10 February 2024

Pangeran Joyokusumo I

 Pangeran Joyokusumo I

( Pangeran Ngabehi Ngabdulrahman/ Bendoro Pangeran Haryo (BPH) Joyokusumo/ Gusti Bei/Bendoro Pangeran Hangabehi )


Lahir : Keraton Yogyakarta, 1787/ 

Paman Pangeran Diponegoro.

Ahli Strategi Perang Diponegoro : 1825 - 1829 M

Orang Tua : ♂Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono II/ Raden Mas Sundoro, ♀ Bendoro Mas Ayu Sumarsonowati.

Saudara : ♂Bendoro Ayu Tomoprawiro.

Anak : ♂️R.Ngabehi Joyokusumo II, ♂️Raden Ngabehi Atmokusumo.

Wafat : Imogiri, Bantul, Yogyakarta 30 September 1829 M

Makam : 537C+J8R, Sengir, Kalirejo, Kec. Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta 55653.


Keterangan : 


Pangeran Jokowkusumo I (O Jawa: Jayakusuma I) (sekitar 1787–1829) adalah putra dari pasangan Sultan Hamengkubuwono II dan Mas Ayu Sumarsonowati. Pada masa Perang Diponegoro, Joyokusumo I berpihak pada Diponegoro dan berganti nama menjadi Pangeran Ngabehi Ngabdulrahman. Pada 21 September 1829, Joyokusumo I dan dua putranya, Joyokusumo II dan Atmokusumo terpojok di Gunung Kelir, Kulonprogo dan tewas di tangan serdadu pribumi Belanda (hulptroepoen) asal Manado, Ternate dan Madura pimpinan Cokrojoyo. Jenazahnya kemudian dikirim ke Jenderal De Kock di Magelang. Kepalanya dikebumikan di Banyusumurup dan tubuhnya dikebumikan di Sengir.


Menurut silsilah Keraton ia bergelar Bendoro Haryo Joyokusumo I putra Sultan Hamengkubuwono II yang no 30 lahir dari garwo ampeyan (selir) Bendoro Mas ayu Sumarsonowati.setelah bergabung dengan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah bergelar menjadi Pangeran Hangabei dan lebih populer di sebut Pangeran Bei.Jadi menurut silsilah beliau adalah Paman P Diponegoro.


Peranan PANGERAN JOYOKUSUMO.


Dalam perjuangan menentang penjajah Belanda Pangeran Joyokusumo menjabat sebagai panglima besar merangkap pimpinan siasat perang dan Penasehat bidang Kemiliteran baik bagi Pangeran Diponegoro atau Markas Besar,pasukan yang berada dibawah komandonya terdiri dari prajurit terpilih yang terkenal ulet tahan uji berani dan disegani oleh Belanda.


Kepimimpinan Pangeran Joyokusumo semakin menonjol setelah perang Gawok Surakarta,dalam menghadapi perang dengan jumlah musuh yang lebih banyak maka Pangeran Joyokusumo menganjurkan agar menghindari perang besar besaran secara terbuka,sebaliknya Kyai Mojo mendesak Pangeran Diponegoro agar musuh dilawan dengan mati matian.Benar saja ketika pertempuran berkobar tgl.15 Oktober 1826 Pangeran Diponegoro mengalami kekalahan besar bahkan menderita luka berat, karena musibah itu Pangeran Diponegoro menyerahkan kepemimpinan kepada Pangeran Joyokusumo.


Ketika Belanda berhasil mendirikan benteng di Bellga yang terletak di tepi Kali Progo secara beruntun Pangeran Joyokusumo melancarkan serangan terhadap musuh,saat menghadapi lawan yang jelas sangat lebih kuat Pangeran Joyokusumo terus menerus menasehati Panglimanya Alibasa Sentot Prawirodirdjo agar jangan berhubungan dengan Belanda terlebih mengadakan kompromi dan jangan mau menerima hadiah apapun dari Belanda.


Gugurnya Pangeran Joyokusumo


Lama kelamaan Belanda mengetahui bahwa yang menjadi pendorong utama dalam perang Pangeran Diponegoro adalah Pangeran Joyokusumo,berhubung Panglima besar itu sulit didekati dan diajak kompromi maka Jendral Hendric Marcus Van De Kock memerintahkan anak buahnya untuk melenyapkan Pangeran Joyokusumo sejalan dengan itu Belanda giat mendirikan benteng benteng baru di Bantul,Kemijing.


