Oleh : Cahyono Edo Santosa
Kantor Perhutani KPH Kedu Utara, Jl. Veteran Magelang Tempo Doeloe
📷 : Siti Fatimah Muchtar
.... berani menjalani kehidupan, adalah sebuah konsekuensi untuk ikut membangun sebuah peradaban yang lebih bertanggung jawab ...
Oleh : Cahyono Edo Santosa
Kantor Perhutani KPH Kedu Utara, Jl. Veteran Magelang Tempo Doeloe
📷 : Siti Fatimah Muchtar
MASJID AGUNG DEMAK
Masjid Agung Demak merupakan Masjid yg dibangun pada abad 15, dan salah satu Masjid tertua di Indonesia.
Letak Masjid ini berada di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Lokasinya yg berada di dekat alun-alun Ibukota Demak, menjadikan Masjid ini mudah untuk ditemui.
Masjid Agung Demak dibangun oleh Sultan pertama Kesultanan Demak, yaitu Raden Patah, bersama para Walisongo.
4 tiang utama di dalam Masjid atau Saka Guru Masjid, dibuat langsung oleh Walisongo. Tiang sebelah barat laut, dibuat oleh Sunan Bonang. Tiang sebelah barat daya, dibuat oleh Sunan Gunung Jati. Tiang sebelah tenggara, dibuat oleh Sunan Ampel. Tiang sebelah timur laut, dibuat oleh Sunan Kalijaga.
Masjid Agung Demak inilah yg menjadi tempat berkumpulnya Dewan Walisongo, untuk bermusyawarah terutama dalam urusan penyebaran Agama Islam.
Sebagai bangunan penting Kesultanan Demak, Di Komplek Masjid Agung Demak ini, juga terdapat Makam-Makam para Sultan Demak dan abdinya.
Referensi: situs demakkab dan berbagai sumber lain.
📷: © media indonesia
#infrastruktur #religi #masjid #demak #JendelaJatengDIY
GERBANG KERKHOF KOTA MAGELANG
Jika pemakaman etnis Tionghoa di Indonesia sering disebut Bong, maka Kerkhof adalah sebutan untuk pemakaman etnis Eropa di Indonesia.
Biasanya di berbagai daerah di Indonesia terdapat Kerkhof, karena banyak etnis Eropa yg meninggal dunia disini saat masa penjajahan. Termasuk dalam hal ini adalah Kota Magelang.
Keberadaan Kerkhof di Kota Magelang, dibuktikan dg adanya Gerbang Kerkhof yg masih berdiri megah di antara Jalan Jend.Sudirman dan Jalan Ikhlas.
Gerbang ini dibangun sekitar tahun 1906, dg luas 16,8 m² dan tinggi 8,5 meter. Bangunan ini ditopang oleh 4 pilar penyangga dg gaya arsitektur Romawi.
Jika ada gerbang kerkhof, lantas mana kerkhof atau pemakamannya?
Sebenarnya, dahulu di kawasan tersebut terdapat area kerkhof atau pemakaman Eropa yg cukup luas, mencapai sekitar 9 ha.
Namun, pada tahun 1980-an, Wali Kota Magelang memindahkan sebagian makam ke Giri Loyo, karena akan dijadikan pemukiman.
Dan sampai saat ini, yg tersisa hanya Makam dari Johannes Van Der Steur dan anak-anak asuhnya, yg berada di belakang kawasan pertokoan Jalan Ikhlas. Pintu Masuknya pun berjejer diantara toko-toko.
Referensi: Berita di Situs Detik dan Kaskus.
📷: © Pinterest
#infrastruktur #kolonial #sejarah #magelang #JendelaJatengDIY
'Secuil Sejarah' ...
*K A R T O N O*
Kartono ..... nama lengkapnya ...
RM. Panji Sosrokartono.
Lahir tahun 1877.
Kakak kandung RA. Kartini ...
1898 ... Kartono seorang 'pribumi' pertama ... yang kuliah di luar Hindia - Belanda
Karena kecerdasannya beliau menjadi kesayangan para dosennya.
Beliau bisa 27 bahasa asing & 10 bahasa nusantara.
Pangeran ganteng ini pinter bergaul, anak orang kaya, terkenal dan merakyat.
Banyak perempuan Eropa nyebutnya *"De Mooie Sos."* (artinya Sos yang ngganteng).
Bule Eropa & Amerika menyebut beliau dengan hormat *'De Javanese Prins'* (Pangeran Jawa) akan tetapi sesama pribumi memanggilnya *Kartono* saja.
1917 ... beliau menjadi wartawan Perang Dunia I ... koran Amerika yakni 'The New York Herald' cabang Eropa.
Beliau memadatkan artikel bahasa Perancis sejumlah 30 kata dalam 4 bahasa (yakni Inggris, Spanyol, Rusia, Perancis)
Sebagai wartawan perang, beliau diberi pangkat Mayor oleh Sekutu, tapi menolak membawa senjata ... kata beliau :
_"Saya tidak menyerang orang, oleh karena itu saya pun tidak akan diserang. Jadi apa perlunya membawa senjata ?"_
Beliau 'ahli diplomasi' yang hebat.
Beliau sempatkan gemparkan Eropa - America dengan artikelnya tentang perundingan Jerman & Perancis yang rahasia serta sangat tertutup, yang diselenggarakan di dalam salah satu gerbong kereta api yang berhenti di tengah hutan, bahkan mendapat penjagaan yang super ketat dari semua wartawan yang sedang mencari informasi dan berita. Ternyata ... koran 'New York Herald' telah memuat hasil perundingan tersebut.
1919 ... beliau jadi penterjemah tunggal di Liga Bangsa Bangsa yang pd 1921 diubah menjadi PBB.
Beliau ketua penterjemah utk segala bahasa kalah kan para poliglot Eropa - Amerika.
1925 ... Pangeran Sos. pulang ke tanah air.
Ki Hajar Dewantara mengangkatnya sbg kepala sekolah menengah di Bandung
Rakyat berjejal temui si pintar ini, untuk minta air & doa. Dan anehnya banyak yang sembuh ... maka antrian pun makin panjang termasuk bule2 Eropa ... akhirnya beliau dirikan 'Klinik Darussalam' .
Beliau pernah sembuhkan seorang anak Eropa hanya dgn sentuhan-sentuhan dihadapan para dokter yang sudah angkat tangan untuk berusaha menyembuhkan penyakit si anak tersebut.
Beliau juga pernah memotret kawah gunung dari udara. hebatnya tanpa pesawat
Soekarno muda sering berdiskusi dengannya.
Bung Hatta sebut beliau orang jenius.
Di rumahnya berkibar bendera merah putih 🇮🇩 .. dan anehnya Belanda, Jepang , dan sekutu seolah tak peduli .
1951 ..... beliau wafat di Bandung dan dikebumikan di makam Sido Mukti, Desa Kaliputu, Kudus, Jawa Tengah di samping makam kedua orang tuanya *Nyai Ngasirah dan RMA Sosroningrat*.
Beliau meninggal dalam kondisi tidak punya apa2, rumah pun beliau hanya menyewa padahal sebagai putera bangsawan & cendekiawan ia bisa hidup mewah .
Orang2 tidak temukan pusaka dan jimat di rumahnya. hartanya hanya selembar kain bersulam huruf ALIF
_Pada batu nisan makamnya tertulis :_
*SUGIH TANPO BONDHO.*
*DIGDAYA TANPO AJI2.*
Beliau seorang wartawan hebat tapi PWI tidak pernah singgung namanya.
Beliau tokoh pendidikan tapi para guru seolah lupa namanya.
