Nabi Nuh As
( Nuh/Yasykur/Abdul Ghaffar bin Lamak )
Lahir : Basrah, Irak 3993 SM.
Diangkat menjadi Nabi tahun 3650 SM
Mukjizat : 1. Rasul Pertama yang Diutus ke Bumi, 2. Membuat Kapal Besar, 3. Selamat dari Bencana Banjir Bandang, 4. Berdakwah hingga Usia Ratusan Tahun, 5. Membangun Sebuah Kota.
Orang Tua : ♂️Lamekh.
Istri : ♀️'Umarrah, ♀️Wal'ab binti 'Ajwil, ♀️Nahama binti Tzila/ Nahama binti Lamikh bin Matusyail, ♀️Emzara.
Anak : ♂️Sem, ♂️Ham, ♂️Yafet, ♂️Aram bin Sem, ♂️Kan'an, ♂️Balus.
Wafat : Makkah, Arab Saudi 3043 SM.
Makam : 5CW6+9W9, Nakhchivan, Azerbaijan.
Keterangan :
Nabi Nuh as (bahasa Arab: نوح) adalah nabi pertama dari para nabi Ulul Azmi. Ia adalah nabi pertama yang pada zamannya turun azab. Nabi Nuh as mengajak kaumnya selama kira-kira 950 tahun untuk menyembah kepada Tuhan Yang Esa namun karena kaumnya tidak beriman, Allah swt mengazab mereka dengan mengirimkan banjir Nabi Nuh as.
Nabi Nuh as dengan petunjuk Allah swt membuat kapal untuk menyelamatkan kaum mukminin dan juga setiap sepasang hewan. Al-Qur'an menyebut Nabi Nuh as sebagai Nabi yang memiliki syariat dan kitab. Dalam banyak ayat-ayat Al-Qur'an banyak kisah-kisah Nabi Nuh as dituliskan. Salah satu surah Al-Qur'an menggunakan namanya. Ia terkenal dengan sebutan syaikhul anbiya karena umurnya yang panjang. Sebagian ulama untuk membuktikan panjangnya usia Imam Zaman afs berargumen dengan menggunakan usia Nabi Nuh as.
Pengenalan
Berdasarkan riwayat-riwayat Islam, Nabi Nuh as adalah anak ke-9 dari keturunan Nabi Adam as. Ia berasal dari keturunan Lamekh anak Metusalah, anak Nabi Idris as, anak Yard, anak Mahlapil, anak Qainan, anak Unusy bin Syits, anak Nabi Adam as. Terdapat perbedaan pendapat mengenai waktu kelahirannya. Menurut keyakinan sebagian sejarawan, ia lahir dan hidup di Bainanahrain dan kota Kufah.
Nama asli Nabi Nuh as tidaklah jelas. Dalam sumber-sumber referensi, namanya Abdul Ghafar, Abdul Malik, Abdul Ali.
Dalam riwayat disebutkan bahwa tangisan Nabi Nuh untuk dirinya dan dalam riwayat lain tangisannya selama 500 tahun untuk menyelamatkan dan memberi hidayah kepada kaumnya menjadi sebab atas penamaanya dengan Nuh.
Anak-anak dan Istri
Al-Qur'an dan sangat banyak riwayat mengisyaratkan tentang anak-anak Nabi Nuh as sebelum datangnya banjir Nabi Nuh as. Padahal sebagian anak Nabi Nuh as lahir setelah peristiwa banjir Nabi Nuh as terjadi. Nabi Nuh as memiliki empat putra, nama-namanya adalah Sem, Ham, Yafet dan Kan'an. Semua anak-anak Nabi Nuh as beriman dan ikut Nabi Nuh as di perahu. Dan hanya Kan'an yang tidak ikut serta dalam perahu Nabi Nuh as. Menurut sumber-sumber Islam, Ka'an tidak beriman kepada ayahnya sehingga ia tenggelam.
