30 April 2024

Tarian Perang Orang Dayak Kalimantan." Pencipta pencetak dan penerbit: Uitgeverij Kleynenberg&Co Haarlem fotografer: Jean Demmeni Tanggal pembuatan sekitar tahun 1913 Tempat penciptaan Kalimantan, Indonesia #dayak #kalimantan #borneo #kalimantanbarat #kalimantantimur #kalimantantengah

 Tarian Perang Orang Dayak Kalimantan."

Pencipta

pencetak dan penerbit: Uitgeverij Kleynenberg&Co Haarlem

fotografer: Jean Demmeni

Tanggal pembuatan

sekitar tahun 1913

Tempat penciptaan

Kalimantan, Indonesia



#dayak #kalimantan #borneo #kalimantanbarat #kalimantantimur #kalimantantengah

POTRET 3 GADIS BALI SEDANG MENUMBUK PADI , - BALI - 1920 - 1921 sumber : NMVW #bali #gadisbali

 POTRET 3 GADIS BALI SEDANG MENUMBUK PADI , - BALI - 1920 - 1921



sumber : NMVW 

#bali #gadisbali

29 April 2024

PAMERAN FOTO LAWAS Perayaan Pernikahan Putri Juliana & Pangeran Bernhard di Magelang tahun 1937 Hari itu, 7 Januari 1937, seluruh kota di Hindia Belanda bersuka cita merayakan pesta pernikahan Putri Juliana dan Pangeran Bernhard. Juliana adalah putri mahkota Kerajaan Belanda, kelak ia menjadi Ratu Belanda. Berbagai kota yang penduduknya dihuni oleh orang-orang Eropa khususnya Belanda pun tak ketinggalan untuk merayakannya. Tercatat Batavia, Bandung, Malang, Medan, Surabaya, Makasar dan Magelang sendiri. Magelang, sebagai ibu kota Karesidenan Kedu dan sebagai Stadsgemeente Magelang dengan jumlah populasi penduduk Eropa yang banyak tentunya tidak mau ketinggalan dalam acara special ini. The Royal Wedding Sang Putri Belanda mungkin akan menjadi pengalaman sekali seumur hidup bagi banyak rakyat Magelang. Parade besar digelar mengelilingi pusat kota Magelang. Ribuan rakyat penuh sesak memadati di pinggir-pinggir jalan. Seperti apa perayaannya? Yuk saksikan Pameran Foto Lawas, Sabtu Legi - Minggu Pahing, 4-5 Mei 2024 di Lokabudaya Sukimin Adiwiratmoko Jl Alun-alun Selatan no. 9 Kota Magelang (gedungantara Polres Magelang Kota dan Bank Jateng). https://maps.app.goo.gl/styTSYXXa2vK6T7QA Gratiiiiisss..

PAMERAN FOTO LAWAS
Perayaan Pernikahan Putri Juliana & Pangeran Bernhard di Magelang tahun 1937

Oleh : Bagus Priyana

Hari itu, 7 Januari 1937, seluruh kota di Hindia Belanda bersuka cita merayakan pesta pernikahan Putri Juliana dan Pangeran Bernhard. Juliana adalah putri mahkota Kerajaan Belanda, kelak ia menjadi Ratu Belanda.



Berbagai kota yang penduduknya dihuni oleh orang-orang Eropa khususnya Belanda pun tak ketinggalan untuk merayakannya. Tercatat Batavia, Bandung, Malang, Medan, Surabaya, Makasar dan Magelang sendiri.

Magelang, sebagai ibu kota Karesidenan Kedu dan sebagai Stadsgemeente Magelang dengan jumlah populasi penduduk Eropa yang banyak tentunya tidak mau ketinggalan dalam acara special ini. The Royal Wedding Sang Putri Belanda mungkin akan menjadi pengalaman sekali seumur hidup bagi banyak rakyat Magelang.

Parade besar digelar mengelilingi pusat kota Magelang. Ribuan rakyat penuh sesak memadati di pinggir-pinggir jalan.

Seperti apa perayaannya?
Yuk saksikan Pameran Foto Lawas, Sabtu Legi - Minggu Pahing, 4-5 Mei 2024 di Lokabudaya Sukimin Adiwiratmoko Jl Alun-alun Selatan no. 9 Kota Magelang (gedungantara Polres Magelang Kota dan Bank Jateng).
https://maps.app.goo.gl/styTSYXXa2vK6T7QA

Gratiiiiisss..

SARIP TAMBAK OSO URBAND LEGEND SIDOARJO Jika masyarakat Betawi mempunyai kisah legenda pejuang Betawi Si Pitung, Ronda, Ji’ih dan masyarakat Bangil mengenal tokoh Sakera sebagai pahlawan mereka, maka masyarakat Sidoarjo, Jawa Timur pun mempunyai sosok pejuang yang melegenda karena keberaniannya yaitu Sarip Tambak Oso. Secara garis besar cerita Sarip Tambak Oso tidak jauh berbeda, yakni perjuangan sang pendekar kampung melawan penindasan Kompeni Belanda dan antek-anteknya, yang dibumbui konflik antara masyarakat dan penguasa pada saat itu, yang pada akhirnya mati diterjang peluru serdadu Belanda, dan meskipun sering dipentaskan dalam seni tradisional ludruk di Jawa Timur (terutama di daerah Surabaya dan Sidoarjo), sayangnya minim sekali literature ataupun sumber sejarah mengenai “Robin Hood” Sidoarjo ini. Karena kebanyakan cerita Sarip ini lebih banyak dituturkan secara lisan dari mulut ke mulut. Penulis mencoba untuk merangkum dari berbagai sumber, baik cerita lisan atau sumber media baik masa kini maupun era Belanda dulu. Dan berikut kisah Sarip Tambak Oso yang diambil dari berbagai sumber. ASAL USUL Sarip diperkirakan hidup di akhir abad ke-19. Dan Tambak Oso merupakan nama sebuah desa di Kecamatan Waru, Sidoarjo. Desa tersebut diyakini merupakan asal Sarip, tapi menurut Budayawan Sidoarjo, Henri Nurcahyo menyatakan bahwa Sarip kemungkinan bukan asli dari Tambak Oso (ada yang mengatakan dari Madura) tapi memang beliau tinggal di desa tersebut, sehingga beliau dikenal sebagai Sarip Tambak Oso. Sarip diketahui merupakan anak yatim dari kecil. Ayahnya meninggal saat Sarip masih di dalam kandungan. Ayah Sarip, diyakini merupakan salah seorang pengikut Pangeran Diponegoro. Saat meninggal, ayah Sarip mewariskan hamparan sawah yang luas. Namun karena luasnya itu, sawah itu kemudian dititipkan untuk dikelola oleh paman Sarip bernama Ridwan. Namun rupanya, Sarip dan ibunya tak pernah mendapatkan hasil sawah yang dikelola pamannya itu. Ini karena pamannya terlalu rakus untuk membagikan kepada Sarip dan ibunya. Sarip kemudian tumbuh sebagai anak dari kecil hingga remaja di bawah pengasuhan ibunya. Sarip menghabiskan masa kecilnya di sekitar kali Sedati. Sarip adalah pemuda jagoan dari desa Tambak Oso yang berhati keras, mudah marah, namun sangat menyayangi kaum miskin, terutama kepada ibunya yang seorang janda. Di tengah kemiskinan dan kebodohan, Sarip bertindak sebagai maling budiman bak “Robin Hood” yang mencuri di rumah-rumah orang Belanda, saudagar kikir, dan para lintah darat, untuk dibagi-bagikan kepada warga miskin. Dan akhirnya Sarip selalu menjadi Target Operasi Pemerintah Kompeni Belanda, karena perbuatannya yang dianggap membuat keonaran dan memprovokasi masyarakat untuk menentang kebijakan Belanda. LATAR BELAKANG PERLAWANAN DAN KISAH KESAKTIAN SARIP TAMBAK OSO Salah satu kisah yang melegenda dan sering dipentaskan dalam ludruk adalah mengenai kesaktian Sarip, yang konon bisa bangkit lagi dari kematian. Diketahui Dusun Tambak Oso dibagi menjadi 2 (dua) wilayah yang dibatasi oleh sebuah sungai, wilayah tersebut biasa disebut Wetan kali dan Kulon Kali. Masing-masing wilayah mempunyai Jagoan (orang yang disegani karena kesaktiannya). Wilayah Kulon kali di kuasai oleh seorang jagoan bernama Paidi, dan Wetan kali dikuasai oleh Sarip. Paidi adalah seorang pendekar yang berprofesi sebagai Kusir Dokar yang mempunyai senjata andalan berupa Jagang yang terkenal dengan sebutan Jagang Baceman. Pada suatu hari diceritakan, Saropah (adik misan Sarip) hendak pulang dari menagih pada orang-orang yang terpaut hutang dengan orang tuanya, di tengah jalan Saropah bertemu dengan Sarip dan pada saat itu Sarip bermaksud meminjam uang pada Saropah, karena belum mendapat izin dari orang tuanya, Saropah tidak mengabulkan permintaan Sarip. Sarip yang punya perangai kasar, tidak sabar dan memaksa Saropah untuk menyerahkan arloji yang sedang dipakainya, dan disaat terjadi perseteruan tersebut muncullah Paidi yang hendak menjemput Saropah. Oleh Orang tua Saropah Paidi memang telah dipercaya untuk menjaga Saropah agar aman dari ancaman orang2 yang tidak senang. Setelah terjadi perang mulut antara Sarip dan Paidi, terjadilah duel antara dua pendekar tersebut. Sebilah pisau ternyata tidak lebih mempan dibanding Jagang Baceman yang notabene lebih panjang, akhirnya Sarip tewas dalam perkelahian tersebut dan mayatnya dibuang di sungai Sedati. Dibagian hilir sungai Sedati, Ibunda Sarip tengah mencuci pakaian, entah kenapa pikirannya gundah gulana memikirkan anaknya itu. Dia berhenti mencuci karena ada warna merah darah yang mengalir di sungai itu, dia berjalan mencari sumber darah tersebut, alangkah terkejutnya dia ketika didapatinya sumber warna merah tersebut adalah mayat anaknya. Spontanitas dia menjerit seraya berteriak "Sariiip durung wayahe Nak....." (Terjemah: Sarip, belum waktunya, Nak). Anehnya Sarip bangkit dari kematiannya dan segera berlari menemui ibunya, kemudian menanyakan kepada ibunya tentang hal apa yang terjadi pada dirinya dan kenapa dia tidur di sungai. Konon kesaktian Sarip berawal dari kegemaran ayahnya yang suka bertapa, ketika Sarip masih dalam kandungan, ayahnya bertapa di sebuah Goa di daerah Sumber Manjing, Malang selama beberapa waktu, dan ayahnya kembali pada saat anaknya itu telah lahir dengan membawa sebongkah kecil tanah merah "Lemah Abang". Selanjutnya tanah tersebut dibelah dan diberikan pada Sarip dan Ibunya untuk dimakan. Dikatakan oleh ayah Sarip, dengan seijin Allah, bahwa Sarip akan dapat bangkit dari kematian apabila ibunya masih hidup, meskipun ia terbunuh 1.000 kali sehari. Mendengar Sarip Tambak Oso masih hidup, Paidi kemudian merasa malu karena mengaku sudah mengalahkannya. Mereka kemudian bertarung lagi. Tapi kali ini, Paidi yang dikalahkan dan akhirnya Paidi tewas di tangan Sarip. Suatu hari, sarip mendapati Ibunya sedang dihajar oleh Asisten Wedana Gedangan, karena ibunya dituduh tak membayar pajak sawah peninggalan ayahnya. Melihat hal tersebut Sarip marah dan tidak terima, tanpa pikir panjang Sarip langsung menghabisi nyawa Asisten Wedana Gedangan tersebut, dengan sebilah pisau yang menjadi senjata andalannya. Di mata Sarip Asisten Wedana, lurah dan carik Desa Tambak Oso dianggap Sarip anteknya Belanda. Dimana, era itu masyarakat mengalami hidup serba sulit, untuk makan saja susah, apalagi dimintai pajak. Dari sini kemudian Sarip melawan. Keberanian Sarip yang berpihak dan membela rakyat kecil membuat pemerintah Kompeni Belanda gerah. Selain dianggap pembuat onar dan menghasut rakyat untuk melawan Belanda, keberadaan Sarip menjadi pengganggu bagi kelancaran pemerintahan Belanda waktu itu. AKHIR KISAH SARIP TAMBAK OSO Atas terjadinya pembunuhan tersebut, akhirnya Sarip mulai diburu pemerintah Kompeni Belanda, Lurah Tambak Oso tidak mau membela Sarip, karena pembunuhan yang dilakukan Sarip itu termasuk tindakan pidana berat. Tapi Sarip termasuk licin,sehingga butuh waktu hingga 7 tahun bagi kompeni untuk mencari Sarip Tambak Oso. Perburuan Sarip diawali sejak tahun 1905 dan berakhir pada 1912. Dari dokumen-dokumen koran-koran Belanda yang terbit di tahun 1905 sampai 1912, beliau digambarkan sebagai sosok kriminal. Sepak terjang Sarip Tambak Oso yang kerap mencuri dan merampok rumah milik orang Belanda dan saudagar penindas rakyat menjadikan dirinya buronan bertahun-tahun pemerintah kolonial. Berbagai cara dan sayembara diselenggarakan dengan tujuan menangkap hidup atau mati Sarip terus diadakan. Sarip sendiri bukan tak bisa ditangkap atau terkalahkan dalam setiap perburuannya. Kesaktiannya yang mampu hidup kembali setelah dibunuh membuat lawan-lawannya maupun pemerintah kolonial Belanda membuat terheran-heran. Sampai suatu saat rahasia kesaktian Sarip dibocorkan oleh pamannya sendiri yang bernama Ridwan yang merupakan satu seperguruan dengan ayahnya. Kisah kematian Sarip sendiri ada beragam versi. Di antaranya Sarip mati karena ditembak oleh peluru dari emas. Usai tertembak, Sarip kemudian dikubur hidup-hidup di dalam sumur. Namun versi lain mengatakan, Belanda sebenarnya sudah mengetahui kelemahan Sarip yang terletak pada sosok ibunya. Maka, suatu saat, Sarip dan ibunya itu dijebak di rumah kakaknya yang bernama Mu'alim yang sudah bersekongkol dengan Belanda. Di rumah kakaknya itu, Sarip dan ibunya kemudian disergap oleh Belanda dan menembak mati ibunya. Dan Sarip kemudian ikut pula ditembak dengan peluru yang konon sudah dilumuri dengan minyak babi. Ada juga versi yang mengatakan bahwa Sarip tidak akan mati meski dibunuh berkali-kali kecuali tubuhnya dimutilasi dan dipisah-pisah. Sampai sekarang kisah kematian Sarip masih simpang siur kebenarannya. Namun, jika dilihat dari makamnya, Sarip Tambak Oso memang di makamkan di tiga tempat. Masing-masing makam itu konon merupakan bagian-bagian tubuh Sarip yang dipisah-pisah agar tidak hidup kembali. Bagian tubuh Sarip dikubur secara terpisah di Tambak Oso, Waru, di Buduran dan di Lemah Putro Kota Sidoarjo. FAKTA-FAKTA SARIP TAMBAK OSO 1. M Wildan Budayawan Sidoarjo dan Ketua Tim Penelusuran Sejarah Sarip memberikan pernyataan mengenai kesaktian Sarip yang konon mampu hidup lagi meski telah tewas merupakan mitos. Sebab berdasarkan dokumen-dokumen Belanda, Sarip ditembak saat penyergapan pada tahun 1912. Dari sumber Koran Belanda Sarip ditembak dari jarak 25 meter karena dianggap melakukan perlawanan menggunakan sebilah celurit. Dan Sarip tidak bangun lagi seperti diceritakan dalam ludruk. 2. Ada keturunan Sarip yang masih hidup saat ini, namanya Pak Kosim (62). Ia menyebut dirinya merupakan cucu Sarip. Pengakuan Kosim ini diperoleh dari ayahnya yang bernama Sholeh. Dari ayahnya, ia juga mendapat pusaka sebuah celurit yang diyakini milik kakeknya. Konon, celurit inilah yang dipakai terakhir kali oleh Sarip saat disergap Kompeni Belanda. Senjata tajam itu kini masih disimpan oleh Pak Kosim. Diketahui Pak Kosim saat ini tinggal di Tambak Sumur yang tak jauh dari Desa Tambak Oso. Selain celurit diyakini masih ada pusaka lain milik Sarip yaitu sebilah tombak, tapi kini tidak diketahui keberadaannya, kemudian besi kuning yang konon dikubur di Sawah Gundul, dikatakan sawah gundul karena hingga kini tidak bisa ditanami, sawah gundul ini letaknya antara Desa Tambak Oso dengan Desa Tambak Sumur, dari cerita yang berkembang, di titik sawah gundul itulah konon ada Jimat (senjata) Sarip berupa besi kuning yang dikubur. Mengenai informasi tentang keturunan Sarip, masih diteliti oleh Pemkab Sidoarjo. Sebab saat tewas ditembak kompeni Belanda, Sarip berusia sekitar 35 tahun dan tidak diketahui apakah sudah berkeluarga atau belum. 3. Pemkab Sidoarjo telah menemukan Makam Sarip Tambak Oso di TPU Lemah Putro. M Wildan, Ketua Tim Penelusuran Sarip Tambak Oso menuturkan penemuan makam tersebut setelah pihaknya mendapatkan arsip dari koran Belanda. 4. Makam Sarip Tambak Oso dikenal Angker. Sarip Tambak Oso dimakamkan di TPU Kwadengan, Lemah Putro. Sarip dimakamkan di sana usai dieksekusi kompeni Belanda pada tahun 1912. Purwandi (63) warga setempat memberikan kesaksian mengenai makam Tambak Oso. Ia menyebut saat kecil, sering dilarang bermain di area makam tersebut. Purwandi kemudian mengisahkan kejadian aneh yang pernah dialami warga setempat. Kejadian itu yakni ada seorang warga setempat yang menemukan kendi yang berada di sekitar area makam. Kendi itu kemudian dibawa pulang dan disimpan di rumah. Namun tak lama, warga tersebut kesurupan lalu sakit stroke. Mengetahui itu, kendi itu langsung dibuang. "Sejak saat itu, warga sini sudah tidak mau membahas Sarip. Makanya itu orangtua dulu nggak pernah mengizinkan anak-anaknya bermain di sekitar makam," tukas Purwandi. Itulah sekilas cerita sejarah tentang Sarip Tambak Oso pahlawan rakyat dari Sidoarjo, semoga bermanfaat. Sumber : Wikipedia, detik.com, kominfo Kab Sidoarjo

 SARIP TAMBAK OSO

URBAND LEGEND SIDOARJO


Jika masyarakat Betawi mempunyai kisah legenda pejuang Betawi Si Pitung, Ronda, Ji’ih dan masyarakat Bangil mengenal tokoh Sakera sebagai pahlawan mereka, maka masyarakat Sidoarjo, Jawa Timur pun mempunyai sosok pejuang yang melegenda karena keberaniannya yaitu Sarip Tambak Oso. Secara garis besar cerita Sarip Tambak Oso tidak jauh berbeda, yakni perjuangan sang pendekar kampung melawan penindasan Kompeni Belanda dan antek-anteknya, yang dibumbui konflik antara masyarakat dan penguasa pada saat itu, yang pada akhirnya mati diterjang peluru serdadu Belanda, dan meskipun sering dipentaskan dalam seni tradisional ludruk di Jawa Timur (terutama di daerah Surabaya dan Sidoarjo), sayangnya minim sekali literature ataupun sumber sejarah mengenai “Robin Hood” Sidoarjo ini. Karena kebanyakan cerita Sarip ini lebih banyak dituturkan secara lisan dari mulut ke mulut.  Penulis mencoba untuk merangkum dari berbagai sumber, baik cerita lisan atau sumber media baik masa kini maupun era Belanda dulu. Dan berikut kisah Sarip Tambak Oso yang diambil dari berbagai sumber.



ASAL USUL

Sarip diperkirakan hidup di akhir abad ke-19. Dan Tambak Oso merupakan nama sebuah desa di Kecamatan Waru, Sidoarjo. Desa tersebut diyakini merupakan asal Sarip, tapi  menurut Budayawan Sidoarjo, Henri Nurcahyo menyatakan bahwa Sarip kemungkinan bukan asli dari Tambak Oso (ada yang mengatakan dari Madura) tapi memang beliau tinggal di desa tersebut, sehingga beliau dikenal sebagai Sarip Tambak Oso. 


Sarip diketahui merupakan anak yatim dari kecil. Ayahnya meninggal saat Sarip masih di dalam kandungan. Ayah Sarip, diyakini merupakan salah seorang pengikut Pangeran Diponegoro. Saat meninggal, ayah Sarip mewariskan hamparan sawah yang luas. Namun karena luasnya itu, sawah itu kemudian dititipkan untuk dikelola oleh paman Sarip bernama Ridwan. Namun rupanya, Sarip dan ibunya tak pernah mendapatkan hasil sawah yang dikelola pamannya itu. Ini karena pamannya terlalu rakus untuk membagikan kepada Sarip dan ibunya. Sarip kemudian tumbuh sebagai anak dari kecil hingga remaja di bawah pengasuhan ibunya. Sarip menghabiskan masa kecilnya di sekitar kali Sedati. Sarip adalah pemuda jagoan dari desa Tambak Oso yang berhati keras, mudah marah, namun sangat menyayangi kaum miskin, terutama kepada ibunya yang seorang janda. Di tengah kemiskinan dan kebodohan, Sarip bertindak sebagai maling budiman bak “Robin Hood” yang mencuri di rumah-rumah orang Belanda, saudagar kikir, dan para lintah darat, untuk dibagi-bagikan kepada warga miskin. Dan akhirnya Sarip selalu menjadi Target Operasi Pemerintah Kompeni Belanda, karena perbuatannya yang dianggap membuat keonaran dan memprovokasi masyarakat untuk menentang kebijakan Belanda.


LATAR BELAKANG PERLAWANAN DAN KISAH KESAKTIAN SARIP TAMBAK OSO

Salah satu kisah yang melegenda dan sering dipentaskan dalam ludruk adalah mengenai kesaktian Sarip, yang konon bisa bangkit lagi dari kematian. Diketahui Dusun Tambak Oso dibagi menjadi 2 (dua) wilayah yang dibatasi oleh sebuah sungai, wilayah tersebut biasa disebut Wetan kali dan Kulon Kali. Masing-masing wilayah mempunyai Jagoan (orang yang disegani karena kesaktiannya). Wilayah Kulon kali di kuasai oleh seorang jagoan bernama Paidi, dan Wetan kali dikuasai oleh Sarip.


Paidi adalah seorang pendekar yang berprofesi sebagai Kusir Dokar yang mempunyai senjata andalan berupa Jagang yang terkenal dengan sebutan Jagang Baceman. 


Pada suatu hari diceritakan, Saropah (adik misan Sarip) hendak pulang dari menagih pada orang-orang yang terpaut hutang dengan orang tuanya, di tengah jalan Saropah bertemu dengan Sarip dan pada saat itu Sarip bermaksud meminjam uang pada Saropah, karena belum mendapat izin dari orang tuanya, Saropah tidak mengabulkan permintaan Sarip. Sarip yang punya perangai kasar, tidak sabar dan memaksa Saropah untuk menyerahkan arloji yang sedang dipakainya, dan disaat terjadi perseteruan tersebut muncullah Paidi yang hendak menjemput Saropah. Oleh Orang tua Saropah Paidi memang telah dipercaya untuk menjaga Saropah agar aman dari ancaman orang2 yang tidak senang. Setelah terjadi perang mulut antara Sarip dan Paidi, terjadilah duel antara dua pendekar tersebut. Sebilah pisau  ternyata tidak lebih mempan dibanding Jagang Baceman yang notabene lebih panjang, akhirnya Sarip tewas dalam perkelahian tersebut dan mayatnya dibuang di sungai Sedati.