( Sumber : Diana Dindien )
Potret studio seorang gadis penukar uang logam di Jawa(?), Ca.1908
-----
Sumber Foto 📸 : Kassian Cephas - National Gallery of Australia
Oleh : Potret Sejarah Indonesia
ANDROMEDHA ROCK BAND
Andromedha Rock Band, band beraliran rock dari kota Surabaya ini telah meraih prestasi di beberapa ajang festival di Indonesia yaitu pada acara Festival Rock Se-Indonesia ke-V pada tahun 1989 dan ke-VII pada tahun 1993. Dengan formasi awal Pungky Deaz – Vocal, Lucky - Lead Guitar, Hendrik Sanada - Bass Guitar, Denny Ireng – Keyboard dan Yoyok – Drum. Pada formasi inilah menghasilkan single legendaris 'Lamunan' yang tersohor dan konon pula sempat merajai chart radio di Malaysia yang berdampingan dengan 'Isabella' nya SEARCH. Tahun 1992 mengeluarkan album Konser Rock produksi Harpa Record dan itulah album penuh satu-satunya Andromedha.
MAJALAH ”PANJEBAR SEMANGAT" PERNAH DILARANG MASUK SEKOLAH MOSVIA MAGELANG
Oleh : Cahyono Edo Santosa
Majalah mingguan berbahasa Jawa, Panjebar Semangat, pada 4 September 1937 pernah menulis di halaman 5 mengenai keheranan redaksi mereka yang menerima banyak permintaan kiriman majalah yang datang dari para priyayi Binnenlands Bestuur (pejabat tingkat pemerintahan daerah) mulai dari jurutulis sampai wedana. Biasanya memang ada permintaan tapi tidak sebanyak saat itu sampai mereka kehabisan stok.
Mereka masih belum tahu penyebabnya, sampai saat seorang putri garwa priyayi Binnenlands Bestuur mengirim potongan berita dari surat kabar “Soeara Semarang”. Salah satu mitra juga mengirimi potongan berita dari surat kabar “Sit Tit Po” yang memuat berita yang sama persis, yang membuat jajaran redaksi jadi paham kenapa ada permintaan cetak yang banyak.
Isi berita di “Soeara Semarang” & “Sit Tit Po” adalah sebagai berikut :
,,PANJEBAR SEMANGAT" DAN SEKOLAH MOSVIA.
lnternaatshoofd melarang P. S. masoek sekolahan Mosvia.
Pembatja bangsa Djawa tentoenja tidak asing aken adanja soeat kabar minggoean “Panjebar Semangat” jang amat populair di kalangan peodoedoek Djawa, jang dikeloearken di bawah Directie Dr. Soetomo Soerabaja. Menoeroet penjelidikan jang kita lakoeken, maka ampir semoea boepati di Djawa Timoer berlangganan pada soerat kabar terseboet.
Kita toelisken jang di atas ini agak pandjang sedikit, kerna aneh sekali di mana seboeah soerat kabar jang digemari oleh kaoem boepati, sekarang dilarang oleh lnternaatshoofd Mosvia Magelang, sesoedahnja minta advies kepada goeroe dalem bahasa Djawa pada sekolah terseboet.
Di sini kita tidak dapet mengataken siapa jang koerang pengetaoeannja tentang isinja soerat kabar minggoean tadi, entah internaatshoofd, entah inlandsch onderwijzer tadi, aken tetapi djikaloe Mosvia melarang moerid-moeridnja membatja soerat kabar minggoean Panjebar Semangat, kerna katanja mengandoeng politiek, itoe dapet kita kataken saIah betoeI, sebab orang jang paham dalem bahasa Djawa setelah membatja isinja P.S. tentoe insjaf bahoea isinja sama sekali tida merah, bahkan mengandjoerken pembatjanja aken menetepken pikirannja, djangan sampe tersesat hidoepnja.
Kita harep sadja personeel Mosvia Magelang aken lekas insjaf.
Jadi karena dianggap bermuatan politik, lnternaatshoofd (Kepala Asrama) Mosvia Magelang melarang para siswanya untuk membaca Panjebar Semangat.
Imbas dari kejadian ini malah seakan menjadi promosi gratis untuk Panjebar Semangat, karena setelah kejadian tersebut malah semakin banyak priyayi yang membeli dan berlangganan.
📸 : Pelajar MOSVIA Magelang, ca. 1935 (Perbaikan kualitas dari koleksi pribadi Gusti Ayu Indirawati)
Terminal Colt Magelang tahun 80an.
Oleh : Fatimia Rahma
Foto : Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Magelang.
Salah satu bangunan di RST dr. Soedjono Kota Magelang, tinggi jendelanya sama dengan pintu.
Oleh : Yoga Kurnianto
Kisah pertempuran dua kerajaan dibalik situs Ngloram
Pertempuran Kerajaan Lwaram ( Ngloram ) dengan Kerajaan Mataram Hindu
Oleh : Likok Asia
Keberadaan Situs Ngloram yang terletak di Desa Ngloram, Kecamatan Cepu ini memperkuat isi Prasasti Pucangan bertarikh Saka 963 (1041/1042) yang pernah diuraikan ahli huruf kuno (epigraf) Boechori dari Universitas Indonesia.
Prasasti peninggalan Airlangga itu ditemukan di Gunung Pananggungan, Jawa Timur dan dibawa dari Indonesia ke India dua ratus tahun lalu oleh Thomas Raffles. Isi prasasti itu berbunyi Sri Aji Wurawari mijil sangke lwaram. Mijil berarti keluar atau muncul dari, sedangkan analisis toponim atau nama tempat memungkinkan nama Lwaram berubah menjadi Desa Ngloram yang dikenal sekarang.
Pelepasan konsonan ‘w,’ di awal kata dan perubahan vocal ‘a’ menjadi ‘o’ menjadikan kata Lwaram menjadi Ngloram. pada saat itu Raja Sri Aji Wurawari, penguasa Kerajaan Ngloram menyerang Kerajaan Mataram Hindu yang dipimpin oleh Darmawangsa Teguh pada 1017. Saat itu Kerajaan Mataram Hindu berpusat di daerah yang sekarang dikenal sebagai Maospati, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Serangan dilakukan ketika pesta pernikahan putri Darmawangsa Teguh dengan Airlangga yang berasal dari Bali sedang dilangsungkan. Serangan itu memporak-porandakan Kerajaan Mataram Hindu. Dalam peperangan itu, seluruh Keluarga Dharmawangsa terbunuh, kecuali menantunya, yakni Airlangga yang berhasil kabur.
Membalas dendam atas kematian istri, mertua dan kerabatnya, Airlangga yang lolos dari penyerangan dan tinggal di Wanagiri (daerah perbatasan Jombang-Lamongan), akhirnya balik menghancurkan Aji Wurawari. Namun sebelumnya, Aji terlebih dahulu menyerang Airlangga dan Airlangga terpaksa mengungsi dan keluar dari Keratonnya di Watan Mas (sekarang Kecamatan Ngoro, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur).
Serangan balik Airlangga yang ketika itu sudah dinobatkan sebagai pengganti Dharmawangsa Teguh terjadi pada tahun 1032 M. Serangan itu pula memperkuat dugaan reruntuhan batu bata kuno berlumut yang kini dijadikan areal situs Ngloram.
Untuk memperkuat hubungan antara Situs Ngloram dengan Prasasti Pucangan masih diperlukan penelitian lebih lanjut sebab saat ini masih ditemukan berupa batu bata kuno, keramik dan perhiasan perak dan perunggu.
