PARABAN
Oleh : Nursodik Gunarjo
Rata-rata, pemuda-pemudi harapan bangsa generasi x punya alias atau nama lain. Ada yang nyebut nick name, jeneng cilik, paraban, karaban, sebutan, nama panggilan. Apapun itu, biasanya nama itu hueleek dan njelehi, he he he!
Asal-usul paraban memang misteriyes. Pun nggak ada SOP cara membuatnya. Mak bedunduk, muncul, langsung tenar dan melekat begitu saja. Kadang, nah ini, yang punya tubuh pun nggak kuasa menolak dilabeli nama nyleneh itu, hiks..
Konon, awal mula paraban muncul karena ybs nggak bisa menyebutkan nama aslinya dengan fasih. Namanya Jatmiko, tapi saat ditanya, karena masih pelat, bilangnya I-o'. Yaah, dipanggillah ia dengan nama I-o'. Namanya Lestari, saat ditanya bilang "Ayik", ya Ayik itulah yang menjadi nama parabannya. Celakanya, bapak-ibunya ikut-ikutan pula berpelat ria memanggil begitu, hhhh...
Paham kan sekarang mengapa Rusmiyati dipanggil Atik, Sunarni menjadi Nanik, Rahayu jadi Yayuk, Wardoyo dipanggil Yoyok, Sunarko jadi Kokok, Purnomo menjadi Ipung, Nurohmah dipanggil Inung, Nurul jadi Nunung, dsb. Yang nggak enak kan jika namanya Walinono... piye ya nyeluke?
Literatur lain menyebut, ciri khusus di tubuh seseorang juga bisa menjadi nama paraban. Maka muncullah nama-nama seperti (maaf) Dekik, Gingsul, Dower, Mrongos, Nonong, Peang, Penjol, Subali, Surono.. dan sebagainya.. kusensor saja lah!
Nama paraban kadang juga dipakai untuk menggambarkan sikap atau perilaku. Sabar, Soleh, Anteng disematkan untuk mereka yang polahnya kondusif. Sementara Bethik, Dregil, Oyag, Oreg, Edan, Dhegleng, untuk yang suka blakrakan. Dipanggil Slamet Meneng pasti karena bocahnya pendiam. Budi Kesit pasti oknumnya pecicilan. John Plolor pasti karena matanya jelalatan. Begitulah.
Pada ranah implementatif, jiaaah... paraban "digunakan" untuk menggambarkan fasad tubuh secara ekspresif-imajinatif agar mudah diingat. Dengan menyebut nama saja, akan tergambar prejengan dhiyapurannya seperti apa.
Temanku yang tambun dipanggil Gendhut, Gedhi, Gothot, Gembrot, Tembem, Menuk, Mlenuk, Menthul. Yang kurus kecil diparabi Gering, Gareng, Ceking, Cilik, Kunthing, Kunthet, Kupret, Mini. Ada yang cuma dipanggil parabannya. Ada juga yang nama asli diikuti alias, misalnya Agus Gedhi, Paidi Kunthing, dst.
Kadang paraban muncul karena warna kulit. Hmm.. sumpah, bukan rasis ini. Lha wong yang punya nama saja bangga dipanggil Ireng, Item, Keling, Black, Putih, Bule, Londo. Malah ada juga Blonthang, Belang, Poleng, Panu. Yang terakhir kasihan sih. Misalnya ada yang nyari Sarimin, terus dikejar, Sarimin yang mana? Jawabnya, Sarimin Panu, dhiyuuh..
Eh, rambut juga bisa menjadi asbabun nuzul nama paraban loh. Temanku dipanggil Kriwul karena rambutnya mbulet seperti indomie. Ari Kriting sudah pasti rambutnya ting kruwel. Pardi Jegrak jelas rambutnya menantang langit. Muncul pula nama Hendro Uban, Lilik Pirang, Dul Pithak, Darso Gondrong. Semua julukan berawal dari rambut.
Nama parabanku sendiri selain Gondhes adalah Gundhul. Waktu masih muda, aku agak kepiye saat dipanggil Gundhul. Lha jelas rambut gue berlimpah-ruah kok dibilang Gundhul. Tapi sekarang, saat berkaca, kulihat rambutku tinggal tiga. Jadi ya, nama paraban itu... pas adanya.. Hia ha ha ha!
Salam untuk Dhe Hery "Mlenuk" Prast dan Dhe Eko "Ceking" Kuncoro. Sing akur nggih. Juga buat semua Kagama generasi X yang punya nama paraban.
Sapa jeneng parabanmu, ndhes?
No comments:
Post a Comment