewito membuat lukisan dari 2 tempat, yakni dari daerah persawahan di utara Kampung Plikon dan daerah selatan Kampung Plikon. Terlihat berduyun-duyun masyarakat berjalan kaki untuk mengungsi dan dan area persawahan serta jembatan Kali Progo yang menghubungkan wilayah kota dan Bandongan.
(Bersambung)
Sumber :
https://www.facebook.com/bagus.priyana?__tn__=%2CdC-R-R&eid=ARD6003zl_D6rIjVvrcdUxUVC5B22pHdXMWrFG000tBchk8m7u3SWH1GMrqR3IGZqu488f5TPWbq-YOd&hc_ref=ARQOZ1QqsMYNOEWSGfcKfJi3iGAfuIqUQXgzUUsSeIXgZtGtFseVNs57v4dJFzZ9FsE&fref=nf
No comments:
Post a Comment