Dalam kegiatan inventaris cagar budaya oleh Pemkab Blora, komuntas pelestari dan Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah hingga tahun 2019 lalu telah berhasil mengumpulkan berbagai artefak, di antaranya batu bata kuno berukuran 20 cm x 30cm dengan tebal sekitar 4 cm, serpihan keramik, serta peralatan perunggu yang kini disimpan di Rumah Artefak Blora.
Untuk memastikan keberadaan Kerajaan Ngloram dengan prasasti itu masih diperlukan penelitian dan kajian lebih mendalam. Seperti penggalian pencarian fondasi sisa kerajaan di sekitar area situs. Namun sampai saat ini, besar dugaan Kerajaan Ngloram yang dipimpin oleh Aji Wurawari berada di Desa Ngloram.
Dikutip dari Solopos.com
https://www.solopos.com/kisah-pertempuran-dua-kerajaan-di-balik-situs-ngloram-1150541/amp
#jjd
#cepu
#blora
Stanplaats Magelang Passar, ca. 1925-1927
Oleh : Cahyono Edo Santosa
Stanplaats atau terminal ini konon ada sejak tahun 1910-an seiring dengan kehadiran Stasiun Magelang Passar. Tumbuhnya terminal terjadi karena para penumpang kereta api yang akan naik atau turun membutuhkan sarana transportasi ke tempat tujuan. Selain itu, para pembawa hasil bumi membutuhkan moda transportasi untuk mengangkut komoditasnya. Melihat peluang ini, para pemilik perusahaan angkutan punya ide untuk melayani penumpang kereta api yang naik atau turun di Stasiun Magelang Passar. Maka lokasi di sebelah barat Stasiun Magelang Pasar berkembang menjadi terminal atau stanplaats (sekarang kawasan Shopping Center).
Di era 1960-an, terminal ini diberi nama Terminal Ampera, kemungkinan merujuk adanya pasar baru di sebelah baratnya.
Setelah layanan kereta api berhenti di tahun 1976, moda transportasi darat seperti bus, berkembang dengan pesat melayani berbagai jurusan. Akibatnya, Terminal Ampera tidak lagi mampu menampung bus-bus. Dan tahun 1977 terminal ini dipindahkan ke kampung Barakan di bawah Bukit Tidar dengan nama Terminal Tidar. Terminal ini pun tidak bertahan lama. Karena tahun 1988 terminal kemudian dipindahkan ke Jl. Sukarno-Hatta.
Dicuplik dari : Telaah - Stasiun-Pasar-Terminal Kota Magelang, dulu dan yang akan datang (Jumat, 6 September 2019) oleh Bagus Priyana
Foto : Het Spoorwegwezen op Java, by M.G. van Heel (1927)
PANGERAN SAMBERNYAWA
Bagi yg sering mengikuti dunia sepakbola Indonesia, pasti tidak asing dg Laskar Sambernyawa, julukan bagi Klub dari daerah Solo, Persis Solo.
Julukan Laskar Sambernyawa disematkan, karena Sambernyawa sendiri merupakan nama besar di daerah Solo Raya. Lantas, siapa sebenarnya Beliau?
Pangeran Sambernyawa merupakan julukan bagi Raden Mas Said, atau pendiri Kadipaten Mangkunegaran yg bergelar Mangkunegara I.
Menurut situs Wikipedia, Sambernyawa merupakan julukan yg diberikan oleh Nicolaas Hartingh, perwakilan VOC, karena didalam peperangan, Mangkunegara I selalu membawa kematian bagi musuh-musuhnya.
Namun, dalam situs Historia, dijelaskan jika M.C.Ricklefs menganggap hal itu adalah kesalahan yg terlanjur banyak menyebar.
Dalam mengoreksinya, Ricklefs mengutip Serat Babad Pangkunegaran. Serat ini memuat Otobiografi dari Mangkunegara I atau Raden Mas Said.
Dalam naskah tersebut dijelaskan, jika Sambernyawa sebenarnya adalah nama dari Panji-Panji perang pasukan Mangkunegara I. Panji-Panji tersebut berwarna biru-hitam dg bulatan putih, yg menurut Ricklefs sudah pasti Bulan Sabit.
*Diolah dari berbagai sumber.
📷: © Wikipedia
#tokoh #sejarah #mangkunegara #pangeransambernyawa #solo #JendelaJatengDIY
Instagram: @jendelajatengdiy
Potret masyarakat Indonesia yang kadang mengharapkan keuntungan dengan cara kebetulan. Orang yang dianggap aneh atau eksentrik seperti kakek tua di pinggir jalan (tampak dalam foto) dimintai ramalan “buntut” atau nomor togel.
Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI
Sumber : Kompas, 24 Januari 1974 hal 2 kol 6-7 (Skala team)
SAWUNG JABO
Oleh : Jumaldi Alfi
Sekitar awal 90an, tepatnya semasa tahun pertama aku tiba di Jogja untuk sekolah di Sekolah Menengah Seni Rupa, aku mendengar dan mengenal nama Sawung Jabo dan Sirkus Barrock. Kawan satu kostku, yang kebanyakan anak-anak SMM (Sekolah Menengah Musik) saat itu sedang berlatih memainkan lagu-lagu Sirkus Barrock untuk sebuah pementasan. Oni Andeng dan Wawan Dimawan Krisnowo Adji, dua kakak beradik, pentolan grup Sa’unine kalau tak salah yang jadi penggiatnya. Aku (mungkin) satu-satunya anak Seni Rupa yang runtang-runtung mengikuti mereka latihan. Aku tak ikut berlatih, aku tak bisa memainkan satupun alat musik, aku bergabung dengan mereka hanya sebagai penggembira dan tukang mengilongi udud serta ransum mereka saat latihan.
Sebenarnya lagu-lagu Barrock tak masuk seleraku, yang saat itu sedang terpukau dengan musik beraliran cepat-Speed Metal, namun ada satu lagu Barrock yang liriknya begitu melekat dan serasa menjadi perwakilan diri. Judul lagunya: Mengejar Bayangan Menangkap Angin .
Lagu itu, entah mengapa ketika pertama kali kudengar seolah -olah ditujukan untukku, anak rantau yang kesepian.
Setiap mendengar lagu itu, kenangan pertama kali menginjak kaki di Jogja, kala menjadi remaja bingung yang merasa kesepian ditanah asing menyergapku. Termasuk ketika lagu itu dikumandangkan pada konser Barrock tempo hari. Sambil menatap cak Jabo melantunkan lagu itu dengan penuh penghayatan, aku larut diseret masa silam.
Mengejar Bayangan Menangkap Angin
Jalan sendiri terasa asing
Malam hari dingin dan sepi
Mengejar Bayangan Menangkap Angin
Hidup goyang diterjang bingung
Banyak sudah yang aku singkirkan
Masih saja belum terbebas
Lari di atas pecahan nasib
Jiwa terluka tertikam bencana
Aku bosan mendengar
Omongan sendiri
Aku muak menipu diriku sendiri
Pura-pura mengerti yang aku tak tahu
Hanya karena takut dianggap bodoh
Bukan mengeluh bukan menyerah
Bukan begini bukan begitu
Bukan juga mencari alasan
Bukan pula menyalahkan hidup
Apalagi aku tak tahu
Aku yakin kau pun tak tahu
Sesuatu terus menghimpit
Menjeratku menghalangi pandanganku.
Cak Jabo, sehat selalu
ACP
Potret suasana Jalan koloni pertanian jawa dekat Metro di Distrik Lampoengsche ( Lampung ) tahun 1925.
Terlihat 2 mobil sedang berhenti di jalan tersebut.
