25 July 2024

Sejarah Magelang ~ Jl. Soekarno-Hatta (Soka), 1986 & 2024 Dulu masih adem, sekarang katanya jadi titik bangjo terlama di Magelang 😁 📷 : Arsip Kota & Streetview

 Jl. Soekarno-Hatta (Soka), 1986 & 2024



Dulu masih adem, sekarang katanya jadi titik bangjo terlama di Magelang 😁


📷 : Arsip Kota & Streetview

Sumber/Penulis : Cahyono Edo Santosa

16 July 2024

Universitas Tidar Magelang, dulu & kini 📷 : Arsip Kota & Borobudur News (Ist.) Sumber/Penulis : Cahyono Edo Santosa

 Universitas Tidar Magelang, dulu & kini



📷 : Arsip Kota & Borobudur News (Ist.)

Sumber/Penulis : Cahyono Edo Santosa

Mari kita mengenang seorang tokoh penegak hukum yang tegas dan konsisten dalam menegakkan keadilan untuk kepentingan masyarakat banyak terutama rakyat kecil, bukan untuk segelintir orang. Beliau adalah Dr Baharuddin Lopa SH. Baharudin Lopa lahir di desa Pambusuang Balanipa Mandar, di sebelah utara kota Polewali tanggal 17 Agustus 1935. Ia memiliki warna kulit putih cerah dengan tinggi badan ideal menurut ukuran Indonesia. Keluarga Lopa termasuk keluarga terpandang di daerahnya. Keluarga yang sangat berkecukupannamun tidak materialistis. Kalau ada orang menyinggung soal kelebihannya, ia marah sekali. Semua orang sama, hanya dibedakan dari kadar taqwanya. Penduduk di kampungnya ada dua golongan besar: pelaut/nelayan/saudagar yang berniaga lewat laut dan kaum ulama/santri. Kampung itulah pusat ulama di daerah Mandar. Ia menyelesaikan pendidikan dasar di Tanambung dan Majene, lalu SMP dan SMA di Makassar. Ia mencapai gelar sarjana hukum di Universitas Hasanuddin tahun 1962. Gelar Doktor dari Universitas Diponegoro Semarang. Mulai memasuki karir sebagai jaksa tahun 1958 di Kejaksaaan Negeri Klas I Makassar. Tahun 1960, Kabupaten Mandar dipecah menjadi 3 kabupaten: Mamuju, Majene dan Polmas. Baharuddin Lopa lah bupati Majene pertama. Waktu itu ia baru berusia 25 tahun. Ketika beliau menjadi bupati terjadi pemberontakan dan penyelundupan senjata ke Tawao Malaysia yang dipimpin oleh Andi Selle. Sudah menjadi bagian dari sejarah di Sulawesi Selatan, bahwa Bupati muda ini mencoba melawan Andi Selle tidak berdasarkan kekuatan pada kekuasaan, namun kekuatan pada hukum dan mencoba dengan melakukan pendekatan pada AndiSelle untuk patuh pada hukum. Akibatnya Baharddin Lopa nyaris tewas oleh senjata Andi Selle. Mujur ia disangka inspektur polisi karena meminjam mobil polisi sehingga ia lolos. Ia memang terkenal berani melawan segala kezaliman. Ia kembali bekerja di Kejasaaan, ditempatkan di Kejakasaan Tinggi Maluku-Irian Jaya di Ambon. Tahun 1963 menjadi Kepala Kejaksaan Negeri Ternate. Tiga tahun kemudian menjadi Kajati Sulawesi Tenggara. Pada saat di Kendari beliau menvoba menangkap kepala kantor wilayah satu departeman karena tidak suka pada sosok oktum yang seringmemperlihatkan pemerkosaan terhadap hukum. Konon karena ketegasannya Lopa dipindahkan. Ketika dipindahkan menjadi Kajati Aceh tahun 1970 , ia menindak habis para cukong dan banyak menyelamatkan uang negara. Pada 18 Oktober 1982 selang 1 bulan setelah dilantik, Beliau dengan Opera Nopember Kajati Sulsel berhasil menelusuri berbagai kasus korupsi. Di bidang reboisasi (kehutanan) saja telah terungkap korupsi tidak kurang dari Rp. 7 milyar!. Sebagai seorang doktor dalam bidang ilmu hukum, Dr Baharuddin Lopa SH banyak membaca buku, terutama yang berkaitan dengan hukum. Buku-buku lain yang senang dibacanya adalah buku-buku yang bernafaskan agama yanglebih mendekatkan pembaca pada kebenaran dan keadilan. Sebagai muslim yang baik, beliau rutin rutin membaca Al Quran. Beliau juga sangat mengagumi Ihya Ulumuddin karya Al Ghazali. Banyak membaca buku telah banyak mempengaruhi dan membentuk prinsip hidupnya sehingga beliau menjadi kehidupan secara sederhana, jujur dan kerja keras. Ada satu moto yang tertulis pada lembaran pertama buku disserasinya. Motto itu juga tertanam dalam jiwanya selaku penegak hukum. Moto dalam bahasa Bugis itu berbunyi: “Pura tangkisi gulikku; Pura babbrak sumpekku; Kulebbirengi telling natowalie” Artinya: telah kupasang kemudiku. Sudah kekembangkan layarku, lebih baik aku tenggelam dari pada surut kembali ! Makna lainnya : Apabila ada sesuatu niat baik (menolong rakyat, menegakkan keadilan dan sebagainya) jangan dipikirkan panjang-panjang, niat itu harus diujudkan segera dengan sekuat tenaga dan jangan berhenti sebelum tercapai.” Beliau dipanggil yang Maha Kuasa pada 3 Juli 2001. Kita bangsa Indonesia sangat kehilangan sosoknya, dan masih berharap semoga ada lagi sosok-sosok penerus Baharuddin Lopa sebagai penegak hukum yang amanah di negara hukum berdasarkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sumber : Kompas, 17-04-1983. Koleksi Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI Salemba (Skala-team) #Tokoh #hukum #kejaksaan