Dibagian hilir sungai Sedati, Ibunda Sarip tengah mencuci pakaian, entah kenapa pikirannya gundah gulana memikirkan anaknya itu. Dia berhenti mencuci karena ada warna merah darah yang mengalir di sungai itu, dia berjalan mencari sumber darah tersebut, alangkah terkejutnya dia ketika didapatinya sumber warna merah tersebut adalah mayat anaknya. Spontanitas dia menjerit seraya berteriak "Sariiip durung wayahe Nak....." (Terjemah: Sarip, belum waktunya, Nak). Anehnya Sarip bangkit dari kematiannya dan segera berlari menemui ibunya, kemudian menanyakan kepada ibunya tentang hal apa yang terjadi pada dirinya dan kenapa dia tidur di sungai.


Konon kesaktian Sarip berawal dari kegemaran ayahnya yang suka bertapa, ketika Sarip masih dalam kandungan, ayahnya bertapa di sebuah Goa di daerah Sumber Manjing, Malang selama beberapa waktu, dan ayahnya kembali pada saat anaknya itu telah lahir dengan membawa sebongkah kecil tanah merah "Lemah Abang". Selanjutnya tanah tersebut dibelah dan diberikan pada Sarip dan Ibunya untuk dimakan. Dikatakan oleh ayah Sarip, dengan seijin Allah, bahwa Sarip akan dapat bangkit dari kematian apabila ibunya masih hidup, meskipun ia terbunuh 1.000 kali sehari.


Mendengar Sarip Tambak Oso masih hidup, Paidi kemudian merasa malu karena mengaku sudah mengalahkannya. Mereka kemudian bertarung lagi. Tapi kali ini, Paidi yang dikalahkan dan akhirnya Paidi tewas di tangan Sarip.


Suatu hari, sarip mendapati Ibunya sedang dihajar oleh Asisten Wedana Gedangan, karena ibunya dituduh tak membayar pajak sawah peninggalan ayahnya. Melihat hal tersebut Sarip marah dan tidak terima, tanpa pikir panjang Sarip langsung menghabisi nyawa Asisten Wedana Gedangan tersebut, dengan sebilah pisau yang menjadi senjata andalannya. Di mata Sarip Asisten Wedana, lurah dan carik Desa Tambak Oso dianggap Sarip anteknya Belanda. Dimana, era itu masyarakat mengalami hidup serba sulit, untuk makan saja susah, apalagi dimintai pajak. Dari sini kemudian Sarip melawan. Keberanian Sarip yang berpihak dan membela rakyat kecil membuat pemerintah Kompeni Belanda gerah. Selain dianggap pembuat onar dan menghasut rakyat untuk melawan Belanda, keberadaan Sarip menjadi pengganggu bagi kelancaran pemerintahan Belanda waktu itu.

 

AKHIR KISAH SARIP TAMBAK OSO

Atas terjadinya pembunuhan tersebut, akhirnya Sarip mulai diburu pemerintah Kompeni Belanda, Lurah Tambak Oso tidak mau membela Sarip, karena pembunuhan yang dilakukan Sarip itu termasuk tindakan pidana berat. Tapi Sarip termasuk licin,sehingga butuh waktu hingga 7 tahun bagi kompeni untuk mencari Sarip Tambak Oso. Perburuan Sarip diawali sejak tahun 1905 dan berakhir pada 1912. Dari dokumen-dokumen koran-koran Belanda yang terbit di tahun 1905 sampai 1912, beliau digambarkan sebagai sosok kriminal. Sepak terjang Sarip Tambak Oso yang kerap mencuri dan merampok rumah milik orang Belanda dan saudagar penindas rakyat menjadikan dirinya buronan bertahun-tahun pemerintah kolonial. Berbagai cara dan sayembara diselenggarakan dengan tujuan menangkap hidup atau mati Sarip terus diadakan.

Sarip sendiri bukan tak bisa ditangkap atau terkalahkan dalam setiap perburuannya. Kesaktiannya yang mampu hidup kembali setelah dibunuh membuat lawan-lawannya maupun pemerintah kolonial Belanda membuat terheran-heran. Sampai suatu saat rahasia kesaktian Sarip dibocorkan oleh pamannya sendiri yang bernama Ridwan yang merupakan satu seperguruan dengan ayahnya.


Kisah kematian Sarip sendiri ada beragam versi. Di antaranya Sarip mati karena ditembak oleh peluru dari emas. Usai tertembak, Sarip kemudian dikubur hidup-hidup di dalam sumur.


Namun versi lain mengatakan, Belanda sebenarnya sudah mengetahui kelemahan Sarip yang terletak pada sosok ibunya. Maka, suatu saat, Sarip dan ibunya itu dijebak di rumah kakaknya yang bernama Mu'alim yang sudah bersekongkol dengan Belanda.


Di rumah kakaknya itu, Sarip dan ibunya kemudian disergap oleh Belanda dan menembak mati ibunya. Dan Sarip kemudian ikut pula ditembak dengan peluru yang konon sudah dilumuri dengan minyak babi.


Ada juga versi yang mengatakan bahwa Sarip tidak akan mati meski dibunuh berkali-kali kecuali tubuhnya dimutilasi dan dipisah-pisah. Sampai sekarang kisah kematian Sarip masih simpang siur kebenarannya. Namun, jika dilihat dari makamnya, Sarip Tambak Oso memang di makamkan di tiga tempat. Masing-masing makam itu konon merupakan bagian-bagian tubuh Sarip yang dipisah-pisah agar tidak hidup kembali. Bagian tubuh Sarip dikubur secara terpisah di Tambak Oso, Waru, di Buduran dan di Lemah Putro Kota Sidoarjo.


FAKTA-FAKTA SARIP TAMBAK OSO


1. M Wildan Budayawan Sidoarjo dan Ketua Tim Penelusuran Sejarah Sarip memberikan pernyataan mengenai kesaktian Sarip yang konon mampu hidup lagi meski telah tewas merupakan mitos. Sebab berdasarkan dokumen-dokumen Belanda, Sarip ditembak saat penyergapan pada tahun 1912. Dari sumber Koran Belanda Sarip ditembak dari jarak 25 meter karena dianggap melakukan perlawanan menggunakan sebilah celurit. Dan Sarip tidak bangun lagi seperti diceritakan dalam ludruk.


2. Ada keturunan Sarip yang masih hidup saat ini, namanya Pak Kosim (62). Ia menyebut dirinya merupakan cucu Sarip. Pengakuan Kosim ini diperoleh dari ayahnya yang bernama Sholeh. Dari ayahnya, ia juga mendapat pusaka sebuah celurit yang diyakini milik kakeknya. Konon, celurit inilah yang dipakai terakhir kali oleh Sarip saat disergap Kompeni Belanda. Senjata tajam itu kini masih disimpan oleh Pak Kosim. Diketahui Pak Kosim saat ini tinggal di Tambak Sumur yang tak jauh dari Desa Tambak Oso. Selain celurit diyakini masih ada pusaka lain milik Sarip yaitu sebilah tombak, tapi kini tidak diketahui keberadaannya, kemudian besi kuning yang konon dikubur di Sawah Gundul, dikatakan sawah gundul karena hingga kini tidak bisa ditanami, sawah gundul ini letaknya antara Desa Tambak Oso dengan Desa Tambak Sumur, dari cerita yang berkembang, di titik sawah gundul itulah konon ada Jimat (senjata) Sarip berupa besi kuning yang dikubur. Mengenai informasi tentang keturunan Sarip, masih diteliti oleh Pemkab Sidoarjo. Sebab saat tewas ditembak kompeni Belanda, Sarip berusia sekitar 35 tahun dan tidak diketahui apakah sudah berkeluarga atau belum.


3. Pemkab Sidoarjo telah menemukan Makam Sarip Tambak Oso di TPU Lemah Putro. M Wildan, Ketua Tim Penelusuran Sarip Tambak Oso menuturkan penemuan makam tersebut setelah pihaknya mendapatkan arsip dari koran Belanda.


4. Makam Sarip Tambak Oso dikenal Angker. Sarip Tambak Oso dimakamkan di TPU Kwadengan, Lemah Putro. Sarip dimakamkan di sana usai dieksekusi kompeni Belanda pada tahun 1912. Purwandi (63) warga setempat memberikan kesaksian mengenai makam Tambak Oso. Ia menyebut saat kecil, sering dilarang bermain di area makam tersebut. Purwandi kemudian mengisahkan kejadian aneh yang pernah dialami warga setempat. Kejadian itu yakni ada seorang warga setempat yang menemukan kendi yang berada di sekitar area makam. Kendi itu kemudian dibawa pulang dan disimpan di rumah. Namun tak lama, warga tersebut kesurupan lalu sakit stroke. Mengetahui itu, kendi itu langsung dibuang. "Sejak saat itu, warga sini sudah tidak mau membahas Sarip. Makanya itu orangtua dulu nggak pernah mengizinkan anak-anaknya bermain di sekitar makam," tukas Purwandi.


Itulah sekilas cerita sejarah tentang Sarip Tambak Oso pahlawan rakyat dari Sidoarjo, semoga bermanfaat.


Sumber : Wikipedia, detik.com, kominfo Kab Sidoarjo

Buddhisme di Tanah Pasundan Wilayah Jawa Barat memang sangat sedikit sekali ditemukannya jejak-jejak sejarah bercorak Buddhism. Kebanyakan jejak-jejak sejarah yang dapat ditemukan di wilayah Pasundan adalah peninggalan dari peradaban Hindu, baik yang bercorak Vaishnaya dan shivaisme yang dapat ditemukan mulai dari wilayah Banten sampai dengan perbatasan Cirebon. Menurut beberapa catatan luar (catatan FaXien) pada abad 4 Masehi di Pulau Jawa masih terdapat sedikit sekali penganut Buddhism namun di wilayah Karawang Jawa Barat ditemukan kompleks sekumpulan candi yang setidaknya berjumlah 40 situs candi dan total 60 gundukan tanah (unur) di mana 51 unur sudah terkonfirmasi terdapat sisa2 bangunan. Dari sekian banyak situs yang ditemukan dan diekskavasi baru 4 yang sudah diperbaiki atau dalam proses perbaikan. Komplek percandian Batujaya dapat dikatakan sebagai kompleks percandian tertua di Indonesia dengan penanggalan tertua berkisar abad 2 Masehi yang dibangun secara bertahap sampai dengan abad 12 Masehi. Berarti candi ini kemungkinan awal dibangun pada era Tarumanagara yang dilanjutkan sampai ke era Pasundan dan menunjukkan walaupun wilayah tanah Pasundan di masa itu mayoritas adalah penganut Hinduisme terdapat toleransi yang sangat baik sehingga dapat membangun pusat ibadat agama Buddha yang sangat besar. Di situs Batujaya ini selain ditemukan sisa-sisa bangunan, juga ditemukan cukup banyak artefak-artefak bersejarah. Dari sekian banyak artefak-artefak yqng ditemukan, didapati beberapa adalah amulet berukiran Buddha dengan berbagai Mujdra dan didampingi oleh dewa Sakra/Sakka (Indera). Dari amulet2 ini juga didapati penggambaran dari kisah yang terdapat pada sastra Diwyawadana yang merupakan naskah dari aliran Mulasarvastivada atau sering dikenal sebagai Sravakayana yang kelak menjadi salah satu cikal bakal dari aliran Theravada Buddhism.

 Buddhisme di Tanah Pasundan


Wilayah Jawa Barat memang sangat sedikit sekali ditemukannya jejak-jejak sejarah bercorak Buddhism. Kebanyakan jejak-jejak sejarah yang dapat ditemukan di wilayah Pasundan adalah peninggalan dari peradaban Hindu, baik yang bercorak Vaishnaya dan shivaisme yang dapat ditemukan mulai dari wilayah Banten sampai dengan perbatasan Cirebon.



Menurut beberapa catatan luar (catatan FaXien) pada abad 4 Masehi di Pulau Jawa masih terdapat sedikit sekali penganut Buddhism namun di wilayah Karawang Jawa Barat ditemukan kompleks sekumpulan candi yang setidaknya berjumlah 40 situs candi dan total 60 gundukan tanah (unur) di mana 51 unur sudah terkonfirmasi terdapat sisa2 bangunan. Dari sekian banyak situs yang ditemukan dan diekskavasi baru 4 yang sudah diperbaiki atau dalam proses perbaikan. Komplek percandian Batujaya dapat dikatakan sebagai kompleks percandian tertua di Indonesia dengan penanggalan tertua berkisar abad 2 Masehi yang dibangun secara bertahap sampai dengan abad 12 Masehi. Berarti candi ini kemungkinan awal dibangun pada era Tarumanagara yang dilanjutkan sampai ke era Pasundan dan menunjukkan walaupun wilayah tanah Pasundan di masa itu mayoritas adalah penganut Hinduisme terdapat toleransi yang sangat baik sehingga dapat membangun pusat ibadat agama Buddha yang sangat besar.


Di situs Batujaya ini selain ditemukan sisa-sisa bangunan, juga ditemukan cukup banyak artefak-artefak bersejarah. Dari sekian banyak artefak-artefak yqng ditemukan, didapati beberapa adalah amulet berukiran Buddha dengan berbagai Mujdra dan didampingi oleh dewa Sakra/Sakka (Indera). Dari amulet2 ini juga didapati penggambaran dari kisah yang terdapat pada sastra Diwyawadana yang merupakan naskah dari aliran Mulasarvastivada atau sering dikenal sebagai Sravakayana yang kelak menjadi salah satu cikal bakal dari aliran Theravada Buddhism.

Masyarakat di pedalaman Kabupaten Ngada, Pulau Flores, NTT pada tahun 1991 masih mengandalkan cara tradisional dalam menyimpan jagung. Adapun jagung ini sebagai salah stau makanan pokok di samping beras. Jagung diikat satu per satu dan disusun di atas dua batang bambu yang ditanam berdiri tegak. Jagung-jagung nya tidak rusak dan tetap awet. Seperti yang terlihat dalam potret berikut ini. Sumber: Suara Pembaharuan, 20 Juni 1991 Halaman 1 Kolom 3. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team) #NTT #Jagung #Pertanian

 Masyarakat di pedalaman Kabupaten Ngada, Pulau Flores, NTT pada tahun 1991 masih mengandalkan cara tradisional dalam menyimpan jagung. Adapun jagung ini sebagai salah stau makanan pokok di samping beras. Jagung diikat satu per satu dan disusun di atas dua batang bambu yang ditanam berdiri tegak. Jagung-jagung nya tidak rusak dan tetap awet. Seperti yang terlihat dalam potret berikut ini.



Sumber: Suara Pembaharuan, 20 Juni 1991 Halaman 1 Kolom 3. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team)


#NTT

#Jagung

#Pertanian

SI RONDA MACAN BETAWI Si Ronda atau Bang Ronda adalah folklore (cerita rakyat) Betawi yang sering diceritakan dalam kesenian Lenong Betawi. Cerita Ronda ini pernah populer di kalangan etnis Cina dan pribumi pada masa Hindia Belanda, bahkan pernah di filmkan pada tahun 1930 dan diremake ulang dengan judul “Si Ronda Macan Betawi” yang dirilis pada tahun 1978. Film ini disutradarai Fritz G. Schadt dan dibintangi almarhum Dicky Zulkarnaen sebagai tokoh utama dan Lenny Marlina sebagai Ipeh kekasihnya. Tokoh ini dipercaya benar-benar hidup sekitar akhir abad ke 19. Bukti eksistensinya adalah keberadaan sebuah makam di belakang Pasar Memble, Jalan Kapuk Rawa Gabus RT 07 RW 11 Kapuk, Cengkareng Jakarta Barat yang dipercaya sebagai makamnya dan saat ini dirawat oleh para ahli warisnya. Seperti halnya Pitung, Jampang dan Ji’ih, sosok Ronda adalah sosok seorang pahlawan bagi masyarakat Betawi. Tidak ada keterangan pasti mulai kapan Bang Ronda ini mulai beraksi. Sosoknya banyak muncul dalam tulisan lisan, drama, film dan novel pada tahun 1920 dan 1930an. Cerita lisan yang beredar menceritakan Ronda berasal dari Kampung Marunda, Jakarta Utara sekarang. Mengingat Marunda, maka nama Ronda mesti disebut. Versi lain menyebutkan Kumpi Ronda atau Bang Ronda berasal dari daerah kasepuhan Gunung Anten, Banten Kidul. Ayahnya adalah seorang mualim bernama Ki Khaleng.Bang Ronda merantau ke Betawi bersama sepupunya yang bernama Ki Jambrong. Mereka menetap di kampung Betawi bernama Kampung Lebeh yang mempunyai arti kampong santri. Dan akhirnya kampung tersebut sekarang ini dikenal sebagai kampung Rawa Gabus. Bang Ronda memiliki ciri2 fisik tubuh tegap, wajah penuh charisma dan berjiwa kesatria. Bang Ronda dikenal sebagai seorang jagoan dengan kemampuan silat dan pukulan mumpuni yang tersohor di tanah Betawi. Mempunyai ilmu kanuragan halimunan, pancasona, dan beberapa pusaka saktinya seperti tongkat hitam berkepala burung, golok, keris dan besi kuning. Istrinya bernama Ipeh atau Mpok Ipeh versi lain namanya Hayati. Mpok Ipeh selalu mendukung perjuangan Bang Ronda, dari pernikahan mereka 9 (Sembilan) orang anak, 7 (tujuh) orang laki-laki dan 2 (dua) orang perempuan. Nama-namanya yang tercatat yaitu Leman bin Ronda, Sona binti Ronda, Lean bin Ronda, Liung bin Ronda, Bogor bin Ronda, Senan bin Ronda, Lembang bin Ronda, Mera binti Ronda, Risan bin Ronda. Ronda adalah pembela rakyat kecil yang tertindas melawan para tuan tanah, sinyo-sinyo Belanda dan para centeng-centengnya. Seperti tercatat dalam buku “Sejarah Kampung Marunda” terbitan Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta tahun 1985. Tapi berbeda dengan di film yang menceritakan kebaikan-kebaikan Si Ronda dalam membela rakyat kecil, dalam sebuah buku “Sair Tjerita Rampok Si Ronda” karya seorang penulis dengan nama samaran Si Kantjil, di gambarkan sosok Ronda adalah seorang bandit culas, yang hanya ingin sendirian menguasai hasil rampokan. Tidak mau berbagi dengan rekannya Si Oji. Kelakuan Si Ronda yang mau menang sendiri membuat Oji murka, yang akhirnya membuat Oji memutuskan untuk bersekutu dengan opas/polisi. Dimana di akhir cerita Si Ronda ditembak mati dengan tiga pelor timah panas menembus dadanya. Sebetulnya kisah kematian Ronda sendiri masih simpang siur, karena masih banyak versi yang beredar. Bang Ronda sendiri dimakamkan di Rawa Gabus bersama dengan istrinya. Buku lain yang mengulas tentang Bang Ronda adalah sebuah buku berjudul “BOEKOE TJERITA GOUW SOEI HOO BERIKOET SAIR DAN TJERITA SIE RONDAH” karya Lie Tek Long diterbitkan di Batavia oleh Kantoor Tjitak Lie Tek Long, pada tahun 1913. Dalam buku syair sekaligus cerita itu diceritakan sebuah hikayat tentang seorang anak muda bernama Si Ronda yang suka merampok harta, tempat kelahirannya di Marunda, istrinya bernama Hayati yang tempat tinggalnya dulu di Jembatan Senti (Jakarta Barat). Disebutkan juga di buku tersebut Si Ronda mempunyai teman merampok bernama Oji yang asalnya dari Kerandji (Kranji-Bekasi). Itulah sekilas cerita mengenai Ronda, tokoh pahlawan dalam cerita rakyat Betawi. Silahkan jika ada yang mau menambahkan bahan cerita di kolom komentar, karena sumber berita yang sangat terbatas. Semoga bermanfaat. Sumber : Youtube Ajiabdillah channel, historia.id, Tjitak Lie Tek Long, Sair Tjerita Rampok Si Ronda SI Kantjil, “Sejarah Kampung Marunda” terbitan Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta

 SI RONDA MACAN BETAWI


Si Ronda atau Bang Ronda adalah folklore (cerita rakyat) Betawi yang sering diceritakan dalam kesenian Lenong Betawi. Cerita Ronda ini pernah populer di kalangan etnis Cina dan pribumi pada masa Hindia Belanda, bahkan pernah di filmkan pada tahun 1930 dan diremake ulang dengan judul “Si Ronda Macan Betawi” yang dirilis pada tahun 1978. Film ini disutradarai Fritz G. Schadt dan dibintangi almarhum Dicky Zulkarnaen sebagai tokoh utama dan Lenny Marlina sebagai Ipeh kekasihnya.



Tokoh ini dipercaya benar-benar hidup sekitar akhir abad ke 19. Bukti eksistensinya adalah keberadaan sebuah makam di belakang Pasar Memble, Jalan Kapuk Rawa Gabus RT 07 RW 11 Kapuk, Cengkareng Jakarta Barat yang dipercaya sebagai makamnya dan saat ini dirawat oleh para ahli warisnya. Seperti halnya Pitung, Jampang dan Ji’ih, sosok Ronda adalah sosok seorang pahlawan bagi masyarakat Betawi.


Tidak ada keterangan pasti mulai kapan Bang Ronda ini mulai beraksi. Sosoknya banyak muncul dalam tulisan lisan, drama, film dan novel pada tahun 1920 dan 1930an. Cerita lisan yang beredar menceritakan Ronda berasal dari Kampung Marunda, Jakarta Utara sekarang. Mengingat Marunda, maka nama Ronda mesti disebut. Versi lain menyebutkan Kumpi Ronda atau Bang Ronda berasal dari daerah kasepuhan Gunung Anten, Banten Kidul. Ayahnya adalah seorang mualim bernama Ki Khaleng.Bang Ronda merantau ke Betawi bersama sepupunya yang bernama Ki Jambrong. Mereka menetap di kampung Betawi bernama Kampung Lebeh yang mempunyai arti kampong santri. Dan akhirnya kampung tersebut sekarang ini dikenal sebagai kampung Rawa Gabus. Bang Ronda memiliki ciri2 fisik tubuh tegap, wajah penuh charisma dan berjiwa kesatria. Bang Ronda dikenal sebagai seorang jagoan dengan kemampuan silat dan pukulan mumpuni yang tersohor di tanah Betawi. Mempunyai ilmu kanuragan halimunan, pancasona, dan beberapa pusaka saktinya seperti tongkat hitam berkepala burung, golok, keris dan besi kuning.  Istrinya bernama Ipeh atau Mpok Ipeh versi lain namanya Hayati. Mpok Ipeh selalu mendukung perjuangan Bang Ronda, dari pernikahan mereka 9 (Sembilan) orang anak, 7 (tujuh) orang laki-laki dan 2 (dua) orang perempuan. Nama-namanya yang tercatat yaitu Leman bin Ronda, Sona binti Ronda, Lean bin Ronda, Liung bin Ronda, Bogor bin Ronda, Senan bin Ronda, Lembang bin Ronda, Mera binti Ronda, Risan bin Ronda. 

Ronda adalah pembela rakyat kecil yang tertindas melawan para tuan tanah, sinyo-sinyo Belanda dan para centeng-centengnya. Seperti tercatat dalam buku “Sejarah Kampung Marunda” terbitan Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta tahun 1985.