Berdasarkan sumber-sumber riwayat, keturunan Nabi Nuh as berasal dari keturunan Sem. Juga berdasarkan ayat 10 Surah at-Tahrim istri-istri Nabi Nuh as dan Nabi Luth as mengkhianati suami mereka yang merupakan nabi utusan Allah swt. Namun, para mufasir meyakini bahwa maksud dari berkhianat dalam ayat tersebut bukan perselingkuhan ataupun zina. Menurut pernyataan Allamah Thabathabai seorang mufasir Syiah, maksud dari khianat mereka berdua dalam ayat tersebut adalah kekafiran mereka dan kerja sama mereka dengan musuh-musuh nabi dan menyebarkan rahasia-rahasia suami-suami mereka.
Diangkat Sebagai Nabi
Nabi Nuh adalah nabi ke empat setelah Nabi Adam as, Nabi Syits as dan Nabi Idris as. Berdasarkan ayat ke -7 Surah Al-Ahzab dan ayat ke-13 Surah Al-Syura, ia adalah Nabi Ulul Azmi pertama. Sangat banyak para mufasir yang meyakini bahwa dalam dua ayat ini, lima nabi yang disebut itu memiliki kedudukan yang sangat terhormat karena mereka adalah para nabi ulul azmi, pemilik syariat dan kitab.
Mengenai zaman diangkatnya Nabi Nuh as terjadi perbedaan diantara sejarawan. Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an, selama menjadi Nabi, ia mengajak kaumnya untuk menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa semenjak belum adanya peristiwa banjir Nabi Nuh as. Berdasarkan ayat ke-23 surah Nuh, kaum nabi Nuh as menyembah berhala-berhala dengan nama: Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr. Nabi Nuh as telah berupaya untuk berdakwah dan menyebarkan ajaran agamanya kepada masyarakat, namun pada akhirnya hanya sedikit yang mengikuti ajaran Nabi Nuh as.
Menurut sebagian besar ulama Syiah dan berdasarkan riwayat-riwayat Ahlulbait as, dakwah dan kenabian Nabi Nuh bersifat global dan mendunia. Meskipun demikian ulama Ahlusunah percaya bahwa dakwah Nabi Nuh tidak bersifat mendunia dan hanya berdakwah kepada kaumnya, yaitu Kaum Kaldah dan Asyur yang tinggal di Palestina, Syamat dan Irak.
Allamah Thabathabai dalam menafsirkan ayat 19-35 Surah Hud menilai bahwa kenabian Nabi Nuh as sangat mirip dengan kenabian Nabi Muhammad saw. Hal ini bisa dilihat dari sisi seperti peringatan dari syirik dan menyembah berhala, dalil-dalil kaum musyrikin untuk menolak dakwah mereka seperti penilaian bahwa mereka adalah seorang manusia, menuduh pendusta kepada mereka, tidak menerima imbalan dalam memberi hidayah kepada manusia dan argumen-argumen mereka yang diberikan kepada kaumnya masing-masing. Allamah Thabathabai berkeyakinan bahwa peringatan-peringatan Nabi Nuh as dan Nabi Muhammad saw ini adalah sama, Allah meng-athaf-kan kisah-kisah Nabi Muhammad saw dengan kisah-kisah Nabi Nuh as dan tuduhan-tuduhan kaum musyrikin kepada Nabi Muhammad saw di-atfhaf-kan ke kisah Nabi Nuh as. Kemiripan ini juga diakui oleh para mufasir dan peneliti lain.
Banjir Nabi Nuh as
Banjir Nabi Nuh adalah azab Ilahi yang disebabkan oleh kaum Nuh karena menyembah berhala. Nabi Nuh as berdakwah selama 950 tahun supaya kaumnya menyembah Allah swt namun hanya sebagian kecil saja di antara mereka yang menerima seruannya. Oleh karena itu, Nabi Nuh as mengutuk mereka dan Allah menurunkan banjir guna mengazab kaum Nabi Nuh as. Terkait dengan bencana yang melingkupi seluruh alam, atau hanya sebagian tempat atau terkait tentang zaman terjadinya banjir terjadi perselisihan pendapat mengenai hal tersebut. Kisah banjir Nabi Nuh as termasuk kisah yang berkembang di antara masyarakat di dunia dan dinukilkan dalam berbagai kisah kuno. Sumber paling klasik tentang kisah Nabi Nuh as adalah kisah Sumeria. Rincian kisah Nabi Nuh dikisahkan berbeda-beda dalam kitab ini.
