IKP - INDISCHE KATHOLIEKE PARTIJ : Sedikit Kisah Partai Katholik Hindia di Magelang
Babak baru dunia perpolitikan di Hindia dimulai pasca diresmikannya Dewan Rakyat Hindia (Volksraad) pada 18 Mei 1918 oleh Gubernur Jendral J.P. Graaf van Limburg Stirum. Suara - suara untuk mulai memperbaiki nasib bangsa jajahan pun mulai terbuka sedikit demi sedikit. Baik partai politik maupun organisasi mulai giat mengkonsolidasikan diri agar bisa menempatkan wakilnya di dalam volksraad. Setelah golongan bumiputra membentuk Komite Nasional untuk memilih wakil - wakilnya di dalam dewan rakyat, giliran orang - orang Belanda dan Indo - Belanda yang membentuk partai politik dan organisasinya untuk bisa memperjuangkan agendanya. Salah satu partai politik yang berdiri pasca berdirinya volksraad adalah Indische Katholieke Partij (Partai Katholik Hindia) yang biasa disingkat IKP.
IKP berdiri pada November 1918 dimana para anggotanya terdiri dari orang - orang Belanda kulit putih yang beragama Katholik Roma. Partai ini didirikan untuk memperjuangkan agenda umat Katholik kulit putih di Hindia di antara partai - partai lain bercorak agama seperti Christelijke Etische Partij (Partai Kristen Etis) - CEP. Selain harus berjuang untuk menyuarakan suara umat Katholik kulit putih, IKP juga harus bersaing dengan partai - partai Katholik lain seperti Katholieke Volkspartij (KVP) dan partai Katholik pribumi, PPKI (Perkoempoelan Partai Katholik Indonesia). Selain persaingan dalam intern ideologi agama, IKP juga harus bersaing dengan organisasi pribumi bercorak agama lain seperti Sarekat Islam di dalam Volksraad.
Berita mengenai IKP Magelang yang berhasil penulis temukan muncul dalam surat kabar De Indische courant yang terbit pada 17 April 1930. Disebutkan bahwa IKP cabang Magelang mengadakan rapat intern di KSB (Katholieke Sociale Bond). Gedung KSB sendiri berada di dalam kompleks pastoran Roomsch Katholieke Kerk (Gereja Santo Ingnatius) dan sekarang sudah berubah menjadi Gedung Pertemuan Mandala. Dalam rapatnya pada bulan April 1930 tersebut, IKP membahas mengenai nominasi tokoh - tokoh dari partai yang bisa duduk dalam Volksraad. Salah satu tokoh yang dinominasikan IKP untuk duduk di Dewan Hindia adalah Nessel van Lissa (Walikota Magelang 1933 - 1942) yang saat itu masih menjabat sebagai Walikota Palembang.
Selain berkiprah dalam taraf lokal dan regional seperti dalam Dewan Kota (Gemeenteraad) dan Dewan Provinsi (Provincialeraad), para wakil - wakil IKP Magelang juga banyak berkiprah dalam taraf nasional. Salah satu prestasi IKP yang cukup membuat bangga Magelang adalah terpilihnya Walikota Magelang yang kala itu sudah dijabat oleh Ir. R.C.A.F.J Nessel van Lissa menjadi anggota Volksraad pada bulan September 1934. Terpilihnya Nessel van Lissa sebagai anggota Volksraad sebenarnya tidak terlepas dari drama kosongnya salah satu jatah kursi IKP di Volksraad pasca pengunduran diri Tuan Burger. Setelah penundaan pertemuan sebanyak 4x oleh Asisten-Presiden Dr. W. Brokx di Volksraad, akhirnya pemungutan suara pun bisa dilangsungkan di Kantor Pemilihan Volksraad. Dengan memperoleh suara terbanyak sebesar 387, Ir. Nessel van Lissa bisa terpilih ke urutan no.1 sebagai anggota Volksraad dari fraksi IKP.