 

Tapi berbeda dengan di film yang menceritakan kebaikan-kebaikan Si Ronda dalam membela rakyat kecil, dalam sebuah buku “Sair Tjerita Rampok Si Ronda” karya seorang penulis dengan nama samaran Si Kantjil, di gambarkan sosok Ronda adalah seorang bandit culas, yang hanya ingin sendirian menguasai hasil rampokan. Tidak mau berbagi dengan rekannya Si Oji. Kelakuan Si Ronda yang mau menang sendiri membuat Oji murka, yang akhirnya membuat Oji memutuskan untuk bersekutu dengan opas/polisi. Dimana di akhir cerita Si Ronda ditembak mati dengan tiga pelor timah panas menembus dadanya. Sebetulnya kisah kematian Ronda sendiri masih simpang siur, karena masih banyak versi yang beredar. Bang Ronda sendiri dimakamkan di Rawa Gabus bersama dengan istrinya.


Buku lain yang mengulas tentang Bang Ronda adalah sebuah buku berjudul “BOEKOE TJERITA GOUW SOEI HOO BERIKOET SAIR DAN TJERITA SIE RONDAH” karya Lie Tek Long diterbitkan di Batavia oleh Kantoor Tjitak Lie Tek Long, pada tahun 1913.  Dalam buku syair sekaligus cerita itu diceritakan sebuah hikayat tentang seorang anak muda bernama Si Ronda yang suka merampok harta, tempat kelahirannya di Marunda, istrinya bernama Hayati yang tempat tinggalnya dulu di Jembatan Senti (Jakarta Barat). Disebutkan juga di buku tersebut Si Ronda mempunyai teman merampok bernama Oji yang asalnya dari Kerandji (Kranji-Bekasi).


Itulah sekilas cerita mengenai Ronda, tokoh pahlawan dalam cerita rakyat Betawi. Silahkan jika ada yang mau menambahkan bahan cerita di kolom komentar, karena sumber berita yang sangat terbatas. Semoga bermanfaat.  


Sumber : Youtube Ajiabdillah channel, historia.id, Tjitak Lie Tek Long, Sair Tjerita Rampok Si Ronda SI Kantjil, “Sejarah Kampung Marunda” terbitan Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta

Perang Bali II/ Puputan Jagaraga ( 7 Mei 1848 - 9 November 1849 M ) ________________________________________________ Tanggal : 7 Mei 1848 - 9 November 1849 M Lokasi : Bali, Indonesia. Hasil : Kemenangan Belanda yang menentukan, • Belanda menguasai Bali Utara dan Koloni Sangsit diidrikan. Pihak terlibat : Hindia Belanda, Lombok, Kerajaan Buleleng, Kerajaan Jembrana, Kerajaan Klungkung. Tokoh dan pemimpin : Hindia Belanda, Andreas Victor Michiels, I Gusti Ketut Jelantik †. Kekuatan : Belanda = 2.400 prajurit, Bali = 14.500 prajurit, 1.500 prajurit senapan. Korban : Belanda = 200 tewas, Bali = 1,000-an. Keterangan : Perang Bali II disebut juga Perang Jagaraga terjadi pada tahun 1848. Perang tersebut berlangsung antara pasukan Belanda melawan pasukan Bali. Belanda memanfaatkan isu hak tawan karang, di mana raja-raja Bali dapat merampas kapal yang karam di perairannya, yang tak dapat disetujui oleh hukum internasional. Pasukan Belanda beranggotakan 2.400 prajurit, sepertiga terdiri atas orang Eropa, sisanya adalah orang Jawa dan Madura, ditambah dengan 1 kompi yang beranggotakan orang kulit hitam Afrika, kemungkinan berasal dari koloni Belanda di Ghana (saat itu Pantai Emas). Angkatan tersebut mendarat di Sangsit, Buleleng pada tanggal 7 Mei 1848. Orang Bali berjumlah 16.000 jiwa, termasuk 1.500 orang yang bersenjatakan senapan api di bawah pimpinan I Gusti Ketut Jelantik. Setelah Belanda mendarat, orang Bali menarik diri ke posisi mereka di Jagaraga, hanya 4 kilometer jauhnya. Belanda menyerang musuh di Jagaraga meskipun udara panas menyengat. Orang Bali menyerang balik dan menghalau pasukan Belanda, yang di pihaknya jatuh korban 200 orang tewas, sehingga harus naik kapal kembali. Setelah kekalahan ini, Belanda kembali lagi dalam ekspedisi berikutnya pada tahun 1849 di Kusamba, Bali Selatan. Ekspedisi Komposisi Mayor Jenderal Jonkheer Carel van der Wijck ditunjuk sebagai Panglima ekspedisi kedua, bersama Letnan Kolonel A.H. van der Kock, sedangkan Superior Jan van Swieten diangkat sebagai Kepala Staf. Dengan demikian, ia mengambil tugas-tugas politik yang ada di tangan J.F.T. pada tahun 1846 sebagai walikota. Yang satu ini sekarang sudah meninggal. Sadar akan kekuatan lawannya, Rochussen mengumpulkan pasukan ekspedisi yang lebih kuat yang terdiri dari 2.265 orang tentara Hindia Belanda, ditambah 500 pasukan pembantu dari tiga sultan dari pulau Madura, dan 500 kuli. Armada terdiri dari 9 kapal perang dengan 72 meriam dan 740 awak. Operasi militer Sebuah ultimatum diberikan kepada tiga pangeran yang disebutkan sebelumnya, yang hampir tidak menghasilkan jawaban. Operasi dimulai pada tanggal 8 Juni 1848 dengan penembakan dari kapal perang di kota pesisir Sangsit, setelah itu pasukan mendarat.[4] Pada tanggal 9 Juni, ia menuju benteng Djagaraga. Inilah Djelantik dengan 25 meriam dan 16.000 orang, 1500 di antaranya dengan senapan, yang lain dengan tombak dan tombak. Ketika pasukan Belanda mendekati desa Djagaraga di pagi hari, mereka ditembaki dari dua benteng. Karena pertahanan yang kuat, tidak mungkin untuk mengambil benteng ini. Pertempuran di dekat Djagaraga berlangsung hampir sepanjang hari. Kompleks candi tempat tentara Belanda ditembaki hanya sementara direbut dari Bali. Lambat laun, pasukan Belanda melemah karena kekurangan amunisi, korban tewas dan panas. Serangan oleh kelompok-kelompok besar orang Bali, hanya bersenjatakan tombak tetapi secara jumlah mayoritas, membuat Van der Wijck memutuskan untuk memerintahkan mundur. Karena dikejar hanya sebentar, sebagian besar dari mereka berhasil mencapai pantai Sangsit dan kapal perang. Dalam pertempuran ini, dimana pasukan Belanda telah kalah, banyak yang tewas dan terluka di kedua belah pihak. Dalam laporannya, Letnan Kolonel Van Swieten menyebutkan 131 tewas dan 98 luka-luka di pihak Belanda, sebagian karena panas. Pangeran Kesiman di Badung memberitahukan tentang 2.000 orang tewas dan terluka di antara orang Bali. Dua perwira dikirim ke Batavia pada 10 Juni untuk melapor, disertai permintaan 2 batalyon bala bantuan dan 1.000 kuli. Setelah 9 hari mereka kembali dengan pesan bahwa permintaan itu tidak dikabulkan. Gubernur Jenderal tidak berani mengirim bala bantuan karena kerusuhan politik (revolusi) di Eropa dapat juga melanda ke koloni. Ia lebih suka mempertahankan kekuasaan kolonial di Jawa dengan kekuatan penuh. Setelah itu, Mayor Jenderal Van der Wijck dan stafnya memutuskan bahwa aksi tidak mungkin dilanjutkan dan pada 20 Juni 1848 semua kapal berangkat ke Batavia. Tentara profesional, modern dan dipersenjatai dengan baik waktu itu, telah dikalahkan oleh tentara rakyat yang terdiri dari petani yang tidak berpengalaman dalam peperangan, terutama dipersenjatai dengan keris dan tombak. Dalam lampiran Nederlandsche Staatscourant tanggal 9 November 1849, laporan ekspedisi militer ini mengakui kekalahan. Hasil Ekspedisi kedua Bali ini gagal. Mayor Jenderal Van der Wijck meminta pengunduran dirinya setelah itu dan kembali ke Belanda dalam masa pensiun. Rochussen yakin bahwa pamor pemerintah Hindia Belanda harus kembali dalam jangka pendek. Kalau tidak, konsekuensi politiknya bisa sangat merusak, tidak hanya di Bali tetapi juga di bagian lain nusantara di mana berita mengejutkan tentang hasilnya diedarkan melalui pedagang yang menyusuri pantai dengan perahu mereka. Khawatir kehilangan muka dan reputasi Belanda dipertaruhkan, wajar jika ekspedisi militer ketiga diputuskan tanpa ragu-ragu. Yang pada akhirnya menuju Perjanjian Kuta. Pada tahun 1849, Belanda kembali mengirim pasukan dengan jumlah yang lebih besar. Sekitar 5.000 serdadu dikirim ke Bali dan mendarat di pantai Buleleng. Pasukan Belanda langsung menuju Jagaraga dan mengepung benteng benteng tersebut. Berkobarlah pertempuran sengit. Benteng Jagaraga akhirnya dapat diduduki Belanda. Dengan kekalahan dalam perang Jagaraga itu maka pada tahun 1849 semua kerajaan di Bali sudah berada di bawah kekuasaan Belanda.

 Perang Bali II/ Puputan Jagaraga ( 7 Mei 1848 - 9 November 1849 M )

________________________________________________


Tanggal : 7 Mei 1848 - 9 November 1849 M

Lokasi : Bali, Indonesia.

Hasil : Kemenangan Belanda yang menentukan, • Belanda menguasai Bali Utara dan Koloni Sangsit diidrikan.

Pihak terlibat : Hindia Belanda, Lombok, Kerajaan Buleleng, Kerajaan Jembrana, Kerajaan Klungkung.

Tokoh dan pemimpin : Hindia Belanda, Andreas Victor Michiels, I Gusti Ketut Jelantik †.

Kekuatan : Belanda = 2.400 prajurit, Bali = 14.500 prajurit, 1.500 prajurit senapan.

Korban : Belanda = 200 tewas, Bali = 1,000-an.



Keterangan : 


Perang Bali II disebut juga Perang Jagaraga terjadi pada tahun 1848. Perang tersebut berlangsung antara pasukan Belanda melawan pasukan Bali. Belanda memanfaatkan isu hak tawan karang, di mana raja-raja Bali dapat merampas kapal yang karam di perairannya, yang tak dapat disetujui oleh hukum internasional.


Pasukan Belanda beranggotakan 2.400 prajurit, sepertiga terdiri atas orang Eropa, sisanya adalah orang Jawa dan Madura, ditambah dengan 1 kompi yang beranggotakan orang kulit hitam Afrika, kemungkinan berasal dari koloni Belanda di Ghana (saat itu Pantai Emas). Angkatan tersebut mendarat di Sangsit, Buleleng pada tanggal 7 Mei 1848.


Orang Bali berjumlah 16.000 jiwa, termasuk 1.500 orang yang bersenjatakan senapan api di bawah pimpinan I Gusti Ketut Jelantik. Setelah Belanda mendarat, orang Bali menarik diri ke posisi mereka di Jagaraga, hanya 4 kilometer jauhnya.


Belanda menyerang musuh di Jagaraga meskipun udara panas menyengat. Orang Bali menyerang balik dan menghalau pasukan Belanda, yang di pihaknya jatuh korban 200 orang tewas, sehingga harus naik kapal kembali.


Setelah kekalahan ini, Belanda kembali lagi dalam ekspedisi berikutnya pada tahun 1849 di Kusamba, Bali Selatan.


Ekspedisi

Komposisi


Mayor Jenderal Jonkheer Carel van der Wijck ditunjuk sebagai Panglima ekspedisi kedua, bersama Letnan Kolonel A.H. van der Kock, sedangkan Superior Jan van Swieten diangkat sebagai Kepala Staf. Dengan demikian, ia mengambil tugas-tugas politik yang ada di tangan J.F.T. pada tahun 1846 sebagai walikota. Yang satu ini sekarang sudah meninggal. Sadar akan kekuatan lawannya, Rochussen mengumpulkan pasukan ekspedisi yang lebih kuat yang terdiri dari 2.265 orang tentara Hindia Belanda, ditambah 500 pasukan pembantu dari tiga sultan dari pulau Madura, dan 500 kuli. Armada terdiri dari 9 kapal perang dengan 72 meriam dan 740 awak.


Operasi militer


Sebuah ultimatum diberikan kepada tiga pangeran yang disebutkan sebelumnya, yang hampir tidak menghasilkan jawaban. Operasi dimulai pada tanggal 8 Juni 1848 dengan penembakan dari kapal perang di kota pesisir Sangsit, setelah itu pasukan mendarat.[4] Pada tanggal 9 Juni, ia menuju benteng Djagaraga. Inilah Djelantik dengan 25 meriam dan 16.000 orang, 1500 di antaranya dengan senapan, yang lain dengan tombak dan tombak.


Ketika pasukan Belanda mendekati desa Djagaraga di pagi hari, mereka ditembaki dari dua benteng. Karena pertahanan yang kuat, tidak mungkin untuk mengambil benteng ini. Pertempuran di dekat Djagaraga berlangsung hampir sepanjang hari. Kompleks candi tempat tentara Belanda ditembaki hanya sementara direbut dari Bali. Lambat laun, pasukan Belanda melemah karena kekurangan amunisi, korban tewas dan panas. Serangan oleh kelompok-kelompok besar orang Bali, hanya bersenjatakan tombak tetapi secara jumlah mayoritas, membuat Van der Wijck memutuskan untuk memerintahkan mundur. Karena dikejar hanya sebentar, sebagian besar dari mereka berhasil mencapai pantai Sangsit dan kapal perang.


Dalam pertempuran ini, dimana pasukan Belanda telah kalah, banyak yang tewas dan terluka di kedua belah pihak. Dalam laporannya, Letnan Kolonel Van Swieten menyebutkan 131 tewas dan 98 luka-luka di pihak Belanda, sebagian karena panas. Pangeran Kesiman di Badung memberitahukan tentang 2.000 orang tewas dan terluka di antara orang Bali.


Dua perwira dikirim ke Batavia pada 10 Juni untuk melapor, disertai permintaan 2 batalyon bala bantuan dan 1.000 kuli. Setelah 9 hari mereka kembali dengan pesan bahwa permintaan itu tidak dikabulkan. Gubernur Jenderal tidak berani mengirim bala bantuan karena kerusuhan politik (revolusi) di Eropa dapat juga melanda ke koloni. Ia lebih suka mempertahankan kekuasaan kolonial di Jawa dengan kekuatan penuh. Setelah itu, Mayor Jenderal Van der Wijck dan stafnya memutuskan bahwa aksi tidak mungkin dilanjutkan dan pada 20 Juni 1848 semua kapal berangkat ke Batavia.


Tentara profesional, modern dan dipersenjatai dengan baik waktu itu, telah dikalahkan oleh tentara rakyat yang terdiri dari petani yang tidak berpengalaman dalam peperangan, terutama dipersenjatai dengan keris dan tombak. Dalam lampiran Nederlandsche Staatscourant tanggal 9 November 1849, laporan ekspedisi militer ini mengakui kekalahan.


Hasil


Ekspedisi kedua Bali ini gagal. Mayor Jenderal Van der Wijck meminta pengunduran dirinya setelah itu dan kembali ke Belanda dalam masa pensiun. Rochussen yakin bahwa pamor pemerintah Hindia Belanda harus kembali dalam jangka pendek. Kalau tidak, konsekuensi politiknya bisa sangat merusak, tidak hanya di Bali tetapi juga di bagian lain nusantara di mana berita mengejutkan tentang hasilnya diedarkan melalui pedagang yang menyusuri pantai dengan perahu mereka. Khawatir kehilangan muka dan reputasi Belanda dipertaruhkan, wajar jika ekspedisi militer ketiga diputuskan tanpa ragu-ragu. Yang pada akhirnya menuju Perjanjian Kuta. Pada tahun 1849, Belanda kembali mengirim pasukan dengan jumlah yang lebih besar. Sekitar 5.000 serdadu dikirim ke Bali dan mendarat di pantai Buleleng. Pasukan Belanda langsung menuju Jagaraga dan mengepung benteng benteng tersebut. Berkobarlah pertempuran sengit. Benteng Jagaraga akhirnya dapat diduduki Belanda. Dengan kekalahan dalam perang Jagaraga itu maka pada tahun 1849 semua kerajaan di Bali sudah berada di bawah kekuasaan Belanda.

Candii Prambanan, Roro Jonggrang dan Kerajaan Hindu di Indonesia Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha (Sanskerta:Shiva-grha yang berarti: 'Rumah Siwa') atau Siwalaya (Sanskerta:Shiva-laya yang berarti: 'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa'). Dalam prasasti ini disebutkan bahwa saat pembangunan candi Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan. Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga erosi sungai dapat membahayakan konstruksi candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar kompleks candi. Bekas aliran sungai asli kemudian ditimbun untuk memberikan lahan yang lebih luas bagi pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal atau candi pendamping). Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan. Bangunan candi ini diduga benar-benar runtuh akibat gempa bumi hebat pada abad ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan ibadah umat Hindu, candi ini masih dikenali dan diketahui keberadaannya oleh warga Jawa yang menghuni desa sekitar. Candi-candi serta arca Durga dalam bangunan utama candi ini mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu legenda Rara Jonggrang. Setelah perpecahan Kesultanan Mataram pada tahun 1755, reruntuhan candi dan sungai Opak di dekatnya menjadi tanda pembatas antara wilayah Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta Refrensi; berbagai sumber buku buku sejarah.

 Candii Prambanan, Roro Jonggrang dan Kerajaan Hindu di Indonesia



Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha (Sanskerta:Shiva-grha yang berarti: 'Rumah Siwa') atau Siwalaya (Sanskerta:Shiva-laya yang berarti: 'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa'). Dalam prasasti ini disebutkan bahwa saat pembangunan candi Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan. Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga erosi sungai dapat membahayakan konstruksi candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar kompleks candi. Bekas aliran sungai asli kemudian ditimbun untuk memberikan lahan yang lebih luas bagi pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal atau candi pendamping).


Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.

Bangunan candi ini diduga benar-benar runtuh akibat gempa bumi hebat pada abad ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan ibadah umat Hindu, candi ini masih dikenali dan diketahui keberadaannya oleh warga Jawa yang menghuni desa sekitar. Candi-candi serta arca Durga dalam bangunan utama candi ini mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu legenda Rara Jonggrang. Setelah perpecahan Kesultanan Mataram pada tahun 1755, reruntuhan candi dan sungai Opak di dekatnya menjadi tanda pembatas antara wilayah Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta


Refrensi; berbagai sumber buku buku sejarah.

Kisah sosok Wanita Indonesia yang dikenal sebagai pendakwah, seniman dan seorang penyair. Beliau adalah Dra. J. Tuty Alawiyah Abdullah Syafi’ie. Lahir di Jakarta pada 30 Maret 1942. Memperoleh pendidikan formal mulai dari SD hingga SMA di Jakarta, berlanjut ke IAIN Syarif Hidayatullah Fakultas Ushuluddin jurusan da’wah di Jakarta dan lulus tahun 1977. Ayahnya bernama KH Abdullah Syafi'i dan ibunya bernama H. Rogayah. Ayahnya mendirikan perguruan As Syafi’iyah pada tahun 1933. Berbadan hukum Yayasan pada 29 April 1971 yang berkedudukan di Jakarta. Sebuah lembaga pendidikan Islam yang dari tahun ke tahun berkembang terus mulai dari pendidikan formal tingkat dasar hingga perguruan tinggi, dan beberapa lembaga sosial kemasyarakatan lainnya. Tuty Alawiyah pertama kali berdakwah ketika berusia 16 tahun. Waktu itu Ia diajak ayahnya KH Abdullah Syafi’i ke Singapura untuk berdakwah. Ayahnya memintanya untuk berpidato di depan masyarakat Singapura. Ia menyiapkan sendiri teks pidatonya sendiri. Sayangnya ketika berdiri dipanggung, ia lupa membawa teks pidato yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Dengan berdoa khusyuk terlebih dahulu, ia akhirnya bisa berpidato lancar tanpa teks. Dan sejak itulah hingga akhir hayatnya terkenal sebagai pendakwah. Di masa mudanya beberapa puisi beliau terbitkan, salah satunya Puisi tentang Ibu di Harian Abadi edisi hari raya Idul Fitri 1969 untuk mengenang Ibunda tercintanya yang telah dipanggil oleh Sang Maha Pencipta. Ibu Tuty Alawiyah telah meninggal dunia pada 4 Mei 2016 di Jakarta. Sumber: Berita Buana 30 Juli 1985 & Harian Abadi 5 Agt 1973. Koleksi Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI Salemba (Skala Team) #tokoh #wanita #penyair #Puisi #pendakwah #As-Syafi’iyah

 Kisah sosok Wanita Indonesia yang dikenal sebagai pendakwah, seniman dan seorang penyair. Beliau adalah Dra. J. Tuty Alawiyah Abdullah Syafi’ie. Lahir di Jakarta pada 30 Maret 1942. Memperoleh pendidikan formal mulai dari SD hingga SMA di Jakarta, berlanjut ke IAIN Syarif Hidayatullah Fakultas Ushuluddin jurusan da’wah di Jakarta dan lulus tahun 1977.  Ayahnya bernama KH Abdullah Syafi'i dan ibunya bernama H. Rogayah. Ayahnya mendirikan perguruan As Syafi’iyah pada tahun 1933. Berbadan hukum Yayasan pada 29 April 1971 yang berkedudukan di Jakarta. Sebuah lembaga pendidikan Islam yang  dari tahun ke tahun berkembang terus mulai dari pendidikan formal tingkat dasar hingga perguruan tinggi, dan beberapa lembaga sosial kemasyarakatan lainnya. 


Tuty Alawiyah pertama kali berdakwah ketika berusia 16 tahun. Waktu itu Ia diajak ayahnya KH Abdullah Syafi’i ke Singapura untuk berdakwah.  Ayahnya memintanya untuk berpidato di depan masyarakat Singapura. Ia menyiapkan sendiri teks pidatonya sendiri. Sayangnya ketika berdiri dipanggung, ia lupa membawa teks pidato yang sudah dipersiapkan sebelumnya.  Dengan berdoa khusyuk terlebih dahulu,  ia akhirnya bisa berpidato lancar tanpa teks. Dan sejak itulah hingga akhir hayatnya terkenal sebagai pendakwah.



Di masa mudanya beberapa puisi beliau terbitkan, salah satunya Puisi tentang Ibu  di Harian Abadi edisi hari raya Idul Fitri 1969 untuk mengenang Ibunda tercintanya yang telah dipanggil oleh Sang Maha Pencipta. 


Ibu Tuty Alawiyah telah meninggal dunia pada 4 Mei 2016 di Jakarta. 


Sumber: Berita Buana 30 Juli 1985 & Harian Abadi 5 Agt 1973. Koleksi Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI Salemba (Skala Team)


#tokoh #wanita #penyair #Puisi #pendakwah #As-Syafi’iyah

Koin Gobog Majapahit ditemukan di Malaysia. Koin Majapahit ditemukan di Kelantan, Johor & Pulau Nangka. Koin Gobog biasanya digunakan oleh orang Majapahit sebagai jimat (amulet) atau cuma hiasan saja. Koin ini tidak dipakai oleh kerajaan lainnya, jadi boleh dibilang koin ini adalah memang ciri khusus buatan penduduk majapahit abad 13-14. Terlihat umumnya tokoh wayang panji, & semar diukir di koin tersebut.Terlihat juga dari beberapa koin sudah ada pengaruh Islam di majapahit abad 14.