📸 Perfeclifeid
WALRAVEN-2, BURUNG BESI PERTAMA HINDIA BELANDA; HASIL PESANAN PERANAKAN MAGELANG
Oleh : Chandra Gusta Wisnuwardhana
Walraven-2 adalah nama pesawat buatan Laurents Welraven, seorang tukang desain teknik dari Militaire Luchtvaart-Koninklijke Nederlandsche-Indische Leger (Angkatan Udara Militer Kerajaan - Hindia Belanda) dan Kapten MP Pattist atas pesanan seorang taipan pengusaha penjaggalan hewan terkenal "NV. Merbaboe" bernama Khouw Ke Hien.
Syahdan, pada 1934, Khouw Ke Hien yang memiliki banyak cabang penjagalan di berbagai kota seperti Bandung, Sukabumi, Jogja dan Magelang membutuhkan sebuah moda transportasi yang dapat memenuhi kebutuhannya yang memiliki mobilitas tinggi. Menurutnya, kendaraan darat sudah tidak efisien untuk usahanya yang sedang berkembang dan tersebar di seluruh Jawa. Maka dari itu, ia pun kemudian memesan sebuah pesawat terbang dengan spesifikasi khusus seperti mampu menempuh jarak jauh, bisa membawa kargo barang seberat 130 kg beserta 2 orang penumpang dan memiliki mesin ganda.
Tidak butuh waktu lama, pada akhir 1934 prototipe Walraven-2 sudah rampung dan pada awal Januari 1935 sudah uji terbang perdana oleh pilot udara berkebangsaan Belanda, Kapten Penerbang C. Terluin. Pesawat dengan nomor registrasi penerbangan PK-KKH ini kemudian dinyatakan laik terbang dan Khouw Ke Hien , menjadi Peranakan Hindia Belanda pertama yang mendapatkan lisensi diploma pilot dari Departemen Penerbangan Hindia Belanda.
Khow yang sangat terobsesi dengan dunia penerbangan kemudian mengadakan perjalanan udara selama 20 hari dengan Walraven-2 pada September 1935 dan mendarat dengan selamat di Schipol, Amsterdam. Melihat ketangguhan Welraven-2, Direktur Maskapai Penerbangan Belanda (KLM) pun tertarik untuk menggunakan Walraven sebagai armada taksi udaranya. Namun sayang, hal ini urung terwujud karena Khouw meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan pesawat pada 1938.
Khouw Ke Hien, lahir di Muntilan pada 1907. Ia menamatkan sekolah dasarnya di ELS Magelang dan melanjutkan jenjang SMP nya di MULO Djocja. Setelah lulus, ia meneruskan usaha sang ayah, Khouw Kiem Goan, yang sudah merintis usaha bisnis jagal hewan di Muntilan.
Orang Eropah turut menari Jawa bersama anak-anak pribumi circa 1925
(sumber : Tropenmuseum - Amsterdam)
Oleh : Denny Setiawan Ssn
Orang indonesia pendek..??
Oleh : Gunawan Budi
Oke kita semua tahu dari data statistik yg di buat di sebuah jurnal mengatakan klo orang indonesia termasuk katagori yg terpendek rata rata laki laki kita tingginya 160 cm dan wanita 152 cm..pendek banget kan..jauh banget sama bangsa asia yg lain..
Tpi tahukah agan2 klo dahulu prabu jaya baya pernah meramalkan akan datangnya bangsa kate yg akan menjajah indonesia..dan kita tahu bangsa kate itu JEPANG..nah kita kuliti sekarang..
Tinggi kaisar hirohito saat itu 1.67 m
Jenderal Tomoyuki Yamashita 1.75 m
Masashi oyama penemu kyokushin karate 1.76
Itu sekilas tinggi orang jepang saat itu..apa bisa di bilang kate.. Wong bangsa kita saat itu tingginya juga di bawah mereka..tapi kenapa sang prabu jayabaya bilang mereka KATE..itu karena tubuh sang peabu dan nenek moyang kita pada zaman dahulu tinggi besar seperti orang polenesia / suku maori/ hawai dll yg rata rata lakinya 185+ , dan polenisia adalah suku austronesia yg sama dengan kita..
Nah kenapa kita pendek..mungkin karena penjajahan 3,5 abad yg membuat bangsa kita mengalami degradasi pertumbuhan karena asupan gizi yg kurang sehingga mempengaruhi struktur dna kita..
Mungkin saja kan
Industri payung dari Cibeber (Manonjaya), Tasikmalaya -Jawa Barat, Circa1919-1930. (Sumber : KITLV-Leiden )
Oleh : Denny Setiawan Ssn
PANGERAN SENAPATI
Nama lahirnya Raden Senapati atau disebut pula Gusti Kacil (Kushil). Ayahnya adalah Sultan Hidayatullah I. Sedangkan ibunya adalah seorang selir, yaitu puteri dari Tuan Khatib Banun - seorang menteri orang Biaju yang sudah memeluk Islam. Ayahnya banyak memiliki isteri maupun gundik sehingga saudara-saudaranya sangat banyak, menurut Kronik Tiongkok Buku 323 Sejarah Dinasti Ming menyebutkan anak Sultan Hidayatullah ada 31 orang, Raden Senapati sendiri merupakan anak sulung. Ayahandanya mula-mula menikahi permaisuri Putri Nur Alam puteri dari Pangeran di Laut yang melahirkan Raden Subamanggala. Ayahandanya juga menikahi puteri dari Kiai di Podok yang melahirkan Raden Bagus bergelar Ratu Bagus (calon Putra Mahkota) dan Putri Hayu. Dari isteri yang lainnya, ayahandanya juga memiliki putera yang cukup penting peranannya yaitu Raden Rangga-Kasuma.
Raden Senapati menikahi sepupunya Putri Juluk puteri dari Pangeran Demang. Dalam upacara perkawinan tersebut namanya mendapat gelar Pangeran Senapati, sedangkan Putri Juluk mendapat gelar Ratu Agung. Saudaranya Raden Bagus mendapat gelar Ratu Bagus sebagai calon Putra Mahkota, kemungkinan karena dukungan politik dari putera-putera Kiai di Podok yang menjabat menteri kerajaan yaitu Kiai Wangsa dan Kiai Warga, tetapi walaupun sebagai Putra Mahkota Ratu Bagus kelak gagal sebagai pengganti Sultan karena ditawan di Tuban oleh Sultan Mataram. Sedangkan Raden Subamanggala yang mendapat gelar Pangeran Mangkunagara, walaupun sebagai anak gahara dari permaisuri Putri Nur Alam, ia tidak mendapat dukungan menjadi Putra Mahkota.
Sultan Mustain Billah merupakan keturunan ke-9 dari Lambung Mangkurat dan juga keturunan ke-9 dari pasangan Puteri Junjung Buih dan Maharaja Suryanata. Maharaja Suryanata (nama lahir Raden Putra) dijemput dari Majapahit sebagai jodoh Puteri Junjung Buih (saudara angkat Lambung Mangkurat).
SHOLAT IED DI ALUN2 UTARA
Oleh : Naila Syafira
Siapa pernah sholat ied di alun2 utara Kraton ?
Memang berkesan, karena kalo kita bukan penduduk sekitar kraton, maka kita harus parkir di tempat yang agak jauh (zaman kecil dulu, biasanya parkir di shopping center ~taman pintar sekarang~ atau di Secodiningrat ~sekitar halaman Bank Indonesia~ atau kadang di sepanjang Yudonegaran. Lalu jalan kaki ramai2 ke alun2 lor.
Sudah pasti karena waktu itu belum ada HP, yang laki2 akan tunggu2an dg ibu dan kakak yg sholat di kawasan terpisah setelah sholat selesai.
Foto :
Sholat Ied di Alun2 Utara Kraton Yogyakarta sekitar tahun 1957 dengan imam K.H.R. Muhammad Yunus Anis mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1959-1962. Beliau memakai baju tentara saat mengimami.
