๐ฅ๐ถ๐ป๐ด๐ธ๐ฎ๐๐ฎ๐ป ๐ฆ๐ฒ๐ท๐ฎ๐ฟ๐ฎ๐ต ๐ฃ๐ฒ๐บ๐ฏ๐ฎ๐ป๐ด๐๐ป๐ฎ๐ป ๐๐ฎ๐น๐๐ฟ ๐๐บ๐ฏ๐ฎ๐ฟ๐ฎ๐๐ฎ - ๐ฆ๐ฒ๐ฐ๐ฎ๐ป๐ด
Sesaat setelah pergantian abad, perusahaan KA NIS (Nederlands Indische Spoorweg) kembali disibukkan dengan urusan pembangunan jalur trem berukuran 1067 mm di Jawa Tengah. 2 lintasan berhasil dibuka tahun 1903, yaitu tersambungnya Semarang/Gundih dengan Surabaya seiring diresmikannya jalur Cepu - Bojonegoro dan ruas antara Magelang Kota (Kebonpolo) ke Secang. Setelahnya Ambarawa yang kala itu masih bernama Willem 1 direncanakan juga akan terhubung ke Yogyakarta via Secang - Magelang dan urusan legalitas pembangunannya sudah dirampungkan tahun 1901.
St. Ambarawa / Willem 1 sejatinya sudah eksis sejak tahun 1873, dimana jalur ini merupakan jalur cabang yang sepaket dalam pembangunan jalur sepur pertama di Indonesia antara Semarang - Tanggung - Kedungjati - Vorstelanden / Surakarta - Yogyakarta. Dorongan terbesar dilakukan pemerintah kepada NIS untuk jalur cabang ke Ambarawa dengan tujuan mobilisasi militer dari benteng Willem 1. Nampaknya peristiwa perang Jawa masih sulit dilupakan pemerintah koloni, terlebih mereka cukup bermasalah dengan mobilisasi tentara.
Kemudian terkait jalur ber-gauge 1067 mm Ambarawa ke Secang (27 km), ditentukan bahwa NIS akan membangun lintasan membelah perbukitan dengan gradien sekitar 1:15/ 1:16 atau 65‰ memakai sistem rel gigi "Riggenbach" sepanjang 8 km, antara Jambu - Bedono - Gemawang. 3 lokomotif khusus dipesan dari pabrikan Esslingen, Jerman tahun 1902 untuk tujuan tersebut.
Tahap konstruksi sekiranya dimulai tahun 1903 - 1904, beberapa kebutuhan sarana pendukung kerja seperti lokomotif dan gerbong didatangkan dari Semarang dan Magelang dengan diangkut gerbong "Transportwagen" berkode "P1" yang sudah aktif sejak 1897. Sarana ini dibuat untuk mengakali perbedaan lebar jalur milik NIS (1435 mm & 1067 mm). Contohnya seperti pengambilan 6 lokomotif produksi Breda no. 201 - 206 eks pelintas Magelang - Jogja yang akan digunakan sebagai mesin penarik kereta kerja (lihat foto). 3 lokomotif jalur gigi pun telah tiba dan siap sedia membantu jalannya proyek tahun 1904.
Menariknya NIS lalu merobohkan bangunan stasiun Ambarawa tuk diganti bangunan yang lebih modern, namun untuk sementara sebuah stasiun pengganti sederhana dari bambu difungsikan. Dan keseluruhan bangunan bagi perhentian kelas kecil ke Secang dibuat sangat sederhana pula berdinding bambu seperti di Jambu dan Candi Umbul.
Jalannya proyek terbukti berjalan mulus, karena sejak pertengahan Desember 1904 jalur baru ini telah diijinkan dilintasi khusus rangkaian kereta barang dan resmi dibuka umum pada Februari 1905 yang dirayakan stasiun Bedono. Namun stasiun Ambarawa yang megah dan modern baru berhasil didirikan tahun 1907, tetapi bangunan depo lokomotif, turntable dan gudang telah siap pada 1905. Beberapa bangunan halte permanen, baru menyusul di Jambu dan Candi Umbul selepas masa perang dunia 1, karena statusnya yang ditingkatkan dari Stopplaats.
Oleh : Nevy Eka Pattiruhu
No comments:
Post a Comment