 Koin Gobog Majapahit ditemukan di Malaysia.


Koin Majapahit ditemukan di Kelantan, Johor & Pulau Nangka.




Koin Gobog biasanya digunakan oleh orang Majapahit sebagai jimat (amulet) atau cuma hiasan saja.

Koin ini tidak dipakai oleh kerajaan lainnya, jadi boleh dibilang koin ini adalah memang ciri khusus buatan penduduk majapahit abad 13-14.


Terlihat umumnya tokoh wayang panji, & semar diukir di koin tersebut.Terlihat juga dari beberapa koin sudah ada pengaruh Islam di majapahit abad 14.

Lea ( Laiya/ Li'ah/ Lay'ah/ Elia ) Lahir : Padan-Aram, Mesopotamia, Asia Barat 1731 SM. Istri pertama Nabi Yakub As. Orang Tua : ♂️Laban. Saudara : ♀️Rahel. Suami : ♂️Nabi Yakub As. Anak : ♀️Dina, ♂️Yehuda, ♂️Simeon, ♂️Lewi, ♂️Ruben, ♂️Isakhar, ♂️Zebulon. Wafat : tanah Kanaan, wilayah Levelant ( meliputi Israel, Palestina, Lebanon, Yordania, Suriah, Mesir timur laut ) 1665 SM. Makam : Gua Makhpela, G4F6+V7Q, Hebron, Palestina. Keterangan : Lea (Ibrani: לֵאָה, translit. Le'a, har. 'Lēʼā' Leˀa; from bahasa Akkadia sapi muda), dicatat dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama dalam Alkitab Kristen, sebagai istri pertama Yakub, ibu dari 6 putra Yakub, (Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, Zebulon yang kelak menjadi suku-suku bangsa Israel), dan paling sedikit 1 putri, Dina (Kejadian 30). Lea adalah sepupu Yakub, karena ia adalah putri Laban, saudara laki-laki dari Ribka, ibu Yakub. Selain itu Lea juga adalah kakak perempuan Rahel, istri kedua Yakub. Lea lahir di Padan-Aram, Mesopotamia dan meninggal di tanah Kanaan. Lea memiliki sebutan lain: Laiya, Li'ah, Lay'ah, dan Elia. Mata Lea Pada waktu bertemu pertama kali dengan Yakub, menurut Kitab Kejadianpasal 29 digambarkan mengenai Lea dan Rahel, adiknya, demikian: Lea tidak berseri matanya, tetapi Rahel itu elok sikapnya dan cantik parasnya. Kata "Lea tidak berseri matanya" menurut bahasa aslinya adalah Ibrani: ועיני לאה רכות (we·'ei·nei le·'ah ra·ko·wt). Kata "rakowt" dalam bahasa Ibrani biasanya berarti "lunak", tetapi maknanya di ayat itu masih diperdebatkan. Alkitab Septuaginta (dari abad ke-2 SM) menterjemahkan kata ini ke dalam bahasa Yunani sebagai asthenes (lemah; sakit-sakitan). Alkitab bahasa Inggris versi Raja James memakai kata "tender" (=lunak, lembut, lemah), sedangkan versi New International memakai kata "weak" (lemah). Ada pula terjemahan yang mengartikan sebagai "berwarna biru atau pucat". Komentari dari rabbi Yahudi Rashi mengutip penafsiran Rabbinik mengenai bagaimana mata Lea menjadi lemah. Dalam kisah ini ditulis bahwa orang-orang berkata, "Laban mempunyai 2 orang putri, sedangkan saudara perempuannya, Ribka, mempunyai 2 putra. Putri tertua (Lea) akan dinikahkan dengan putra tertua (Esau), dan putri yang muda (Rahel) akan menikah dengan putra yang muda (Yakub)." Kedua putra Ribka sifatnya bertolak belakang: Yakub adalah pelajar yang takut akan Allah, sedangkan Esau adalah pemburu yang terlibat dalam pembunuhan, penyembahan berhala dan perzinahan. Mendengar itu, Lea melewatkan sebagian besar waktunya menangis dan berdoa kepada Allah untuk mengganti calon pasangan hidupnya, sehingga matanya menjadi "lunak" karena menangis. Menurut kisah ini, Allah akhirnya mendengar air mata and doa Lea, maka mengizinkannya menikah dengan Yakub, bahkan sebelum Yakub menikah dengan Rahel. Pernikahan dengan Yakub Yakub cinta kepada Rahel, sebab itu ia berkata: "Aku mau bekerja padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel, anakmu yang lebih muda itu." Sahut Laban: "Lebih baiklah ia kuberikan kepadamu daripada kepada orang lain; maka tinggallah padaku." Jadi bekerjalah Yakub 7 tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, tetapi yang 7 tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel. Sesudah itu berkatalah Yakub kepada Laban: "Berikanlah kepadaku bakal isteriku itu, sebab jangka waktuku telah genap, supaya aku akan kawin dengan dia." Lalu Laban mengundang semua orang di tempat itu, dan mengadakan perjamuan. Tetapi pada waktu malam diambilnyalah Lea, anaknya, lalu dibawanya kepada Yakub. Maka Yakubpun menghampiri dia. Tetapi pada waktu pagi tampaklah bahwa itu Lea! Lalu berkatalah Yakub kepada Laban: "Apakah yang kauperbuat terhadap aku ini? Bukankah untuk mendapat Rahel aku bekerja padamu? Mengapa engkau menipu aku?" Jawab Laban: "Tidak biasa orang berbuat demikian di tempat kami ini, mengawinkan adiknya lebih dahulu daripada kakaknya. Genapilah dahulu tujuh hari perkawinanmu dengan anakku ini; kemudian anakku yang lainpun akan diberikan kepadamu sebagai upah, asal engkau bekerja pula padaku tujuh tahun lagi." Maka Yakub berbuat demikian; ia menggenapi ketujuh hari perkawinannya dengan Lea, kemudian Laban memberikan kepadanya Rahel, anaknya itu, menjadi isterinya. Yakub menghampiri Rahel juga, malah ia lebih cinta kepada Rahel daripada kepada Lea. Demikianlah ia bekerja pula pada Laban tujuh tahun lagi. Pada pernikahan itu, Laban memberikan Zilpa, budaknya perempuan, kepada Lea, anaknya itu, menjadi budaknya, dan Bilha, budaknya perempuan, kepada Rahel, anaknya itu, menjadi budaknya. Melahirkan anak Setelah menikah, Lea berusaha mendapatkan kasih Yakub dengan memberinya banyak putra dan putri, tetapi Yakub tetap lebih mengasihi Rahel. Ketika TUHAN melihat, bahwa Lea tidak dicintai, dibuka-Nyalah kandungannya, tetapi Rahel mandul. Kemudian Lea melahirkan 6 putra dan seorang putri. Inilah kisah kelahiran anak-anak Lea: 1. Lea mengandung, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ruben, sebab katanya: "Sesungguhnya TUHAN telah memperhatikan kesengsaraanku; sekarang tentulah aku akan dicintai oleh suamiku." 2. Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, maka ia berkata: "Sesungguhnya, TUHAN telah mendengar, bahwa aku tidak dicintai, lalu diberikan-Nya pula anak ini kepadaku." Maka ia menamai anak itu Simeon. 3. Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, maka ia berkata: "Sekali ini suamiku akan lebih erat kepadaku, karena aku telah melahirkan tiga anak laki-laki baginya." Itulah sebabnya ia menamai anak itu Lewi. 4. Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, maka ia berkata: "Sekali ini aku akan bersyukur kepada TUHAN." Itulah sebabnya ia menamai anak itu Yehuda. Sesudah itu ia tidak melahirkan lagi. Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah ia kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub: "Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati." Maka bangkitlah amarah Yakub terhadap Rahel dan ia berkata: "Akukah pengganti Allah, yang telah menghalangi engkau mengandung?" Kata Rahel: "Ini Bilha, budakku perempuan, hampirilah dia, supaya ia melahirkan anak di pangkuanku, dan supaya oleh dia akupun mempunyai keturunan." Maka diberikannyalah Bilha, budaknya itu, kepada Yakub menjadi isterinya dan Yakub menghampiri budak itu. Bilha melahirkan Dan dan Naftali bagi Yakub, tetapi Rahel yang memberi nama anak-anak itu. Ketika dilihat Lea, bahwa ia tidak melahirkan lagi, diambilnyalah Zilpa, budaknya perempuan, dan diberikannya kepada Yakub menjadi isterinya. Zilpa, budak perempuan Lea, melahirkan seorang anak laki-laki bagi Yakub. Berkatalah Lea: "Mujur telah datang." Maka ia menamai anak itu Gad. Zilpa, budak perempuan Lea, melahirkan anak laki-laki yang kedua bagi Yakub. Berkatalah Lea: "Aku ini berbahagia! Tentulah perempuan-perempuan akan menyebutkan aku berbahagia." Maka ia menamai anak itu Asyer. Ketika Ruben pada musim menuai gandum pergi berjalan-jalan, didapatinyalah di padang buah dudaim, lalu dibawanya kepada Lea, ibunya. Kata Rahel kepada Lea: "Berilah aku beberapa buah dudaim yang didapat oleh anakmu itu." Jawab Lea kepadanya: "Apakah belum cukup bagimu mengambil suamiku? Sekarang pula mau mengambil lagi buah dudaim anakku?" Kata Rahel: "Kalau begitu biarlah ia tidur dengan engkau pada malam ini sebagai ganti buah dudaim anakmu itu." Ketika Yakub pada waktu petang datang daripadang, pergilah Lea mendapatkannya, sambil berkata: "Engkau harus singgah kepadaku malam ini, sebab memang engkau telah kusewa dengan buah dudaim anakku." Sebab itu tidurlah Yakub dengan Lea pada malam itu. 5. Lalu Allah mendengarkan permohonan Lea. Lea mengandung dan melahirkan anak laki-laki yang kelima bagi Yakub. Lalu kata Lea: "Allah telah memberi upahku, karena aku telah memberi budakku perempuan kepada suamiku." Maka ia menamai anak itu Isakhar. 6. Kemudian Lea mengandung pula dan melahirkan anak laki-laki yang keenam bagi Yakub. Berkatalah Lea: "Allah telah memberikan hadiah yang indah kepadaku; sekali ini suamiku akan tinggal bersama-sama dengan aku, karena aku telah melahirkan enam orang anak laki-laki baginya." Maka ia menamai anak itu Zebulon. 7. Sesudah itu ia melahirkan seorang anak perempuan dan menamai anak itu Dina. Meninggalkan Padan-Aram Kedengaranlah kepada Yakub anak-anak Laban berkata demikian: "Yakub telah mengambil segala harta milik ayah kita dan dari harta itulah ia membangun segala kekayaannya." Lagi kelihatan kepada Yakub dari muka Laban, bahwa Laban tidak lagi seperti yang sudah-sudah kepadanya. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Yakub: "Pulanglah ke negeri nenek moyangmu dan kepada kaummu, dan Aku akan menyertai engkau." Sesudah itu Yakub menyuruh memanggil Rahel dan Lea untuk datang ke padang, ke tempat kambing dombanya, lalu ia berkata kepada mereka: "Telah kulihat dari muka ayahmu, bahwa ia tidak lagi seperti yang sudah-sudah kepadaku, tetapi Allah ayahku menyertai aku. Juga kamu sendiri tahu, bahwa aku telah bekerja sekuat-kuatku pada ayahmu. Tetapi ayahmu telah berlaku curang kepadaku dan telah sepuluh kali mengubah upahku, tetapi Allah tidak membiarkan dia berbuat jahat kepadaku. Apabila ia berkata: yang berbintik-bintiklah akan menjadi upahmu, maka segala kambing domba itu beroleh anak yang berbintik-bintik; dan apabila ia berkata: yang bercoreng-corenglah akan menjadi upahmu, maka segala kambing domba itu beroleh anak yang bercoreng-coreng. Demikianlah Allah mengambil ternak ayahmu dan memberikannya kepadaku. Pada suatu kali pada masa kambing domba itu suka berkelamin, maka aku bermimpi dan melihat, bahwa jantan-jantan yang menjantani kambing domba itu bercoreng-coreng, berbintik-bintik dan berbelang-belang. Dan Malaikat Allah berfirman kepadaku dalam mimpi itu: Yakub! Jawabku: Ya Tuhan! Lalu Ia berfirman: Angkatlah mukamu dan lihatlah, bahwa segala jantan yang menjantani kambing domba itu bercoreng-coreng, berbintik-bintik dan berbelang-belang, sebab telah Kulihat semua yang dilakukan oleh Laban itu kepadamu. Akulah Allah yang di Betel itu, di mana engkau mengurapi tugu, dan di mana engkau bernazar kepada-Ku; maka sekarang, bersiaplah engkau, pergilah dari negeri ini dan pulanglah ke negeri sanak saudaramu." Lalu Rahel dan Lea menjawab Yakub, katanya: "Bukankah tidak ada lagi bagian atau warisan kami dalam rumah ayah kami? Bukankah kami ini dianggapnya sebagai orang asing, karena ia telah menjual kami? Juga bagian kami telah dihabiskannya sama sekali. Tetapi segala kekayaan, yang telah diambil Allah dari ayah kami, adalah milik kami dan anak-anak kami; maka sekarang, perbuatlah segala yang difirmankan Allah kepadamu." Lalu bersiaplah Yakub, dinaikkannya anak-anaknya dan isteri-isterinya ke atas unta, digiringnya seluruh ternaknya dan segala apa yang telah diperolehnya, yakni ternak kepunyaannya, yang telah diperolehnya di Padan-Aram, dengan maksud pergi kepada Ishak, ayahnya, ke tanah Kanaan. Adapun Laban telah pergi menggunting bulu domba-dombanya. Ketika itulah Rahel mencuri terafim ayahnya. Dan Yakub mengakali Laban, orang Aram itu, dengan tidak memberitahukan kepadanya, bahwa ia mau lari. Demikianlah ia lari dengan segala harta miliknya. Ia berangkat, menyeberangi sungai Efrat dan berjalan menuju pegunungan Gilead. Ketika pada hari ketiga dikabarkan kepada Laban, bahwa Yakub telah lari, dibawanyalah sanak saudaranya bersama-sama, dikejarnya Yakub tujuh hari perjalanan jauhnya, lalu ia dapat menyusulnya di pegunungan Gilead. Pada waktu malam datanglah Allah dalam suatu mimpi kepada Laban, orang Aram itu, serta berfirman kepadanya: "Jagalah baik-baik, supaya engkau jangan mengatai Yakub dengan sepatah katapun." Ketika Laban sampai kepada Yakub, --Yakub telah memasang kemahnya di pegunungan, juga Laban dengan sanak saudaranya telah memasang kemahnya di pegunungan Gilead—berkatalah Laban kepada Yakub: "Apakah yang kauperbuat ini, maka engkau mengakali aku dan mengangkut anak-anakku perempuan sebagai orang tawanan? Mengapa engkau lari diam-diam dan mengakali aku? Mengapa engkau tidak memberitahu kepadaku, supaya aku menghantarkan engkau dengan sukacita dan nyanyian dengan rebana dan kecapi? Lagipula engkau tidak memberikan aku kesempatan untuk mencium cucu-cucuku laki-laki dan anak-anakku perempuan. Memang bodoh perbuatanmu itu. Aku ini berkuasa untuk berbuat jahat kepadamu, tetapi Allah ayahmu telah berfirman kepadaku tadi malam: Jagalah baik-baik, jangan engkau mengatai Yakub dengan sepatah katapun. Maka sekarang, kalau memang engkau harus pergi, semata-mata karena sangat rindu ke rumah ayahmu, mengapa engkau mencuri dewa-dewaku?" Lalu Yakub menjawab Laban: "Aku takut, karena pikirku, jangan-jangan engkau merampas anak-anakmu itu daripadaku. Tetapi pada siapa engkau menemui dewa-dewamu itu, janganlah ia hidup lagi. Periksalah di depan saudara-saudara kita segala barang yang ada padaku dan ambillah barangmu." Sebab Yakub tidak tahu, bahwa Rahel yang mencuri terafim itu. Lalu masuklah Laban ke dalam kemah Yakub dan ke dalam kemah Lea dan ke dalam kemah kedua budak perempuan itu, tetapi terafim itu tidak ditemuinya. Setelah keluar dari kemah Lea, ia masuk ke dalam kemah Rahel. Tetapi Rahel telah mengambil terafim itu dan memasukkannya ke dalam pelana untanya, dan duduk di atasnya. Laban menggeledah seluruh kemah itu, tetapi terafim itu tidak ditemuinya. Lalu kata Rahel kepada ayahnya: "Janganlah bapa marah, karena aku tidak dapat bangun berdiri di depanmu, sebab aku sedang haid." Dan Laban mencari dengan teliti, tetapi ia tidak menemui terafim itu. Lalu hati Yakub panas dan ia bertengkar dengan Laban. Ia berkata kepada Laban: "Apakah kesalahanku, apakah dosaku, maka engkau memburu aku sehebat itu? Engkau telah menggeledah segala barangku, sekarang apakah yang kautemui dari segala barang rumahmu? Letakkanlah di sini di depan saudara-saudaraku dan saudara-saudaramu, supaya mereka mengadili antara kita berdua." Lalu Laban menjawab Yakub: "Perempuan-perempuan ini anakku dan anak-anak lelaki ini cucuku dan ternak ini ternakku, bahkan segala yang kaulihat di sini adalah milikku; jadi apakah yang dapat kuperbuat sekarang kepada anak-anakku ini atau kepada anak-anak yang dilahirkan mereka? Maka sekarang, marilah kita mengikat perjanjian, aku dan engkau, supaya itu menjadi kesaksian antara aku dan engkau." Kemudian Yakub mengambil sebuah batu dan didirikannya menjadi tugu. Selanjutnya berkatalah Yakub kepada sanak saudaranya: "Kumpulkanlah batu." Maka mereka mengambil batu dan membuat timbunan, lalu makanlah mereka di sana di dekat timbunan itu. Lalu kata Laban: "Timbunan batu inilah pada hari ini menjadi kesaksian antara aku dan engkau." Itulah sebabnya timbunan itu dinamainya Galed, dan juga Mizpa, sebab katanya: "TUHAN kiranya berjaga-jaga antara aku dan engkau, apabila kita berjauhan. Jika engkau mengaibkan anak-anakku, dan jika engkau mengambil isteri lain di samping anak-anakku itu, ingatlah, walaupun tidak ada orang dekat kita, Allah juga yang menjadi saksi antara aku dan engkau." Selanjutnya kata Laban kepada Yakub: "Inilah timbunan batu, dan inilah tugu yang kudirikan antara aku dan engkau--timbunan batu dan tugu inilah menjadi kesaksian, bahwa aku tidak akan melewati timbunan batu ini mendapatkan engkau, dan bahwa engkaupun tidak akan melewati timbunan batu dan tugu ini mendapatkan aku, dengan berniat jahat. Allah Abraham dan Allah Nahor, Allah ayah mereka, kiranya menjadi hakim antara kita." Lalu Yakub bersumpah demi Yang Disegani oleh Ishak, ayahnya. Dan Yakub mempersembahkan korban sembelihan di gunung itu. Ia mengundang makan sanak saudaranya, lalu mereka makan serta bermalam di gunung itu. Keesokan harinya pagi-pagi Laban mencium cucu-cucunya dan anak-anaknya serta memberkati mereka, kemudian pulanglah Laban kembali ke tempat tinggalnya. Pertemuan dengan Esau Yakub takut bertemu dengan Esau, maka ia menyuruh orang pergi dahulu membawa persembahan untuk Esau, kakaknya. Jadi persembahan itu diantarkan lebih dahulu, tetapi ia sendiri bermalam pada malam itu di tempat perkemahannya. Pada malam itu Yakub bangun dan ia membawa kedua isterinya, kedua budaknya perempuan dan kesebelas anaknya, dan menyeberang di tempat penyeberangan sungai Yabok. Sesudah ia menyeberangkan mereka, ia menyeberangkan juga segala miliknya. Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu, yang ternyata adalah Allah sendiri dan kemudian Allah memberkati serta mengganti nama Yakub menjadi Israel. Lalu tampaklah kepadanya matahari terbit, ketika ia telah melewati Pniel; dan Yakub pincang karena pangkal pahanya. Yakubpun melayangkan pandangnya, lalu dilihatnyalah Esau datang dengan diiringi oleh empat ratus orang. Maka diserahkannyalah sebagian dari anak-anak itu kepada Lea dan sebagian kepada Rahel serta kepada kedua budak perempuan itu. Ia menempatkan budak-budak perempuan itu beserta anak-anak mereka di muka, Lea beserta anak-anaknya di belakang mereka, dan Rahel beserta Yusuf di belakang sekali. Dan ia sendiri berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu. Tetapi Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka. Kemudian Esau melayangkan pandangnya, dilihatnyalah perempuan-perempuan dan anak-anak itu, lalu ia bertanya: "Siapakah orang-orang yang beserta engkau itu?" Jawab Yakub: "Anak-anak yang telah dikaruniakan Allah kepada hambamu ini." Sesudah itu mendekatlah budak-budak perempuan itu beserta anak-anaknya, lalu mereka sujud. Mendekat jugalah Lea beserta anak-anaknya, dan merekapun sujud. Kemudian mendekatlah Yusuf beserta Rahel, dan mereka juga sujud. Di tanah Kanaan Setelah berpisah dengan Esau, dalam perjalanannya dari Padan-Aram sampailah Yakub dengan selamat ke Sikhem, di tanah Kanaan, lalu ia berkemah di sebelah timur kota itu. Kemudian dibelinyalah dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, sebidang tanah, tempat ia memasang kemahnya, dengan harga 100 kesita. Ia mendirikan mezbah di situ dan dinamainya itu: "Allah Israel ialah Allah." Namun belum lama Yakub tinggal di situ terjadilah peristiwa-peristiwa tragis: Pada suatu kali pergilah Dina, anak perempuan Lea yang dilahirkannya bagi Yakub, mengunjungi perempuan-perempuan di negeri itu. Ketika itu terlihatlah ia oleh Sikhem, anak Hemor, orang Hewi, raja negeri itu, lalu Dina itu dilarikannya dan diperkosanya. Tetapi terikatlah hatinya kepada Dina, anak Yakub; ia cinta kepada gadis itu, lalu menenangkan hati gadis itu. Sebab itu berkatalah Sikhem kepada Hemor, ayahnya: "Ambillah bagiku gadis ini untuk menjadi isteriku." Kedengaranlah kepada Yakub, bahwa Sikhem mencemari Dina. Tetapi anak-anaknya ada di padang menjaga ternaknya, jadi Yakub mendiamkan soal itu sampai mereka pulang. Sementara itu anak-anak Yakub pulang dari padang, dan sesudah mendengar peristiwa itu orang-orang ini sakit hati dan sangat marah karena Sikhem telah berbuat noda di antara orang Israel dengan memperkosa anak perempuan Yakub, sebab yang demikian itu tidak patut dilakukan. Sebagai pembalasan mereka menggunakan muslihat bahwa untuk menikah dengan Dina, Sikhem harus disunat. Sikhem dan Hemor kemudian mengajak seluruh penduduk lelaki kota itu untuk disunat bersama-sama. Maka usul Hemor dan Sikhem, anaknya itu, didengarkan oleh semua orang yang datang berkumpul di pintu gerbang kota itu, lalu disunatlah setiap laki-laki, yakni setiap orang dewasa di kota itu. Pada hari ketiga, ketika mereka sedang menderita kesakitan, datanglah dua orang anak Yakub, yaitu Simeon dan Lewi, kakak-kakak Dina, setelah masing-masing mengambil pedangnya, menyerang kota itu dengan tidak takut-takut serta membunuh setiap laki-laki. Juga Hemor dan Sikhem, anaknya, dibunuh mereka dengan mata pedang, dan mereka mengambil Dina dari rumah Sikhem, lalu pergi. Kemudian datanglah anak-anak Yakub merampasi orang-orang yang terbunuh itu, lalu menjarah kota itu, karena adik mereka telah dicemari. Kambing dombanya dan lembu sapinya, keledainya dan segala yang di dalam dan di luar kota itu dibawa mereka; segala kekayaannya, semua anaknya dan perempuannya ditawan dan dijarah mereka, juga seluruhnya yang ada di rumah-rumah. Yakub berkata kepada Simeon dan Lewi: "Kamu telah mencelakakan aku dengan membusukkan namaku kepada penduduk negeri ini, kepada orang Kanaan dan orang Feris, padahal kita ini hanya sedikit jumlahnya; apabila mereka bersekutu melawan kita, tentulah mereka akan memukul kita kalah, dan kita akan dipunahkan, aku beserta seisi rumahku." Tetapi jawab mereka: "Mengapa adik kita diperlakukannya sebagai seorang perempuan sundal!" Sampai di Betel Allah berfirman kepada Yakub: "Bersiaplah, pergilah ke Betel, tinggallah di situ, dan buatlah di situ mezbah bagi Allah, yang telah menampakkan diri kepadamu, ketika engkau lari dari Esau, kakakmu." Lalu berkatalah Yakub kepada seisi rumahnya dan kepada semua orang yang bersama-sama dengan dia: "Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu. Marilah kita bersiap dan pergi ke Betel; aku akan membuat mezbah di situ bagi Allah, yang telah menjawab aku pada masa kesesakanku dan yang telah menyertai aku di jalan yang kutempuh." Mereka menyerahkan kepada Yakub segala dewa asing yang dipunyai mereka dan anting-anting yang ada pada telinga mereka, lalu Yakub menanamnya di bawah pohon besar yang dekat Sikhem. Sesudah itu berangkatlah mereka. Dan kedahsyatan yang dari Allah meliputi kota-kota sekeliling mereka, sehingga anak-anak Yakub tidak dikejar. Lalu sampailah Yakub ke Lus yang di tanah Kanaan—yaitu Betel--,ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia. Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah tempat itu El-Betel, karena Allah telah menyatakan diri kepadanya di situ, ketika ia lari terhadap kakaknya. Tiba di Efrata Sesudah itu berangkatlah mereka dari Betel. Ketika mereka tidak berapa jauh lagi dari Efrata, bersalinlah Rahel, dan bersalinnya itu sangat sukar. Sedang ia sangat sukar bersalin, berkatalah bidan kepadanya: "Janganlah takut, sekali inipun anak laki-laki yang kaudapat." Dan ketika ia hendak menghembuskan napas—sebab ia mati kemudian—diberikannyalah nama Ben-oni kepada anak itu, tetapi ayahnya menamainya Benyamin. Demikianlah Rahel mati, lalu ia dikuburkan di sisi jalan ke Efrata, yaitu Betlehem. Yakub mendirikan tugu di atas kuburnya; itulah tugu kubur Rahel sampai sekarang. Sesudah itu berangkatlah Israel, lalu ia memasang kemahnya di seberang Migdal-Eder. Ketika Israel diam di negeri ini, terjadilah bahwa Ruben sampai tidur dengan Bilha, gundik ayahnya, dan kedengaranlah hal itu kepada Israel. Pertemuan dengan Ishak Lalu sampailah Yakub kepada Ishak, ayahnya, di Mamre dekat Kiryat-Arba—itulah Hebron—tempat Abraham dan Ishak tinggal sebagai orang asing. Adapun umur Ishak 180 tahun. Lalu meninggallah Ishak, ia mati dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya; ia tua dan suntuk umur, maka Esau dan Yakub, anak-anaknya itu, menguburkan dia. Kematian Tidak dicatat kapan Lea meninggal, tetapi dicatat perkataan Yakub bahwa ia memakamkan Lea di Gua Makhpela, di mana Abraham, Sara, Ishak dan Ribka dikuburkan, serta dimana kemudian Yakub dimakamkan oleh anak-anak mereka. Kemungkinan besar, Lea telah meninggal sebelum Yakub pindah ke Mesir, karena namanya tidak tercantum dalam daftar keluarga Yakub yang pindah ke Mesir. Ada juga anggapan bahwa Lea meninggal sebelum Yusuf dijual ke Mesir, karena namanya tidak disebutkan dalam daftar istri-istri Yakub yang anak-anaknya menggembalakan kambing domba bersama Yusuf.