Bahasa Jawa Kedu adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang dituturkan di daerah Kedu, tersebar di Kebumen: khususnya Kota Karanganyar, Prembun, Kutowinangun, Kutoarjo, Purworejo, Magelang dan Temanggung.
Dialek Kedu adalah nenek moyang dari bahasa Jawa yang biasa digunakan di Suriname.Dialek ini terkenal dengan cara bicaranya yang khas, sebab merupakan pertemuan antara dialek "Mataram/bandek" (Yogya-Solo) dan dialek Banyumasan. Contoh: Kata-katanya masih menggunakan dialek ngapak dalam tuturannya agak bandek:
"Nyong": aku, tetapi orang Magelang memakai "aku" orang Temanggung yang di kotanya juga menggunakan "aku" di Parakan juga sebagian kecil menggunakan "aku""
njagong": duduk (bahasa Jawa standar: lungguh)"Njur piye": Lalu bagaimana (bahasa Jawa standar: "banjur piye" atau "terus piye")"gandhul": pepaya
"mbaca": membaca (bahasa Jawa standar: maca)"mberuh" = (embuh ora weruh): tidak tahu"mbek" = (kambek , karo): dengan contoh "mbek sopo?" artinya "dengan siapa?"
"krongsi" = kursi (Temanggung)"petek poteh sekele koneng numpak dhugar gejedud-jedud" = (dialek Prembun) yang berarti: ayam putih kakinya kuning menumpang dokar terantuk."Pinten" = Berapa? (Krama Karanganyar)"Sae" = Baik atau Bagus.
Adanya pengantar: eeee, oooo, lha kok, ehalah, ha- inggih, sering digunakan dalam tuturan basa-basi masyarakat Temanggung jika lagi mengobrol. Ini menandakan jika orang Temanggung memang menyenangkan jika diajak mengobrol.
Foto : Wajah Kedu di sekitar tahun 1910-an
Oleh : Mardoni Setiawan
CANDI PAWON di kelilingi sumber mata air, apakah ini yang dimaksud SANG LUMAH I TUK?
Salam Budaya,
Menurut Prasasti Wanua Tengah III, Rake Garung adalah "Anak Sang Lumah I Tuk", yang berarti anak dari Yang mulia yang Disemayamkan di Tuk. Memang di masa lalu sepertinya, ada aturan bahwa raja-raja Mdang yang sudah meninggal tidak lagi disebutkan namanya secara langsung, melainkan hanya disebutkan gelar di mana daerah mendiang raja itu dimakamkan.
Mendiang Rake Warak misalnya disebut sebagai "Sang Lumah i Kailasa", Mendiang Rake Pikatan menurut prasasti Poh disebut sebagai "Sang Lumah i Pastika. Sedangkan Sang Lumah i Tuk masih belum jelas untuk nama raja siapa. Jika benar hipotesis bahwa ayah dari Rake Garung adalah Rake Panaraban, maka Sang Lumah I Tuk adalah sebutan untuk mendiang Rake Panaraban ini.
Pada masa Rake Penaraban, kerajaan Medang berada dalam puncak kejayaan, di mana Rake Panangkaran telah mewarisi wilayah kekuasaan yang luas kepada Rake Panaraban putranya, meliputi Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, dan Kamboja. Hasil upeti dari wilayah yang luas itu tentu mampu membiayai pekerjaan membangun Candi Borobudur yang ukurannya jauh lebih besar dari Candi Sewu.
Nah dimanakah daerah bernama TUK yang menjadi lokasi Candi tempat abu jenazah mendiang Rake Panaraban itu?
Tentu tidak ada jawaban yang pasti sebelum ditemukan prasasti yang menuliskan secara eksplisit tentang hal itu. Namun jika Candi Borobudur dibangun Rake Panaraban sebagai candi pendharmaan dari dirinya, maka kemungkinan besar Candi Pawon yang berada di tengah garis imajiner Borobudur - Mendut yang bernama TUK itu.
Arti TUK sendiri dari bahasa sansekerta adalah sumber mata air. Di sekitar Candi Pawon memang ditemukan banyak sumber mata air/sendang, seperti Sendang Lanang, sendang Wadon, dan Umbul Tirta yang dahulu menjadi tempat pengambilan air suci oleh Pemuka Agama Budha sebelum pindah ke Umbul Jumprit.
Pada akhir tahun 2020 Balai Konservasi Borobudur telah melakukan penggalian di Sendang Lanang dan Sendang Wadon, dan ditemukan sejumlah struktur batu dan artefak yang membuktikan bahwa adanya pemukiman kuno di sana.
Dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat adalah seorang dokter dan salah satu tokoh pendiri Republik Indonesia. Beliau adalah anggota organisasi Budi Utomo.
Pada tahun 1945, beliau terpilih sebagai Ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
#ArsipHariini menampilkan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Paku Alam VIII sedang meletakan karangan bunga di atas Makam Dr. Radjiman Wedyodiningrat di Desa Mlati, Sleman, Yogyakarta. 20 September 1952.
#PameranVirtualANRI
#radjimanwedyodiningrat jiman
#sripakualamVIII
#sleman
#yogyakarta
---
Copyright ANRI Foto.
Tidak diperkenankan repost atau penggunaan lainnya tanpa mencantumkan sumber @arsipnasionalri
SIAPA TUMENGGUNG ENDRANATA ?
Bagi yg pernah berziarah ke Pemakaman Imogiri, biasanya akan menemukan hal yg tidak biasa disana. Salah satunya saat di dekat Gapura Supit.
Ya, disana terdapat salah satu anak tangga yg tidak biasa, karena memiliki permukaan yg tidak rata.
Setelah ditelusuri, ternyata penyebabnya karena ada badan seseorang bernama Tumenggung Endranata yg dikubur ditempat tersebut.
Lantas Siapa Tumenggung Endranata ?
Tumenggung Endranata merupakan pengkhianat Mataram, yg makamnya dimutilasi menjadi 3 bagian.
Pengkhianatan Tumenggung Endranata terhadap Sultan Agung atau Sultan Mataram kala itu, menyebabkan petakan besar.
Akibat ulahnya, terjadilah perang saudara antara Sultan Agung dg Adipati Pragola II, penguasa Pati saat itu, yg menewaskan ratusan ribu jiwa dari kedua belah pihak.
Selain itu, Tumenggung Endranata juga pernah membocorkan rencana penyerangan Mataram ke Jayakarta. Dia juga memberi tahu pihak Belanda, lokasi lumbung pangan Mataram. Akibatnya, Lumbung makanan dan perahu-perahu Mataram dibakar lawan.
Sultan Agung sangat marah setelah mengetahui pengkhianatannya selama ini. Tumenggung Endranata akhirnya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Jasadnya dimutilasi menjadi 3 bagian dan dimakamkan di Pemakaman Imogiri. Kepalanya dikubur ditengah-tengah gapura supir urang. Badannya dikubur di anak tangga yg permukaannya tidak rata, di dekat Gapura Supit Urang. Sedangkan kakinya, dikubur ditengah kolam.
Referensi: Situs Sindonews dan berbagai sumber lain.
📷: Suara.com/ukirsari, akarasa, Lukisan S Sudjojono.
#tokoh #sejarah #mataram #imogiri #JendelaJatengDIY
IBU TIEN
Siti Hartinah merupakan anak kedua pasangan KPH Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmanti Hatmohoedojo. Ia merupakan canggah Mangkunagara III dari garis ibu. Tien menikah dengan Soeharto pada tanggal 26 Desember 1947 di Surakarta.
Ibu Tien Soeharto dianugerahi gelar pahlawan nasional Indonesia tak lama setelah kematiannya.