Kisah Banjir Nabi Nuh as
Berdasarkan Al-Qur'an banjir Nuh adalah adzab Ilahi untuk memusnahkan kaum musyrik Nabi Nuh as suatu kaum yang berdasarkan laporan ayat-ayat Al-Qur'an menyembah berhala-berhala yang bernama wudd,suwa, yaghuts, ya'uq dan nasr. Sebagaimana yang dikisahkan dalam Al-Qur'an. Nabi Nuh as telah berupaya keras untuk memberi hidayah kepada kaumnya namun pada akhirnya beliau tidak berhasil memberi hidayah kepada mereka dan setelah lama mendakwahkan ajaran tauhid hanya beberapa orang saja yang beriman kepada ajaran Nabi Nuh as. Berdasarkan apa yang dinyatakan dalam Al-Qur'an, kaum Nuh as dikenal sebagai kaum yang gemar berbohong dan berdalil untuk tidak menerima nabi diantaranya mereka beralasan bahwa nabi itu seperti manusia; orang-orang yang ada disekitar Nabi Nuh as lebih sedikit; dari sisi nasab, nasab Nabi Nuh as tidak lebih mulia dari pada nasab-nasab orang lain. Menurut laporan Al-Qur'an, Nabi Nuh mengajak kaumnya untuk beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa selama 950 tahun.
Setelah Allah swt memberitakan kepada Nabi Nuh as bahwa kaumnya tidak akan beriman maka beliau mengutuk kaumnya sendiri dan berkata: Tuhanku, jangan sisakan lagi orang-orang kafir di muka bumi ini. Berdasarkan apa yang ditulis oleh Syaikh Thabrisi dalam Majma' al-Bayān maka karena kutukan ini, para laki-laki dan perempuan menjadi mandul dan selama 40 tahun tidak ada seorang bayi pun yang lahir, kelaparan juga terjadi dimana-mana, segala sesuatu yang dimiliki akan sirna sehingga mereka benar-benar tersiksa. Kaum Nuh tidak menerima ajakan Nabi Nuh as dan di antara mereka saling mengingatkan bahwa jangan melupakan Tuhan-tuhan mereka. Ketika itu Nuh berkata kepada kaumnya: Mohon ampunlah kepada Tuhan, karena Ia Maha Pengampun. Setelah itu, datanglah banjir dahsyat yang menghancurkan kaum musyrikin dan diterimalah doa Nabi Nuh as.
Al-Qur'an menjelaskan banjir Nabi Nuh as sebanyak 12 kali. Kisah Nabi Nuh as dalam Al-Qur'an ada dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan kisah Al-Qur'an. Meskipun terdapat pengulangan dalam kisah banjir Nabi Nuh as, namun kisah ini tidak dijelaskan secara mendetail. Sebagian peneliti percaya bahwa dalam sumber-sumber sejarah dan riwayat telah ada penambahan dalam kisah-kisah banjir Nabi Nuh as, dimana sangat banyak diantaranya yang merupakan cerita yang berbentuk khurafat.
Jangkauan Banjir
Sebagian mufasir percaya bahwa meskipun Al-Qur'an tidak secara detail menjelaskan bahwa tempat yang dikenai banjir itu hanyalah suatu daerah tertentu atau sesuai pendapat yang lain seluruh dunia, namun dari ayat-ayat Al-Qur'an dapat dipahami bahwa banjir Nuh tidak memiliki tempat secara kedaerahan namun sebuah peristiwa yang terjadi di seluruh bumi. Mereka percaya bahwa bumi yang ada dalam ayat-ayat yang berkenaan dengan banjir Nabi Nuh diisyaratkan secara mutlak dan tidak hanya berkaitan dengan daerah tertentu. Demikian juga mereka percaya bahwa konteks ayat-ayat yang menjelaskan bahwa Nabi Nuh as membawa contoh-contoh hewan yang ada di bumi juga merupakan petunjuk bahwa banjir Nabi Nuh as memiliki kapasitas mendunia.