 Lea 

( Laiya/ Li'ah/ Lay'ah/ Elia )


Lahir : Padan-Aram, Mesopotamia, Asia Barat 1731 SM.

Istri pertama Nabi Yakub As.

Orang Tua : ♂️Laban.

Saudara : ♀️Rahel.

Suami : ♂️Nabi Yakub As.

Anak : ♀️Dina, ♂️Yehuda, ♂️Simeon, ♂️Lewi, ♂️Ruben, ♂️Isakhar, ♂️Zebulon.

Wafat : tanah Kanaan, wilayah Levelant ( meliputi Israel, Palestina, Lebanon, Yordania, Suriah, Mesir timur laut ) 1665 SM.

Makam : Gua Makhpela, G4F6+V7Q, Hebron, Palestina.




Keterangan : 


Lea (Ibrani: לֵאָה, translit. Le'a, har. 'Lēʼā' Leˀa; from bahasa Akkadia sapi muda), dicatat dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama dalam Alkitab Kristen, sebagai istri pertama Yakub, ibu dari 6 putra Yakub, (Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, Zebulon yang kelak menjadi suku-suku bangsa Israel), dan paling sedikit 1 putri, Dina (Kejadian 30). Lea adalah sepupu Yakub, karena ia adalah putri Laban, saudara laki-laki dari Ribka, ibu Yakub. Selain itu Lea juga adalah kakak perempuan Rahel, istri kedua Yakub. Lea lahir di Padan-Aram, Mesopotamia dan meninggal di tanah Kanaan. Lea memiliki sebutan lain: Laiya, Li'ah, Lay'ah, dan Elia.


Mata Lea


Pada waktu bertemu pertama kali dengan Yakub, menurut Kitab Kejadianpasal 29 digambarkan mengenai Lea dan Rahel, adiknya, demikian:


Lea tidak berseri matanya, tetapi Rahel itu elok sikapnya dan cantik parasnya.

Kata "Lea tidak berseri matanya" menurut bahasa aslinya adalah Ibrani: ועיני לאה רכות (we·'ei·nei le·'ah ra·ko·wt). Kata "rakowt" dalam bahasa Ibrani biasanya berarti "lunak", tetapi maknanya di ayat itu masih diperdebatkan. Alkitab Septuaginta (dari abad ke-2 SM) menterjemahkan kata ini ke dalam bahasa Yunani sebagai asthenes (lemah; sakit-sakitan). Alkitab bahasa Inggris versi Raja James memakai kata "tender" (=lunak, lembut, lemah), sedangkan versi New International memakai kata "weak" (lemah). Ada pula terjemahan yang mengartikan sebagai "berwarna biru atau pucat".


Komentari dari rabbi Yahudi Rashi mengutip penafsiran Rabbinik mengenai bagaimana mata Lea menjadi lemah. Dalam kisah ini ditulis bahwa orang-orang berkata, "Laban mempunyai 2 orang putri, sedangkan saudara perempuannya, Ribka, mempunyai 2 putra. Putri tertua (Lea) akan dinikahkan dengan putra tertua (Esau), dan putri yang muda (Rahel) akan menikah dengan putra yang muda (Yakub)." Kedua putra Ribka sifatnya bertolak belakang: Yakub adalah pelajar yang takut akan Allah, sedangkan Esau adalah pemburu yang terlibat dalam pembunuhan, penyembahan berhala dan perzinahan. Mendengar itu, Lea melewatkan sebagian besar waktunya menangis dan berdoa kepada Allah untuk mengganti calon pasangan hidupnya, sehingga matanya menjadi "lunak" karena menangis. Menurut kisah ini, Allah akhirnya mendengar air mata and doa Lea, maka mengizinkannya menikah dengan Yakub, bahkan sebelum Yakub menikah dengan Rahel.


Pernikahan dengan Yakub


Yakub cinta kepada Rahel, sebab itu ia berkata: "Aku mau bekerja padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel, anakmu yang lebih muda itu." Sahut Laban: "Lebih baiklah ia kuberikan kepadamu daripada kepada orang lain; maka tinggallah padaku." Jadi bekerjalah Yakub 7 tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, tetapi yang 7 tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel. Sesudah itu berkatalah Yakub kepada Laban: "Berikanlah kepadaku bakal isteriku itu, sebab jangka waktuku telah genap, supaya aku akan kawin dengan dia." Lalu Laban mengundang semua orang di tempat itu, dan mengadakan perjamuan. Tetapi pada waktu malam diambilnyalah Lea, anaknya, lalu dibawanya kepada Yakub. Maka Yakubpun menghampiri dia.


Tetapi pada waktu pagi tampaklah bahwa itu Lea! Lalu berkatalah Yakub kepada Laban: "Apakah yang kauperbuat terhadap aku ini? Bukankah untuk mendapat Rahel aku bekerja padamu? Mengapa engkau menipu aku?" Jawab Laban: "Tidak biasa orang berbuat demikian di tempat kami ini, mengawinkan adiknya lebih dahulu daripada kakaknya. Genapilah dahulu tujuh hari perkawinanmu dengan anakku ini; kemudian anakku yang lainpun akan diberikan kepadamu sebagai upah, asal engkau bekerja pula padaku tujuh tahun lagi." Maka Yakub berbuat demikian; ia menggenapi ketujuh hari perkawinannya dengan Lea, kemudian Laban memberikan kepadanya Rahel, anaknya itu, menjadi isterinya. Yakub menghampiri Rahel juga, malah ia lebih cinta kepada Rahel daripada kepada Lea. Demikianlah ia bekerja pula pada Laban tujuh tahun lagi.


Pada pernikahan itu, Laban memberikan Zilpa, budaknya perempuan, kepada Lea, anaknya itu, menjadi budaknya, dan Bilha, budaknya perempuan, kepada Rahel, anaknya itu, menjadi budaknya.


Melahirkan anak


Setelah menikah, Lea berusaha mendapatkan kasih Yakub dengan memberinya banyak putra dan putri, tetapi Yakub tetap lebih mengasihi Rahel. Ketika TUHAN melihat, bahwa Lea tidak dicintai, dibuka-Nyalah kandungannya, tetapi Rahel mandul. Kemudian Lea melahirkan 6 putra dan seorang putri. Inilah kisah kelahiran anak-anak Lea:

1. Lea mengandung, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ruben, sebab katanya: "Sesungguhnya TUHAN telah memperhatikan kesengsaraanku; sekarang tentulah aku akan dicintai oleh suamiku."

2. Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, maka ia berkata: "Sesungguhnya, TUHAN telah mendengar, bahwa aku tidak dicintai, lalu diberikan-Nya pula anak ini kepadaku." Maka ia menamai anak itu Simeon.

3. Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, maka ia berkata: "Sekali ini suamiku akan lebih erat kepadaku, karena aku telah melahirkan tiga anak laki-laki baginya." Itulah sebabnya ia menamai anak itu Lewi.

4. Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, maka ia berkata: "Sekali ini aku akan bersyukur kepada TUHAN." Itulah sebabnya ia menamai anak itu Yehuda. Sesudah itu ia tidak melahirkan lagi.


Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah ia kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub: "Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati." Maka bangkitlah amarah Yakub terhadap Rahel dan ia berkata: "Akukah pengganti Allah, yang telah menghalangi engkau mengandung?" Kata Rahel: "Ini Bilha, budakku perempuan, hampirilah dia, supaya ia melahirkan anak di pangkuanku, dan supaya oleh dia akupun mempunyai keturunan." Maka diberikannyalah Bilha, budaknya itu, kepada Yakub menjadi isterinya dan Yakub menghampiri budak itu. Bilha melahirkan Dan dan Naftali bagi Yakub, tetapi Rahel yang memberi nama anak-anak itu.


Ketika dilihat Lea, bahwa ia tidak melahirkan lagi, diambilnyalah Zilpa, budaknya perempuan, dan diberikannya kepada Yakub menjadi isterinya.


Zilpa, budak perempuan Lea, melahirkan seorang anak laki-laki bagi Yakub. Berkatalah Lea: "Mujur telah datang." Maka ia menamai anak itu Gad.

Zilpa, budak perempuan Lea, melahirkan anak laki-laki yang kedua bagi Yakub. Berkatalah Lea: "Aku ini berbahagia! Tentulah perempuan-perempuan akan menyebutkan aku berbahagia." Maka ia menamai anak itu Asyer.

Ketika Ruben pada musim menuai gandum pergi berjalan-jalan, didapatinyalah di padang buah dudaim, lalu dibawanya kepada Lea, ibunya. Kata Rahel kepada Lea: "Berilah aku beberapa buah dudaim yang didapat oleh anakmu itu." Jawab Lea kepadanya: "Apakah belum cukup bagimu mengambil suamiku? Sekarang pula mau mengambil lagi buah dudaim anakku?" Kata Rahel: "Kalau begitu biarlah ia tidur dengan engkau pada malam ini sebagai ganti buah dudaim anakmu itu." Ketika Yakub pada waktu petang datang daripadang, pergilah Lea mendapatkannya, sambil berkata: "Engkau harus singgah kepadaku malam ini, sebab memang engkau telah kusewa dengan buah dudaim anakku." Sebab itu tidurlah Yakub dengan Lea pada malam itu.

5. Lalu Allah mendengarkan permohonan Lea. Lea mengandung dan melahirkan anak laki-laki yang kelima bagi Yakub. Lalu kata Lea: "Allah telah memberi upahku, karena aku telah memberi budakku perempuan kepada suamiku." Maka ia menamai anak itu Isakhar.

6. Kemudian Lea mengandung pula dan melahirkan anak laki-laki yang keenam bagi Yakub. Berkatalah Lea: "Allah telah memberikan hadiah yang indah kepadaku; sekali ini suamiku akan tinggal bersama-sama dengan aku, karena aku telah melahirkan enam orang anak laki-laki baginya." Maka ia menamai anak itu Zebulon.

7. Sesudah itu ia melahirkan seorang anak perempuan dan menamai anak itu Dina.


Meninggalkan Padan-Aram


Kedengaranlah kepada Yakub anak-anak Laban berkata demikian: "Yakub telah mengambil segala harta milik ayah kita dan dari harta itulah ia membangun segala kekayaannya." Lagi kelihatan kepada Yakub dari muka Laban, bahwa Laban tidak lagi seperti yang sudah-sudah kepadanya. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Yakub: "Pulanglah ke negeri nenek moyangmu dan kepada kaummu, dan Aku akan menyertai engkau."

Sesudah itu Yakub menyuruh memanggil Rahel dan Lea untuk datang ke padang, ke tempat kambing dombanya, lalu ia berkata kepada mereka: "Telah kulihat dari muka ayahmu, bahwa ia tidak lagi seperti yang sudah-sudah kepadaku, tetapi Allah ayahku menyertai aku. Juga kamu sendiri tahu, bahwa aku telah bekerja sekuat-kuatku pada ayahmu. Tetapi ayahmu telah berlaku curang kepadaku dan telah sepuluh kali mengubah upahku, tetapi Allah tidak membiarkan dia berbuat jahat kepadaku. Apabila ia berkata: yang berbintik-bintiklah akan menjadi upahmu, maka segala kambing domba itu beroleh anak yang berbintik-bintik; dan apabila ia berkata: yang bercoreng-corenglah akan menjadi upahmu, maka segala kambing domba itu beroleh anak yang bercoreng-coreng. Demikianlah Allah mengambil ternak ayahmu dan memberikannya kepadaku. Pada suatu kali pada masa kambing domba itu suka berkelamin, maka aku bermimpi dan melihat, bahwa jantan-jantan yang menjantani kambing domba itu bercoreng-coreng, berbintik-bintik dan berbelang-belang. Dan Malaikat Allah berfirman kepadaku dalam mimpi itu: Yakub! Jawabku: Ya Tuhan! Lalu Ia berfirman: Angkatlah mukamu dan lihatlah, bahwa segala jantan yang menjantani kambing domba itu bercoreng-coreng, berbintik-bintik dan berbelang-belang, sebab telah Kulihat semua yang dilakukan oleh Laban itu kepadamu. Akulah Allah yang di Betel itu, di mana engkau mengurapi tugu, dan di mana engkau bernazar kepada-Ku; maka sekarang, bersiaplah engkau, pergilah dari negeri ini dan pulanglah ke negeri sanak saudaramu."

Lalu Rahel dan Lea menjawab Yakub, katanya: "Bukankah tidak ada lagi bagian atau warisan kami dalam rumah ayah kami? Bukankah kami ini dianggapnya sebagai orang asing, karena ia telah menjual kami? Juga bagian kami telah dihabiskannya sama sekali. Tetapi segala kekayaan, yang telah diambil Allah dari ayah kami, adalah milik kami dan anak-anak kami; maka sekarang, perbuatlah segala yang difirmankan Allah kepadamu."


Lalu bersiaplah Yakub, dinaikkannya anak-anaknya dan isteri-isterinya ke atas unta, digiringnya seluruh ternaknya dan segala apa yang telah diperolehnya, yakni ternak kepunyaannya, yang telah diperolehnya di Padan-Aram, dengan maksud pergi kepada Ishak, ayahnya, ke tanah Kanaan. Adapun Laban telah pergi menggunting bulu domba-dombanya. Ketika itulah Rahel mencuri terafim ayahnya. Dan Yakub mengakali Laban, orang Aram itu, dengan tidak memberitahukan kepadanya, bahwa ia mau lari. Demikianlah ia lari dengan segala harta miliknya. Ia berangkat, menyeberangi sungai Efrat dan berjalan menuju pegunungan Gilead. Ketika pada hari ketiga dikabarkan kepada Laban, bahwa Yakub telah lari, dibawanyalah sanak saudaranya bersama-sama, dikejarnya Yakub tujuh hari perjalanan jauhnya, lalu ia dapat menyusulnya di pegunungan Gilead.


Pada waktu malam datanglah Allah dalam suatu mimpi kepada Laban, orang Aram itu, serta berfirman kepadanya: "Jagalah baik-baik, supaya engkau jangan mengatai Yakub dengan sepatah katapun." Ketika Laban sampai kepada Yakub, --Yakub telah memasang kemahnya di pegunungan, juga Laban dengan sanak saudaranya telah memasang kemahnya di pegunungan Gilead—berkatalah Laban kepada Yakub: "Apakah yang kauperbuat ini, maka engkau mengakali aku dan mengangkut anak-anakku perempuan sebagai orang tawanan? Mengapa engkau lari diam-diam dan mengakali aku? Mengapa engkau tidak memberitahu kepadaku, supaya aku menghantarkan engkau dengan sukacita dan nyanyian dengan rebana dan kecapi? Lagipula engkau tidak memberikan aku kesempatan untuk mencium cucu-cucuku laki-laki dan anak-anakku perempuan. Memang bodoh perbuatanmu itu. Aku ini berkuasa untuk berbuat jahat kepadamu, tetapi Allah ayahmu telah berfirman kepadaku tadi malam: Jagalah baik-baik, jangan engkau mengatai Yakub dengan sepatah katapun. Maka sekarang, kalau memang engkau harus pergi, semata-mata karena sangat rindu ke rumah ayahmu, mengapa engkau mencuri dewa-dewaku?"


Lalu Yakub menjawab Laban: "Aku takut, karena pikirku, jangan-jangan engkau merampas anak-anakmu itu daripadaku. Tetapi pada siapa engkau menemui dewa-dewamu itu, janganlah ia hidup lagi. Periksalah di depan saudara-saudara kita segala barang yang ada padaku dan ambillah barangmu." Sebab Yakub tidak tahu, bahwa Rahel yang mencuri terafim itu.

Lalu masuklah Laban ke dalam kemah Yakub dan ke dalam kemah Lea dan ke dalam kemah kedua budak perempuan itu, tetapi terafim itu tidak ditemuinya. Setelah keluar dari kemah Lea, ia masuk ke dalam kemah Rahel. Tetapi Rahel telah mengambil terafim itu dan memasukkannya ke dalam pelana untanya, dan duduk di atasnya. Laban menggeledah seluruh kemah itu, tetapi terafim itu tidak ditemuinya. Lalu kata Rahel kepada ayahnya: "Janganlah bapa marah, karena aku tidak dapat bangun berdiri di depanmu, sebab aku sedang haid." Dan Laban mencari dengan teliti, tetapi ia tidak menemui terafim itu.


Lalu hati Yakub panas dan ia bertengkar dengan Laban. Ia berkata kepada Laban: "Apakah kesalahanku, apakah dosaku, maka engkau memburu aku sehebat itu? Engkau telah menggeledah segala barangku, sekarang apakah yang kautemui dari segala barang rumahmu? Letakkanlah di sini di depan saudara-saudaraku dan saudara-saudaramu, supaya mereka mengadili antara kita berdua."

Lalu Laban menjawab Yakub: "Perempuan-perempuan ini anakku dan anak-anak lelaki ini cucuku dan ternak ini ternakku, bahkan segala yang kaulihat di sini adalah milikku; jadi apakah yang dapat kuperbuat sekarang kepada anak-anakku ini atau kepada anak-anak yang dilahirkan mereka? Maka sekarang, marilah kita mengikat perjanjian, aku dan engkau, supaya itu menjadi kesaksian antara aku dan engkau."


Kemudian Yakub mengambil sebuah batu dan didirikannya menjadi tugu. Selanjutnya berkatalah Yakub kepada sanak saudaranya: "Kumpulkanlah batu." Maka mereka mengambil batu dan membuat timbunan, lalu makanlah mereka di sana di dekat timbunan itu. Lalu kata Laban: "Timbunan batu inilah pada hari ini menjadi kesaksian antara aku dan engkau." Itulah sebabnya timbunan itu dinamainya Galed, dan juga Mizpa, sebab katanya: "TUHAN kiranya berjaga-jaga antara aku dan engkau, apabila kita berjauhan. Jika engkau mengaibkan anak-anakku, dan jika engkau mengambil isteri lain di samping anak-anakku itu, ingatlah, walaupun tidak ada orang dekat kita, Allah juga yang menjadi saksi antara aku dan engkau." Selanjutnya kata Laban kepada Yakub: "Inilah timbunan batu, dan inilah tugu yang kudirikan antara aku dan engkau--timbunan batu dan tugu inilah menjadi kesaksian, bahwa aku tidak akan melewati timbunan batu ini mendapatkan engkau, dan bahwa engkaupun tidak akan melewati timbunan batu dan tugu ini mendapatkan aku, dengan berniat jahat. Allah Abraham dan Allah Nahor, Allah ayah mereka, kiranya menjadi hakim antara kita." Lalu Yakub bersumpah demi Yang Disegani oleh Ishak, ayahnya. Dan Yakub mempersembahkan korban sembelihan di gunung itu. Ia mengundang makan sanak saudaranya, lalu mereka makan serta bermalam di gunung itu. Keesokan harinya pagi-pagi Laban mencium cucu-cucunya dan anak-anaknya serta memberkati mereka, kemudian pulanglah Laban kembali ke tempat tinggalnya.