Demikian pula untuk mempersempit gerak dan ruang lingkup daerah kekuasaan Pangeran Joyokusumo Belanda menggeser pos pos pertahanan yang ada di Kalibawang dimajukan lagi sampai Daerah Wates.Untuk menggagalkan taktik pengurungan itu Pangeran Diponegoro menugaskan Alibasa Sentot Prawirodirjo mempergiat gerakanya di sekitar Pengasih, sedang Pangeran Joyokusumo ditugaskan mengadakan pergerakan di daerah Yogyakarta Selatan dan Pangeran Diponegoro sendiri bergerak secara berpindah pindah.



Pangeran Joyokusumo bermarkas di Deaa Geger Gunung Sewu, pada tanggal 17 juli 1829 pasukan Belanda yang kuat dibawah pimpinan Kolonel Cochius Overste Sollewijn dan Mayor Cox de Splenger menyerbu ke Desa Geger waktu itu kondisi Pangeran Joyokusumo sedang luka parah dan menyerahkan pimpinan kekuasaan gerilya kepada Raden Joyonegoro dan dalam pertempuran di Desa Geger Raden Joyonegoro gugur dalam medan perang.


Setelah kembali pulih dari luka Pangeran Joyokusumo kembali bergabung dengan Pangeran Diponegoro dan bergerak disekitar Kali Bogowonto dan Kali Progo.


Dalam suatu pertempuran sengit di daerah Kokap Pangeran Joyokusumo terkepung musuh yang jumlahnya sangat banyak.


Sementara itu Rekso Diwiryo yang tergabung dalam pasukan Belanda berhasil menewaskan Pangeran Joyokusumo dan dua orang putranya yaitu Raden Mas Joyokusumo dan Raden Mas Atmokusumo peristiwa itu terjadi pada tanggal 21 September 1829.


Kemudian Mustaka (Kepala) P Joyokusumo dipenggal dan tubuhnya secara sadis dihancurkan.Mustaka yang telah terpenggal lalu ditusuk dengan tombak dan diarak beramai ramai maksutnya selain sebagai pemuas dendam dikalangan penjajah dan antek anteknya juga untuk menakuti rakyat agar mereka menghentikan perlawanan terhadap Belanda.


Makam KGPH.JOYOKUSUMO


Mustaka yang telah terpenggal kemudian dibawa oleh Reksodiwiryo ke Markas Belanda yang berkedudukan di Magelang dan diserahkan langsung kepada Jendral Marcus Van De kock,karena Rekso diwiryo dianggap berjasa telah membunuh Pangeran Joyokusumo maka oleh Pemerintah Belanda ia langsung diangkat menjadi Bupati Purworejo dengan gelar Tumenggung Cokrojoyo yang kemudian berganti nama menjadi Tumenggung Cokronegoro.


Oleh Jendral van de Kock mustaka Pangeran Joyokusumo kemudian diserahkan ke Kraton Yogyakarta,dari Kraton Yogyakarta setelah Mustaka dimasukan kedalam peti kemudian di bawa ke Makam Banyu sumurup.


Adapun tubuh Pangeran Joyokusumo yang telah rusak oleh Soewirono di Makamkan diatas Bukit ndepok yang terletak di Dusun Sengir Desa Kalirejo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta,sejak itu Soewirono menjadi juru kuncinya turun temurun kepada anak cicitnya sampai sekarang.


Makam Mustaka Pangeran Joyokusumo yang terdapat di Banyusumurup nampak bersih dan terawat karena perawatanya menjadi tanggung jawab Kraton Yogyakarta jalan menuju tempat tersebut pun mudah dicapai kira2 2Km disebelah Tenggara Makam Imogiri,namun lain halnya Kondisi Makam yang berada di Dusun Sengir.


Disamping Makam Tubuh Pangeran Joyokusumo terdapat pula makam kedua Putranya yaitu Raden Mas Joyokusumo dan Raden Mas Atmokusumo,semula jirat makam tersebut terbuat dari kayu Jati dalam keadaan terbuka dibawah naungan Pohon Kamboja dan Pohon Nagasari.


Pada tahun 1932 oleh seorang keturunan Pangeran Joyokusumo yang menjabat  menjadi Asisten Wedana di Bagelen ketiga Makam itu dibuatkan cungkup yang saat ini sudah diganti oleh masyarakat sekitaran Makam namun cungkup tersebut masih ada keberadaanya dan diletakkan di emperan samping Makam Pangeran Joyokusumo.

No comments:

Post a Comment