05 February 2024

Mari kita mengenal salah satu tokoh Pahlawan dan ulama termana yang berasal dari Tanjung Balai Sumatera Utara bernama Syekh Islmail Abdul Wahab. Belai lahir di kampung Kombilik Bagan Asahan Tanjung Balai Asahan pada tahun 1903. Putra dari Haji Abdul Wahab berasal dari Huta Imbaru Padang Lawas Tapanuli Selatan bermarga Harahap. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di kampungnya, lanjut ke Sekolah Pendidikan Agama Islam dengan gurunya yang terkenal di Asahan bernama Syeh Hasyim Tua. Tamat dari PGA dilanjutkan dengan menunaikan ibadah Haji ke Mekah pada tahun 1926 dan memutuskan menetap di Mekah. Dari Mekah mendapat kesempatan masuk Universitas Al Azhar Kairo pada tahun 1930. Ia mendapat gelar Syahadah Alamiyah, Syahadah, dan Kulliyah Syariyah dan belajar pada bagian Takhassu selama 2 tahun. Pernah menjadi Ketua Jamiatul Khsuriah Salam 3 tahun sewaktu masih jadi mahasiswa di Kairo. Juga terpilih sebagai Ketua Persatuan Indonesia-Malaya. Dan semasa pimpinannya terbentuklah Persatuan Pelajar Indonesia Malaya yang terkenal sampai ke tanah air dan Malaysia dengan singkatan PERPINDOM. Beliau juga sering menulis dari Kairo untuk majalah terbitan di Medan seperti di majalah Dewan Islam, Medan Islam dengan nama samaran Tampiran. Tepat pada 28 Oktber 1928, kembali ke Tanjung Balai dan mengumpulkan teman-temannya untuk membentuk kelompok perjuangan Kemerdekaan Indonesia dan pendidikan. Memaskuki awal tahun 1939, bersama-sama dengan para tokoh pergerakan dan pendidikan agama Islam di Asahan mendirikan Perguruan Agama Islam yang diberi nama Gubahan Islam, yang dulu terletak di jalan Jendral Sudirman Tanjung Balai. Di masa itu beliau pernah menyusun sebuah buku Usulludidin (Tauhid) yang berjudul “Burhanulma’rifah”. Tahun 1940, perguruan Gubahan Islam yang dipimpinnya ditutup pemerintah Belanda dengan tuduhan berbau Politik. Setelah kemerdekaan RI Dibentuk Komite Nasional Indonesia dan Syeh Hadji Ismail Abdul Wahab sebagai ketua umum yang pertama. Semasa perjuangan, beliau masih sempat menerbitkan majalah Islam Merdeka kemudian diganti dengan nama Jiwa Merdeka. Pada tahun 1946 Beliau diangkat sebagai Kepala Baitalmal Jawatan Agama Provinsi Sumatera Utara yang berkedudukan di Pematang Siantar, Pada tanggal 30 Juli 1947, dalam Agresi I, Belanda menduduki Tanjung Balai. Syekh Ismail Abdul Wahab dipandang berbahaya dan harus ditangkap. Karena fatwa-fatwanya yang dinilai Belanda sangat berbisa. Fatwa yang berisi pesan perjuangan dalam usaha mengobarkan dan menggelorakan semangat juang rakyat umumnya dan pemuda khususnya. Pada tanggal 10 Agustus 1947, Syekh Ismail memasuki kota Tanjung Balai yang telah dikuasai Belanda. Kedatangannya tercium pasukan Belanda, kemudian beliau ditangkap dan dibawa ke markas Belanda untuk diinterogasi. Ia diminta untuk mencabut fatwa-fatwanya yang diucapkan semasa menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia, Asahan. Secara tegas ia menolak. Setelah 3 hari diinterogasi, Syekh Ismail dipindahkan ke Penjara Pulo Simardan Asahan. Pada tanggal 24-8-1947, beliau bersama 3 orang pejuang lainnya gugur di depan regu tembak . Mereka adalah Sayuti, Sanusi dan Abdul Wahid. Pada hari itu bergelimpanganlah jasad para syuhada di kompleks penjara Pulo Simardan, Asahan Sumatera Utara. Saat eksekusi berlangsung, cuaca yang semula panas terik, tiba-tiba berubah hujan yang sangat deras tercurah dari langit, seakan memberi isyarat bahwa bukan hanya rakyat yang berkabung tetapi juga alam. Hujan yang dikirim Allah itu memberi kesejukan bagi mereka yang telah gugur. Ada tujuh butir peluru bersarang di tubuh Syekh Ismail Para pejuang yang ditahan dalam penjara diperintahkan untuk menggali kuburan bagi para pahlawan itu. Penguburan dilakukan Razali dan teman-teman seperjuangan lainnya. Pada 2 Januari 1955, makam Alm Syekh Islmail Abdul Wahab dipindahkan dari Kompeks Penjara Polo Simardan ke kompleks tanah wakaf keluarga alm. Musa Nasution dan istrinya yang juga gugur ditembak Belanda dalam pertempuran di Selat Lancang 5 Agustus 1947. Makam Syekh Ismail Abdul Wahab kini terletak di Jl RS Tanjung Balai Asahan. Makam ini telah dipugar oleh masyarakat. Sumber: Sinar Indonesia Baru, 20-06-1976, Koleksi Surat Kabar Langka-Perpustakaan Nasional Salemba (SKALA-Team) #tokoh #pahlawan #Ulama #TanjungBalai #Asahan

 Mari kita mengenal salah satu tokoh Pahlawan dan ulama termana yang berasal dari Tanjung Balai Sumatera Utara bernama Syekh Islmail Abdul Wahab.  Belai lahir di kampung Kombilik Bagan Asahan Tanjung Balai Asahan pada tahun 1903. Putra dari Haji Abdul Wahab berasal dari Huta Imbaru Padang Lawas Tapanuli Selatan bermarga Harahap.


Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di kampungnya, lanjut ke Sekolah Pendidikan Agama Islam  dengan gurunya yang terkenal di Asahan bernama Syeh Hasyim Tua. Tamat dari PGA dilanjutkan dengan menunaikan  ibadah Haji ke Mekah pada tahun 1926 dan memutuskan menetap di Mekah. Dari Mekah mendapat kesempatan masuk Universitas Al Azhar Kairo pada tahun 1930. Ia mendapat gelar Syahadah Alamiyah, Syahadah, dan Kulliyah Syariyah dan belajar pada bagian Takhassu selama 2 tahun.


Pernah menjadi Ketua Jamiatul Khsuriah Salam 3 tahun sewaktu masih jadi mahasiswa di Kairo. Juga terpilih sebagai Ketua Persatuan Indonesia-Malaya. Dan semasa pimpinannya terbentuklah Persatuan Pelajar Indonesia Malaya yang terkenal sampai ke tanah air dan Malaysia dengan singkatan PERPINDOM. Beliau juga sering menulis dari Kairo untuk majalah terbitan di Medan seperti di majalah Dewan Islam, Medan Islam dengan nama samaran Tampiran. 


Tepat pada 28 Oktber 1928, kembali ke Tanjung Balai dan mengumpulkan teman-temannya untuk membentuk kelompok perjuangan Kemerdekaan Indonesia dan pendidikan. Memaskuki awal tahun 1939, bersama-sama dengan para tokoh pergerakan dan pendidikan agama Islam di Asahan mendirikan Perguruan Agama Islam yang diberi nama Gubahan Islam,  yang dulu terletak di jalan Jendral Sudirman Tanjung Balai. Di masa itu beliau pernah menyusun sebuah buku Usulludidin (Tauhid) yang berjudul “Burhanulma’rifah”. Tahun 1940, perguruan Gubahan Islam yang dipimpinnya ditutup pemerintah Belanda dengan tuduhan berbau Politik.


Setelah kemerdekaan RI Dibentuk Komite Nasional Indonesia dan Syeh Hadji Ismail Abdul Wahab sebagai ketua umum yang pertama. Semasa perjuangan, beliau masih sempat menerbitkan majalah Islam Merdeka kemudian diganti dengan nama Jiwa Merdeka.


Pada tahun 1946 Beliau diangkat sebagai Kepala Baitalmal Jawatan Agama Provinsi Sumatera Utara  yang berkedudukan di Pematang Siantar,


Pada tanggal 30 Juli 1947, dalam Agresi I, Belanda menduduki Tanjung Balai. Syekh Ismail Abdul Wahab dipandang berbahaya dan harus ditangkap. Karena fatwa-fatwanya yang dinilai Belanda sangat berbisa. Fatwa yang  berisi pesan perjuangan dalam  usaha mengobarkan dan menggelorakan semangat juang rakyat umumnya dan pemuda khususnya.  


Pada tanggal 10 Agustus 1947, Syekh Ismail memasuki kota Tanjung Balai yang telah dikuasai Belanda.  Kedatangannya tercium pasukan Belanda, kemudian beliau ditangkap dan dibawa ke markas Belanda untuk diinterogasi. Ia diminta untuk mencabut fatwa-fatwanya yang diucapkan semasa menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia, Asahan. Secara tegas ia menolak. Setelah 3 hari diinterogasi, Syekh Ismail dipindahkan ke Penjara Pulo Simardan Asahan.  Pada tanggal 24-8-1947, beliau  bersama 3 orang pejuang lainnya gugur di depan regu tembak . Mereka adalah Sayuti, Sanusi dan Abdul Wahid. Pada hari itu bergelimpanganlah jasad para syuhada di kompleks penjara Pulo Simardan, Asahan Sumatera Utara.


Saat eksekusi berlangsung, cuaca yang semula panas terik, tiba-tiba berubah hujan yang sangat deras tercurah dari langit, seakan memberi isyarat bahwa bukan hanya rakyat yang berkabung tetapi juga alam. Hujan yang dikirim Allah itu memberi kesejukan bagi mereka yang telah gugur.  Ada tujuh butir peluru bersarang di tubuh Syekh Ismail


Para pejuang yang ditahan dalam penjara diperintahkan untuk menggali kuburan bagi para pahlawan itu. Penguburan dilakukan Razali dan teman-teman seperjuangan lainnya.


Pada 2 Januari 1955, makam Alm Syekh Islmail Abdul Wahab dipindahkan dari Kompeks Penjara Polo Simardan ke kompleks tanah wakaf keluarga alm. Musa Nasution dan istrinya yang juga gugur ditembak Belanda dalam pertempuran di Selat Lancang 5 Agustus 1947. Makam Syekh Ismail Abdul Wahab kini terletak di Jl RS Tanjung Balai Asahan. Makam ini telah dipugar oleh masyarakat.



Sumber: Sinar Indonesia Baru, 20-06-1976,  Koleksi Surat Kabar Langka-Perpustakaan Nasional Salemba (SKALA-Team)


#tokoh #pahlawan #Ulama #TanjungBalai #Asahan

No comments:

Post a Comment