Waktu kecil, hidupnya berpindah-pindah mengikuti penempatan tugas bapaknya sebagai pamong praja, mulai dari Klaten ke Jumapolo, lalu ke Matesih, Solo, dan Kerjo. Ia juga sempat diadopsi oleh teman bapaknya, Abdul Rachman, tetapi karena sakit-sakitan, dikembalikan ke keluarga asal.
Terkait pendidikan, Siti Hardianti mengaku hanya mengikuti Sekolah Dasar Dua Tahun (Ongko Loro), tetapi sebenarnya masih mengikuti HIS Siswo hingga tahun 1933. Sambil sekolah, ia ikut les membatik dan mengetik. Saat tentara Jepang datang, ia ikut serta dalam Barisan Pemuda Putri di bawah Fujinkai. Setelah kemerdekaan, Barisan Pemuda Putri ini menjadi Laskar Putri Indonesia, di mana ia menjadi salah satu pelopornya. Ia ikut serta membantu perang kemerdekaan di dapur umum dan palang merah, yang menjadi alasan pengangkatannya sebagai pahlawan nasional pada 1996.
Sumber, foto wikipedia
JEJAK KADIPATEN PASIR LUHUR
Pasir Luhur merupakan sebuah nama daerah Kerajaan atau Kadipaten yg pernah ada di Kabupaten Banyumas dan sekitarnya.
Pasir Luhur dinyatakan sebagai wilayah Kerajaan Galuh yg merdeka, karena tidak berada dibawah Kerajaan lain, seperti Padjajaran atau Majapahit. Bahkan, menurut cerita, Pasir Luhur sendiri memiliki hubungan kerabat dg Padjajaran, dg status Pasir Luhur yg lebih tua.
Wilayah Pasir Luhur termasuk luas, dg Gunung Sumbing-Sindoro disebut-sebut sebagai batas timurnya. Sedangkan batas bagian baratnya adalah Sungai Citarum. Bukti sejarahnya termuat dalam versi Tembangan dan Gancaran (Prosa-Prosa).
Pusat Kadipaten Pasir Luhur, konon berada di daerah Banyumas, tepatnya di sekitar Karanglewas-Purwokerto.
Hal ini diperkuat dg banyaknya Makam-makam kuno di daerah tersebut, yg ada hubungannya dg Babad Pasir Luhur.
Selain itu, di daerah Karanglewas-Purwokerto juga terdapat banyak tempat yg memakai nama Pasir. Seperti Pasir Wetan, Pasir Kulon, Pasir Lor, dan lain sebagainya.
Di Kabupaten Cilacap, ada juga nama Dayeuhluhur, yg dahulunya pernah berstatus Kadipaten Dayeuhluhur, pecahan dari Kadipaten Pasir Luhur.
Referensi: Situs History Of Cirebon dan berbagai sumber lain.
📷: © Situs Tamanrafflesia, kebumenkab, Kemdikbud.
#sejarah #pasirluhur #banyumas #JendelaJatengDIY
MEDANG, JAWA DAN RAKAI MATARAM SANG RATU SANJAYA
Oleh : Jarot Hadrian
Jujur Medang adalah sebuah kerajaan yang mengagungkan Jawa, berawal dari pendiriannya Raja Sanjaya dalam prasasti Canggal di Gunung Wukir, Magelang. Dan Jawa pada saat itu tersohor kejayaannya mulai dari pulau Jawa sampai China dan India. Saya membuat grup Medang ingin mengukur kedasyatan leluhur saya saja. Jika ingin mencari keindonesiaan, coba cari grup Majapahit. Jangan terbalik pemahamannya, Majapahit dianggap Jawa sentris dan tidak mengagungkan Nusantara, padahal jelas prasasti Singhasari sampai Majapahit menggembar-gemborkan nama Nusantara bukan Jawa. Salam budaya.
Sumber foto:
OD-10633-Statue of Siwa Mahaguru from Ungaran_Semarang (inv no 69)-Museum Jakarta-1931
Para sejarawan di Indonesia telah menyepakati bahwa masa akhir prasejarah di pulau Jawa itu terjadi dikisaran awal abad Masehi, seiring ditemukannya bukti arkeologi berupa Prasasti pada zaman Tarumanagara yang berbahasa Sanskerta beraksara Pallawa. Kronologi sejarah di Nuhsantara dibagi berdasarkan masa, Prasejarah - Klasik Kerajaan (Hindu - Budha) - Kesultanan (Islam) - Hindia Belanda - NKRI.
Tarumanagara didirikan oleh Jayasingawarman yang memerintah antara tahun 358 – 382 M. Menjadi sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Jayasingawarman adalah seorang Maha Resi dari Dinasti Calankayana di India yang berekspansi ke Nuhsantara. Tarumanagara menjadi penanda berakhirnya masa prasejarah di pulau Jawa.
Oleh sebagian pendapat disebut, bahwa Jayasingawarman adalah menantu Raja Dewawarman VIII, raja Salakanagara (Darmawan, Joko; Astuti, Rita Wigira. Sandyakala: Kejayaan & Kemashyuran Kerajaan Nusantara). Namun hingga saat ini Salakanagara yang dimaksud sebagai sebuah Kerajaan yang berada di paling barat pulau Jawa tidak meninggalkan prasasti apapun kepada para arkeolog untuk bisa dilakukan penelitian lebih lanjut. Sumber mengenai keberadaan Salakanagara hanya berdasarkan Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara bagian dari Naskah Wangsakerta, yang itu pun masih menjadi kontroversi para sejarawan.
Menurut sumber tersebut dikatakan, Salakanagara berdiri antara 130-362 Masehi beribu kota di Rajatapura (Teluk Lada, Kab. Pandeglang). Didirikan oleh Dewawarman I seorang Duta Pallawa India yang saat itu berekspansi ke wilayah "Yawadwipa" (salah satu pulau di Nusantara). Memerintah antara tahun 130-168 Masehi atau tahun 1-38 Saka (sistem penanggalan kalender Bangsa India di Nuhsantara), ia digelari sebagai "Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara" atau Orang Jawa saat ini mengenalnya sebagai "Aji Saka".
Menurut Kitab Raja Purwa yang ditulis oleh Ronggowarsito, pernah terjadi sebuah peristiwa dahsyat meletusnya "Gunung Kapi" pada tahun 416 Masehi atau tahun 338 Saka. Para geografer (ahli ilmu kebumian) berpendapat, bahwa yang terjadi saat itu adalah meletusnya Gunung Krakatau Purba. Peristiwa itu mengakibatkan tenggelamnya sebagian daratan disekitarnya, dan menjadikan terbelahnya semenanjung sisa dari daratan Sunda pasca mencairnya zaman es ribuan tahun sebelum Masehi. Semenanjung yang menjuntai dari paling barat Sumatera (saat ini) hingga ke wilayah bagian timur Jawa (saat ini). Peristiwa meletusnya Gunung Krakatau Purba telah menjadikannya pulau Sumatera dan pulau Jawa yang terpisahkan oleh Selat Sunda.
Jika benar kejadian tersebut telah meluluh-lantahkan daratan disekitar Gunung Krakatau Purba, maka besar kemungkinan peradaban yang dibangun oleh Salakanagara (Bangsa India) pada masa awal ekspansinya di Nuhsantara pun dipastikan berakhir hancur dan keberadaannya menjadi sebuah mitos. Hal itu lantas berdampak kepada Tarumanagara yang berada disebelah timur Salaka menjadi lebih berkembang dan maju. Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.