Pertemuan dengan Esau


Yakub takut bertemu dengan Esau, maka ia menyuruh orang pergi dahulu membawa persembahan untuk Esau, kakaknya. Jadi persembahan itu diantarkan lebih dahulu, tetapi ia sendiri bermalam pada malam itu di tempat perkemahannya. Pada malam itu Yakub bangun dan ia membawa kedua isterinya, kedua budaknya perempuan dan kesebelas anaknya, dan menyeberang di tempat penyeberangan sungai Yabok. Sesudah ia menyeberangkan mereka, ia menyeberangkan juga segala miliknya. Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu, yang ternyata adalah Allah sendiri dan kemudian Allah memberkati serta mengganti nama Yakub menjadi Israel. Lalu tampaklah kepadanya matahari terbit, ketika ia telah melewati Pniel; dan Yakub pincang karena pangkal pahanya.


Yakubpun melayangkan pandangnya, lalu dilihatnyalah Esau datang dengan diiringi oleh empat ratus orang. Maka diserahkannyalah sebagian dari anak-anak itu kepada Lea dan sebagian kepada Rahel serta kepada kedua budak perempuan itu. Ia menempatkan budak-budak perempuan itu beserta anak-anak mereka di muka, Lea beserta anak-anaknya di belakang mereka, dan Rahel beserta Yusuf di belakang sekali. Dan ia sendiri berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu. Tetapi Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka. Kemudian Esau melayangkan pandangnya, dilihatnyalah perempuan-perempuan dan anak-anak itu, lalu ia bertanya: "Siapakah orang-orang yang beserta engkau itu?" Jawab Yakub: "Anak-anak yang telah dikaruniakan Allah kepada hambamu ini." Sesudah itu mendekatlah budak-budak perempuan itu beserta anak-anaknya, lalu mereka sujud. Mendekat jugalah Lea beserta anak-anaknya, dan merekapun sujud. Kemudian mendekatlah Yusuf beserta Rahel, dan mereka juga sujud.


Di tanah Kanaan


Setelah berpisah dengan Esau, dalam perjalanannya dari Padan-Aram sampailah Yakub dengan selamat ke Sikhem, di tanah Kanaan, lalu ia berkemah di sebelah timur kota itu. Kemudian dibelinyalah dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, sebidang tanah, tempat ia memasang kemahnya, dengan harga 100 kesita. Ia mendirikan mezbah di situ dan dinamainya itu: "Allah Israel ialah Allah." Namun belum lama Yakub tinggal di situ terjadilah peristiwa-peristiwa tragis:


Pada suatu kali pergilah Dina, anak perempuan Lea yang dilahirkannya bagi Yakub, mengunjungi perempuan-perempuan di negeri itu.

Ketika itu terlihatlah ia oleh Sikhem, anak Hemor, orang Hewi, raja negeri itu, lalu Dina itu dilarikannya dan diperkosanya. Tetapi terikatlah hatinya kepada Dina, anak Yakub; ia cinta kepada gadis itu, lalu menenangkan hati gadis itu. Sebab itu berkatalah Sikhem kepada Hemor, ayahnya: "Ambillah bagiku gadis ini untuk menjadi isteriku." Kedengaranlah kepada Yakub, bahwa Sikhem mencemari Dina. Tetapi anak-anaknya ada di padang menjaga ternaknya, jadi Yakub mendiamkan soal itu sampai mereka pulang.


Sementara itu anak-anak Yakub pulang dari padang, dan sesudah mendengar peristiwa itu orang-orang ini sakit hati dan sangat marah karena Sikhem telah berbuat noda di antara orang Israel dengan memperkosa anak perempuan Yakub, sebab yang demikian itu tidak patut dilakukan. Sebagai pembalasan mereka menggunakan muslihat bahwa untuk menikah dengan Dina, Sikhem harus disunat. Sikhem dan Hemor kemudian mengajak seluruh penduduk lelaki kota itu untuk disunat bersama-sama. Maka usul Hemor dan Sikhem, anaknya itu, didengarkan oleh semua orang yang datang berkumpul di pintu gerbang kota itu, lalu disunatlah setiap laki-laki, yakni setiap orang dewasa di kota itu.

Pada hari ketiga, ketika mereka sedang menderita kesakitan, datanglah dua orang anak Yakub, yaitu Simeon dan Lewi, kakak-kakak Dina, setelah masing-masing mengambil pedangnya, menyerang kota itu dengan tidak takut-takut serta membunuh setiap laki-laki. Juga Hemor dan Sikhem, anaknya, dibunuh mereka dengan mata pedang, dan mereka mengambil Dina dari rumah Sikhem, lalu pergi. Kemudian datanglah anak-anak Yakub merampasi orang-orang yang terbunuh itu, lalu menjarah kota itu, karena adik mereka telah dicemari. Kambing dombanya dan lembu sapinya, keledainya dan segala yang di dalam dan di luar kota itu dibawa mereka; segala kekayaannya, semua anaknya dan perempuannya ditawan dan dijarah mereka, juga seluruhnya yang ada di rumah-rumah. Yakub berkata kepada Simeon dan Lewi: "Kamu telah mencelakakan aku dengan membusukkan namaku kepada penduduk negeri ini, kepada orang Kanaan dan orang Feris, padahal kita ini hanya sedikit jumlahnya; apabila mereka bersekutu melawan kita, tentulah mereka akan memukul kita kalah, dan kita akan dipunahkan, aku beserta seisi rumahku." Tetapi jawab mereka: "Mengapa adik kita diperlakukannya sebagai seorang perempuan sundal!"


Sampai di Betel


Allah berfirman kepada Yakub: "Bersiaplah, pergilah ke Betel, tinggallah di situ, dan buatlah di situ mezbah bagi Allah, yang telah menampakkan diri kepadamu, ketika engkau lari dari Esau, kakakmu." Lalu berkatalah Yakub kepada seisi rumahnya dan kepada semua orang yang bersama-sama dengan dia: "Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu. Marilah kita bersiap dan pergi ke Betel; aku akan membuat mezbah di situ bagi Allah, yang telah menjawab aku pada masa kesesakanku dan yang telah menyertai aku di jalan yang kutempuh." Mereka menyerahkan kepada Yakub segala dewa asing yang dipunyai mereka dan anting-anting yang ada pada telinga mereka, lalu Yakub menanamnya di bawah pohon besar yang dekat Sikhem. Sesudah itu berangkatlah mereka. Dan kedahsyatan yang dari Allah meliputi kota-kota sekeliling mereka, sehingga anak-anak Yakub tidak dikejar. Lalu sampailah Yakub ke Lus yang di tanah Kanaan—yaitu Betel--,ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia. Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah tempat itu El-Betel, karena Allah telah menyatakan diri kepadanya di situ, ketika ia lari terhadap kakaknya.


Tiba di Efrata


Sesudah itu berangkatlah mereka dari Betel. Ketika mereka tidak berapa jauh lagi dari Efrata, bersalinlah Rahel, dan bersalinnya itu sangat sukar. Sedang ia sangat sukar bersalin, berkatalah bidan kepadanya: "Janganlah takut, sekali inipun anak laki-laki yang kaudapat." Dan ketika ia hendak menghembuskan napas—sebab ia mati kemudian—diberikannyalah nama Ben-oni kepada anak itu, tetapi ayahnya menamainya Benyamin. Demikianlah Rahel mati, lalu ia dikuburkan di sisi jalan ke Efrata, yaitu Betlehem. Yakub mendirikan tugu di atas kuburnya; itulah tugu kubur Rahel sampai sekarang. Sesudah itu berangkatlah Israel, lalu ia memasang kemahnya di seberang Migdal-Eder. Ketika Israel diam di negeri ini, terjadilah bahwa Ruben sampai tidur dengan Bilha, gundik ayahnya, dan kedengaranlah hal itu kepada Israel.


Pertemuan dengan Ishak


Lalu sampailah Yakub kepada Ishak, ayahnya, di Mamre dekat Kiryat-Arba—itulah Hebron—tempat Abraham dan Ishak tinggal sebagai orang asing. Adapun umur Ishak 180 tahun. Lalu meninggallah Ishak, ia mati dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya; ia tua dan suntuk umur, maka Esau dan Yakub, anak-anaknya itu, menguburkan dia.


Kematian


Tidak dicatat kapan Lea meninggal, tetapi dicatat perkataan Yakub bahwa ia memakamkan Lea di Gua Makhpela, di mana Abraham, Sara, Ishak dan Ribka dikuburkan, serta dimana kemudian Yakub dimakamkan oleh anak-anak mereka. Kemungkinan besar, Lea telah meninggal sebelum Yakub pindah ke Mesir, karena namanya tidak tercantum dalam daftar keluarga Yakub yang pindah ke Mesir. Ada juga anggapan bahwa Lea meninggal sebelum Yusuf dijual ke Mesir, karena namanya tidak disebutkan dalam daftar istri-istri Yakub yang anak-anaknya menggembalakan kambing domba bersama Yusuf.

Ikon Puncak Kejayaaan kerajaan Majapahit dan mempersatukan Nusantara. Wajah Asli Maha Patih Gajah Mada sampai saat ini asih kontroversi. Daalam sejarah pendidikan sekolah, foto yang beredar adalah versi lukisan. Kita tidak mempermasalah wajahnya, yang terpenting adalah kita mengenang perjuangan dia dlam upaya menyatukan nusantara lewat sumpah palapa walau akhirnya belum terwujud karena sudah wafat terlebih dahulu. Gajah Mada terkenal dengan sumpahnya, yaitu Sumpah Palapa. Sumpah Palapa adalah suatu pernyataan yang dikemukakan pada upacara pengangkatannya menjadi Mahapatih Amangkubhumi Majapahit tahun 1334. Saat itu, Majapahit diperintah oleh Ratu Tribhuwana Tunggadewi. Isi Sumpah Palapa tersebut ditemukan dalam teks Jawa Pertengahan Pararaton yang berbunyi: “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa“. Arti dari sumpah tersebut yaitu: “Jika telah menundukkan seluruh Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit, aku (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah aku (baru akan) melepaskan puasa“. Pada saat sumpah itu diucapkan, banyak yang menertawakan dan meremehkan cita-cita Gajah Mada untuk menyatukan Nusantara. Adapun arti dari nama-nama tempat yang disebutkan dalam Sumpah Palapa tersebut adalah sebagai berikut: Gurun: Pulau Lombok; Seram: Kerajaan Seram, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat; Tanjung Pura: Kerajaan Tanjungpura, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat; Haru: Kerajaan Aru, Kabupaten Karo, Sumatra Utara; Pahang: Pahang, Malaysia; Dompo: Kerajaan Dompo, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat; Bali: Pulau Bali; Sunda: Kerajaan Sunda; Palembang: Palembang atau Sriwijaya; Tumasik: Singapura.

 Ikon Puncak Kejayaaan kerajaan Majapahit dan mempersatukan Nusantara. 


Wajah Asli Maha Patih Gajah Mada sampai saat ini asih kontroversi. Daalam sejarah pendidikan sekolah, foto yang beredar adalah versi lukisan. Kita tidak mempermasalah wajahnya, yang terpenting adalah kita mengenang perjuangan dia dlam upaya menyatukan nusantara lewat sumpah palapa walau akhirnya belum terwujud karena sudah wafat terlebih dahulu. 



Gajah Mada terkenal dengan sumpahnya, yaitu Sumpah Palapa. Sumpah Palapa adalah suatu pernyataan yang dikemukakan pada upacara pengangkatannya menjadi Mahapatih Amangkubhumi Majapahit tahun 1334. Saat itu, Majapahit diperintah oleh Ratu Tribhuwana Tunggadewi.


Isi Sumpah Palapa tersebut ditemukan dalam teks Jawa Pertengahan  Pararaton yang berbunyi:

“Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa“.


Arti dari sumpah tersebut yaitu:

“Jika telah menundukkan seluruh Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit, aku (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah aku (baru akan) melepaskan puasa“.

Pada saat sumpah itu diucapkan, banyak yang menertawakan dan meremehkan cita-cita Gajah Mada untuk menyatukan Nusantara.

Adapun arti dari nama-nama tempat yang disebutkan dalam Sumpah Palapa tersebut adalah sebagai berikut:


Gurun: Pulau Lombok;


Seram: Kerajaan Seram, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat;


Tanjung Pura: Kerajaan Tanjungpura, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat;


Haru: Kerajaan Aru, Kabupaten Karo, Sumatra Utara;


Pahang: Pahang, Malaysia;


Dompo: Kerajaan Dompo, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat;


Bali: Pulau Bali;


Sunda: Kerajaan Sunda;


Palembang: Palembang atau Sriwijaya;


Tumasik: Singapura.

28 April 2024

Bilhah Lahir : ? Hamba Perempuan Laban yg diberikan kepada Rahel Istri Yaqub. Budak Istri Nabi Yaqub As. Orang Tua : ♂️Rotheus, ♀️Euna. Suami :♂️ Nabi Yaqub As. Anak : ♂️Naftali, ♂️Dan bin Yakub. Wafat : ? Makam : Makam Para Matriark, di Tiberias, Israel. Keterangan : Bilha (bahasa Ibrani: בִּלְהָה, Modern Bilha Tiberias Bilhāh ; "goyah hati; pemalu") adalah budak perempuan Laban yang diberikan kepada Rahel pada hari pernikahannya untuk menjadi budaknya. Menjadi istri Yakub Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah ia kepada kakaknya itu (yang telah melahirkan 4 putra bagi Yakub), lalu berkata kepada Yakub: "Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati." Maka bangkitlah amarah Yakub terhadap Rahel dan ia berkata: "Akukah pengganti Allah, yang telah menghalangi engkau mengandung?" Kata Rahel: "Ini Bilha, budakku perempuan, hampirilah dia, supaya ia melahirkan anak di pangkuanku, dan supaya oleh dia akupun mempunyai keturunan." Maka diberikannyalah Bilha, budaknya itu, kepada Yakub menjadi isterinya dan Yakub menghampiri budak itu. Bilha melahirkan Dan dan Naftali bagi Yakub, tetapi Rahel yang memberi nama anak-anak itu. Berkatalah Rahel: "Allah telah memberikan keadilan kepadaku, juga telah didengarkan-Nya permohonanku dan diberikan-Nya kepadaku seorang anak laki-laki." Itulah sebabnya ia menamai anak itu Dan. Ketika Bilha, budak perempuan Rahel, melahirkan anak laki-laki yang kedua bagi Yakub. Berkatalah Rahel: "Aku telah sangat hebat bergulat dengan kakakku, dan akupun menang." Maka ia menamai anak itu Naftali. Setelah Rahel meninggal, Yakub tinggal di Betlehem, daerah Efrata. Waktu itu Ruben, anak sulung Yakub, tidur dengan Bilha dan diketahui oleh Yakub. Yakub tidak secara langsung memarahi Ruben, tetapi menjelang ajalnya, Yakub mengalihkan hak kesulungan Ruben kepada saudara-saudaranya yang lain, dengan menyebutkan peristiwa itu sebagai alasan. Hak dua bagian tanah diberikan kepada Yusuf, melalui kedua putranya; hak untuk memimpin (menjadi raja) diberikan kepada Yehuda, sedangkan kelak hak untuk memimpin ibadah diberikan oleh Tuhan kepada keturunan Lewi. Bilhah di Midrash Ada tradisi rabi yang menghitung Bilhah di antara enam Matriark ( Pengkhotbah Rabbah 6:4:2 ). Dia adalah hamba perempuan Rahel , yang kepadanya dia diberikan oleh ayah Rahel, Laban, ketika dia menikah dengan Yakub. Menurut salah satu tradisi, Bilhah adalah keponakan Debora, ibu susu Ribka. Ayahnya mengambilnya Bilhah karena saat masih bayi ia cenderung gelisah ( le-hibahel ) dan tidak bisa menyusu dengan baik (Midrash Aggadah, edisi. Buber, Kejadian 30:2 ). Akan tetapi, tradisi lain menyatakan bahwa Bilhah sebenarnya adalah saudara tiri Rahel dari pihak ayah: dia adalah putri Laban dari “pernikahannya” dengan salah satu selirnya dan oleh karena itu disebut “pelayan perempuan” ( Gen. Rabbati , Vayeze , hal. 119) . Ketika Rahel menyadari bahwa ia mandul, ia meniru Sarah dan memberikan Bilha kepada Yakub, sambil berkata: “Sama seperti yang ini dibangun oleh istri saingannya, demikian pula aku akan dibangun oleh istri sainganku” (Kejadian Rabbah 71:30 ). Yakub mencintai Rahel lebih dari Leah dan dia bahkan mencintai pelayan perempuan Rahel, Bilhah, lebih dari Zilpah , pelayan perempuan Leah ( Gen. Rabbati , Vayeze , hal. 120). Rahel dan Bilha cocok untuk Yakub dan sejak awal ditujukan untuknya, sedangkan Lea dan Zilpa ditujukan untuk Esau. Namun, karena Esau melepaskan semua batasan moral, Yakub diberikan keempat wanita tersebut ( Shir ha-Shirim Zuta 1:15). Tradisi lain menceritakan bahwa Bilhah adalah hamba perempuan Lea dan Zilpa adalah hamba Rahel; ketika Laban menipu Yakub dan memberi Lea sebagai pengganti Rahel, dia pun menukar kedua hamba perempuan itu, untuk membingungkan calon menantunya. ( Midrash Aggadah , ed. Buber, Kejadian 29:24 ). Bilhah melahirkan dua anak laki-laki bagi Yakub, Dan dan Naftali, yang pertama karena jasanya sendiri dan yang kedua karena jasa Rahel ( Gen. Rabbati , Vayeze , hal. 121). Kehamilan Bilhah terlihat jelas dan akibatnyaTorahmengatakan tentang dia “dia mengandung [“ va-tahar ]” (Kejadian 30:5 ), karena dia tampak seperti gunung ( har ) saat hamil ( Midrash Aggadah , ed. Buber, Kejadian 29:24 ). Bilhah menikahi Yakub dengan penuh kasih dan tidak menolak untuk melahirkan anak bagi suaminya (seperti yang dilakukan Zilpa); oleh karena itu anak-anak Naftali dianggap sebagai harta milik dan anak-anaknya dihitung dalam daftar keturunan Yakub di Kej 46:25 menggunakan kata “semua orang,” yang juga digunakan untuk Merujuk pada anak-anak Rahel dan Lea, istri penuh ( Gen. Rabbati , Vayigash , hal. 223). Setelah kematian Rahel, Bilhah menggantikannya, membesarkan Yusuf dan Benyamin seolah-olah mereka adalah anak kandungnya (Kejadian Raba 84:11 ). Benyamin yang baru lahir membutuhkan seorang ibu susu dan payudara Bilhah secara ajaib terisi dengan susu, meskipun ia telah berhenti melahirkan beberapa tahun sebelumnya, dan dengan demikian ia mampu menyusui bayi tersebut. Dikatakan bahwa Yusuf memperlakukan anak-anak Bilha sebagai saudara, dan bukan sebagai anak seorang hamba perempuan (Tanhuma , Vayeshev 7 ). Bilhah juga menggantikan Rahel di tenda Yakub ( Gen. Rabbati , Vayishlah , hal. 156–157). Dia dekat dengannya sampai hari kematian dan melayaninya ketika dia jatuh sakit ( Pesikta Rabbati , Ba-Yom ha-Shemini 3). Bilhah lah yang memberitahukan Yusuf bahwa ayahnya sedang sakit. Saudara-saudaranya juga mengetahui kedekatan khusus antara Yusuf dan Bilhah, dan setelah kematian Yakub, mereka meminta untuk pergi dan berbicara dengan Yusuf atas nama mereka, karena mereka takut akan membalas Yusuf atas perlakuan buruk mereka terhadap dirinya ( Tanhuma [ed. Buber], Keluaran. 2 ). Episode Ruben dan Bilha Alkitab menceritakan bahwa Ruben tidur bersama Bilha, gundik ayahnya (Kejadian 35:22 ). Para rabi memutuskan bahwa episode ini termasuk di antara ayat-ayat yang dibaca tetapi tanpa targum , yaitu tidak diperbolehkan membenarkan pada saat pembacaan umum Kitab Suci.Torah(Tosefta megillah, 3:35), dengan demikian mengajarkan ketidaksenangan para Rabi atas tindakan ini. Seperti yang digambarkan dalam Apokrifa (pra-rabi), setelah tindakan Ruben, Yakub menarik diri dari Bilha dan tidak melakukan hubungan seksual lebih lanjut dengannya ( Perjanjian Ruben 3:15; Yobel 33:9). Namun, berbagai midrashim rabi melaporkan penyesalan besar Ruben: dia berpuasa sepanjang hidupnya dan tidak makan roti. Dosanya diamuni pada zaman Musa yang menyertai Ruben Ulangan. 33:6 : “Semoga Ruben hidup dan tidak mati.” Dengan kekuatan berkat ini, semua orang tahu bahwa Yang Mahakudus, terpujilah Dia, telah mengampuni dia ( Sifrei on Deuteronomy, 31 ). Tradisi lain menyatakan bahwa kambing dipersembahkan oleh suku Ruben pada peresmian Kemah Suci ( Nomor. 7:34 ) dimaksudkan untuk memaafkan episode Bilhah. Dosa Ruben diampuni, antara lain, karena penyelamatan Yusuf dari rencana pembunuhan saudara-saudaranya yang lain ( Bil. Rabbah 13:18). Pendapat lain yang dikemukakan para rabi adalah bahwa Ruben tidak melakukan dosa dan tidak mempunyai hubungan dengan Bilhah. Ruben melihat bahwa Yakub telah memindahkan Bilha ke tenda Rahel setelah kematian Rakhel. Marah dengan tindakan tersebut, Ruben berusaha mengingat kembali kehormatan ibunya. Ia berseru, ”Selama Rakhel masih hidup, tempat tidurnya bersebelahan dengan tempat tidur Yakub. Bukankah cukup kalau ibuku cemburu pada adiknya selama hidupnya, bahkan setelah kematiannya, dia harus iri pada pelayannya?” Oleh karena itu dia pergi dan merapikan dipan ayahnya, memindahkan tempat tidur Bilha dan menggantinya dengan tempat tidur ibunya, Lea. Yakub mencela dia atas tindakan ini sebelum kematiannya, seperti yang kita baca Kejadian 49:4 : “Sebab ketika kamu menaiki tempat tidur ayahmu, kamu membawa aib—dipanku kamu naik!” ( Sifrei tentang Ulangan, 347 ; Jenderal Rabbah 99 , edisi. Theodor dan Albeck [MS. Vatikan]; BTSabat55b). Akhir hidup Akhir hidup Bilha tidak tercatat dalam Alkitab. Namun kemungkinan ia dan istri-istri Yakub lainnya telah meninggal sebelum Yakub pindah ke Mesir karena namanya tidak disebutkan dalam daftar keluarga Yakub yang pergi ke Mesir. Dalam budaya populer Dalam novel Tenda Merah oleh Anita Diamant dan Rachel dan Leah oleh Orson Scott Card , Bilhah dan Zilpah adalah saudara tiri Leah dan Rachel dari ibu yang berbeda, mengikuti tradisi Talmud. Dalam novel fiksi spekulatif Margaret Atwood The Handmaid's Tale , masyarakat teokratis yang digambarkan mengutip hubungan antara Bilhah, Rachel dan Jacob sebagai dasar kitab suci untuk peran pelayan wanita sebagai pengganti pria berpangkat tinggi dan istri mereka yang tidak subur.

 Bilhah


Lahir : ?

Hamba Perempuan Laban yg diberikan kepada Rahel Istri Yaqub.

