MAGELANG TEMPO DOELOE:
HOTEL SINDORO
Oleh Bagus Priyana
Jika kita berjalan-jalan di ruas Jl. Ahmad Yani Poncol sisi barat, kita akan melihat sebuah rumah yang sangat cantik. Rumah tersebut adalah rumah milik dokter Setyati Pranantyo beralamat di Jl. Ahmad Yani no. 17.
Tidak ada yang mengira bahwa rumah tinggal dan tempat praktik milik dokter Setyati Pranantyo ini dulunya adalah sebuah hotel.
HOTEL SINDORO
Oleh Bagus Priyana
Jika kita berjalan-jalan di ruas Jl. Ahmad Yani Poncol sisi barat, kita akan melihat sebuah rumah yang sangat cantik. Rumah tersebut adalah rumah milik dokter Setyati Pranantyo beralamat di Jl. Ahmad Yani no. 17.
Tidak ada yang mengira bahwa rumah tinggal dan tempat praktik milik dokter Setyati Pranantyo ini dulunya adalah sebuah hotel.
Berdasarkan pada peta Stadkaart Magelang tahun 1923, rumah milik dr.
Setyati ini adalah sebuah hotel bernama ‘Hotel Sindoro’. Bangunan hotel
itu sendiri awalnya dibangun pada tahun 1889 oleh kakek dr. Setyati
Pranantyo yang bernama dokter Ong Tiong Liat.
Sebenarnya terdapat 3 bagian bangunan utama yang menjadi hotel yaitu bagian induk (rumah Dr. Setyati Pranantyo sekarang ini), rumah 1 di utara hotel dan rumah 2 di selatan hotel. Hotel Sindoro sendiri hanya beroperasi sekitar 3 tahun saja karena kakek dr. Setyati memiliki banyak anak. Akibatnya Hotel Sindoro ini dibagi-bagikan ke anak-anak beliau dan berubah menjadi rumah biasa.
Ayah dari dokter Setyati Pranantyo sendiri bernama dr. Ong Tiong Liat. Dokter yang masyur seantero Kota Praja Magelang pada masa kolonial dulu. Dokter ini membuka praktek pada jam 07.30-09.30 wib dan 04.30-18.00 wib.
Dokter Ong lahir tahun 1906 dan mewarisi rumah bekas hotel bergaya Indische Empire dengan pilar – pilar Romawi yang tinggi. Bangunan ini tergolong unik karena memadukan unsur – unsur budaya Kolonial, Chinese, dan Jawa dalam konsep bangunannya. Pada foto di bawah ini terjadi terlihat perbandingan rumah tersebut dari 2 masa yang berbeda. Secara fisik bangunan tidak ada yang berubah.
Di foto lama terlihat banyaknya pot tanaman hias di beberapa sisi rumah. Tetapi lubang angin di atap rumah sudah hilang. Tegel lantai dari awal di bangun hingga kini masih terjaga keasliannya, bahkan di tiap ruangan berbeda-beda motif tegelnya. Di ruang belakang memiliki beranda rumah yang luas.
Yang makin menjadi menarik adalah masih terjaga keaslian barang-barang perabot rumah ini. Dan yang membuat makin istimewa adalah komitmen tinggi dari pemilik rumah untuk tetap menjaga keaslian rumah ini, baik eksterior, interior dan perabot rumah.
Rumah milik Dr. Setyati Pranantyo ini pernah masuk kedalam liputan mengenai rumah – rumah masa lalu pada stasiun TV Channel News Asia, Singapura dalam program acara ‘A House of Its Time’ Januari 2016 lalu.
Pelestarian sebuah bangunan tua tidak cukup hanya dengan melestarikan dan melindungi obyek bangunan secara fisik semata. Jauh lebih penting adalah membangun kesadaran dari pengelola, pemilik dan pemangku kebijakan di wilayah tersebut.
Sumber: Mblusukmen.
Sebenarnya terdapat 3 bagian bangunan utama yang menjadi hotel yaitu bagian induk (rumah Dr. Setyati Pranantyo sekarang ini), rumah 1 di utara hotel dan rumah 2 di selatan hotel. Hotel Sindoro sendiri hanya beroperasi sekitar 3 tahun saja karena kakek dr. Setyati memiliki banyak anak. Akibatnya Hotel Sindoro ini dibagi-bagikan ke anak-anak beliau dan berubah menjadi rumah biasa.
Ayah dari dokter Setyati Pranantyo sendiri bernama dr. Ong Tiong Liat. Dokter yang masyur seantero Kota Praja Magelang pada masa kolonial dulu. Dokter ini membuka praktek pada jam 07.30-09.30 wib dan 04.30-18.00 wib.
Dokter Ong lahir tahun 1906 dan mewarisi rumah bekas hotel bergaya Indische Empire dengan pilar – pilar Romawi yang tinggi. Bangunan ini tergolong unik karena memadukan unsur – unsur budaya Kolonial, Chinese, dan Jawa dalam konsep bangunannya. Pada foto di bawah ini terjadi terlihat perbandingan rumah tersebut dari 2 masa yang berbeda. Secara fisik bangunan tidak ada yang berubah.
Di foto lama terlihat banyaknya pot tanaman hias di beberapa sisi rumah. Tetapi lubang angin di atap rumah sudah hilang. Tegel lantai dari awal di bangun hingga kini masih terjaga keasliannya, bahkan di tiap ruangan berbeda-beda motif tegelnya. Di ruang belakang memiliki beranda rumah yang luas.
Yang makin menjadi menarik adalah masih terjaga keaslian barang-barang perabot rumah ini. Dan yang membuat makin istimewa adalah komitmen tinggi dari pemilik rumah untuk tetap menjaga keaslian rumah ini, baik eksterior, interior dan perabot rumah.
Rumah milik Dr. Setyati Pranantyo ini pernah masuk kedalam liputan mengenai rumah – rumah masa lalu pada stasiun TV Channel News Asia, Singapura dalam program acara ‘A House of Its Time’ Januari 2016 lalu.
Pelestarian sebuah bangunan tua tidak cukup hanya dengan melestarikan dan melindungi obyek bangunan secara fisik semata. Jauh lebih penting adalah membangun kesadaran dari pengelola, pemilik dan pemangku kebijakan di wilayah tersebut.
Sumber: Mblusukmen.
https://www.facebook.com/bagus.priyana
No comments:
Post a Comment