Salah satu prestasi lain dari IKP cabang Magelang ditaraf nasional adalah kemampuannya dalam menyelenggarakan Kongres Nasional IKP pada tahun 1939 di Katholieke Sociale Bond (KSB) Roomsch Katholieke Kerk Magelang yang juga bertepatan dengan perayaan Hari Pantekosta. Ruang pertemuan dihiasai dengan warna - warna indah khas Belanda serta warana - warna dan simbol kepausan. Dalam Kongres di bulan Mei tersebut, hadir Bapak Ketua Umum IKP, A.A. Kerstens serta 17 wakil departemen IKP se-Hindia Belanda yang mewakili 117 suara. Dalam kongres tersebut, turut hadir wakil ketua manajemen pusat IEV (Indo-Europesche Verbond - Perkumpulan Orang Indo-Eropa), Tuan Van Ardenne; perwakilan dari Vaderlandsche Club (VC), divisi lokal I.E.V. ; anggota dewan sekaligus ketua P.P.I (Perhimpunan Pelajar Indonesia), Partai Katolik Pribumi; Perwakilan dari . Asosiasi Guru Den Suikerbond Katholik serta Perkumpulan Tiong Hoa Magelang, Chung Hwa Hui. Dari jajaran eksekutif dan legislatif kota, hadir walikota Magelang yang diwakili oleh anggota dewan kotapraja. Serta tidak ketinggalan pendeta utama Magelang, pastor Sondaal, dan pendeta dari tangsi militer.
Kongres tersebut dibuka pada pukul sepuluh malam dengan sambutan oleh ketua departemen Magelang, Tuan Tangerer yang kemudian disusul oleh panitia acara pesta, delegasi, perwakilan dari organisasi lain, pendeta dan peserta lainnya. Sanjungan terhadap kinerja IKP yang mampu menguasai dewan kotapraja pada tingkat lokal juga disampaikan dalam sambutan tersebut. Dalam kongres IKP tersebut juga disebutkan bahwa acara kongres di tahun 1940 akan dilangsungkan di Surabaya. Acara kongres tersebut kemudian diakhiri dengan makan malam di Hotel Montagne.
- Chandra Gusta Wisnuwardana -
Babak baru dunia perpolitikan di Hindia dimulai pasca diresmikannya Dewan Rakyat Hindia (Volksraad) pada 18 Mei 1918 oleh Gubernur Jendral J.P. Graaf van Limburg Stirum. Suara - suara untuk mulai memperbaiki nasib bangsa jajahan pun mulai terbuka sedikit demi sedikit. Baik partai politik maupun organisasi mulai giat mengkonsolidasikan diri agar bisa menempatkan wakilnya di dalam volksraad. Setelah golongan bumiputra membentuk Komite Nasional untuk memilih wakil - wakilnya di dalam dewan rakyat, giliran orang - orang Belanda dan Indo - Belanda yang membentuk partai politik dan organisasinya untuk bisa memperjuangkan agendanya. Salah satu partai politik yang berdiri pasca berdirinya volksraad adalah Indische Katholieke Partij (Partai Katholik Hindia) yang biasa disingkat IKP.
IKP berdiri pada November 1918 dimana para anggotanya terdiri dari orang - orang Belanda kulit putih yang beragama Katholik Roma. Partai ini didirikan untuk memperjuangkan agenda umat Katholik kulit putih di Hindia di antara partai - partai lain bercorak agama seperti Christelijke Etische Partij (Partai Kristen Etis) - CEP. Selain harus berjuang untuk menyuarakan suara umat Katholik kulit putih, IKP juga harus bersaing dengan partai - partai Katholik lain seperti Katholieke Volkspartij (KVP) dan partai Katholik pribumi, PPKI (Perkoempoelan Partai Katholik Indonesia). Selain persaingan dalam intern ideologi agama, IKP juga harus bersaing dengan organisasi pribumi bercorak agama lain seperti Sarekat Islam di dalam Volksraad.
