12 March 2019

Tentang Sejarah Magelang - KIPRAH PELUKIS MAGELANG DARI MASA HINDIA BELANDA, JEPANG, REVOLUSI FISIK HINGGA ORDE BARU

MAGELANG TEMPO DOELOE:
KIPRAH PELUKIS MAGELANG DARI MASA HINDIA BELANDA, JEPANG, REVOLUSI FISIK HINGGA ORDE BARU 

Oleh : Bagus Priyana
SOEWITO, SOSOK PELUKIS PEJUANG, PEJUANG PELUKIS
Barangkali hanya sedikit pelukis di Magelang yang memiliki kemampuan seperti sosok Soewito ini. Lahir di Magelang pada 15 Maret 1920 dan masa hidupnya hingga masa akhir hayatnya dihabiskan di kota sejuk ini.
Berawal dari suka mencoret-coret dan menggambar, Soewito pada akhirnya menjadi seorang pelukis. Meski awalnya dilakukan secara otodidak, tetapi akhirnya Soewito mendapatkan tambahan ilmu dari seorang pelukis dari Belanda dan Jepang.
De Jong membuka studio lukisnya di Pecinan dengan nama Studio Atelier pada 1939-1941. Awalnya studio ini berupa sanggar seni lukis, tetapi akhirnya studio ini juga memproduksi lukisan untuk dijual dengan nama "RECONDE" yang merupakan singkatan dari REclame COnstructie & DEcoratie. Meski mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari De Jong berkaitan dengan "penindasan" karya (pemberian inisial dan tanda tangan pelukis dihilangkan, diganti dengan pemilik studio), tetapi Soewito mendapatkan sebuah proses kematangan dalam dunia seni lukis.
Pada masa Jepang menguasai Magelang (1942-1945), Soewito belajar pada O Ya San, seorang pelukis lulusan akademi lukis Tokyo.
Kursus seminggu sekali ini diajarkan beberapa teknik lukis, diantaranya penguasaan dan penggunaan media melukis, teori praktis tentang proporsi tubuh dan anatomi tubuh manusia, dll. Sebuah ilmu yang teramat penting bagi diri Soewito yang kelak akan bermanfaat bagi penyempurnaan karya-karyanya.
Pada era Revolusi Fisik, Soewito mengabadikan peristiwa bersejarah di seperti "Magelang Bumi Hangus", "Magelang Kembali", "Memori Warung Kopi", dll. Ketiga lukisan ini sangat fenomenal dan bernilai sejarah karena bisa jadi 3 lukisan ini menjadi satu-satunya karya dokumentasi berupa lukisan perihal perjuangan rakyat Magelang. Lukisan bertema kepahlawanan lainnya yaitu berjudul "Pangeran Diponegoro".
Tak hanya itu, Soewito juga membidik pesona pemandangan di seputar Magelang seperti "Gunung Giyanti", "Flamboyan di Hutan", "Potong Padi", "Mata Air Sungai Semawang di Gunung Sumbing", "Rumpun Bambu", "Pasar Burung" dll. Tak lupa, Soewito juga mengabadikan istrinya, Soepiyah dalam goresan di kanvas.
Soewito seringkali mengadakan pameran lukisan, baik bersama pelukis lain maupun karya pribadi dan keluarga. Terlebih saudara-saudaranya juga memiliki aktivitas melukis. Tak hanya pameran di Magelang, Soewito juga pernah menggelar pameran tunggal di Taman Budaya Jakarta pada Agustus 1993 untuk menyambut HUT ke 48 RI.
Sejak tahun 1947, Soewito diangkat menjadi pegawai Departemen Penerangan hingga masa pensiun pada Maret 1979.
Meskipun menjadi pegawai pemerintah, Soewito justru makin aktif dalam menggeluti dunia lukis. Saking banyaknya lukisan karyanya, dibuatlah semacam galeri seni lukis di rumahnya di Jl. Sindoro 14 Kwarasan Cacaban, Kota Magelang.
Soewito merupakan pelukis penting yang lahir, besar dan meninggal di Magelang. Karya-karyanya bukan sekadar berupa lukisan biasa, tetapi memiliki nilai sejarah khususnya lukisan bertema perjuangan seperti "Magelang Bumi Hangus" dan "Magelang Kembali".
Soewito berjuang bukan dengan mengangkat senjata tetapi melalui pembuatan poster perjuangan, coret-coret di tembok tentang perjuangan dan lukisan perjuangan di atas kanvas.
Sosoknya tak tergantikan, pantas jika Soewito dijuluki sebagai Pelukis Pejuang dan Pejuang Pelukis.
(Tamat)



:
Sumber :
https://www.facebook.com/bagus.priyana?__tn__=%2CdC-R-R&eid=ARD6003zl_D6rIjVvrcdUxUVC5B22pHdXMWrFG000tBchk8m7u3SWH1GMrqR3IGZqu488f5TPWbq-YOd&hc_ref=ARQOZ1QqsMYNOEWSGfcKfJi3iGAfuIqUQXgzUUsSeIXgZtGtFseVNs57v4dJFzZ9FsE&fref=nf

No comments:

Post a Comment