NGISOR NGASEM
Di Magelang tidak ada kampung atau desa bernama Ngasem. Tetapi kalau ada yang orang yang menyebut Ngisor Ngasem, orang Magelang pada waktu itu biasanya tahu dimana tempat itu. Ngasem itu terletak di jalan Sablongan (Sekarang Jalan Sriwijaya). Kalau dari arah Apotik Sumbing ke timur, kita akan bertemu jembatan kali Manggis yang memotong jalan Sablongan. Jembatan kali Manggis di situ mempunyai dinding jembatan yang berbeda di kedua sisinya, sehingga jembatan itu dikenal sebagai Bok Selen. Sekitar 20 meter dari bok selen, di sisi kiri jalan dulu ada pohon asem besar. Di bawah pohon asem besar itu pangkalan becak dan disitu juga ada warung kecil tapi terkenal karena jualan IWAK ASU, yang sering juga disebut RW (Rica-rica Waung).
Di Magelang, kala itu ada dua tempat terkenal yang jualan Iwak Asu. Di Ngenthak Kwayuhan ada warung yang memang khusus jualan RW. Di warung ini, daging anjing dimasak oleh orang yang memang ahli masakan Manado. Warung ini sangat terkenal karena di sekitar Ngenthak Kwayuhan memang banyak tentara dan masyarakat sipil bersuku Manado dan Ambon yang kebanyakan beragama kristen.
Berdeda dengan warung di Kwayuhan, RW Ngisor Ngasem dimasak dan dijual oleh embok-embok orang jawa, yang pakaian kesehariannya hanya jarik dan kutang jaman dulu yang agak besar, banyak tali di bagian belakangnya itu. Entah dimasak jenis apa, yang jelas RW di sini dijual dalam bungkusan kecil daun pisang seperti bungkusan pelas. Saya pernah beberapa kali beli RW disitu dan menurut saya rasanya tidak enak, agak kecut dan baunyapun cenderung prengus. Tetapi kenapa tempat ini terkenal.....
Semua orang tahu kalau Mangan Iwak Asu itu haram dan dilarang dalam agama Islam. Tetapi bagi anak anak dan remaja di tahun 1970an, tanpa memandang apa agamanya, mangan iwak asu itu bukan soal halal atau haram, bukan soal agama, tetapi soal Nyali. Siapapun yang berani mangan iwak asu dianggap sebagai anak kendel. Makanya, anak yang paling sering makan iwak asu di Ngisor Ngasem biasanya anak yang bombongan. Alasan lain yang sering terdengar kenapa makan iwak asu adalah nggo tombo penyakit gatel, seperti koreng sing ora mari mari, kadas, kudis, eksim dsb. Banyak orang Magelang yang sekarang sudah umur di atas 45 tahun apalagi yang sekarang menyandang gelar Haji, selalu ngakak kalau diingatkan dulu dia pernah nglemprak nang Ngisor Ngasem sambil nyonggo bungkusan kecil itu.
Meski kala itu di Magelang hanya ada dua tempat yang menjual Iwak Asu, tapi sering kali dapat memicu persoalan besar. Persoalannya bukan karena makan Iwak Asu, tetapi marak orang Ngolo Asu (nyolong anjingnya orang dengan cara dijerat lehernya terus ditarik). Sama maraknya dengan orang Mbedhog Pitik (Nyolong ayamnya orang). Tidak jarang orang berantem gara-gara anjingnya dibedhog orang. Kalau melihat maraknya orang ngolo asu pada waktu itu, rasanya tidak mungkin di Magelang hanya ada dua warung yang menjual iwak asu. Kemungkinan ada juga keluarga keluarga yang masak iwak asu di rumahnya.
Sekarang saya tanya, panjenengan pernah enggak nglemprak nang Ngisor Ngasem sambil nyonggo bungkusan kecil itu...?
Sumber :
https://www.facebook.com/groups/kotatoeamagelang/permalink/2370082763023171/
No comments:
Post a Comment