23 February 2025

Sejarah Es Batu di Indonesia: Perjalanan Panjang Hingga Hadirnya Pabrik Pertama di indonesia Kwa Wan Hong: Pelopor Produksi Es Batu di Indonesia Es batu yang kini menjadi bahan pelengkap makanan sehari-hari, ternyata memiliki sejarah panjang sebelum akhirnya hadir di Indonesia. Pada masa kolonial Belanda, es batu hanya bisa dinikmati oleh kalangan elit Eropa. Harganya sangat mahal, mencapai 10 gulden untuk 500 gram, jumlah yang sangat tinggi pada waktu itu. Masuknya Es Batu ke Hindia Belanda Es batu balok pertama kali tiba di Indonesia pada tahun 1846 melalui pesanan perusahaan Roselie en Co. Es tersebut diimpor dari Boston, Amerika Serikat, dan dikirim ke Batavia (sekarang Jakarta). Catatan tentang pengiriman ini ditemukan dalam surat kabar Javasche Courant. Untuk menjaga es agar tidak mencair selama perjalanan, digunakan bahan pelindung seperti garam, amonia, dan kain wol khusus. Bahkan, perusahaan Djakarta Firms Voute en Gherin mulai memproduksi kain wol untuk keperluan ini. Bagi penduduk pribumi, es batu adalah sesuatu yang aneh dan ajaib. Mereka menyebutnya "kristal ajaib" karena sifatnya yang dapat membuat air menjadi dingin atau membekukan tangan saat disentuh. Kwa Wan Hong: Raja Es Indonesia Kwa Wan Hong, seorang pengusaha Tionghoa kelahiran Semarang, menjadi tokoh penting dalam sejarah es batu di Indonesia. Ia mendirikan pabrik es balok pertama di Indonesia pada tahun 1885 dengan nama N.V. Ijs Fabriek Hoo Hien. Sebelum terjun ke bisnis es, Kwa Wan Hong lebih dulu menjalankan usaha kayu dan kapur. Keberhasilan pabrik es ini membuatnya dijuluki “Raja Es”. Pada tahun 1910, ia memperluas usahanya dengan mendirikan pabrik limun serta tiga cabang pabrik es lainnya di Semarang, Tegal, dan Pekalongan. Melihat tingginya permintaan, ia kemudian membuka dua pabrik lagi di Surabaya pada tahun 1924 dan 1926. Ekspansi ke Batavia Kwa Wan Hong akhirnya pindah ke Batavia dan mendirikan pabrik es di Jatinegara, lengkap dengan peralatan modern yang diimpor dari luar negeri. Hingga kini, beberapa lokasi bekas pabrik es tersebut masih dikenang melalui nama tempat di daerah tersebut. Kwa Wan Hong tidak hanya menjadi pelopor, tetapi juga menginspirasi perkembangan industri es batu di Indonesia, menjadikannya bagian penting dalam sejarah ekonomi dan budaya Indonesia. Sumber: Catatan Sejarah Industri Es di Indonesia

 Sejarah Es Batu di Indonesia: Perjalanan Panjang Hingga Hadirnya Pabrik Pertama di indonesia



Kwa Wan Hong: Pelopor Produksi Es Batu di Indonesia


Es batu yang kini menjadi bahan pelengkap makanan sehari-hari, ternyata memiliki sejarah panjang sebelum akhirnya hadir di Indonesia. Pada masa kolonial Belanda, es batu hanya bisa dinikmati oleh kalangan elit Eropa. Harganya sangat mahal, mencapai 10 gulden untuk 500 gram, jumlah yang sangat tinggi pada waktu itu.


Masuknya Es Batu ke Hindia Belanda


Es batu balok pertama kali tiba di Indonesia pada tahun 1846 melalui pesanan perusahaan Roselie en Co. Es tersebut diimpor dari Boston, Amerika Serikat, dan dikirim ke Batavia (sekarang Jakarta). Catatan tentang pengiriman ini ditemukan dalam surat kabar Javasche Courant. Untuk menjaga es agar tidak mencair selama perjalanan, digunakan bahan pelindung seperti garam, amonia, dan kain wol khusus. Bahkan, perusahaan Djakarta Firms Voute en Gherin mulai memproduksi kain wol untuk keperluan ini.


Bagi penduduk pribumi, es batu adalah sesuatu yang aneh dan ajaib. Mereka menyebutnya "kristal ajaib" karena sifatnya yang dapat membuat air menjadi dingin atau membekukan tangan saat disentuh.


Kwa Wan Hong: Raja Es Indonesia


Kwa Wan Hong, seorang pengusaha Tionghoa kelahiran Semarang, menjadi tokoh penting dalam sejarah es batu di Indonesia. Ia mendirikan pabrik es balok pertama di Indonesia pada tahun 1885 dengan nama N.V. Ijs Fabriek Hoo Hien. Sebelum terjun ke bisnis es, Kwa Wan Hong lebih dulu menjalankan usaha kayu dan kapur.


Keberhasilan pabrik es ini membuatnya dijuluki “Raja Es”. Pada tahun 1910, ia memperluas usahanya dengan mendirikan pabrik limun serta tiga cabang pabrik es lainnya di Semarang, Tegal, dan Pekalongan. Melihat tingginya permintaan, ia kemudian membuka dua pabrik lagi di Surabaya pada tahun 1924 dan 1926.


Ekspansi ke Batavia


Kwa Wan Hong akhirnya pindah ke Batavia dan mendirikan pabrik es di Jatinegara, lengkap dengan peralatan modern yang diimpor dari luar negeri. Hingga kini, beberapa lokasi bekas pabrik es tersebut masih dikenang melalui nama tempat di daerah tersebut.


Kwa Wan Hong tidak hanya menjadi pelopor, tetapi juga menginspirasi perkembangan industri es batu di Indonesia, menjadikannya bagian penting dalam sejarah ekonomi dan budaya Indonesia.


Sumber: Catatan Sejarah Industri Es di Indonesia

No comments:

Post a Comment