10 January 2024

Djong Jawa. Tidak ada catatan khusus tentang sejarah perkapalan di Jawa. Karena kitab jawa lebih tertarik pada Tokoh dan kurang membahas teknologi. Para pengamat sejarah maritim, justru dikejutkan oleh Atlas (Kartografi) Miller, buatan tahun 1519. Membuat atlas pada masa itu sangatlah rumit, karena digambar dengan tangan dan harus mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, terutama para penjelajah, informasi yg disampaikan seringkali secara verbal,sehingga sangat bias dan subyektif tergantung persepsi penutur. Namun demikian Kartografer ( Pembuat Atlas/Peta ), dibayar sangat mahal, karena peta mereka akan digunakan untuk berlayar mengarungi samudra. Dalam Atlas Miller, digambarkan tentang kapal yg sangat besar pasa masa itu, diperkirakan berbobot mati 1.000 - 2.000 tons (metrik tons). Oleh Pembuat atlas, kapal tersebut dinamai DJONG ( Jung ) dan Milik Bangsa Jawa atau Sunda tanpa tanda Bulan Sabit (mewakili ikon Islam) pada layarnya. Sebagai Perbandingan, kapal terbesar Penguasa Lautan masa itu adalah Flor de La Mar milik Portugis, panjang 36 meter lebar 8 meter, bobot mati 400 tons. Sebagai perbandingan (lagi) pada abad 20, kapal terbesar di dunia adalah Seawise Giant, Milik Norwegia, dibangun oleh Sumitomo - Jepang. Dimensi : Panjang 458 m lebar 68 m Tinggi 30 m. Bobot Mati 564.763 Tons. Kapal Induk Terbesar adalah USS Gerald R Ford, panjang 337 m lebar 78 m Tinggi 76 m. Bobot mati 100.000 tons. Kapal ini Bobotnya tidak besar karena bukan menggunakan BBM, melainkan ditenagai reaktor nuklir sehingga mampu berlayar selama 25 tahun tanpa kehabisan bahan bakar. Kartografi tidak menggunakan skala, cara menandai besar kecilnya kapal dengan jumlah TIANG LAYAR, sangat logis karena masa itu tenaga yg digunakan adalah Tenaga Angin yg ditangkap layar. Ada 3 atlas yg merekam keberadaan DJONG, th 1375 M, 1519 M, 1522 M. Pada periode tersebut di Jawa yg dominan : Majapahit, Demak, Pasundan. DJONG di desain bukan untuk berperang, meskipun dilengkapi meriam, artileri tsd sebagai antisipasi untuk menghadapi Bajak Laut. Djong adalah Kapal Dagang. Menurut Kronik China, jumlah orang yg berada dalam Djong rata-rata 700 orang = 49.000 kg = 49 Ton. Bobot yg sangat tidak berarti bagi Djong. Ukuran Djong yg demikian besar diperuntukkan mampu mengangkut komoditas dagang, yang pada masa itu butuh jumlah besar agar efisien. Diperkirakan, Pati Unus menyerbu Portugis pada 1513 dan 1521. Keduanya mengalami kekalahan. Kekalahan armada demak disebabkan kalah persenjataan. Armada Portugis berhasil mengalahkan armada demak, tapi tidak mampu menenggelamkan Armada demak, terutama dimana Pati Unus berada. Kapal Pati Unus ini jenis Djong, yg bukan kapal perang. Sementara Armada Portugis menggunakan jenis Carrack atau Galleon yg lebih lincah dan Cepat. Ditambah model meriam Portugis terbuat dari bilah-bilah baja yg dirakit, sehingga bobot lebih ringan tapi mampu melontarkan peluru lebih besar. Sementara Meriam Jawa model COR (Cetbang), dimana bobotnya sangat berat namun peluru lebih kecil. Sekarang, tidak banyak manfaat mengagumi masa lalu. Tapi dengan belajar dari sejarah. Bangsa Indonesia ada baiknya menekankan lebih mendalami Sains dan Teknologi. Karena teknologi akan menjadi penentu bagi kualitas Bangsa dan Negara. Orang sakti itu tidak pernah ada, dongeng tokoh Jawa yg bisa terbang itu halusinasi saja, kalo bisa terbang ngapain bikin kapal, kalo beneran sakti untuk apa membuat senjata. Teknologi membangun kapal pernah ada di Tanah Jawa, bahkan mengungguli banyak bangsa-bangsa di dunia. Ini yang harus ditelusuri, ditemukan kembali intisarinya, dibangun ulang untuk masa kini. Alih teknologi tidak pernah ada, tidak ada bangsa yang mau mengalihkan teknologi mereka, teknologi harus ditemukan sendiri, dibuat sendiri, atau dicuri. Teknologi yang dialihkan ke bangsa lain, pasti teknologi yang sudah kadaluwarsa. EOT

 Djong Jawa.