Allamah Thabathabai untuk menetapkan bahwa banjir Nuh meliputi seluruh dunia berargumen dengan menggunakan surah-surah: Hud: 43, Nuh: 36 dan Shafat: 77. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Geolog membuktikan dahsyatnya banjir Nuh.
Makarim Syirazi berkata bahwa dalam sejarah alam terdapat periode yang disebut dengan banjir, periode ini jika tidak berkaitan dengan kelahiran hewan maka bisa dicocokkan dengan banjir Nuh. Sebagian orang menolak bahwa banjir Nuh meliputi seluruh dunia, mereka mendasarkan pendapatnya pada penelitian misalnya di Sumeria, Babel, Yahudi.
Keadaan Kakbah ketika Banjir Nuh Terjadi
Dalam beberapa hadis, telah dinyatakan bahwa selama banjir Nuh, Kakbah adalah satu-satunya tempat yang tidak terkena air dan terlindungi dari banjir. Dikatakan bahwa nama Bait al-'Atiq adalah nama untuk Kakbah karena aman dari banjir Nuh. Beberapa sumber juga menyatakan bahwa malaikat Jibril atas perintah Allah swt membawa Kakbah ke langit keempat sehingga Kakbah tidak terkena banjir.
Banjir dalam Referensi Klasik
Kisah banjir Nuh adalah salah satu kisah yang diceritakan oleh James Fraser diantara bangsa-bangsa dan suku-suku di dunia, termasuk di negara-negara di Asia Barat (Irak, Republik Siprus, Turki, Libanon, Syria, Yordania, Israel, Palestina), India, Burma, China, Maladewa, Australia, Kepulauan Pasifik. Banjir Nuh di masing-masing daerah itu memiliki cerita yang berbeda-beda.
Perbedaan Cerita Al-Qur'an dengan Cerita-Cerita klasik tentang banjir Nuh
1. Di antara semua alwah (lembaran-lembaran) lama yang berbicara tentang banjir Nuh, hanya Al-Qur'an yang memperkenalkan Nabi Nuh sebagai nabi.
2. Menurut ayat-ayat Al-Qur'an, orang-orang beriman kepada Nabi Nuh as yang selamat dari banjir sementara dalam riwayat-riwayat klasik hanya keluarga Nabi Nuh as yang selamat dari banjir.
3. Dalam kisah Al-Qur'an, istri dan anak laki-laki Nabi Nuh bukan termasuk orang-orang yang terselamatkan dari banjir Nuh sementara dalam riwayat-riwayat klasik istri dan anak laki-laki Nabi Nuh as termasuk orang-orang yang terselamatkan.
4. Dalam riwayat Al-Qur'an, tidak ada ayat-ayat yang saling bertentangan dengan riwayat-riwayat yang ada.
5. Riwayat Al-Qur'an adalah satu-satunya riwayat yang bebas dari unsur-unsur materi, tidak seperti riwayat-riwayat lainnya.
6. Riwayat Al-Qur'an adalah riwayat yang menyatakan bahwa Allah tidak menyesalkan bahwa banjir telah terjadi, tidak seperti sebagian riwayat-riwayat lainnya.
Permulaan Banjir
Berdasarkan laporan Al-Qur'an, titik awal banjir ini adalah farā al-tannur (dapur telah memancarkan air). Sebagian mufasir percaya bahwa yang dimaksud tannur adalah sumur-sumur bumi dan sekelompok lain percaya tannur Hawwa, sebagian lainnya percaya bahwa tempat tannur itu adalah Masjid Kufah. Kelompok yang lain percaya bahwa pagi yang cerah dan cahaya yang terang. Biyumi menjelaskan nukilan terakhir yang berasal dari Imam Ali as menjelaskan meskipun Ibnu Katsir berpendapat riwayat ini asing, namun diantara semua riwayat dan perkataan-perkataan yang ada, riwayat-riwayat ini adalah riwayat yang lebih bisa diterima di samping bahwa riwayat ini lebih senada dengan riwayat-riwayat klasik yang ada. Allamah Thabathabai menjelaskan adanya pendapat-pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pemanggang adalah sumur, terbitnya fajar atau titik tertinggi bumi adalah pemahaman yang jauh dari kebenaran.
