05 March 2019

MAGELANG TEMPO DOELOE

MAGELANG TEMPO DOELOE:
TOURING KLUB SEMARANGSCHE MOTOR CLUB KE MAGELANG 1935
Oleh : bagus 
Keberadaan klub motor di Indonesia sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Motor hadir sebelum mobil masuk ke Hindia Belanda. Orang pertama yang memiliki motor adalah seorang Inggris, John C. Potter, yang bekerja sebagai masinis pabrik gula di Umbul, dekat Probolinggo. Potter membeli motor langsung ke Hildebrand Und Wolfmuller, perusahaan penemu sepeda motor pertama pada 1883. Jadi, motor masuk Hindia Belanda tak lama setelah ditemukan.
Setelah motor masuk ke Hindia Belanda, orang-orang terlihat kagum dan heran. “Karena tidak ditarik oleh kuda atau hewan lainnya maka kedatangan sepeda motor pertama di Jawa membuat siapa pun yang melihatnya menjadi tercengang dan terbengong. Orang lantas menamankannya Kereta Setan,” tulis Abdul Hakim dalam Jakarta Tempo Doeloe.
Keberadaan motor mulai berkembang di Hindia Belanda pada tahun 1900-an. Para pemilik motor orang Belanda dan Eropa di Batavia membentk klub motor atau persatuan pengendara sepeda motor (motor-wielrijders bond), Magneet pada 1913. Sebagai corong, mereka mengeluarkan majalah sesuai nama klub, Magneet. “Sebagian besar terbitan Magneet berisi pengumuman dan laporan dari clubtochten atau perjalanan klub,” tulis Rudolf Mrazek dalam Engineers and Happy Land.
Seperti klub motor zaman sekarang, Magneet melakukan touring ke berbagai tempat. Perjalanan pertama Magneet pada 28 Desember 1931, dimulai dari Taman Wilhelmina, di pusat kota Batavia, kemudian berkeliling kota Batavia, dan berakhir di hotel De Stam di Gondangdia Baru, permukiman modern yang baru dibangun. Magneet juga melakukan perjalanan ke luar Batavia. Untuk itu, mereka menyewa hotel dan restoran di Bogor dan Cipanas. “Anggota-anggota klub sepeda motor, sebagaimana dilaporkan Magneet, menembus lebih dalam dari pusat menuju pinggiran-pinggiran dan pedalaman,” tulis Mrazek.
Lalu seperti apa kondisi klub motor di Magelang?
Pada hari Sabtu Minggu 21-22 September 1935, SMC (Semarangsche Motor Club) mengadakan kegiatan touring uji performa kendaraan untuk para pengendara sepeda motor sejauh 820 km. Kegiatan ini diikuti oleh 15 peserta motorrider dengan mengendarai berbagai merek motor seperti BSA, BMW dan Harley Davidson. Tidak disebutkan, rute yang ditempuh sebelum atau sesudah mencapai Magelang. Dari informasi lain, di era itu di Magelang sudah ada klub motor bernama MMC (Magelangsche Motor Club).
Dikutip dari koran "De Locomotief" edisi 24 September 1935 diberitakan jika perjalanan touring dari SMC ini telah mengundang minat dan menyita animo yang cukup besar dari masyarakat MAGELANG. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang berduyun-duyun menyambut di sekitar lokasi acara seperti di Lapangan Tidar, depan Masjid Kauman, Poncol dan Pecinan. Bisa dibayangkan, dari foto dibawah ini terlihat banyaknya masyarakat yang menonton.
Suara menggelegar dari para motorrider semakin menambah daya tarik acara ini. Terlebih di masa itu, baru segelintir orang saja yang memiliki motor seperti itu. Tentu saja membuat heran masyarakat di saat itu.
Pada Sabtu pukul 9 pagi dari MAGELANG, para motorrider disambut oleh Mr. Hesselink, seorang pemilik department store yang terkenal di MAGELANG. Hesselink bertindak sebagai starter dengan peserta pertama dilepas mulai pada jam 9 pagi.
Pada hari Minggu pagi pukul 7.45 peserta harus kembali ke tempat awal lagi setelah istirahat 1 jam, diwajibkan untuk mengikuti bagian kedua dari tur ini.
Kegiatan di Magelang, diadakan di lapangan Tidar berupa adu ketrampilan mengendarai motor dan beberapa atraksi. Terlihat Gunung Tidar masih gundul di masa itu. Setelah itu peserta dilepas menuju ke Candi Borobudur.
Panitia di MAGELANG, yang terdiri dari Mr. Hesselink, Huytink dan Fermin, telah menjamu para peserta dengan baik, khususnya layanan seperti periksa mesin, perbaikan kecil, dan lain-lain yang dikelola dengan baik oleh perusahaan milik Hesselink.
Di depan toko milik Hesselink ini terdapat stasiun pompa bensin khusus untuk sepeda motor. Lokasi toko ada di Grooteweg Noord Pontjol (kini Soma Motor Jl. Akhmad Yani Poncol, sisi barat jalan).
Para peserta juga tidak menyampaikan apa-apa selain pujian baik untuk pelayanan ini. Selain itu, keluarga Huytink menjamu para peserta dengan ditawari roti, kopi, dan minuman dingin.
Tercatat beberapa nama peserta diantaranya Liem Djwan Hok, J. Luyke, J. Munnick dan motorrider dari Magelang bernama Ong Sioe Sing yang memboncengkan Liem Djien Gie. Ong Sioe Sing adalah seorang pengusaha dan pemilik toko kelontong besar di Pecinan Magelang.
Sebuah kata penghormatan atas kegiatan yang luar biasa ini merupakan kerja keras dari panitia dan tentu saja atas dukungan dari perkumpulan "MAGELANG VOORUIT".
Bupati Magelang R. A. A. Danusugondo dan Kepala Inspektur Vossenaar ikut serta menyambut para peserta reli di depan toko milik Hesselink. Danusugondo dan Hesselink merupakan pengurus dari perkumpulan MAGELANG VOORUIT selain Nessel Van Lissa, walikota Magelang saat itu.
Sumber:
- koran De Locomotief 24 September 1935
- majalah Historia
- majalah MAGELANG VOORUIT Oktober 1935
-


Sumber :https://www.facebook.com/bagus.priyana

No comments:

Post a Comment