05 March 2019

MAGELANG TEMPO DOELOE:

MAGELANG TEMPO DOELOE:
KISAH SI KASET PITA, KENANGAN TAK TERLUPAKAN
Oleh : Bagus Priyana
Sejak Philips, perusahaan elektronik Belanda, meluncurkannya pada Agustus 1963, compact cassette atau kaset mulai dikenal orang. Penggunaannya meluas, termasuk untuk merekam karya musik. Rekaman musik pertama yang menggunakan pita magnetik dilakukan Bing Crosby pada 1945.
Menurut Muhammad Mulyadi, sejarawan Universitas Padjadjaran, dalam "Industri Musik Nasional (Pop, Jazz dan Rock, 1960-1990)', perusahaan rekaman dalam negeri kali pertama menggunakan kaset pada 1973. Segera kaset musik menarik perhatian banyak orang. Selain lebih murah, kaset bisa dibawa kemana saja. Bagi artis dan kalangan industri (label, produser, pencipta lagu, distributor), kehadiran kaset mengajak mereka masuk ke dalam era musik yang lebih baru dan praktis.
Perlahan tapi pasti, kaset populer. Kebiasaan label mengirim kaset-kaset penyanyinya ke radio-radio untuk diputar (promosi) secara tak langsung menahbiskan eksistensi kaset sebagai media perekam suara baru yang diakui. Sebut saja Remaco yang begitu populer merekam dan mendistribusikan kaset-kaset dengan penyanyi-penyanyi kesohor di jamannya seperti Koes plus.
Belum lagi banyak pihak yang menjadikan artis-artis populer sebagai hadiah kuis. Tumbuhnya produsen kaset kosong dalam negeri sejak 1974, seperti PT Metro Utama Raya Electronics memassalkan penggunaan kaset di Indonesia.
Sekadar menengok ke belakang, awal mula transisi piringan hitam atau vinyl menuju era kaset terjadi pada awal 1970-an. Kaset mengalami era jaya dari 1970-an hingga puncaknya di pengujung 1990-an. Kaset pertama kali diperkenalkan secara luas oleh perusahaan Phillips pada 1963 di jazirah Eropa. Nama bekennya kala itu adalah compact cassette.
Pada awal tercipta, kualitas suara yang dihasilkan pada kaset orisinal tak terlalu mumpuni. Namun, di tahun 1971, The Advant Corporation memperkenalkan model terbarunya, 201, yang memfusikan langsung Dolby tipe B pengurang gangguan (noise) dengan pita kromium dioksida. Berkat penggabungan itu, kaset mulai dapat difungsikan dalam industri musik secara serius dan komersial, hingga dominasinya perlahan mulai menggantikan posisi sentral vinyl.
Di sepanjang 1980-an, popularitasnya kian meroket tajam, terutama bagi kalangan penikmat musik. Popularitasnya kian meningkat setelah kemunculan perangkat portable pocket recorder Walkman dari Sony. Daya tahan kaset serta kemudahannya untuk digandakan berperan vital di balik berkembangnya musik underground di seantero dunia, termasuk Indonesia.
Popularitas kaset juga ikut terdongkrak sekaligus mendongkrak produk-produk elektronik, terutama radio tape. Boomingnya terjadi setelah perusahaan Sony memperkenalkan walkman pada tahun 1984, yang makin mempermudah orang menikmati musik.
(bersambung)
Sumber:
- Majalah Historia nomor 11 tahun 2013
- foto dari buku Rapat Umum Anggota ORARI Lokal Magelang 1986
Sumber :
 https://www.facebook.com/bagus.priyana

No comments:

Post a Comment