Budak Istri Nabi Yaqub As.

Orang Tua : ♂️Rotheus, ♀️Euna.

Suami :♂️ Nabi Yaqub As.

Anak : ♂️Naftali, ♂️Dan bin Yakub.

Wafat : ?

Makam : Makam Para Matriark, di Tiberias, Israel.


Keterangan : 


Bilha (bahasa Ibrani: בִּלְהָה, Modern Bilha Tiberias Bilhāh ; "goyah hati; pemalu") adalah budak perempuan Laban yang diberikan kepada Rahel pada hari pernikahannya untuk menjadi budaknya.


Menjadi istri Yakub


Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah ia kepada kakaknya itu (yang telah melahirkan 4 putra bagi Yakub), lalu berkata kepada Yakub: "Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati." Maka bangkitlah amarah Yakub terhadap Rahel dan ia berkata: "Akukah pengganti Allah, yang telah menghalangi engkau mengandung?" Kata Rahel: "Ini Bilha, budakku perempuan, hampirilah dia, supaya ia melahirkan anak di pangkuanku, dan supaya oleh dia akupun mempunyai keturunan." Maka diberikannyalah Bilha, budaknya itu, kepada Yakub menjadi isterinya dan Yakub menghampiri budak itu. Bilha melahirkan Dan dan Naftali bagi Yakub, tetapi Rahel yang memberi nama anak-anak itu. Berkatalah Rahel: "Allah telah memberikan keadilan kepadaku, juga telah didengarkan-Nya permohonanku dan diberikan-Nya kepadaku seorang anak laki-laki." Itulah sebabnya ia menamai anak itu Dan. Ketika Bilha, budak perempuan Rahel, melahirkan anak laki-laki yang kedua bagi Yakub. Berkatalah Rahel: "Aku telah sangat hebat bergulat dengan kakakku, dan akupun menang." Maka ia menamai anak itu Naftali.




Setelah Rahel meninggal, Yakub tinggal di Betlehem, daerah Efrata. Waktu itu Ruben, anak sulung Yakub, tidur dengan Bilha dan diketahui oleh Yakub. Yakub tidak secara langsung memarahi Ruben, tetapi menjelang ajalnya, Yakub mengalihkan hak kesulungan Ruben kepada saudara-saudaranya yang lain, dengan menyebutkan peristiwa itu sebagai alasan. Hak dua bagian tanah diberikan kepada Yusuf, melalui kedua putranya; hak untuk memimpin (menjadi raja) diberikan kepada Yehuda, sedangkan kelak hak untuk memimpin ibadah diberikan oleh Tuhan kepada keturunan Lewi.


Bilhah di Midrash


Ada tradisi rabi yang menghitung Bilhah di antara enam Matriark ( Pengkhotbah Rabbah 6:4:2 ). Dia adalah hamba perempuan Rahel , yang kepadanya dia diberikan oleh ayah Rahel, Laban, ketika dia menikah dengan Yakub. Menurut salah satu tradisi, Bilhah adalah keponakan Debora, ibu susu Ribka. Ayahnya mengambilnya Bilhah karena saat masih bayi ia cenderung gelisah ( le-hibahel ) dan tidak bisa menyusu dengan baik (Midrash Aggadah, edisi. Buber, Kejadian 30:2 ). Akan tetapi, tradisi lain menyatakan bahwa Bilhah sebenarnya adalah saudara tiri Rahel dari pihak ayah: dia adalah putri Laban dari “pernikahannya” dengan salah satu selirnya dan oleh karena itu disebut “pelayan perempuan” ( Gen. Rabbati , Vayeze , hal. 119) .


Ketika Rahel menyadari bahwa ia mandul, ia meniru Sarah dan memberikan Bilha kepada Yakub, sambil berkata: “Sama seperti yang ini dibangun oleh istri saingannya, demikian pula aku akan dibangun oleh istri sainganku” (Kejadian Rabbah 71:30 ). Yakub mencintai Rahel lebih dari Leah dan dia bahkan mencintai pelayan perempuan Rahel, Bilhah, lebih dari Zilpah , pelayan perempuan Leah ( Gen. Rabbati , Vayeze , hal. 120).


Rahel dan Bilha cocok untuk Yakub dan sejak awal ditujukan untuknya, sedangkan Lea dan Zilpa ditujukan untuk Esau. Namun, karena Esau melepaskan semua batasan moral, Yakub diberikan keempat wanita tersebut ( Shir ha-Shirim Zuta 1:15). Tradisi lain menceritakan bahwa Bilhah adalah hamba perempuan Lea dan Zilpa adalah hamba Rahel; ketika Laban menipu Yakub dan memberi Lea sebagai pengganti Rahel, dia pun menukar kedua hamba perempuan itu, untuk membingungkan calon menantunya. ( Midrash Aggadah , ed. Buber, Kejadian 29:24 ).


Bilhah melahirkan dua anak laki-laki bagi Yakub, Dan dan Naftali, yang pertama karena jasanya sendiri dan yang kedua karena jasa Rahel ( Gen. Rabbati , Vayeze , hal. 121). Kehamilan Bilhah terlihat jelas dan akibatnyaTorahmengatakan tentang dia “dia mengandung [“ va-tahar ]” (Kejadian 30:5 ), karena dia tampak seperti gunung ( har ) saat hamil ( Midrash Aggadah , ed. Buber, Kejadian 29:24 ). Bilhah menikahi Yakub dengan penuh kasih dan tidak menolak untuk melahirkan anak bagi suaminya (seperti yang dilakukan Zilpa); oleh karena itu anak-anak Naftali dianggap sebagai harta milik dan anak-anaknya dihitung dalam daftar keturunan Yakub di Kej 46:25 menggunakan kata “semua orang,” yang juga digunakan untuk Merujuk pada anak-anak Rahel dan Lea, istri penuh ( Gen. Rabbati , Vayigash , hal. 223).


Setelah kematian Rahel, Bilhah menggantikannya, membesarkan Yusuf dan Benyamin seolah-olah mereka adalah anak kandungnya (Kejadian Raba 84:11 ). Benyamin yang baru lahir membutuhkan seorang ibu susu dan payudara Bilhah secara ajaib terisi dengan susu, meskipun ia telah berhenti melahirkan beberapa tahun sebelumnya, dan dengan demikian ia mampu menyusui bayi tersebut. Dikatakan bahwa Yusuf memperlakukan anak-anak Bilha sebagai saudara, dan bukan sebagai anak seorang hamba perempuan (Tanhuma , Vayeshev 7 ). Bilhah juga menggantikan Rahel di tenda Yakub ( Gen. Rabbati , Vayishlah , hal. 156–157). Dia dekat dengannya sampai hari kematian dan melayaninya ketika dia jatuh sakit ( Pesikta Rabbati , Ba-Yom ha-Shemini 3). Bilhah lah yang memberitahukan Yusuf bahwa ayahnya sedang sakit. Saudara-saudaranya juga mengetahui kedekatan khusus antara Yusuf dan Bilhah, dan setelah kematian Yakub, mereka meminta untuk pergi dan berbicara dengan Yusuf atas nama mereka, karena mereka takut akan membalas Yusuf atas perlakuan buruk mereka terhadap dirinya ( Tanhuma [ed. Buber], Keluaran. 2 ).


Episode Ruben dan Bilha

Alkitab menceritakan bahwa Ruben tidur bersama Bilha, gundik ayahnya (Kejadian 35:22 ). Para rabi memutuskan bahwa episode ini termasuk di antara ayat-ayat yang dibaca tetapi tanpa targum , yaitu tidak diperbolehkan membenarkan pada saat pembacaan umum Kitab Suci.Torah(Tosefta megillah, 3:35), dengan demikian mengajarkan ketidaksenangan para Rabi atas tindakan ini. Seperti yang digambarkan dalam Apokrifa (pra-rabi), setelah tindakan Ruben, Yakub menarik diri dari Bilha dan tidak melakukan hubungan seksual lebih lanjut dengannya ( Perjanjian Ruben 3:15; Yobel 33:9). Namun, berbagai midrashim rabi melaporkan penyesalan besar Ruben: dia berpuasa sepanjang hidupnya dan tidak makan roti. Dosanya diamuni pada zaman Musa yang menyertai Ruben Ulangan. 33:6 : “Semoga Ruben hidup dan tidak mati.” Dengan kekuatan berkat ini, semua orang tahu bahwa Yang Mahakudus, terpujilah Dia, telah mengampuni dia ( Sifrei on Deuteronomy, 31 ). Tradisi lain menyatakan bahwa kambing dipersembahkan oleh suku Ruben pada peresmian Kemah Suci ( Nomor. 7:34 ) dimaksudkan untuk memaafkan episode Bilhah. Dosa Ruben diampuni, antara lain, karena penyelamatan Yusuf dari rencana pembunuhan saudara-saudaranya yang lain ( Bil. Rabbah 13:18).


Pendapat lain yang dikemukakan para rabi adalah bahwa Ruben tidak melakukan dosa dan tidak mempunyai hubungan dengan Bilhah. Ruben melihat bahwa Yakub telah memindahkan Bilha ke tenda Rahel setelah kematian Rakhel. Marah dengan tindakan tersebut, Ruben berusaha mengingat kembali kehormatan ibunya. Ia berseru, ”Selama Rakhel masih hidup, tempat tidurnya bersebelahan dengan tempat tidur Yakub. Bukankah cukup kalau ibuku cemburu pada adiknya selama hidupnya, bahkan setelah kematiannya, dia harus iri pada pelayannya?” Oleh karena itu dia pergi dan merapikan dipan ayahnya, memindahkan tempat tidur Bilha dan menggantinya dengan tempat tidur ibunya, Lea. Yakub mencela dia atas tindakan ini sebelum kematiannya, seperti yang kita baca Kejadian 49:4 : “Sebab ketika kamu menaiki tempat tidur ayahmu, kamu membawa aib—dipanku kamu naik!” ( Sifrei tentang Ulangan, 347 ; Jenderal Rabbah 99 , edisi. Theodor dan Albeck [MS. Vatikan]; BTSabat55b).


Akhir hidup


Akhir hidup Bilha tidak tercatat dalam Alkitab. Namun kemungkinan ia dan istri-istri Yakub lainnya telah meninggal sebelum Yakub pindah ke Mesir karena namanya tidak disebutkan dalam daftar keluarga Yakub yang pergi ke Mesir.




Dalam budaya populer


Dalam novel Tenda Merah oleh Anita Diamant dan Rachel dan Leah oleh Orson Scott Card , Bilhah dan Zilpah adalah saudara tiri Leah dan Rachel dari ibu yang berbeda, mengikuti tradisi Talmud.

Dalam novel fiksi spekulatif Margaret Atwood The Handmaid's Tale , masyarakat teokratis yang digambarkan mengutip hubungan antara Bilhah, Rachel dan Jacob sebagai dasar kitab suci untuk peran pelayan wanita sebagai pengganti pria berpangkat tinggi dan istri mereka yang tidak subur.

Walisongo dalam Sejarah. Tahun 1595 seorang pedagang belanda bernama Van Dulmen berkunjung ke Sedayu Tuban, di kota itu ia mendapatkan suatu manuskrip jawa yang dituliskan pada daun Lontar, Manuskrip itu dibawa pulang ke Belanda 1597 dan kemudian diserahkan kepada Pustaka Leiden tahun 1599, di Leiden manuskrip tersebut disimpan dengan katalog no XVII tahun 1599. Manuskrip itu tersimpan tanpa ada yang mengerti isinya sampai pada tahun 1916 Seorang Belanda bernama B.J.O Shrieke meneliti Manuskrip tersebut dan mendapati itu adalah Manuskrip Bonang, dinamakan manuskrip Bonang karena pada akhir manuskrip ditemukan tulisan "Tammat carita cinitra, kang pakreti Pangèraning Bonang” atau "tamat sudah cerita buah karya Pangeran Bonang" Yang kemudian Naskah tersebut diidentifikasikan sebagai karya Sunan Bonang. Yang menarik adalah Manuskrip tersebut menggunakan aksara Jawa Baru, artinya Aksara Jawa Baru sudah dipakai semenjak jaman Majapahit karena naskah tersebut kemungkinan dibuat tahun 1500an, ini sesuai penilitian J.G de Casparis yg mengatakan Aksara Jawa Baru sudah dipakai antara abad 14-15. Penemuan Manuskrip di Sedayu Tuban, menerangkan tentang adanya Dakwah Islam di Tuban pada jaman Majapahit, bahkan Penguasa Tuban pun sudah beragama Islam saat kedatangan Tome Pires antara tahun 1513-1515. Hal ini juga memberikan salah satu bukti keberadaan Dakwah Walisongo terutama Sunan Bonang di Jawa pada masa lampau. Dari Apa yg didakwahkan di manuskrip terdebut bisa diambil kesimpulan bahwa Walisongo rata" Bermazhab Syafii dan mengambil banyak pelajaran dari Ihya Imam Ghazali, ini juga menutup sedikit tentang teori Gujarat India yg menyebarkan islam di Jawa tetutama jawa timur karena Gujarat lebih ke mazhab Hanafi.

 Walisongo dalam Sejarah.


Tahun 1595 seorang pedagang belanda bernama Van Dulmen berkunjung ke Sedayu Tuban, di kota itu ia mendapatkan suatu manuskrip jawa yang dituliskan pada daun Lontar, Manuskrip itu dibawa pulang ke Belanda 1597 dan kemudian diserahkan kepada Pustaka Leiden tahun 1599, di Leiden manuskrip tersebut disimpan dengan katalog no XVII tahun 1599.


Manuskrip itu tersimpan tanpa ada yang mengerti isinya sampai pada tahun 1916 Seorang Belanda bernama B.J.O Shrieke meneliti Manuskrip tersebut dan mendapati itu adalah Manuskrip Bonang, dinamakan manuskrip Bonang karena pada akhir manuskrip ditemukan tulisan "Tammat carita cinitra, kang pakreti Pangèraning Bonang” atau "tamat sudah cerita buah karya Pangeran Bonang"

Yang kemudian Naskah tersebut diidentifikasikan sebagai karya Sunan Bonang.


Yang menarik adalah Manuskrip tersebut menggunakan aksara Jawa Baru, artinya Aksara Jawa Baru sudah dipakai semenjak jaman Majapahit karena naskah tersebut kemungkinan dibuat tahun 1500an, ini sesuai penilitian  J.G de Casparis yg mengatakan Aksara Jawa Baru sudah dipakai antara abad 14-15.



Penemuan Manuskrip di Sedayu Tuban,  menerangkan tentang adanya Dakwah Islam di Tuban pada jaman Majapahit, bahkan Penguasa Tuban pun sudah beragama Islam saat kedatangan Tome Pires antara tahun 1513-1515. Hal ini juga memberikan salah satu bukti keberadaan Dakwah Walisongo terutama Sunan Bonang di Jawa pada masa lampau.


Dari Apa yg didakwahkan di manuskrip terdebut bisa diambil kesimpulan bahwa Walisongo rata" Bermazhab Syafii dan mengambil banyak pelajaran dari Ihya Imam Ghazali, ini juga menutup sedikit tentang teori Gujarat India yg menyebarkan islam di Jawa tetutama jawa timur karena Gujarat lebih ke mazhab Hanafi.

27 April 2024

SEJARAH BENDERA MERAH PUTIH INDONESIA Setiap tanggal 17 Agustus kita akan mengibarkan bendera merah putih untuk memperingati kemerdekaan negara kita tercinta Republik Indonesia, selain itu bendera merah putih juga berkibar pada hari-hari besar nasional, pesta olahraga dan upacara bendera setiap hari senin di sekolah dan instansi atau perusahaan. Lantas sejak kapan sang merah putih berkibar ?? jejak berkibarnya sang merah putih bisa ditelusuri sejak abad ke 12 Masehi tepatnya pada era Kerajaan Kediri. Dalam sejarah Nusantara dijelaskan, Bendera Merah Putih dikibarkan pada 1292 M oleh tentara Jayakatwang ketika berperang melawan kekuasaan Prabu Kertanegara dari Kerajaan Singasari. Jayatkawang yang merupakan keturunan raja dari Kediri melakukan pemberontakan dengan mengirim tentaranya yang mengibarkan panji-panji Merah-Putih dan gamelan ke arah selatan Gunung Kawi. Pemberontakan ini mendapatkan perlawanan dari tentara Singosari yang dipimpin oleh Raden Wijaya dan Ardaraja. Peristiwa berkibarnya Bendera Merah-Putih ini dicatat dalam Piagam Butak yang kemudian hari disebut sebagai Piagam Merah-Putih. Dalam piagam tersebut, tertulis pula pembentukan kerajaan baru, yakni Kerajaan Majapahit. Dalam cerita sejarah tersebut, dijelaskan saat era Kerajaan Majapahit, penemuan Bendera Merah Putih berawal dari dua orang putri yang bernama Dara Jingga dan Dara Petak. Dua orang putri dari Kerajaan Melayu itu melambangkan Merah-Putih, jingga artinya merah dan petak artinya putih. Selain itu, di era kejayaan Kerajaan Majapahit, bangunan istana tersusun dari tembok melingkar yang terbuat dari bata berwarna merah sertai lantai plester yang warnanya putih. Hal ini juga yang menyebabkan istana Majapahit disebut dengan Keraton Merah-Putih. Mpu Prapanca, dalam kitab Negarakertagama juga menuliskan bahwa simbol warna merah dan putih selalu terlihat di setiap upacara kebesaran Prabu Hayam Wuruk sejak tahun 1350 M sampai tahun 1389 M. Hal ini membuat Merah-Putih di era Kerajaan Majapahit merupakan warna yang mulia dan diagungkan. Warna merah dan putih ini kemudian diwariskan dari Kerajaan Majapahit ke Kerajaan Mataram. Penemuan warna Merah-Putih sebetulnya tidak hanya terjadi di kerajaan di Pulau Jawa saja, tetapi juga meluas ke Sumatra dan Sulawesi. Singkat cerita, warna merah dan putih juga digunakan Pangeran Diponegoro dalam perang melawan Belanda pada 1825-1830. Setelah itu, Bendera Merah Putih kembali digunakan oleh para pelajar dan kaum nasionalis pada 1922 M. Dan Pada 28 Oktober 1928, dalam Kongres Pemuda Indonesia di Jakarta, para pemuda mengibarkan Bendera Merah Putih dihiasi dengan lambang garuda terbang. Kemudian, lambang garuda menjadi lambang tersendiri sehingga hanya menyisakan warna merah dan putih saja. Menjelang Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara ditugaskan membentuk tim panitia untuk meneliti bendera dan lagu kebangsaan Indonesia. Akhirnya diputuskan, pemakaian bendera merah putih, sedangkan maknanya; merah itu berani, dan putih itu suci atau benar sehingga arti Bendera Merah-Putih adalah Berani atas Kebenaran. Sementara itu Ibu Fatmawati, istri Presiden Soekarno bertugas menjahit bendera pusaka merah putih untuk dikibarkan pada saat proklamasi kemerdekaan. Dan akhirnya Sang Saka Merah Putih berkibar secara resmi pada tanggal 17 Agustus 1945 yang menjadi tonggak sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sumber : Gramedia.com, solopos,CNBCindonesia dan berbagai sumber lainnya

 SEJARAH BENDERA MERAH PUTIH INDONESIA


Setiap tanggal 17 Agustus kita akan mengibarkan bendera merah putih untuk memperingati kemerdekaan negara kita tercinta Republik Indonesia, selain itu bendera merah putih juga berkibar pada hari-hari besar nasional, pesta olahraga dan upacara bendera setiap hari senin di sekolah dan instansi atau perusahaan.


Lantas sejak kapan sang merah putih berkibar ?? jejak berkibarnya sang merah putih bisa ditelusuri sejak abad ke 12 Masehi tepatnya pada era Kerajaan Kediri.


Dalam sejarah Nusantara dijelaskan, Bendera Merah Putih dikibarkan pada 1292 M oleh tentara Jayakatwang ketika berperang melawan kekuasaan Prabu Kertanegara dari Kerajaan Singasari.


Jayatkawang yang merupakan keturunan raja dari Kediri melakukan pemberontakan dengan mengirim tentaranya yang mengibarkan panji-panji Merah-Putih dan gamelan ke arah selatan Gunung Kawi. Pemberontakan ini mendapatkan perlawanan dari tentara Singosari yang dipimpin oleh Raden Wijaya dan Ardaraja.


Peristiwa berkibarnya Bendera Merah-Putih ini dicatat dalam Piagam Butak yang kemudian hari disebut sebagai Piagam Merah-Putih. Dalam piagam tersebut, tertulis pula pembentukan kerajaan baru, yakni Kerajaan Majapahit.


Dalam cerita sejarah tersebut, dijelaskan saat era Kerajaan Majapahit, penemuan Bendera Merah Putih berawal dari dua orang putri yang bernama Dara Jingga dan Dara Petak. Dua orang putri dari Kerajaan Melayu itu melambangkan Merah-Putih, jingga artinya merah dan petak artinya putih.


Selain itu, di era kejayaan Kerajaan Majapahit, bangunan istana tersusun dari tembok melingkar yang terbuat dari bata berwarna merah sertai lantai plester yang warnanya putih. Hal ini juga yang menyebabkan istana Majapahit disebut dengan Keraton Merah-Putih.


Mpu Prapanca, dalam kitab Negarakertagama juga menuliskan bahwa simbol warna merah dan putih selalu terlihat di setiap upacara kebesaran Prabu Hayam Wuruk sejak tahun 1350 M sampai tahun 1389 M.


Hal ini membuat Merah-Putih di era Kerajaan Majapahit merupakan warna yang mulia dan diagungkan. Warna merah dan putih ini kemudian diwariskan dari Kerajaan Majapahit ke Kerajaan Mataram. Penemuan warna Merah-Putih sebetulnya tidak hanya terjadi di kerajaan di Pulau Jawa saja, tetapi juga meluas ke Sumatra dan Sulawesi.



Singkat cerita, warna merah dan putih juga digunakan Pangeran Diponegoro dalam perang melawan Belanda pada 1825-1830. Setelah itu, Bendera Merah Putih kembali digunakan oleh para pelajar dan kaum nasionalis pada 1922 M. Dan Pada 28 Oktober 1928, dalam Kongres Pemuda Indonesia di Jakarta, para pemuda mengibarkan Bendera Merah Putih dihiasi dengan lambang garuda terbang. Kemudian, lambang garuda menjadi lambang tersendiri sehingga hanya menyisakan warna merah dan putih saja.


Menjelang Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara ditugaskan membentuk tim panitia untuk meneliti bendera dan lagu kebangsaan Indonesia. Akhirnya diputuskan, pemakaian bendera merah putih, sedangkan maknanya; merah itu berani, dan putih itu suci atau benar sehingga arti Bendera Merah-Putih adalah Berani atas Kebenaran.  Sementara itu Ibu Fatmawati, istri Presiden Soekarno bertugas menjahit bendera pusaka merah putih untuk dikibarkan pada saat proklamasi kemerdekaan.