Berita mengenai IKP Magelang yang berhasil penulis temukan muncul dalam surat kabar De Indische courant yang terbit pada 17 April 1930. Disebutkan bahwa IKP cabang Magelang mengadakan rapat intern di KSB (Katholieke Sociale Bond). Gedung KSB sendiri berada di dalam kompleks pastoran Roomsch Katholieke Kerk (Gereja Santo Ingnatius) dan sekarang sudah berubah menjadi Gedung Pertemuan Mandala. Dalam rapatnya pada bulan April 1930 tersebut, IKP membahas mengenai nominasi tokoh - tokoh dari partai yang bisa duduk dalam Volksraad. Salah satu tokoh yang dinominasikan IKP untuk duduk di Dewan Hindia adalah Nessel van Lissa (Walikota Magelang 1933 - 1942) yang saat itu masih menjabat sebagai Walikota Palembang.
Selain berkiprah dalam taraf lokal dan regional seperti dalam Dewan Kota (Gemeenteraad) dan Dewan Provinsi (Provincialeraad), para wakil - wakil IKP Magelang juga banyak berkiprah dalam taraf nasional. Salah satu prestasi IKP yang cukup membuat bangga Magelang adalah terpilihnya Walikota Magelang yang kala itu sudah dijabat oleh Ir. R.C.A.F.J Nessel van Lissa menjadi anggota Volksraad pada bulan September 1934. Terpilihnya Nessel van Lissa sebagai anggota Volksraad sebenarnya tidak terlepas dari drama kosongnya salah satu jatah kursi IKP di Volksraad pasca pengunduran diri Tuan Burger. Setelah penundaan pertemuan sebanyak 4x oleh Asisten-Presiden Dr. W. Brokx di Volksraad, akhirnya pemungutan suara pun bisa dilangsungkan di Kantor Pemilihan Volksraad. Dengan memperoleh suara terbanyak sebesar 387, Ir. Nessel van Lissa bisa terpilih ke urutan no.1 sebagai anggota Volksraad dari fraksi IKP.
Salah satu prestasi lain dari IKP cabang Magelang ditaraf nasional adalah kemampuannya dalam menyelenggarakan Kongres Nasional IKP pada tahun 1939 di Katholieke Sociale Bond (KSB) Roomsch Katholieke Kerk Magelang yang juga bertepatan dengan perayaan Hari Pantekosta. Ruang pertemuan dihiasai dengan warna - warna indah khas Belanda serta warana - warna dan simbol kepausan. Dalam Kongres di bulan Mei tersebut, hadir Bapak Ketua Umum IKP, A.A. Kerstens serta 17 wakil departemen IKP se-Hindia Belanda yang mewakili 117 suara. Dalam kongres tersebut, turut hadir wakil ketua manajemen pusat IEV (Indo-Europesche Verbond - Perkumpulan Orang Indo-Eropa), Tuan Van Ardenne; perwakilan dari Vaderlandsche Club (VC), divisi lokal I.E.V. ; anggota dewan sekaligus ketua P.P.I (Perhimpunan Pelajar Indonesia), Partai Katolik Pribumi; Perwakilan dari . Asosiasi Guru Den Suikerbond Katholik serta Perkumpulan Tiong Hoa Magelang, Chung Hwa Hui. Dari jajaran eksekutif dan legislatif kota, hadir walikota Magelang yang diwakili oleh anggota dewan kotapraja. Serta tidak ketinggalan pendeta utama Magelang, pastor Sondaal, dan pendeta dari tangsi militer.
Kongres tersebut dibuka pada pukul sepuluh malam dengan sambutan oleh ketua departemen Magelang, Tuan Tangerer yang kemudian disusul oleh panitia acara pesta, delegasi, perwakilan dari organisasi lain, pendeta dan peserta lainnya. Sanjungan terhadap kinerja IKP yang mampu menguasai dewan kotapraja pada tingkat lokal juga disampaikan dalam sambutan tersebut. Dalam kongres IKP tersebut juga disebutkan bahwa acara kongres di tahun 1940 akan dilangsungkan di Surabaya. Acara kongres tersebut kemudian diakhiri dengan makan malam di Hotel Montagne.
- Chandra Gusta Wisnuwardana -
No comments:
Post a Comment