 Mari kita mengenang seorang tokoh penegak hukum yang tegas dan konsisten dalam menegakkan keadilan untuk kepentingan masyarakat banyak terutama rakyat kecil, bukan untuk segelintir orang.  Beliau adalah Dr Baharuddin Lopa SH.



Baharudin Lopa lahir di desa Pambusuang Balanipa Mandar, di sebelah utara kota Polewali tanggal 17 Agustus 1935. Ia memiliki warna kulit putih cerah dengan  tinggi badan ideal menurut ukuran Indonesia.


Keluarga Lopa termasuk keluarga terpandang di daerahnya. Keluarga yang sangat berkecukupannamun tidak materialistis. Kalau ada orang menyinggung soal kelebihannya, ia marah sekali. Semua orang sama, hanya dibedakan dari kadar taqwanya. Penduduk di kampungnya ada dua golongan besar: pelaut/nelayan/saudagar yang berniaga lewat laut dan kaum ulama/santri. Kampung itulah pusat ulama di daerah Mandar.


Ia menyelesaikan pendidikan dasar di Tanambung dan Majene, lalu SMP dan SMA di Makassar. Ia mencapai gelar sarjana hukum di Universitas Hasanuddin tahun 1962. Gelar Doktor dari Universitas Diponegoro Semarang.

 

Mulai memasuki karir sebagai jaksa tahun 1958 di Kejaksaaan Negeri Klas I Makassar. Tahun 1960, Kabupaten Mandar dipecah menjadi 3 kabupaten: Mamuju, Majene dan Polmas. Baharuddin Lopa lah bupati Majene pertama. Waktu itu ia baru berusia 25 tahun. Ketika beliau menjadi bupati terjadi pemberontakan dan penyelundupan senjata ke Tawao Malaysia yang dipimpin oleh Andi Selle.  Sudah menjadi bagian dari sejarah di Sulawesi Selatan, bahwa Bupati muda ini mencoba melawan Andi Selle  tidak berdasarkan kekuatan pada kekuasaan, namun kekuatan pada hukum dan mencoba dengan melakukan pendekatan pada AndiSelle untuk patuh pada hukum. Akibatnya Baharddin Lopa nyaris tewas oleh senjata Andi Selle. Mujur ia disangka inspektur polisi karena meminjam mobil polisi sehingga ia lolos. Ia memang terkenal berani melawan segala kezaliman.

 

Ia kembali bekerja di Kejasaaan, ditempatkan  di Kejakasaan Tinggi Maluku-Irian Jaya di Ambon. Tahun 1963  menjadi Kepala Kejaksaan Negeri Ternate. Tiga tahun kemudian menjadi Kajati Sulawesi Tenggara. Pada saat di Kendari beliau menvoba menangkap kepala kantor wilayah satu departeman karena tidak suka pada sosok oktum yang seringmemperlihatkan pemerkosaan terhadap hukum. Konon karena ketegasannya Lopa dipindahkan. Ketika dipindahkan menjadi Kajati Aceh tahun 1970 , ia menindak habis para cukong dan banyak menyelamatkan uang negara.

 

Pada 18 Oktober 1982 selang 1 bulan setelah dilantik, Beliau  dengan Opera Nopember Kajati Sulsel berhasil menelusuri berbagai kasus korupsi. Di bidang reboisasi (kehutanan) saja telah terungkap korupsi tidak kurang dari Rp. 7 milyar!.