Masa Terjadinya Banjir dan Lamanya
Dalam Al-Qur'an tidak disebutkan penjelasan mengenai masa dan lama banjir Nuh, namun dalam sebagian riwayat dijelaskan bahwa banjir ini terjadi pada saat Nabi Nuh as berusia 1900 tahun atau sebagian lain mengabarkan pada usia 600 tahun dan sebagiannya 1200 tahun.
Dalam Taurat dijelaskan bahwa banjir Nabi Nuh as terjadi pada hari ke-7 bulan dua tahun 600 usia Nabi Nuh as dan terjadi selama 40 hari dan ketinggian air mencapai 15 meter dan kira-kira 150 hari memakan waktu hingga airnya surut. Sebagian berpendapat bahwa waktu mulai banjir Nabi Nuh as adalah 10 Rajab dan sebagian lainnya pada 2 Rajab. Sangat banyak dari para sejarawan menukilkan bahwa selama terjadi banjir Nabi Nuh as, selalu turun hujan selama 40 hari dan air memancar dari bumi. Sebagian lainnya berpendapat bahwa berlangsungnya banjir selama 6 bulan, sebagian yang lain 150 hari dan sebagian lainnya 13 bulan, sebagiannya lagi 27 hari. Allamah al-Majlisi dalam kitab Tarikh Payambaran menukilkan dari riwayat yang diakui kebenarannya memberitakan bahwa Nabi Nuh dan kaumnya tinggal di kapal selama tujuh hari tujuh malam. Terkait dengan tingginya air juga terjadi perbedaan. Berdasarkan laporan Al-Qur'an yang menjelaskan tentang tidak ada satu tempat pun untuk berlindung bagi orang-orang kafir, bahkan di gunung yang paling tinggi, maka bisa disimpulkan bahwa ketinggian air bahkan mencapai gunung yang tertinggi, sebagian menyebutkan bahwa ketinggian air mencapai 15 dzira (1 dzira = 48 cm) dan sebagian mengabarkan 80 dzira.
Umur yang Panjang
Al-Qur'an dalam ayat 14 Surah Al-Ankabut menginformasikan bahwa lama kehidupan Nabi Nuh sebelum kejadian banjir Nabi Nuh as adalah 950 tahun dan tidak disebutkan berapa lama umur beliau. Terdapat perbedaan mengenai umur beliau. Dalam kitab Taurat disebutkan bahwa lama kehidupan Nabi Nuh as sebagai syaikh al-Anbiya adalah antara 930 tahun hingga 2500 tahun. Mengenai kejadian-kejadian dalam kehidupan Nabi Nuh as seperti masa diangkatnya menjadi Nabi, masa kehidupan setelah peristiwa banjir Nabi Nuh as, demikian juga mengenai masa umurnya, terjadi perbedaan pendapat.
Nikmatullah Jazairi percaya bahwa berdasarkan sebagian riwayat-riwayat Syiah umur Nabi Nuh as adalah 2500 tahun. Allamah Thabathabai juga mengatakan bahwa Nabi Nuh memiliki umur yang sangat panjang, hal ini didasarkan kepada ayat-ayat Al-Qur'an yang mengabarkan bahwa masa kenabian Nabi Nuh as sebelum peristiwa banjir Nabi Nuh as adalah selama 950 tahun. Allamah Thabathabai, tidak seperti yang lainnya mengatakan bahwa umur panjang Nabi Nuh as bukanlah merupakan sebuah mukjizat, bukan pula karena perbedaan masa itu dengan masa sekarang. Allamah melanjutkan bahwa umur Nabi Nuh as berlangsung secara natural dan hingga sekarang tidak ada dalil yang menyatakan tentang ketidakmungkinan umur yang panjang bagi Nabi Nuh as.
