23 June 2020

Tentang Sejarah Magelang - Langgam Arsitektur Rumah di Kompleks Pemukiman Lama Kota Magelang

Sedikit Tentang Langgam Arsitektur Rumah di Kompleks Pemukiman Lama Kota Magelang
Dengan didahului lahirnya arsitektur Nieuwe Kunst yang diusung Hendrikus Petrus Berlage pada peralihan abad ke-19 dan 20, maka dua aliran arsitektur turunan dari langgam ini pun muncul sebagai wujud intepretasi. Kedua aliran tersebut adalah “Amsterdam School” yang berprinsip bahwa arsitektur adalah “total work of art” dan sang arsitek adalah “nabi” serta aliran “De Stijl” yang lebih bisa menerima mesin dalam penggandaan karya - karya arsitektur mereka. Kedua aliran arsitektur inilah yang pada akhirnya sedikit banyak turut mempengaruhi corak arsitektur bangunan baik di negeri Belanda dan Hindia disepanjang tahun awal abad ke-20.
Ketika program desentralisasi mulai bergulir diawal tahun 1900 dengan keluarnya decentralitatie wet 1905, maka babak baru wajah kabupaten - kabupaten di Jawa pun perlahan - lahan berubah. Kota - kota baru dengan label Gemeente (Kota Praja) mulai terbentuk. Maka sejak 1906 itulah, sejumlah kota - kota di Jawa secara resmi mulai menyandang status tersebut.
Terbukanya keran liberalisasi industri yang kian besar pasca Etische Politiek membuat banyak sekali perusahaan - perusahaan swasta dari Nederland masuk ke Hindia Belanda. Sudah barang tentu hal tersebut mengakibatkan banyaknya kantor - kantor dagang, bank - bank baru dan kompleks perumahan yang didirikan diseantero persada Hindia. Bisa dikatakan bahwa antara tahun 1910 - 1940 adalah masa - masa dimana para arsitek - arsitek profesional asal negeri Belanda mulai berdatangan mengisi kekosongan permintaan pembangunan gedung - gedung dan rumah tinggal yang membludak di tanah jajahan. Para juru gambar dan insinyur teknik bangunan tersebut menyebar ke seluruh penjuru kota - kota di Jawa untuk kemudian meninggalkan warisan mereka yang kemudian membentuk indentitas wajah kota tempat mereka berkarya.
Usaha - usaha beberapa arsitek untuk memadukan ilmu arsitektur Nusantara dengan teknologi konstruksi Barat sebagai jati diri Hindia pun juga muncul pada tahun - tahun berikutnya. Dengan seiring majunya ilmu arsitektur dan teknologi antara tahun 1930 - 1940an, maka bangunan - bangunan yang dibuat pun turut berevolusi. Bangunan yang lebih mencerminkan “Form Follow Design” atau “Clean Design” seperti langgam “Wrightian” pada akhirnya banyak mendominasi bentuk arsitektur bangunan dan rumah tinggal. Gaya arsitektur ini lah yang kemudian masih banyak ditemui pada kompleks - kompleks perumahan tua yang ada di Kota Magelang.
- Chandra Gusta Wisnuwardana -

No comments:

Post a Comment