magelang Tahun 1966.
Di SMAK Pendowo saya membuat majalah dinding (Mading). Saya namai Sadewa. Sadewa adalah saudara kembar Nakula. Jadi karena Nakula-Sadewa adalah masih dalam satu keluarga Pendowo nama itu saya pakai.
Di SMAK Pendowo saya membuat majalah dinding (Mading). Saya namai Sadewa. Sadewa adalah saudara kembar Nakula. Jadi karena Nakula-Sadewa adalah masih dalam satu keluarga Pendowo nama itu saya pakai.
Saya adalah Pemimpin Redaksi-nya, merangkap tukang ketik, pengarang, ilustrator dan sekaligus tukang-tempel naskah didinding.
Pokoknya serabutan.
Kertas untuk naskah diperoleh dari sumbangan teman2 bahkan dari guru juga.
Seorang Guru Menggambar yg sudah keluar dari mengajar disitu dan bekerja di Jakarta, ketika pulang ke Magelang dan mampir ke SMAK Pendowo melihat Mading itu dan menyumbangkan satu reem kertas.
Itulah pak Usman.
Ada yang kenal Usman ?
Pokoknya serabutan.
Kertas untuk naskah diperoleh dari sumbangan teman2 bahkan dari guru juga.
Seorang Guru Menggambar yg sudah keluar dari mengajar disitu dan bekerja di Jakarta, ketika pulang ke Magelang dan mampir ke SMAK Pendowo melihat Mading itu dan menyumbangkan satu reem kertas.
Itulah pak Usman.
Ada yang kenal Usman ?
Sebelum naskah dimuat (maksudnya ditempel) biasanya saya sortir sendiri dan langsung saya tempel.
Ada naskah2 sumbangan teman dan dari saya sendiri.
Nah, dari sinilah awal mula drama itu.
Ada naskah2 sumbangan teman dan dari saya sendiri.
Nah, dari sinilah awal mula drama itu.
Kala itu antara Lisda (Lingkaran Studi Drama) dan TEMA (Teater Magelang) terjadi sedikit gesekan. Beberapa pengurus bersaing dalam pementasan dan juga dalam prinsip.
Saya adalah anggota dari salah satu dua grup drama tadi.
Dan akhirnya saya ketiban pulung.
Saya sebenarnya tidak terlibat langsung pertikaian itu tapi mau tidak mau saya jadi ter-bawa2.
Seperti pelanduk ditengah yang menjadi korban ketika dua gajah bertarung, begitulah nasib saya saat itu.
Mengapa ?
Salah satu guru menjadi anggota organisasi itu yang kebetulan berseberangan dengan organisasi yang saya ikuti.
Dan tiba-tiba dia mengusulkan kepada kepala sekolah agar semua naskah sebelum ditempel harus disaring dulu olehnya.
Kebetulan dia mengajar pelajaran tertentu yang berhubungan dengan aktifitas seperti Mading ini
Saya adalah anggota dari salah satu dua grup drama tadi.
Dan akhirnya saya ketiban pulung.
Saya sebenarnya tidak terlibat langsung pertikaian itu tapi mau tidak mau saya jadi ter-bawa2.
Seperti pelanduk ditengah yang menjadi korban ketika dua gajah bertarung, begitulah nasib saya saat itu.
Mengapa ?
Salah satu guru menjadi anggota organisasi itu yang kebetulan berseberangan dengan organisasi yang saya ikuti.
Dan tiba-tiba dia mengusulkan kepada kepala sekolah agar semua naskah sebelum ditempel harus disaring dulu olehnya.
Kebetulan dia mengajar pelajaran tertentu yang berhubungan dengan aktifitas seperti Mading ini
Akibatnya ?
Penerbitan Mading saya jadi sering terlambat. Atau kalau toh terbit papan Mading banyak ruang terbuka karena sampai saat deadline banyak naskah yang ditahan oleh guru itu dengan alasan macam2.
Suasana sangat tidak sehat.
Penerbitan Mading saya jadi sering terlambat. Atau kalau toh terbit papan Mading banyak ruang terbuka karena sampai saat deadline banyak naskah yang ditahan oleh guru itu dengan alasan macam2.
Suasana sangat tidak sehat.
Dari peristiwa semacam ini ada rasa tidak suka pada hal2 yang berbau sentimen dengan alasan yang sangat pribadi semacam ini.
Guru itu memanfaatkan kekuasaan nya untuk menekan saya. Dan secara tidak langsung ingin mengatakan bahwa organisasi yang dia ikuti lebih kuat dan benar dari organisasi yang satunya.
Guru itu memanfaatkan kekuasaan nya untuk menekan saya. Dan secara tidak langsung ingin mengatakan bahwa organisasi yang dia ikuti lebih kuat dan benar dari organisasi yang satunya.
Ini yang sering diperlihatkan oleh orang2 yang aktif dalam bidang politik sejak dulu.
Dan sampai sekarang bahkan masih suka terjadi.
Suka men-jelek2kan dengan cara berbohong bahkan fitnah sekalipun.
Ini juga yang membuat saya muak pada politik.
Dan sampai sekarang bahkan masih suka terjadi.
Suka men-jelek2kan dengan cara berbohong bahkan fitnah sekalipun.
Ini juga yang membuat saya muak pada politik.
Saat itu saya mengambil kesimpulan, menjadi guru itu bukan berarti seperti malaikat. Yang bisa mengatakan benar dan salah dengan tegas.
Ternyata ia manusia biasa yang bisa terpengaruh emosi golongan dan pribadi secara rendah.
Ternyata ia manusia biasa yang bisa terpengaruh emosi golongan dan pribadi secara rendah.
Mading saya menjadi merana. Bahkan menjadi olok2. Sakit hati saya.
Tapi saya diajarkan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Bahkan mendoakan musuh dengan yang baik.
Tapi saya diajarkan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Bahkan mendoakan musuh dengan yang baik.
Jadi disekolah saya tidak hanya terlibat dalam pesta dan cinta, tapi juga menghadapi para dursila dengan wajah yang lain.
Bagaimanapun, Magelang telah mendewasakan kepribadian saya .
Tabik buat semua.
Tabik buat semua.
Sumber :
https://www.facebook.com/groups/kotatoeamagelang/permalink/2370788469619267/
No comments:
Post a Comment