Kaum mukminin, musnahnya semua kaum musyrikin dan universalnya dahwah nabi Nuh adalah salah satu sisi-sisi kesamaan yang dijelaskan dalam sebagian riwayat antara Imam Zaman as dan Nabi Nuh as. Sebagian untuk menilai bahwa umur Imam Zaman afs adalah umur yang normal, menjelaskan panjangnya umur Nabi Nuh as sebagai bahan perbandingan.
Nabi Nuh as dalam Al-Qur'an
Nabi Nuh as adalah diantara 26 nabi yang namanya terdapat dalam Al-Qur'an. Namanya adalah nama salah satu dari surah-surah Al-Qur'an. Disamping itu, nama Nuh disebutkan sebanyak 43 kali dalam 28 surah Al-Qur'an. Kisah mengenai Nabi Nuh as dalam Al-Qur'an hanya cerita secara global saja sedangkan tentang cerita rincinya tidak dijelaskan.
Berikut adalah nama ayat dan surah dalam Al-Qur'an yang di dalamnya disebutkan nama Nabi Nuh as:
No Urutan Surah Nama Surah Ayat-ayat
1 3 Al Imran 33
2 4 Al-Nisa' 163
3 6 Al-An'am 84
4 7 Al-A'raf 59,69
5 9 Al-Taubah 70
6 10 Yunus 71
7 11 Hud 25,32,36,42,45,46,48,89
8 14 Ibrahim 9
9 17 Al-Isra' 3,7
10 19 Maryam 58
11 21 Al-Anbiya' 76
12 22 Al-Hajj 42
13 23 Al-Mu'minun 23
14 25 Al-Furqan 37
15 29 Al-Ankabut 14
16 33 Al-Ahzab 7
17 37 Al-Shaffat 75,79
18 26 Al-Syu'ara' 105,106,116
19 37 Shad 12
20 40 Ghafir 5,31
21 42 Al-Syura 132
22 50 Qaf 12
23 52 Al-Dzariyat 46
24 53 Al-Najm 52
25 54 Al-Qamar 9
26 62 Al-Hadid 26
27 66 Al-Tahrim 10
28 71 Nuh 1,21,26
Kisah Nabi Nuh as pada sebagian surah dijelaskan secara global dan pada surah yang lainnya dijelaskan secara mendetail. Kisah Nabi Nuh as yang diceritakan secara mendetail ada dalam surah-surah: Surah al-A'raf ayat 59-69, Surah Hud ayat 25-49, Surah Al-Mukminun ayat 23 -30, Surah Syu'ara ayat 105-122, Surah Al-Qamar ayat 9-17 dan Surah Nuh. Kandungan-kandungan kisah Nabi Nuh as dalam Al-Qur'an dijelaskan sebagai berikut:
Penyimpangan manusia secara bertahab dari fitrah dan ditemukannya perbedaan kasta setelah Nabi Adam as dan risalah Nabi Nuh as
Agama dan syariah Nabi Nuh as dan kedudukan Nabi Nuh as diantara nabi-nabi yang lain
Sabar atas kesulitan dalam berdakwah
Lama kehidupan Nabi Nuh as diantara kaumnya
Pembuatan perahu oleh Nabi Nuh as
Turunnya azab dan datangnya banjir Nabi Nuh as
Selesainya cerita dan turunnya Nabi Nuh as dan para pengikutnya di bumi
Kisah tenggelamnya anak laki-laki Nabi Nuh as
Keutamaan-keutamaan Nabi Nuh as (Nabi Ulul Azmi yang pertama, ayah kedua generasi manusia pada zaman sekarang dan lainnya).
Tanggal Wafat dan Tempat Dikebumikan
Dalam sejarah tidak dijelaskan kapan Nabi Nuh as wafat. Lama kehidupannya adalah 70 hingga 600 tahun setelah peristiwa banjir Nabi Nuh as. Mengenai tempat dikuburkannya Nabi Nuh as, terdapat beberapa nukilan:
1. Qaryah Tsamanin dekat Gunung Jaudi di Mosul
Nakhjawan.
2. Gunung Budha di India.
3. Mekah diantara rukun dan zam-zam
Kufah.
