05 June 2020

Tentang Sejarah Magelang - Peninggalan

Oleh : Wahyu Atmaji

Peninggalan
Mempertahankan peninggalan (legacy), apalagi warisan (haritage), sungguh bukan perkara mudah. Sejarah bisnis keluarga kerap menjadi "koco benggolo" (cermin). Generasi pertama penemu. Anaknya membesarkannya. Lalu jatuh ke anaknya lagi (cucu) yang terlahir nota bene sudah orang kaya. Ini titik kritisnya, karena mungkin si anak tak pernah "berkeringat", sehingga cenderung sembrono.
Ujung-ujungnya generasi ketiga ini, ya menghabiskan kerajakan yang dibangun leluhurnya karena berbagai alasan, tentu. Sejarah orang kaya di Jawa, seperti Nitisemito, dan banyak lagi, kini tinggal cerita. Kerajaan bisnis orang China atau bahkan orang Amerika sana juga memiliki fenomena yang sama.
Lebaran dua tahun lalu saya dihadiahi kerabat Solo sebuah jam dinding merek Wellington ukuran besar. Jam cukup lumayan untuk kelasnya. Bingkai bulatnya dari kayu, semua hand made, termasuk angkanya ditulis tangan. Saya menerimanya dalam keadaan mati. Sayang kalau dionggokkan.
Nyatanya tiga tukang reparasi arloji di Bekasi gagal membukanya. Baut kecilnya terlalu kuat dan mungkin berkarat. Tukang ke-4, yang lebih profesional dan peralatannya lengkap, akhirnya sukses mereparasinya. Tapi lagi-lagi untuk menyopot mesinnya saja harus merusaknya. Akhirnya diganti dengan mesin baru yang terbaik.
Tibalah saatnya jam itu saya bawa ke tanah leluhur Dukuh Nepak, Desa Bulurejo, Magelang, untuk dipasang bersama koleksi barang tua lainnya. Kebetulan saat ada kegiatan di Cirebon dan rencananya langsung ke Magelabg. Tapi kesembronoan saat membuka pintu bagasi mobil membuat jam itu jatuh. Kacanya hancur.
Tak mau membawa jam cacat akhirnya saya bawa ke tukang kaca. Dua toko menolak karena ketebalan kaca seukurannya tak ada. Asal mengganti kaca dipastikan akan pecah saat terguncang.
Akhirnya disarankan ke Toko Katja "Sinar Djaya" di daerah Pasuketan, Jl Karanggetas, Cirebon. Pak Leonard, pemilik toko, yang langsung menanganinya. "Wah, ini jam langka, semua dibuat dengan presisi," ucapnya.
Betapa merawat peninggalan, sungguhpun hanya jam dinding, tidak mudah menjaganya. Apalagi menjaga perusahaan besar di tengah perubahan jaman ini... 

No comments:

Post a Comment