Nama penulisan kota ini memang bervariasi...
.
Akhir pekan ini kita habiskan dengan membaca sebuah buku dari tahun 1896, berjudul "Een jaar op reis in dienst der zending" ditulis seorang penyebar Injil Frans Lion Cachet. Selalu menarik membayangkan seperti apa Djokja pada akhir abad 19 saat itu. Kapan2 kita ceritakan.
Sekarang kita mau membahas sebuah topik tentang nama kota ini yang secara khusus ditulis dalam catatan kaki halaman 346 di Bab VI saat ia bertugas dari Poerworedjo ke Djokjakarta.
Tertulis sebagai berikut :
.
'Djokjakarta', adalah menurut ejaannya, dalam edisi terbaru Regeerings-Almanak v. N. Indië (1896). Namun ada juga yang ditemukan dalam dokumen resmi tertulis : Djocjokarta, Djokjokerta, Djocjakarta, Djocjacarta, Jogjakarta, Jogjocarta, Jogja dan Jogjo. Kalau yang dimaksud kota, bukan kerajaan, biasanya orang bilang Djokja, tidak sepenuhnya Djokjakarta. Almeida, II, 99 menyebut kota itu 'Jukja', yang ditulis orang Belanda dengan tambahan huruf D, untuk mengakomodasi nama tersebut dalam pengucapannya' (!). Variasi penulisan lainnya 'Djokdja dan 'Djodjokarta'. Thomas Stanford Raffles : Yúgija Kérta. Nama lengkapnya menurut Veth dalam buku 'Jawa' I: 493, Hajogjakarta, dari bahasa Sansekerta. Kata "jogja" berarti "tepat, unggul" dan "Karta" kerja - kota.
.
.
Begitulah lur..
Walau pada bagian akhir tampaknya ada kesalahan pengartian tetapi jelas bahwa variasi penulisan latin kesultanan sekaligus kota ini telah cukup banyak sehingga perlu sebuah catatan khusus.
.
Sepertinya serat dan babad dalam aksara carakan juga mempunyai variasi dalam penulusannya, misalnya "Ngayugya" atau "Ngayogyakarta" [ boleh ditambahkan kepada yg mafhum serat dan babad klasik Mataram jika ada variasi penulisannya ]
Foto :
Kassian Chepas 1890s
Lodji Ketjil - atau timur Taman Pintar sekarang.
Saat itu jalan ini jauh lebih besar dan ramai karena langsung tersambung ke pertokoan dan Pasar Gedhe.
Sedangkan jalan di timurnya (Lodji Ketjil Wetan/ prapatan Gondomanan ke utara) justru lebih kecil. Jalan ini ke utara namanya Ngebraman lalu Mendoeran dan hanya sampai di pertigaan Jalan Mataram sekarang. Tidak ada akses ke utara melainkan harus belok ke timur melewati jembatan Kali Code di Gemblakan dan menuju Tegal Panggung/Lempuyangan.
No comments:
Post a Comment