4. Karak Ba'albak Libanon: Di kuburan yang dinisbatkan kepada Nabi Nuh as dan anak-anaknya
Magharah Quds, di sebelah kuburan Nabi Adam as, Sam, Nabi Ibrahim as, Ishak dan Ya'qub as.
5. Najaf Asyraf disamping Nabi Adam as dan Imam Ali as.
6. Nahawand di Propinsi Hamedan: Berdasarkan penelitian dengan judul "Nuh dan Nahawand" Kuburan dan tempat berlabuhnya perahu Nabi Nuh as adalah "Nahawand".
Kisah Istri Nabi Nuh yang Turut Diazab Allah karena Durhaka
Terdapat dua orang istri nabi yang diazab oleh Allah SWT karena durhaka kepada-Nya. Salah satunya adalah istri Nabi Nuh AS. Lalu, bagaimanakah kisah istri Nabi Nuh yang durhaka itu?
Disebutkan di dalam Al-Qur'an, istri Nabi Nuh AS dan Nabi Luth AS adalah dua perempuan yang durhaka kepada Allah SWT dan kepada suaminya. Tentu saja, mereka pasti mendapat azab dari-Nya meskipun menyandang gelar istri nabi sebab Allah SWT Maha Adil.
Allah SWT berfirman dalam surah At-Tahrim ayat 10 yang berbunyi,
ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوا امْرَاَتَ نُوْحٍ وَّامْرَاَتَ لُوْطٍۗ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتٰهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا وَّقِيْلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِيْنَ ١٠
Artinya: "Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang kufur, yaitu istri Nuh dan istri Lut. Keduanya berada di bawah (tanggung jawab) dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami, lalu keduanya berkhianat kepada (suami-suami)-nya. Mereka (kedua suami itu) tidak dapat membantunya sedikit pun dari (siksaan) Allah, dan dikatakan (kepada kedua istri itu), "Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)."
Lantas, bagaimanakah kisah istri Nabi Nuh yang durhaka itu? Berikut penjelasannya.
Azab Istri Nabi Nuh AS yang Durhaka
Mengutip dari buku Tafsir Qashashi Jilid IV: Umat Terdahulu, Tokoh, Wanita, Istri, dan Putri Nabi Muhammad SAW karya Sofyan Hadi, istri Nabi Nuh AS adalah wanita yang durhaka sebab selalu membenci kegiatan dakwah suaminya yang merupakan seorang nabi.
Seperti yang diketahui, Nabi Nuh AS hidup berdakwah untuk meluruskan akidah umatnya selama ratusan tahun, tepatnya 950 tahun lamanya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam surah Al-Ankabut ayat 14 yang berbunyi,
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَلْفَ سَنَةٍ اِلَّا خَمْسِيْنَ عَامًا ۗفَاَخَذَهُمُ الطُّوْفَانُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ ١٤
Artinya: "Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian, mereka dilanda banjir besar dalam keadaan sebagai orang-orang zalim."
Selama seribu kurang lima puluh tahun inilah Nabi Nuh AS berdakwah tak kenal lelah kepada kaumnya. Namun, karena watak umat beliau yang sangat bebal, beliau pun hanya memiliki sedikit pengikut.
Selama 950 tahun ini pula, keadaan rumah tangga Nabi Nuh AS tidak stabil. Terlebih lagi, Nabi Nuh AS hidup jauh dari kemewahan dan penuh dengan kesederhanaan, atau bahkan bisa dibilang hidup miskin.
Harta yang dimiliki Nabi Nuh AS habis digunakan untuk berdakwah di jalan Allah SWT dan membantu orang-orang miskin. Beliau juga tidak mengharap apa pun dari dakwah yang disebarkannya sehingga tidak mungkin bagi beliau untuk mendapat penghasilan dari jihadnya itu.
Kondisi ekonomi yang tidak stabil inilah yang kemudian memicu istri Nabi Nuh AS untuk berkhianat kepada beliau. Konon disebutkan, bahwa pada saat rumah tangga yang tidak stabil itulah datang seorang nenek hendak menyogok istri Nabi Nuh AS.
