Belanda Membanggun Pesanggrahan di tempat yang strategis dan bersuasana sejuk.
Pada 1914 setelah Bali dianggap cukup damai, pemerintah Hindia Belanda menggantikan peran tentara kependudukan dengan petugas sipil. Pada waktu Bali sudah bisa dapat dicapai dari Surabaya dengan kapal. Begitu tiba di Bali pengunjung menyewa kuda atau kereta kuda untuk perjalanannya.
Mereka dapat memakai pesanggrahan-pesanggarahan yang kosong yang disediakan untuk pejabat kolonial pada waktu mereka inspeksi keliling.
Infrastruktur perhubungan dibangun. Setidaknya pada 1917 jaringan jalan yang menghubungkan desa Pengastulan ke Tejakula melalui Paben, Buleleng dan Sangsit. Begitu juga sejumlah jembatan seperti di atas sungai menghubungkan jalan dari Singaraja ke Celukan Bawang. Pada tahun berikutnya sebuah jembatan yang melengkapi jalan dari Singaraja melalui Pupuan dan Tabanan ke Kota Denpasar.
Pada 1926 Singaraja sebagai pusat pemerintahan mempunyai tiga jalur jaringan lalu lintas. Pertama jalan menuju Kubutambahan dan Kintamani menuju Denpasar sepanjang 118 Km. Kedua, jalur Singaraja, Bubunan dan Pupuan sepanjang 113 km dan ketiga melalui Danau Bratan hanya 78 km.
Yang menarik Belanda membangun Pesanggarahan di Kintamani sebagai tempat peristirahatan Ambtenaar (pejabat) Belanda di Kintamani, thn 1933.
No comments:
Post a Comment