Dan akhirnya Sang Saka Merah Putih berkibar secara resmi pada tanggal 17 Agustus 1945 yang menjadi tonggak sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Sumber : Gramedia.com, solopos,CNBCindonesia dan berbagai sumber lainnya

Kisah RA Kartini di Balik Pembuatan Kitab Faidhir Rahman ________________________________________________ Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini menjadi sosok penting dibuatkannya kitab tafsir Alquran berbahasa jawa untuk pertama kalinya di Indonesia. Kitab tafsir Alquran tersebut berjudul Faidhir Rahman atau Faid Ar Rahman, yang disusun KH Sholeh Darat, gurunya pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dan NU KH Hasyim Asy'ari. Menurut Z Hidayah: 2021, RA Kartini merupakan sosok pertama yang memberikan masukan agar Alquran diterjemahkan dalam bahasa jawa dan disusun dalam kitab tersendiri. Masukan ini disampaikan RA Kartini saat mengikuti pengajian KH Sholeh Darat , di mana saat itu sang Kiai menggunakan bahasa Jawa saat menjelaskan makna surat Alfatihah. Kartini pun tertarik mempelajarinya, karena ia sebelumnya memiliki pengalaman yang tak menyenangkan. Kartini dulunya sering dimarahi guru mengajinya setiap kali menanyakan arti dari sebuah ayat di Alquran. Sejak saat itu, Kartini yang semula asing dengan agamanya, Islam karena tak mengetahui makna ayat-ayat Alquran, menjadi tahu setelah belajar tafsir dengan KH Sholeh Darat. RA Kartini kemudian meminta KH Sholeh Darat agar membuat kitab terjemah Alquran dalam bahasa Jawa. Pada saat itu, ia berpendapat bahwa tidak ada gunanya membaca kitab suci bila tidak diketahui artinya, terutama bagi masyarakat Jawa. KH Sholeh Darat pun menerima masukan dari RA Kartini. Ia kemudian mulai Menyusun kitab tafsir Alquran tersebut . Untuk menghindari penjajah Belanda yang secara resmi melarang orang menerjemahkan Alquran, KH Sholeh Darat menuliskannya dengan aksara Arab pegon atau tanpa harakat. Orang sering menyebutnya Arab gundul. Kitab itu kemudian diberi nama, Faidhir Rahman atau Faid Ar Rahman. Kitab tersebut menjadi kitab tafsir Alquran pertama di Nusantara yang ditulis dalam bahasa Jawa namun beraksara Arab. KH Sholeh Darat kemudian menjadikan kitab itu sebagai hadiah pernikahan RA Kartini dengan Bupati Rembang RM Joyodiningrat. KH Sholeh Darat mengutus Kiai Ma'sum untuk mengantarkan kitab tersebut sepekan sebelum pernikahan Kartini.

 Kisah RA Kartini di Balik Pembuatan Kitab Faidhir Rahman

________________________________________________


Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini menjadi sosok penting dibuatkannya kitab tafsir Alquran berbahasa jawa untuk pertama kalinya di Indonesia.


Kitab tafsir Alquran tersebut berjudul Faidhir Rahman atau Faid Ar Rahman, yang disusun KH Sholeh Darat, gurunya pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dan NU KH Hasyim Asy'ari.


Menurut Z Hidayah: 2021, RA Kartini merupakan sosok pertama yang memberikan masukan agar Alquran diterjemahkan dalam bahasa jawa dan disusun dalam kitab tersendiri.


Masukan ini disampaikan RA Kartini saat mengikuti pengajian KH Sholeh Darat , di mana saat itu sang Kiai menggunakan bahasa Jawa saat menjelaskan makna surat Alfatihah.


Kartini pun tertarik mempelajarinya, karena ia sebelumnya memiliki pengalaman yang tak menyenangkan. Kartini dulunya sering dimarahi guru mengajinya setiap kali menanyakan arti dari sebuah ayat di Alquran.


Sejak saat itu, Kartini yang semula asing dengan agamanya, Islam karena tak mengetahui makna ayat-ayat Alquran, menjadi tahu setelah belajar tafsir dengan KH Sholeh Darat.


RA Kartini kemudian meminta KH Sholeh Darat agar membuat kitab terjemah Alquran dalam bahasa Jawa. Pada saat itu, ia berpendapat bahwa tidak ada gunanya membaca kitab suci bila tidak diketahui artinya, terutama bagi masyarakat Jawa.


KH Sholeh Darat pun menerima masukan dari RA Kartini. Ia kemudian mulai Menyusun kitab tafsir Alquran tersebut .


Untuk menghindari penjajah Belanda yang secara resmi melarang orang menerjemahkan Alquran, KH Sholeh Darat menuliskannya dengan aksara Arab pegon atau tanpa harakat. Orang sering menyebutnya Arab gundul.



Kitab itu kemudian diberi nama, Faidhir Rahman atau Faid Ar Rahman. Kitab tersebut menjadi kitab tafsir Alquran pertama di Nusantara yang ditulis dalam bahasa Jawa namun beraksara Arab.


KH Sholeh Darat kemudian menjadikan kitab itu sebagai hadiah pernikahan RA Kartini dengan Bupati Rembang RM Joyodiningrat. KH Sholeh Darat mengutus Kiai Ma'sum untuk mengantarkan kitab tersebut sepekan sebelum pernikahan Kartini.

Guru dan siswa di depan kelas di sebuah sekolah di Bawalia, Nias Timur (1910) Sumber : KITLV

 Guru dan siswa di depan kelas di sebuah sekolah di Bawalia, Nias Timur (1910)



Sumber : KITLV

Dipersatukan Dinasti Silla, Mengapa Korea Utara dan Selatan Terpecah? ________________________________________________ Dalam sejarah dunia, Korea Utara dan Selatan pertama kali disatukan oleh Dinasti Silla pada abad ketujuh M. Di bawah pemerintahan Dinasti Joseon (1392–1910), keduanya berbagi bahasa dan budaya penting yang sama. Namun selama enam dekade terakhir dan lebih, Korea terpecah menjadi zona demiliterisasi yang dibentengi (DMZ). Perpecahan tersebut terjadi ketika Jepang runtuh pada akhir Perang Dunia II. Amerika Serikat serta Uni Soviet dengan cepat membagi wilayah yang tersisa. Korea setelah Perang Dunia II Kisah ini dimulai dengan penaklukan Jepang atas Korea pada akhir abad ke-19. Jepang secara resmi mencaplok Semenanjung Korea pada tahun 1910. Kekaisaran Jepang memerintah Korea lewat kaisar boneka sejak kemenangannya pada Perang Tiongkok-Jepang Pertama pada tahun 1895. Jadi, dari tahun 1910 hingga 1945, Korea adalah koloni Jepang. Ketika Perang Dunia II hampir berakhir tahun 1945, Sekutu merasa harus mengambil alih administrasi wilayah pendudukan Jepang, termasuk Korea. Hal ini dilakukan hingga pemilu dapat diselenggarakan dan pemerintahan lokal dapat dibentuk. Pemerintah Amerika Serikat menyadari bahwa mereka akan memerintah Filipina dan juga Jepang. “Karena itu, mereka enggan mengambil alih perwalian Korea,” tulis Kallie Szczepanski di laman Thoughtco. Sayangnya, Korea bukanlah prioritas utama bagi Amerika Serikat. Sebaliknya, Soviet sangat bersedia untuk turun tangan dan mengambil alih wilayah yang telah dilepaskan oleh pemerintah Tsar setelah Perang Rusia-Jepang (1904–05). Pada tanggal 6 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima, Jepang. 2 hari kemudian, Uni Soviet menyatakan perang terhadap Jepang dan menginvasi Manchuria. Pasukan amfibi Soviet juga mendarat di tiga titik di sepanjang pantai utara Korea. Pada 15 Agustus, setelah pemboman atom di Nagasaki, Kaisar Hirohito mengumumkan penyerahan Jepang, mengakhiri Perang Dunia II. Amerika Serikat membagi Korea menjadi dua wilayah Pejabat Amerika Serikut Dean Rusk dan Charles Bonesteel diberi tugas untuk menggambarkan zona pendudukan mereka di Asia Timur. Hal ini terjadi hanya 5 hari sebelum Jepang menyerah. Tanpa berkonsultasi dengan masyarakat Korea mana pun, mereka sewenang-wenang memutuskan untuk membagi Korea menjadi dua bagian sepanjang garis lintang ke-38. Mereka memastikan bahwa ibu kota Seoul—kota terbesar di semenanjung—berada di wilayah Amerika Serikat. Pilihan Rusk dan Bonesteel diabadikan dalam Perintah Umum No. 1, pedoman Amerika untuk memerintah Jepang setelah perang. Pasukan Jepang di Korea utara menyerah kepada Soviet, sedangkan pasukan di Korea selatan menyerah kepada Amerika Serikat. Partai politik Korea Selatan dengan cepat membentuk dan mengajukan kandidat mereka serta berencana membentuk pemerintahan di Seoul. Administrator perwalian dari Amerika Serikat dan Uni Soviet seharusnya mengatur pemilihan umum nasional untuk menyatukan kembali Korea tahun 1948. “Namun tidak ada pihak yang mempercayai satu sama lain,” tambah Szczepanski. Amerika Serikat ingin seluruh semenanjung menjadi negara demokratis dan kapitalis. Sedangkan Uni Soviet ingin seluruh semenanjung menjadi komunis. Dampak Paralel ke-38 Di akhir perang, masyarakat Korea bersatu dalam kegembiraan dan harapan bahwa mereka akan menjadi negara yang merdeka. Pembentukan perpecahan—yang dilakukan tanpa masukan, apalagi persetujuan mereka—akhirnya memupus harapan tersebut. Selain itu, lokasi Paralel ke-38 berada di tempat yang buruk sehingga melumpuhkan perekonomian kedua belah pihak. Sebagian besar sumber daya industri berat dan listrik terkonsentrasi di utara jalur tersebut. Dan sebagian besar sumber daya industri ringan dan pertanian berada di selatan. Baik Utara maupun Selatan harus pulih, namun mereka akan melakukannya dalam struktur politik yang berbeda. Pada akhir Perang Dunia II, Amerika Serikat menunjuk pemimpin anti-komunis Syngman Rhee untuk memerintah Korea Selatan. Korea Selatan mendeklarasikan dirinya sebagai sebuah negara pada bulan Mei 1948. Rhee secara resmi dilantik sebagai presiden pertama pada bulan Agustus. Ia segera mulai melancarkan perang tingkat rendah melawan komunis dan kelompok sayap kiri lainnya di selatan Paralel ke-38. Sementara itu, di Korea Utara, Uni Soviet menunjuk Kim Il-sung sebagai pemimpin baru di zona pendudukan mereka. Ia pernah bertugas sebagai mayor di Tentara Merah Soviet selama perang. Ia resmi menjabat pada 9 September 1948. Kim mulai meredam oposisi politik, khususnya dari kaum kapitalis, dan juga mulai membangun kultus terhadap kepribadiannya. Pada tahun 1949, patung Kim Il-sung bermunculan di seluruh Korea Utara. Sang pemimpin baru itu menjuluki dirinya sebagai "Pemimpin Besar". Perang Korea dan Perang Dingin Pada tahun 1950, Kim Il-sung memutuskan untuk mencoba menyatukan kembali Korea di bawah pemerintahan komunis. Dia melancarkan invasi ke Korea Selatan, yang berubah menjadi Perang Korea selama 3 tahun. Korea Selatan melawan Korea Utara, didukung oleh PBB dan diawaki oleh pasukan dari Amerika Serikat. Konflik tersebut berlangsung dari Juni 1950 hingga Juli 1953 dan menewaskan lebih dari 3 juta warga Korea, PBB, dan pasukan Tiongkok. Sebuah gencatan senjata ditandatangani di Panmunjom pada tanggal 27 Juli 1953. Kesepakatan itu memutuskan jika kedua negara berakhir kembali ke awal, terbagi di sepanjang garis Paralel ke-38. Salah satu hasil dari Perang Korea adalah pembentukan Zona Demiliterisasi (DMZ) di Paralel ke-38. Dialiri listrik dan terus-menerus dipelihara oleh penjaga bersenjata, jalur ini menjadi hambatan yang hampir mustahil antara kedua negara. Ratusan ribu orang mengungsi ke wilayah utara sebelum adanya DMZ. Namun setelah itu, arus pengungsi hanya berjumlah empat atau lima orang per tahun. Jumlah tersebut terbatas pada kelompok elite yang dapat terbang melintasi DMZ atau membelot saat berada di luar negeri. Selama Perang Dingin, negara-negara terus berkembang ke arah yang berbeda. Pada tahun 1964, Partai Pekerja Korea memegang kendali penuh atas Korea Utara. Para petani dikolektivisasi menjadi kesatuan dan semua perusahaan komersial dan industri dinasionalisasi. Sedangkan Korea Selatan tetap berkomitmen pada cita-cita libertarian dan demokrasi, dengan sikap anti-komunis yang kuat. Perbedaan semakin melebar Pada tahun 1989, blok Komunis tiba-tiba runtuh dan Uni Soviet bubar pada tahun 2001. Korea Utara kehilangan dukungan ekonomi dan pemerintahan utamanya. Republik Rakyat Korea mengganti fondasi komunisnya dengan negara sosialis Juche, yang berfokus pada kultus kepribadian keluarga Kim. Dari tahun 1994 hingga 1998, kelaparan hebat melanda Korea Utara. Meskipun ada upaya bantuan pangan dari Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Tiongkok, Korea Utara menderita sedikitnya 300.000 korban jiwa, meskipun perkiraannya sangat bervariasi. Pada tahun 2002, Produk Domestik Bruto per kapita di Selatan diperkirakan 12 kali lipat dari Utara; pada tahun 2009. Sebuah penelitian menemukan bahwa anak-anak prasekolah di Korea Utara lebih kecil dan berat badannya lebih ringan dibandingkan di Korea Selatan. Kekurangan energi di Korea Utara menyebabkan berkembangnya tenaga nuklir, yang membuka pintu bagi pengembangan persenjataan nuklir. Bahasa yang digunakan oleh orang Korea juga telah berubah, dengan masing-masing pihak meminjam terminologi dari bahasa Inggris dan Rusia. Perjanjian bersejarah kedua negara untuk memelihara kamus bahasa nasional ditandatangani pada tahun 2004. Efek jangka panjang Oleh karena itu, keputusan terburu-buru yang dibuat di hari-hari terakhir Perang Dunia II menciptakan dua negara tetangga yang bertikai secara permanen. Negara-negara tetangga ini semakin terpisah satu sama lain, baik secara ekonomi, sosial, bahasa, dan yang terpenting secara ideologis. Lebih dari 60 tahun dan jutaan nyawa setelahnya, perpecahan yang tidak disengaja antara Korea Utara dan Selatan terus menghantui dunia. Dan garis Paralel ke-38 tetap menjadi perbatasan paling tegang di dunia.

 Dipersatukan Dinasti Silla, Mengapa Korea Utara dan Selatan Terpecah?

________________________________________________


Dalam sejarah dunia, Korea Utara dan Selatan pertama kali disatukan oleh Dinasti Silla pada abad ketujuh M. Di bawah pemerintahan Dinasti Joseon (1392–1910), keduanya berbagi bahasa dan budaya penting yang sama. Namun selama enam dekade terakhir dan lebih, Korea terpecah menjadi zona demiliterisasi yang dibentengi (DMZ).


Perpecahan tersebut terjadi ketika Jepang runtuh pada akhir Perang Dunia II. Amerika Serikat serta Uni Soviet dengan cepat membagi wilayah yang tersisa.


Korea setelah Perang Dunia II


Kisah ini dimulai dengan penaklukan Jepang atas Korea pada akhir abad ke-19. Jepang secara resmi mencaplok Semenanjung Korea pada tahun 1910. Kekaisaran Jepang memerintah Korea lewat kaisar boneka sejak kemenangannya pada Perang Tiongkok-Jepang Pertama pada tahun 1895. Jadi, dari tahun 1910 hingga 1945, Korea adalah koloni Jepang.



Ketika Perang Dunia II hampir berakhir tahun 1945, Sekutu merasa harus mengambil alih administrasi wilayah pendudukan Jepang, termasuk Korea. Hal ini dilakukan hingga pemilu dapat diselenggarakan dan pemerintahan lokal dapat dibentuk.


Pemerintah Amerika Serikat menyadari bahwa mereka akan memerintah Filipina dan juga Jepang. “Karena itu, mereka enggan mengambil alih perwalian Korea,” tulis Kallie Szczepanski di laman Thoughtco. Sayangnya, Korea bukanlah prioritas utama bagi Amerika Serikat. Sebaliknya, Soviet sangat bersedia untuk turun tangan dan mengambil alih wilayah yang telah dilepaskan oleh pemerintah Tsar setelah Perang Rusia-Jepang (1904–05).


Pada tanggal 6 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima, Jepang. 2 hari kemudian, Uni Soviet menyatakan perang terhadap Jepang dan menginvasi Manchuria. Pasukan amfibi Soviet juga mendarat di tiga titik di sepanjang pantai utara Korea. Pada 15 Agustus, setelah pemboman atom di Nagasaki, Kaisar Hirohito mengumumkan penyerahan Jepang, mengakhiri Perang Dunia II.


Amerika Serikat membagi Korea menjadi dua wilayah


Pejabat Amerika Serikut Dean Rusk dan Charles Bonesteel diberi tugas untuk menggambarkan zona pendudukan mereka di Asia Timur. Hal ini terjadi hanya 5 hari sebelum Jepang menyerah. Tanpa berkonsultasi dengan masyarakat Korea mana pun, mereka sewenang-wenang memutuskan untuk membagi Korea menjadi dua bagian sepanjang garis lintang ke-38. Mereka memastikan bahwa ibu kota Seoul—kota terbesar di semenanjung—berada di wilayah Amerika Serikat. Pilihan Rusk dan Bonesteel diabadikan dalam Perintah Umum No. 1, pedoman Amerika untuk memerintah Jepang setelah perang.


Pasukan Jepang di Korea utara menyerah kepada Soviet, sedangkan pasukan di Korea selatan menyerah kepada Amerika Serikat. Partai politik Korea Selatan dengan cepat membentuk dan mengajukan kandidat mereka serta berencana membentuk pemerintahan di Seoul.


Administrator perwalian dari Amerika Serikat dan Uni Soviet seharusnya mengatur pemilihan umum nasional untuk menyatukan kembali Korea tahun 1948.


“Namun tidak ada pihak yang mempercayai satu sama lain,” tambah Szczepanski. Amerika Serikat ingin seluruh semenanjung menjadi negara demokratis dan kapitalis. Sedangkan Uni Soviet ingin seluruh semenanjung menjadi komunis.


Dampak Paralel ke-38


Di akhir perang, masyarakat Korea bersatu dalam kegembiraan dan harapan bahwa mereka akan menjadi negara yang merdeka. Pembentukan perpecahan—yang dilakukan tanpa masukan, apalagi persetujuan mereka—akhirnya memupus harapan tersebut.


Selain itu, lokasi Paralel ke-38 berada di tempat yang buruk sehingga melumpuhkan perekonomian kedua belah pihak. Sebagian besar sumber daya industri berat dan listrik terkonsentrasi di utara jalur tersebut. Dan sebagian besar sumber daya industri ringan dan pertanian berada di selatan. Baik Utara maupun Selatan harus pulih, namun mereka akan melakukannya dalam struktur politik yang berbeda.


Pada akhir Perang Dunia II, Amerika Serikat menunjuk pemimpin anti-komunis Syngman Rhee untuk memerintah Korea Selatan. Korea Selatan mendeklarasikan dirinya sebagai sebuah negara pada bulan Mei 1948.


Rhee secara resmi dilantik sebagai presiden pertama pada bulan Agustus. Ia segera mulai melancarkan perang tingkat rendah melawan komunis dan kelompok sayap kiri lainnya di selatan Paralel ke-38.


Sementara itu, di Korea Utara, Uni Soviet menunjuk Kim Il-sung sebagai pemimpin baru di zona pendudukan mereka. Ia pernah bertugas sebagai mayor di Tentara Merah Soviet selama perang. Ia resmi menjabat pada 9 September 1948.


Kim mulai meredam oposisi politik, khususnya dari kaum kapitalis, dan juga mulai membangun kultus terhadap kepribadiannya. Pada tahun 1949, patung Kim Il-sung bermunculan di seluruh Korea Utara. Sang pemimpin baru itu menjuluki dirinya sebagai "Pemimpin Besar".


Perang Korea dan Perang Dingin


Pada tahun 1950, Kim Il-sung memutuskan untuk mencoba menyatukan kembali Korea di bawah pemerintahan komunis. Dia melancarkan invasi ke Korea Selatan, yang berubah menjadi Perang Korea selama 3 tahun.


Korea Selatan melawan Korea Utara, didukung oleh PBB dan diawaki oleh pasukan dari Amerika Serikat. Konflik tersebut berlangsung dari Juni 1950 hingga Juli 1953 dan menewaskan lebih dari 3 juta warga Korea, PBB, dan pasukan Tiongkok. Sebuah gencatan senjata ditandatangani di Panmunjom pada tanggal 27 Juli 1953. Kesepakatan itu memutuskan jika kedua negara berakhir kembali ke awal, terbagi di sepanjang garis Paralel ke-38.


Salah satu hasil dari Perang Korea adalah pembentukan Zona Demiliterisasi (DMZ) di Paralel ke-38. Dialiri listrik dan terus-menerus dipelihara oleh penjaga bersenjata, jalur ini menjadi hambatan yang hampir mustahil antara kedua negara. Ratusan ribu orang mengungsi ke wilayah utara sebelum adanya DMZ.


Namun setelah itu, arus pengungsi hanya berjumlah empat atau lima orang per tahun. Jumlah tersebut terbatas pada kelompok elite yang dapat terbang melintasi DMZ atau membelot saat berada di luar negeri.


Selama Perang Dingin, negara-negara terus berkembang ke arah yang berbeda. Pada tahun 1964, Partai Pekerja Korea memegang kendali penuh atas Korea Utara. Para petani dikolektivisasi menjadi kesatuan dan semua perusahaan komersial dan industri dinasionalisasi. Sedangkan Korea Selatan tetap berkomitmen pada cita-cita libertarian dan demokrasi, dengan sikap anti-komunis yang kuat.


Perbedaan semakin melebar


Pada tahun 1989, blok Komunis tiba-tiba runtuh dan Uni Soviet bubar pada tahun 2001. Korea Utara kehilangan dukungan ekonomi dan pemerintahan utamanya. Republik Rakyat Korea mengganti fondasi komunisnya dengan negara sosialis Juche, yang berfokus pada kultus kepribadian keluarga Kim.


Dari tahun 1994 hingga 1998, kelaparan hebat melanda Korea Utara. Meskipun ada upaya bantuan pangan dari Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Tiongkok, Korea Utara menderita sedikitnya 300.000 korban jiwa, meskipun perkiraannya sangat bervariasi.


Pada tahun 2002, Produk Domestik Bruto per kapita di Selatan diperkirakan 12 kali lipat dari Utara; pada tahun 2009. Sebuah penelitian menemukan bahwa anak-anak prasekolah di Korea Utara lebih kecil dan berat badannya lebih ringan dibandingkan di Korea Selatan.


Kekurangan energi di Korea Utara menyebabkan berkembangnya tenaga nuklir, yang membuka pintu bagi pengembangan persenjataan nuklir.


Bahasa yang digunakan oleh orang Korea juga telah berubah, dengan masing-masing pihak meminjam terminologi dari bahasa Inggris dan Rusia. Perjanjian bersejarah kedua negara untuk memelihara kamus bahasa nasional ditandatangani pada tahun 2004.


Efek jangka panjang


Oleh karena itu, keputusan terburu-buru yang dibuat di hari-hari terakhir Perang Dunia II menciptakan dua negara tetangga yang bertikai secara permanen. Negara-negara tetangga ini semakin terpisah satu sama lain, baik secara ekonomi, sosial, bahasa, dan yang terpenting secara ideologis.


Lebih dari 60 tahun dan jutaan nyawa setelahnya, perpecahan yang tidak disengaja antara Korea Utara dan Selatan terus menghantui dunia. Dan garis Paralel ke-38 tetap menjadi perbatasan paling tegang di dunia.