Nenek itu membawa setumpuk uang kepada istri Nabi Nuh AS dengan syarat dia bersedia menjadi mata-mata pemuka kaum Nabi Nuh AS yang durhaka. Ternyata, nenek tadi adalah setan yang menyamar menjadi manusia.
Istri Nabi Nuh AS yang durhaka ini tentu menerima dengan senang hati tawaran tersebut. Akhirnya ia pun menjadi pengkhianat yang melaporkan setiap aktifitas dakwah Nabi Nuh AS kepada orang-orang kafir.
Terlebih lagi, istri Nabi Nuh AS juga berhasil mempengaruhi dan mendidik anaknya yang bernama Kan'an untuk juga turut durhaka kepada ayahnya. Usahanya untuk mengkafirkan anaknya yang lain, Sam, Ham, dan Yafits, gagal. Mereka tetap berada di jalan Allah SWT.
Akhirnya, janji Allah SWT untuk orang-orang yang durhaka kepada-Nya pun terjadi. Seluruh bumi dipenuhi oleh air yang muncul dari permukaan bumi dan dari langit. Banjir yang sangat dahsyat pun tidak terelakkan.
Saat itulah, istri Nabi Nuh AS yang durhaka bersama anaknya, Kan'an turut ditenggelamkan oleh Allah SWT bersama orang-orang kafir lainnya.
Nabi Nuh AS sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengajak anak dan istrinya tersebut naik ke atas kapal. Namun, mereka tetap durhaka dan tidak mau mendengar beliau bahkan sampai akhir hayatnya.
Nabi Nuh AS berdoa kepada Allah SWT untuk menyelamatkan anak dan istrinya tersebut dari azab-Nya yang sangat dahsyat. Namun, Allah SWT berkata lain. Dia berfirman dalam surah Hud ayat 46 yang berbunyi,
قَالَ يٰنُوْحُ اِنَّهٗ لَيْسَ مِنْ اَهْلِكَ ۚاِنَّهٗ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْـَٔلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنِّيْٓ اَعِظُكَ اَنْ تَكُوْنَ مِنَ الْجٰهِلِيْنَ ٤٦
Artinya: Dia (Allah) berfirman, "Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu karena perbuatannya sungguh tidak baik. Oleh karena itu, janganlah engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Sesungguhnya Aku menasihatimu agar engkau tidak termasuk orang-orang bodoh."
Auj bin Unuq, Raksasa yang Hidup di Zaman Nabi Nuh
Mungkin sebagian dari umat muslim masih asing dengan nama Auj bin Unuq. Namun, dalam artikel ini akan dipaparkan kisah tentang Auj bin Unuq.
Dikutip dari buku Kisah Para Nabi karya Imam Ibnu Katsir, bahwa Auj bin Unuq atau Ibnu Inaq ini telah hidup sejak masa Nabi Nuh AS hingga masa Nabi Musa AS. Auj merupakan seorang kafir yang sangat kejam, jahat, sombong dan tidak berperikemanusiaan.
Banyak yang mengatakan bahwa Auj dilahirkan oleh ibunya yang bernama Unuq binti Adam dari sebuah perzinaan (lahir tanpa melalui pernikahan).
Ada juga yang mengatakan bahwa Auj memiliki tinggi tiga ribu tiga ratus tiga puluh hasta plus dua pertiga hasta. Dengan badannya yang sangat tinggi itu, dia dapat mengambil ikan dari dasar laut dan memanggangnya di dekat matahari.
Dikatakan pula bahwa Auj bin Unuq ini mengejek dan mengolok-olok Nabi Nuh AS dengan perkataan yang buruk. Salah satu perkataannya yaitu ketika sedang berada di bahtera Nabi Nuh, dia berkata, "Mangkuk apa yang kamu buat ini?"
Masih terdapat riwayat-riwayat lain yang mengatakan tentang keburukan Auj bin Unuq. Namun sangat sedikit sumber yang mengisahkannya karena kisah ini merupakan mitos yang bertentangan dengan dalil, baik secara akal ataupun naqal (Al-Qur'an dan hadits).
No comments:
Post a Comment