Tidak ada catatan khusus tentang sejarah perkapalan di Jawa. Karena kitab jawa lebih tertarik pada Tokoh dan kurang membahas teknologi.


Para pengamat sejarah maritim, justru dikejutkan oleh Atlas (Kartografi) Miller, buatan tahun 1519. Membuat atlas pada masa itu sangatlah rumit, karena digambar dengan tangan dan harus mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, terutama para penjelajah, informasi yg disampaikan seringkali secara verbal,sehingga sangat bias dan subyektif tergantung persepsi penutur.


Namun demikian Kartografer ( Pembuat Atlas/Peta ), dibayar sangat mahal, karena peta mereka akan digunakan untuk berlayar mengarungi samudra. 


Dalam Atlas Miller, digambarkan tentang kapal yg sangat besar pasa masa itu, diperkirakan berbobot mati 1.000 - 2.000 tons (metrik tons). Oleh Pembuat atlas, kapal tersebut dinamai DJONG ( Jung ) dan Milik Bangsa Jawa atau Sunda tanpa tanda Bulan Sabit (mewakili ikon Islam) pada layarnya.


Sebagai Perbandingan, kapal terbesar Penguasa Lautan masa itu adalah Flor de La Mar milik Portugis, panjang 36 meter lebar 8 meter, bobot mati 400 tons.


Sebagai perbandingan (lagi) pada abad 20, kapal terbesar di dunia adalah Seawise Giant, Milik Norwegia, dibangun oleh Sumitomo - Jepang. Dimensi : Panjang 458 m lebar 68 m Tinggi 30 m. Bobot Mati 564.763 Tons. 


Kapal Induk Terbesar adalah USS Gerald R Ford, panjang 337 m lebar 78 m Tinggi 76 m. Bobot mati 100.000 tons. Kapal ini Bobotnya tidak besar karena bukan menggunakan BBM, melainkan ditenagai reaktor nuklir sehingga mampu berlayar selama 25 tahun tanpa kehabisan bahan bakar.


Kartografi tidak menggunakan skala, cara menandai besar kecilnya kapal dengan jumlah TIANG LAYAR, sangat logis karena masa itu tenaga yg digunakan adalah Tenaga Angin yg ditangkap layar.


Ada 3 atlas yg merekam keberadaan DJONG, th 1375 M, 1519 M, 1522 M. Pada periode tersebut di Jawa yg dominan : Majapahit, Demak, Pasundan.


DJONG di desain bukan untuk berperang, meskipun dilengkapi meriam, artileri tsd sebagai antisipasi untuk menghadapi Bajak Laut. Djong adalah Kapal Dagang. Menurut Kronik China, jumlah orang yg berada dalam Djong rata-rata 700 orang = 49.000 kg = 49 Ton. Bobot yg sangat tidak berarti bagi Djong. Ukuran Djong yg demikian besar diperuntukkan mampu mengangkut komoditas dagang, yang pada masa itu butuh jumlah besar agar efisien.


Diperkirakan, Pati Unus menyerbu Portugis pada 1513 dan 1521. Keduanya mengalami kekalahan. Kekalahan armada demak disebabkan kalah persenjataan. Armada Portugis berhasil mengalahkan armada demak, tapi tidak mampu menenggelamkan Armada demak, terutama dimana Pati Unus berada. Kapal Pati Unus ini jenis Djong, yg bukan kapal perang. Sementara Armada Portugis menggunakan jenis Carrack atau Galleon yg lebih lincah dan Cepat. Ditambah model meriam Portugis terbuat dari bilah-bilah baja yg dirakit, sehingga bobot lebih ringan tapi mampu melontarkan peluru lebih besar. Sementara Meriam Jawa model COR (Cetbang), dimana bobotnya sangat berat namun peluru lebih kecil.


Sekarang, tidak banyak manfaat mengagumi masa lalu. Tapi dengan belajar dari sejarah. Bangsa Indonesia ada baiknya menekankan lebih mendalami Sains dan Teknologi. Karena teknologi akan menjadi penentu bagi kualitas Bangsa dan Negara. Orang sakti itu tidak pernah ada, dongeng tokoh Jawa yg bisa terbang itu halusinasi saja, kalo bisa terbang ngapain bikin kapal, kalo beneran sakti untuk apa membuat senjata.


Teknologi membangun kapal pernah ada di Tanah Jawa, bahkan mengungguli banyak bangsa-bangsa di dunia. Ini yang harus ditelusuri, ditemukan kembali intisarinya, dibangun ulang untuk masa kini. Alih teknologi tidak pernah ada, tidak ada bangsa yang mau mengalihkan teknologi mereka, teknologi harus ditemukan sendiri, dibuat sendiri, atau dicuri. Teknologi yang dialihkan ke bangsa lain, pasti teknologi yang sudah kadaluwarsa.


EOT



No comments:

Post a Comment