01 March 2024

Raden Mas Muhammad Ngarip ( Pangeran Abdul Majid/ Diponegoro Anom/ Kanjeng Pangeran Haryo Diponegoro II/ Raden Antawirya II/ Raden Mas Antowiryo Anom /Raden Mas Arif ) Lahir : tahun 1803 M Putra Pertama Pangeran Diponegoro dari Istri Pertama. Pejuang dan Pembela Pangeran Diponegoro melawan Belanda. Orang Tua : ♂ Pangeran Diponegoro/ Bendoro Raden Mas Mustahar, ♀Raden Ayu Retno Madubrongto. Saudara : ♂Raden Mas Dipoatmojo / Raden Mas Dipokusuma (Pangeran Abdul Azis), ♂Raden Mas Sodewo/Raden Mas Singlon Pangeran Alip (Demang Notodirjo). Anak : ♂Raden Mas Achmad Diponegoro ? (Pangeran Ahmad), ♂Raden Mas Muhammad Diponegoro, ♂Raden Mas Abdullah Diponegoro, ♂Raden Mas Abdul Rachman Diponegoro. Wafat : Ambon, Maluku ? Makam : 858Q+85H, Batu Merah, Kec. Sirimau, Kota Ambon, Maluku. Keterangan : Raden Mas Ontowiryo ll lahir pada 1803, tahun wafatnya Ratu Ageng (17 Oktober 1803). Ketika perang Diponegoro dimulai dia telah berusia 22 tahun dan selalu setia menjadi pembela ayahnya. Sebagai putera tertua dan memiliki kesamaan pandangan dengan ayahnya maka dia dengan ikhlas mengangkat senjata mendampingi ayahnya. Nama bayinya adalah Raden Mas Muhammad Ngarip, dan kelak nama itu dia gunakan lagi ketika berada di wilayah Sumenep dengan sedikit perubahan yaitu Raden Mas Mantri Muhammad Ngarip. Dialah yang menulis buku Babad Diponegoro Suryongalam. Ketika menginjak dewasa dan ayahnya telah menggunakan nama Diponegoro, dia mendapatkan gelar nama yang sama yaitu Ontowiryo II dan selanjutnya menggunakan nama Diponegoro II atau Diponegoro Anom. Melihat usianya yang sudah mencapai 22 tahun pada saat perang Diponegoro dimulai, maka dapat dipastikan bahwa pada saat itu beliau sudah memiliki isteri dan memiliki beberapa anak. Kelak keturunan beliau yang lahir dan besar di tanah Jawa inilah yang akan menjadi generasi penerusnya sebagai pengganggu ketenteraman penjajah. Sejak awal peperangan, Diponegoro Anom diserahi untuk menjaga dan melawan penjajah di wilayah Bagelen ke Barat bersama beberapa orang pilihan Pangeran Diponegoro di antaranya Tumenggung Danupoyo. Taktik perang yang digunakan sama dengan ayahnya yaitu bergerilya dan berpindah-pindah. Area perjuangan Pangeran Diponegoro Anom ini mencapai wilayah Barat Banyumas, Temanggung dan Parakan. Di medan perang, Diponegoro Anom sering bekerja sama dengan Pamannya Sentot Prawirodirjo dan adik tirinya Raden Mas Singlon atau Raden Mas Sodewo di daerah Kulonprogo. Ketika Diponegoro ditangkap dan dibuang ke Menado, Diponegoro Anom menjalani pembuangan di Sumenep sampai 1834 sebelum akhirnya dibuang ke Ambon pada 1853. Di Tlatah Banyumas Diponegoro Anom berputra Raden Mas Ali Dipawangsa yang dimakamkan bersama istri di Kedungparuk, Purwokerto.

 Raden Mas Muhammad Ngarip

( Pangeran Abdul Majid/ Diponegoro Anom/ Kanjeng Pangeran Haryo Diponegoro II/ Raden Antawirya II/ Raden Mas Antowiryo Anom /Raden Mas Arif )



Lahir : tahun 1803 M

Putra Pertama Pangeran Diponegoro dari Istri Pertama.

Pejuang dan Pembela Pangeran Diponegoro melawan Belanda.

Orang Tua : ♂ Pangeran Diponegoro/ Bendoro Raden Mas Mustahar, ♀Raden Ayu Retno Madubrongto.

Saudara : ♂Raden Mas Dipoatmojo / Raden Mas Dipokusuma (Pangeran Abdul Azis), ♂Raden Mas Sodewo/Raden Mas Singlon Pangeran Alip (Demang Notodirjo).

Anak : ♂Raden Mas Achmad Diponegoro ? (Pangeran Ahmad), ♂Raden Mas Muhammad Diponegoro, ♂Raden Mas Abdullah Diponegoro, ♂Raden Mas Abdul Rachman Diponegoro.

Wafat : Ambon, Maluku ?

Makam : 858Q+85H, Batu Merah, Kec. Sirimau, Kota Ambon, Maluku.


Keterangan : 


Raden Mas Ontowiryo ll lahir pada 1803, tahun wafatnya Ratu Ageng (17 Oktober 1803). Ketika perang Diponegoro dimulai dia telah berusia 22 tahun dan selalu setia menjadi pembela ayahnya. Sebagai putera tertua dan memiliki kesamaan pandangan dengan ayahnya maka dia dengan ikhlas mengangkat senjata mendampingi ayahnya. 


Nama bayinya adalah Raden Mas Muhammad Ngarip, dan kelak nama itu dia gunakan lagi ketika berada di wilayah Sumenep dengan sedikit perubahan yaitu Raden Mas Mantri Muhammad Ngarip. Dialah yang menulis buku Babad Diponegoro Suryongalam.


Ketika menginjak dewasa dan ayahnya telah menggunakan nama Diponegoro, dia mendapatkan gelar nama yang sama yaitu Ontowiryo II dan selanjutnya menggunakan nama Diponegoro II atau Diponegoro Anom.


Melihat usianya yang sudah mencapai 22 tahun pada saat perang Diponegoro dimulai, maka dapat dipastikan bahwa pada saat itu beliau sudah memiliki isteri dan memiliki beberapa anak. Kelak keturunan beliau yang lahir dan besar di tanah Jawa inilah yang akan menjadi generasi penerusnya sebagai pengganggu ketenteraman penjajah.


Sejak awal peperangan, Diponegoro Anom diserahi untuk menjaga dan melawan penjajah di wilayah Bagelen ke Barat bersama beberapa orang pilihan Pangeran Diponegoro di antaranya Tumenggung Danupoyo.


Taktik perang yang digunakan sama dengan ayahnya yaitu bergerilya dan berpindah-pindah. Area perjuangan Pangeran Diponegoro Anom ini mencapai wilayah Barat Banyumas, Temanggung dan Parakan. 


Di medan perang, Diponegoro Anom sering bekerja sama dengan Pamannya Sentot Prawirodirjo dan adik tirinya Raden Mas Singlon atau Raden Mas Sodewo di daerah Kulonprogo.


Ketika Diponegoro ditangkap dan dibuang ke Menado, Diponegoro Anom menjalani pembuangan di Sumenep sampai 1834 sebelum akhirnya dibuang ke Ambon pada 1853.


Di Tlatah Banyumas Diponegoro Anom berputra Raden Mas Ali Dipawangsa yang dimakamkan bersama istri di Kedungparuk, Purwokerto.

No comments:

Post a Comment