Terlepas fakta atau mitos keberadaan Salakanagara, namun hal penting yang patut kita garis bawahi baik Salakanaga maupun Tarumanagara, itu didirikan oleh Dinasti Calankayana dari India yang saat itu bermigrasi secara besar-besaran dan akhirnya menetap di pulau Jawa ke negerinya Bangsa Ras Melayu. Menancapkan pengaruh ajaran, tradisi serta budaya India ketengah penduduk aseli Nuhsantara pada saat itu dan melalui kekuasaan Tarumanagara. Tercatat dengan jelas dalam sejarah Indonesia hari ini, bahwa Tarumanagara merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan-kerajaan lain di pulau Jawa, baik yang berada di bagian tengah hingga ke bagian timur pulau Jawa. Mereka datang ke Nuhsantara dengan membawa pengetahuan dalam pengembangan sistem sosial politik mendirikan sistem pemerintahan Kerajaan pada era zaman Klasik. Mereka menguasai sistem pemerintahan, mereka membangun peradaban awal masa Klasik pasca zaman prasejarah. Mereka mengenalkan sistem baca tulis di Nuhsantara, aksara Pallawa bahasa Sanskerta.
Aksara Pallawa merupakan Aksara turunan atau modifikasi dari Aksara Brahmi di India yang notabenenya Aksara Pallawa ini merupakan Induk dari berbagai Aksara lainnya di Nusantara. Diantaranya menurunkan Aksara Kavi atau Kawi (berarti "Pujangga" dalam bahasa Sanskerta) di pulau Jawa. Dalam proses perkembangannya selama berabad-abad Aksara Kawi kemudian menurunkan dua aksara lainnya, Aksara Jawa Kuno juga Aksara Sunda Kuno. Semua itu hanyalah salah satu dari sekian banyaknya pengaruh bangsa India terhadap peradaban di pulau Jawa, belum lagi jika kita mengkaji lebih dalam terkait asimilasi tradisi budaya (Hindu - India) hingga pada pecampuran ras antara ras aseli Nuhsantara dan ras aseli India. Hal tersebut kini telah melekat dan melebur menjadi suatu identitas masyarakat Jawa yang solid seperti saat ini. Berlangsung dengan durasi waktu yang sangat panjang dan peradabannya tersebut dibangun lebih dari 1000 tahun lamanya oleh para generasi penerusnya! Trah India.
Namun kondisi tersebut justru tidak berjalan mulus ke wilayah bagian barat pulau Jawa, pasca runtuhnya Tarumanagara. Wilayah kekuasaan kerajaan pun terbagi dua menjadi Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Kerajaan Sunda dipimpin oleh Sang Tarusbawa seorang Bangsawan Lokal (penduduk aseli Nuhsantara) yang merupakan menantu dari Raja Tarumanagara terakhir yaitu Maharaja Linggawarman (666-669 M). Sementara Kerajaan Galuh dipimpin oleh Sang Wretikendayun yang statusnya sebagai Bangsawan India keturunan dari Maha Guru Manikmaya pendiri Kerajaan Kendan (Vassal Tarumanagara saat itu). Maha Guru Manikmaya merupakan seorang Brahmana yang datang dari India dan menikahi Tirtakancana, putri Maharaja Suryawarman, penguasa ke-7 Tarumanagara (535-561 M).
Sejak saat itulah awal mula dinamika politik kekuasaan terjadi, Kerajaan Sunda yang berada di sebelah barat pulau Jawa membangun afiliasi politik dengan Sriwijaya yang saat itu menjadi simbol kekuatan Bangsa Ras Melayu (ras aseli Nuhsantara). Kerajaan Sunda menjadi vassal dari Kedatuan Sriwijaya, sementara Kerajaan Galuh yang berada disebelah timurnua terus melakukan upaya membangun kekuatan politik dinastinya. Pengaruh bangsa India di pulau Jawa pun akhirnya berkembang dan menjadi dominan, mereka mampu menguasai wilayah hingga ke bagian timur pulau Jawa. Sanjaya adalah raja Medang pertama (Mataram Kuno) yang memerintah sekitar tahun 732 - 746 dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Sanjaya atau Rakeyan Jamri adalah cicit dari Wretikendayun, ayahnya adalah Bratasena sebagai Raja Kerajaan Galuh ke-3.
Tercatat terdapat 3 wangsa atau dinasti yang pernah menguasai Kerajaan Mataram Kuno yaitu Wangsa Sanjaya penganut Hindu (keturunan Dinasti Calankayana, India), kemudian Wangsa Syailendra penganut Budha (keturunan Sriwijaya Melayu, Nuhsantara), dan Wangsa Isyana penganut Hindu - Budha (didirikan oleh Mpu Sindok). Ketika Kedatuan Sriwijaya dipimpin oleh Wangsa Syailendra, Sriwijaya berhasil merangsek menduduki pulau Jawa hingga ke wilayah bagian tengah pulau Jawa termasuk menguasai Kerajaan Sunda, Galuh, Kalingga dan di saat Kedatuan dipimpin oleh Maharaja Balaputradewa, Sriwijaya berhasil menginvasi bumi Mataram Kuno (Medang). Hingga masa kepemimpinan Mpu Sindok yang memerintah Mataram Kuno sekitar tahun 929–947 Masehi. Wilayah Kerajaan Mataram Kuno (Medang) akhirnya posisinya dipindahkan dari Jawa bagian tengah ke wilayah Jawa bagian timur dengan alasan keamanan.
hingga penyerangan balasan ke Kedatuan Sriwijaya yang dilakukan oleh Mataram Kuno Wangsa Isyana pada tahun 992 Masehi. Dilanjutkan oleh Ekspedisi Pamalayu Singhasari pada tahun 1275 Masehi dan upaya penguasaan Majapahit atas wilayah Sriwijaya melalui Kerajaan Dharmasraya Melayu dibawah komando Adityawarman di tahun 1347 Masehi.
TIDAK SELALU KERIS JAWA DIPAKAI DIBELAKANG YA...
Ini salah satu varian pemakaian keris Jawa.
Jadi bisa di belakang, pinggir samping (kanan atau kiri) dan bisa juga di depan (biasanya oleh ulama atau saat perang). Nama gaya pemakaian keris disamping kanan (seperti foto) disebut Kempitan Kiwa (Solo) atau Nganggar (Yogya).
.
Walau sejak Amangkurat II pesisir telah mulai digadaikan kepada VOC dan pelan2 wilayah lain dijadikan gupernemen, puncaknya setelah Perang Jawa 1830. Tetapi secara budaya, wilayah2 ini tetap mengacu kepada gagrag Mataraman.
.
Wilayah gubernemen maksudnya adalah langsung dibawah kolonial, keluar dari Vorstenlanden.
.
Modelnya mirip seperti kerajaan di pusat Mataram, dimana dipilih oleh belanda seorang bupati (biasanya ada darah kerabat Mataram dari Kraton Mataram) dan dibuatkan joglo menyerupai istana dg alun2 dan masjid dan pasar (ditengah kota) persis seperti pola di kutanegara Mataram.
.
Bupati akan diwariskan secara turun temurun ke anak cucu. Dan harus tunduk kepada Residen Belanda yg mengepalai residensi yang bersangkutan.
.
Secara defacto lepas dari mataram tapi justru jatuh pada kolonial secara langsung.
.
Bekas mataram masih terlihat pada spektrum bahasa dan budaya, meskipun sudah berada di luar wilayah Yogya dan Solo.
.
Foto2 berasal dari tahun 1862, saat itu semua udeng/iket bentuknya mayoritas serupa itu, baik di Solo, Yogya maupun wilayah lain di Jawa Tengah dan Timur. Pakaiannya disebut atela, bentuk ini sangat khas dimana bagian tengahnya sengaja tidak dikancingkan (njebebeh).
