28 February 2025

PERANG TONDANO II Perang Tondano di Minahasa vs Belanda (1808-1809) terjadi karena para pemimpin Minahasa menolak monopoli beras Belanda, serta menolak perekrutan pemuda² Minahasa untuk diterjunkan dalam.perang² Belanda di Jawa & Sumatera. Para Waraney (prajurit Munahasa) bahkan kaum wanita melakukan perlawanan luar biasa hingga titik darah penghabisan. Benteng Moraya dan danau Tondano berubah jadi warna merah darah. Belanda mendatangkan pasukan bantuan dari kesultanan Ternate (dikenal dengan pasukan perahu/kora2) dan kerajaan lainnya sekitar Minahasa. Di bundel Ternate nomor 1160 September 1909 tertulis bahwa para pemimpin Minahasa yang adalah penyusun strategi dalam.perang tersebut diantaranya: Tewu, Matulandi, Sarapung, Korengkeng (Tondano), Mamahit (Remboken) & Lontoh (Kamasi Tomohon). Meski perjuangan & kematian para Waraney ini begitu mengenaskan karena Belanda menggunakan taktik tipu daya dengan menyandera wanita dan anak anak, hingga sebagian Waraney rela menukarkan diri mereka untuk dibunuh demi menyelamatkan para sandera......., tapi kami orang Minahasa tak pernah menganggap bahwa orang Ternate dan yang lainnya adalah pengkhianat, karena 2 hal: 1. Saat itu NKRI blm tercipta 2. Sesama kami orang Minahasa juga sebelumnya saling berperang seperti negara² kota di Yunani.. masa sebelum kami menyebut diri kami sebagai Minahasa (Mina Esa) yg artinya: MENJADI SATU. Foto 1 : Suasana dalam benteng Moraya setelah dikuasai Belanda. Foto 2 : Patung monumen Mamahit dari Rembiken. Foto 3 : Adegan film Benteng Moraya

 PERANG TONDANO II


Perang Tondano di Minahasa vs Belanda  (1808-1809) terjadi karena para pemimpin Minahasa menolak monopoli beras Belanda, serta menolak perekrutan pemuda² Minahasa untuk diterjunkan dalam.perang² Belanda di Jawa & Sumatera.

Para Waraney (prajurit Munahasa) bahkan kaum wanita melakukan perlawanan luar biasa hingga titik darah  penghabisan. Benteng Moraya dan danau Tondano berubah jadi warna merah darah.   Belanda mendatangkan pasukan bantuan dari kesultanan Ternate (dikenal dengan pasukan perahu/kora2) dan kerajaan lainnya sekitar Minahasa.


Di bundel Ternate nomor 1160 September 1909 tertulis bahwa

para pemimpin Minahasa yang adalah penyusun strategi dalam.perang tersebut diantaranya: Tewu, Matulandi, Sarapung, Korengkeng (Tondano), Mamahit (Remboken) & Lontoh (Kamasi Tomohon).


Meski perjuangan & kematian para Waraney ini begitu mengenaskan karena Belanda menggunakan taktik tipu daya dengan menyandera wanita dan anak anak, hingga sebagian Waraney rela menukarkan diri mereka untuk dibunuh demi menyelamatkan para sandera......., tapi kami orang Minahasa tak pernah menganggap bahwa orang Ternate dan yang lainnya adalah pengkhianat,  karena 2 hal:

1. Saat itu NKRI  blm tercipta

2. Sesama kami orang Minahasa juga sebelumnya saling berperang seperti negara² kota di Yunani..  masa sebelum kami menyebut diri kami sebagai Minahasa (Mina Esa) yg artinya: MENJADI SATU.


Foto 1 :  Suasana dalam benteng Moraya setelah dikuasai Belanda.




No comments:

Post a Comment