14 March 2024

SENTOT ALIBASYA PRAWIRODIRDJO Markas Belanda dimana mana kocar kacir terbakar hebat. Diserbu pasukan pinilih berkuda Diponegoro yang dipimpin Sentot Alibasya Prawirodirdjo, panglima muda berumur 17 tahun. Nama alibasya memang diambil dari kata phasya atau bashya. Yang diambil dari struktur tentara Turki Ustmani berarti panglima perang. Karena Sentot telah diangkat sebagai panglima pasukan pinilih. Pasukan berkuda ini 1000 orang semua anggotanya bersorban. Tidak ada pasukan infanteri, semua kavaleri berkuda dengan keutamaan serangan kilat cepat dan mematikan. Strategi panglima Sentot dalam melakukan maneuver sangat mencengangkan pihak Belanda. Tidak dapat diterka dan ditebak, tahu tahu mereka sudah menyerbu membakar markas Belanda dan hilang. Sentot Alibasya Prawirodirdjo adalah keturunan Hamengkubuwana I. Buyutnya Gusti Bendoro Raden Ayu putri Sultan Hamengkubuwana I. Menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Prawiro Sentiko atau Raden Ronggo Prawirodirdjo I. Prawirodirdjo I adalah Bupati Madiun beliau digantikan Prawirodirdjo II. Setelah beliau meninggal digantikan Raden Ronggo Prawirodirjo III yang menikah dengan KGR Maduretno putri Sultan Hamengkubuwana II. Mereka adalah orang tua Sentot. Belanda terlalu intervensif mengatur urusan kraton Yogyakarta. Seperti mensejajarkan pejabat Belanda dengan kedudukan raja Yogyakarta. Juga meminta agar Patih Danurejo II yang dipecat Hamengkubuwana II dikembalikan lagi. Serta menyerahkan Prawirodirdjo III agar diberi hukuman oleh Belanda. Tentu saja Hamengkubuwana II menolak keinginan Belanda ini. Terjadilah perang antara Belanda dengan kasultanan Yogyakarta yang dipimpin Prawirodirdjo III. Yang akhirnya gugur dalam perang ini dan dimakamkan di Banyusumurup. Darah kesatria menurun pada Sentot. Ketika terjadi perang jawa, Sentot yang berumur 17 tahun bergabung dengan Pangeran Diponegoro. Karena keahlian pencak silatnya dan keahlian dalam strategi perang, ia diangkat menjadi panglima memimpin pasukan khusus pinilih. Perang Diponegoro tahun 1825-1830 adalah perang besar melibatkan hampir menyeluruh penduduk jawa. Karena itu sering disebut perang jawa. Beberapa kali pasukan Sentot berhasil mengalahkan pasukan Belanda. Dalam pertempuran di Deksa, di Dusun Kasuruan di Lengkong dan perang di Banyumas. Tertangkapnya Kiai Mojo 1828 kemudian menyusul menyerahnya Pangeran Mangkubumi 1829, belum menyurutkan perjuangannya. Oleh karenanya Belanda secara terus menerus melakukan berbagai upaya untuk menundukkan Sentot. Sentot dijebak dan ditangkap melalui perundingan di Madiun. Sentot menghentikan perlawanannya. Ia bersama 300 orang pasukannya dibawa ke Batavia. Selanjutnya tahun 1832 dikirim ke Sumatra Barat untuk memadamkan perang paderi. Namun disana ia bersekutu dengan Tuanku Imam Bonjol, dan juga bersekutu dengan Sultan Pagaruyung. Belanda menjadi kewalahan, akhirnya Sentot dan pasukannya dijanjikan dikirim pulang ke Jawa. Namun di Bengkulu beliau diturunkan. Dibuang dan meninggal muda sebagai orang buangan di Bengkulu. Sumber : googling

 SENTOT ALIBASYA PRAWIRODIRDJO


Markas Belanda dimana mana kocar kacir terbakar hebat. Diserbu pasukan pinilih berkuda Diponegoro yang dipimpin Sentot Alibasya Prawirodirdjo, panglima muda berumur 17 tahun.



Nama alibasya memang diambil dari kata phasya atau bashya. Yang diambil dari struktur tentara Turki Ustmani berarti panglima perang. Karena Sentot telah diangkat sebagai panglima pasukan pinilih.


Pasukan berkuda ini 1000 orang semua anggotanya bersorban. Tidak ada pasukan infanteri, semua kavaleri berkuda dengan keutamaan serangan kilat cepat dan mematikan.


Strategi panglima Sentot dalam melakukan maneuver sangat mencengangkan pihak Belanda. Tidak dapat diterka dan ditebak, tahu tahu mereka sudah menyerbu membakar markas Belanda dan hilang.


Sentot Alibasya Prawirodirdjo adalah keturunan Hamengkubuwana I. Buyutnya Gusti Bendoro Raden Ayu putri Sultan Hamengkubuwana I. Menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Prawiro Sentiko atau Raden Ronggo Prawirodirdjo I.


Prawirodirdjo I adalah Bupati Madiun 

beliau digantikan Prawirodirdjo II. Setelah beliau meninggal digantikan Raden Ronggo Prawirodirjo III yang menikah dengan KGR Maduretno putri Sultan Hamengkubuwana II. Mereka adalah orang tua Sentot.


Belanda terlalu intervensif mengatur urusan kraton Yogyakarta. Seperti mensejajarkan pejabat Belanda

dengan kedudukan raja Yogyakarta.

Juga meminta agar Patih Danurejo II  yang dipecat Hamengkubuwana II dikembalikan lagi. Serta menyerahkan Prawirodirdjo III agar diberi hukuman oleh Belanda.


Tentu saja Hamengkubuwana II menolak keinginan Belanda ini. Terjadilah perang antara Belanda dengan kasultanan Yogyakarta yang dipimpin Prawirodirdjo III. Yang akhirnya gugur dalam perang ini dan dimakamkan di Banyusumurup.


Darah kesatria menurun pada Sentot. Ketika terjadi perang jawa, Sentot yang berumur 17 tahun bergabung dengan Pangeran Diponegoro. Karena keahlian pencak silatnya dan keahlian dalam strategi perang, ia diangkat menjadi panglima memimpin pasukan khusus pinilih.


Perang Diponegoro tahun 1825-1830 adalah perang besar melibatkan hampir menyeluruh penduduk jawa. Karena itu sering disebut perang jawa. Beberapa kali pasukan Sentot berhasil mengalahkan pasukan Belanda. Dalam pertempuran di Deksa, di Dusun Kasuruan di Lengkong dan perang di Banyumas.


Tertangkapnya Kiai Mojo 1828

kemudian menyusul menyerahnya Pangeran Mangkubumi 1829, belum menyurutkan perjuangannya. Oleh karenanya Belanda secara terus 

menerus melakukan berbagai upaya untuk menundukkan Sentot. Sentot dijebak dan ditangkap melalui perundingan di Madiun.


Sentot menghentikan perlawanannya. Ia bersama 300 orang pasukannya dibawa ke Batavia. Selanjutnya tahun 1832 dikirim ke Sumatra Barat untuk memadamkan perang paderi. Namun disana ia bersekutu dengan Tuanku Imam Bonjol, dan juga bersekutu dengan Sultan Pagaruyung.


Belanda menjadi kewalahan, akhirnya Sentot dan pasukannya dijanjikan dikirim pulang ke Jawa. Namun di Bengkulu beliau diturunkan. Dibuang dan meninggal muda sebagai orang buangan di Bengkulu.


Sumber : googling

No comments:

Post a Comment