Pic : Woodbury/KITLV
Arca NARASIMHA di CANDI IJO : Simbol Kesedihan atas Perebutan Tahta Sri Maharaja Dyah Gula oleh Rake Garung?
Salam Budaya,
Oleh Maharjo Setiawan
Arca Narasimha ditemukan oleh BPCB DIY tahun 1975 di Candi Ijo. Narasimha merupakan penjelmaan Dewa Wisnu sebagai Singa-Manusia. Ia turun ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia dari kekejaman raksasa Hiranyakaçipu yang hanya dapat dibunuh pada waktu senja. Narasimha juga melambangkan kekacauan yang mulai muncul pada masa Kertayuga yakni awal periode klasik Jawa Tengah (awal berdirinya kerajaan Mataram Hindu abad VIII – IX M). Pemujaan terhadap Narasimha dimaksudkan supaya kekacauan segera berakhir. Ditemukan juga prasasti batu berisi 16 buah kalimat yang berupa mantra kutukan yang diulang-ulang berbunyi Om sarwwawinasa, sarwwawinasa.
Peristiwa kekacauan apa terjadi di kerajaan Medang waktu itu sehingga disimbolkan dengan pemujaan kepada Narasimha di Candi Ijo ?
Candi Ijo merupakan kompleks percandian Siwa yang berada di atas perbukitan yang cukup tinggi dan dikenal sebagai Gumuk Ijo. Bentuk dari bangunan induk Candi ijo pun sengaja dibuat menyerupai piramid lebar puncak Gunung Kailasa di Himalaya. Gunung Kailasa adalah gunung suci tempat Dewa Siwa bertahta. Menurut Groneman yang melakukan penggalian di sumuran candi induk, Candi Ijo adalah sebuah bangunan pemakaman abu jenazah seorang raja.
Dalam Prasasti Wanua Tengah III yang diterbitkan oleh Dyah Balitung tahun 908 M, terdapat raja bernama Rakai Warak Dyah Manara yang setelah meninggal mendapat sebutan " sri maha raja sang lumah i kailasa" (Sri Maharaja yang disemayamkan di Kailasa). Kailasa yang dimaksud ini bisa jadi adalah Candi Ijo.
Dalam Prasasti Wanua Tengah III juga terdapat raja bernama Dyah Gula yang lamanya bertahta sangat singkat, yaitu hanya enam bulan (5 Agustus 827M - 24 januari 828M). Bahkan ia tidak memiliki gelar Rake. Hal ini diduga karena Dyah Gula adalah putra mahkota Rakai Warak Dyah Manara yang ketika ayahnya meninggal masih berusia muda sehingga belum mempunyai wilayah kekuasaan sendiri.
Rake Garung naik tahta tanggal 24 Januari 828 dan memerintah sampai meninggal dunia sebelum atau pada tanggal 22 Februari 847 sehingga masa pemerintahannya berlangsung lebih kurang 1 9 tahun. Melihat masa pemerintahan raja pendahulunya sangat singkat maka diduga Rake Garung naik tahta dengan jalan merebut kekuasaan.
Hubungan Rake Garung dengan Rake Warak diduga adalah saudara tiri dengan ayahnya sama, yaitu Rake Panaraban, Namun Rake Warak beragama Hindu, sedangkan Rakai Garung beragama Budha seperti aayahnya. Dengan demikian Rake Garung telah merebut tahta dari keponakannya sendiri. Kesedihan pihak keluarga Rake Warak inilah yang disimbolkan dengan pemujaan arca Narasimha di Candi Ijo.
Semoga Sejarah Medang Mataram jadi Terang Benderang.
MBAH MARIDJAN
Bagi masyarakat Indonesia, terutama yg saat ini berusia diatas kepala dua, pastinya sudah tidak asing dg sosok Mbah Maridjan.
Ya, Mbah Maridjan merupakan seorang juru kunci Gunung Merapi, yg wajahnya sering tampil di berbagai stasiun televisi, terutama sebagai bintang iklan.
Mbah Maridjan atau yg juga bernama Mas Penewu Surakso Hargo ini, lahir pada 5 Februari 1927 di Dukuh Kinahrejo, Umbulharjo, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman, DI. Yogyakarta.
Beliau mulai menjadi juru kunci Gunung Merapi pada tahun 1982. Amanah ini diperoleh dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX, untuk menggantikan juru kunci sebelumnya yg juga merupakan Ayahanda Mbah Maridjan, yaitu Mbah Hargo.
Sebagai juru kunci, Mbah Maridjan lah yg memberikan komando bagi warga setempat untuk mengungsi ketika ada aktivitas Gunung Merapi yg berbahaya.
Pada erupsi Merapi tahun 2006, nama beliau semakin dikenal publik karena keberaniannya untuk tidak mengungsi. Karena semakin terkenal, Mbah Maridjan dipercaya sebagai bintang iklan untuk salah satu produk terkenal.
Sekitar 4 tahun kemudian, tepatnya 26 Oktober 2010, Gunung Merapi kembali meletus dg kekuatan yg lebih besar. Dalam peristiwa itu, Mbah Maridjan menghembuskan nafas terakhir, setelah ikut tersapu awan panas bersama korban lainnya.
Semoga amal ibadah beliau diterima oleh Tuhan Yang Maha Kuasa..Aamiin.
Referensi: Wikipedia dan berbagai sumber lain.
📷: © Via Boombastis
#tokoh #sejarah #gunungmerapi #JendelaJatengDIY
Instagram: @jendelajatengdiy
Jumlah Penduduk Pulau Jawa di tahun 1800an ?
Oleh : Amith Arthur
Berdasarkan peta pulau Jawa karya Gubernur Jendral Hindia Belanda, Sir Thomas Stamford Raffles, diketahui jumlah penduduk pulau jawa di tahun 1817 adalah 4.615.270 jiwa.
sumber foto: kitlv
Jl Bayeman dekat Gunung Tidar di Magelang, sekitar tahun 1927, Universitas Leiden, diwarnai
Bajeman nabij de Tidar in de buurt van Magelang, ca 1927, Universiteit Leiden, ingekleurd
Oleh : Bintoro Hoepoedio
CANDI GEDONG SONGO
Candi Gedong Songo merupakan sebuah situs candi Hindu yg terletak di Kawasan lereng Gunung Ungaran, Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.
Situs candi yg dibangun pada masa Wangsa Syailendra sekitar abad 9 ini, menjadi salah satu spot daya tarik para wisatawan yg berkunjung ke Kawasan wisata dataran tinggi Bandungan yg sudah terkenal di Indonesia.
Dilihat dari namanya, nama candi ini diadopsi dari Bahasa Jawa. Gedong artinya Bangunan, sedangkan Songo artinya Sembilan. Dinamakan demikian, karena memang bangunan candinya ada sembilan.
Sebenarnya, saat pertama kali ditemukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles pada tahun 1804, jumlahnya hanya ada 7 bangunan candi. Sehingga, kala itu dinamakan Candi Gedong Pitu.
Namun, pada rentang tahun 1908-1911, seorang arkeolog Belanda bernama Van Stein Callenfels, menemukan 2 candi lagi. Sehingga jumlah bangunan Candi menjadi 9, dan dinamakan Candi Gedong Songo hingga sekarang.
Referensi: Kompas dan berbagai sumber lain.
📷: © Shutterstock
#sejarah #candigedongsongo #bandungan #semarang #JendelaJatengDIY
Instagram: @jendelajatengdiy
✔️ Selain Gedong Songo, Sir Thomas Stamford Raffles juga mengungkap berbagai informasi menarik tentang Pulau Jawa dari berbagai sektor.