Sebagai seorang doktor dalam bidang ilmu hukum, Dr Baharuddin Lopa SH banyak membaca buku, terutama yang berkaitan dengan hukum. Buku-buku lain yang senang dibacanya adalah buku-buku yang bernafaskan agama yanglebih mendekatkan pembaca pada kebenaran dan keadilan. Sebagai muslim yang baik, beliau rutin rutin membaca Al Quran. Beliau juga sangat mengagumi Ihya Ulumuddin karya Al Ghazali. Banyak membaca buku telah banyak mempengaruhi  dan membentuk prinsip hidupnya sehingga beliau menjadi kehidupan secara sederhana, jujur dan kerja keras.


Ada satu moto yang tertulis pada lembaran pertama buku disserasinya. Motto itu juga tertanam dalam jiwanya selaku penegak hukum.

Moto dalam bahasa Bugis itu berbunyi: 

“Pura tangkisi gulikku; 

Pura babbrak sumpekku; 

Kulebbirengi telling natowalie”


Artinya: telah kupasang kemudiku. Sudah kekembangkan layarku, lebih baik aku tenggelam dari pada surut kembali !


Makna lainnya : Apabila ada sesuatu niat baik (menolong rakyat, menegakkan keadilan dan sebagainya) jangan dipikirkan panjang-panjang, niat itu harus diujudkan segera dengan sekuat tenaga dan jangan berhenti sebelum tercapai.”


Beliau dipanggil yang Maha Kuasa pada 3 Juli 2001. Kita bangsa Indonesia sangat kehilangan sosoknya, dan masih berharap  semoga ada lagi sosok-sosok penerus Baharuddin Lopa sebagai penegak hukum yang amanah di negara hukum berdasarkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 


Sumber : Kompas, 17-04-1983.  Koleksi Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI Salemba (Skala-team)


#Tokoh #hukum #kejaksaan

Sekarang menjadi Provinsi Papua Barat, Sebelumnya bernama Irian Barat kemudian Irian Jaya. Bagaimanakah sejarah belahan barat pulaui itu sering berganti nama? Dulu para penjajah menyebutkan Nieuw Guinea, karena Guinea yang pertama lebih dulu ditemukan pelayar Eropa yang terlatak di Afrika. Dahulu sebutan Papua mempunyai arti yang berbeda dan kurang disukai. Sejalan dengan perkembangan masyarakat pemakai bahasa tersebut, maka istilah yang dulu tidak begitu disukai mengalami perubahan di masa sekarang dan sekarang kata “Papua” kembali dipergunakan. Siapakah tokoh yang pernah mencetuskan kata “Irian”?. Orang yang menciptakan nama tersebut bernama Luk Wairata. Seorang ahli tatapraja yang tinggal di Ambon. Ia seorang pujangga (Sastrawan) yang pernah bekerja sebagai redaktur harian Gembira terbitan Dinas Penerangan Militer Teritorium VII di Ambon tahun 1950-an. Waktu itu terjadi penumpasan gerombolan Republik Maluku Selatan oleh TNI. Luk Wairata ini kelahiran desa Tihulale, Kairatu Pulau Seram. Ayahnya seorang petani di Seram. Ibunya berasal dari Pulau Nusaluat. Hidup mereka sederhana. Maka Luk hanya dikirim ke Sekolah Gubernermen kelas II (sekarang SD 6 tahun) di desa. Lalu dilanjutkan dengan kursus Onderwijs Bureau Republikein di Bandung. Dendam Luk kepada kaum penjajah sudah membara sejak masa kanak-kanak. Ketika salah seorang kakaknya menikah dan tinggal di Irian (Papua Barat Sekarang). Luk menyusul untuk ikut kakaknya di tahun 1929. Tak lama kemudian, Luk diterma dan bekerja di kantor Bestuurasistent di Kokas. Tekadnya hendak memperbaiki nasib dan mengusir penjajah yang sering menyakiti hatinya. Sepuluh tahun kemudian ia menjadi bestuur (pegawai kotapraja) di Distrik Nisamoeer. Sebelum Perang Dunia II ia dipindahkan Ke Holandia yang kemudian menjadi kota Jayapura. Waktu tentara Jepang menyerah ke pihak sekutu, pada 19 April 1944, Luk memberi nama Irian bagi Nieuw Guinea. Selama 17 tahun tinggal di Irian, ia turut pergerakan politik. Tahun 1945 ia ditangkap polisi militer atas perintah Gubernur Van Der Plas. Luk diperiksa dnegan tuduhan hendak menggulingkan pemerintahan Hindia Belanda dengan bukti telah mengubah nama Papua menjadi Irian. Nama itu sebenarnya diciptakan untuk Elisa, Kepala suku di Irian disebut Ondoapu di pulau Nafiri. Selain kepala suku, Elisa seorang pemimpin. Pulaunya terletak di gugusan kepulauan Teluk Hollandia. Elisa inilah yang membela Luk di muka pengadilan dan menyelamatkan dari regu tembak karena tuduhan mata-mata. Luk dibebaskan. Kemudian Luk meminta Elisa untuk menyebarkan nama baru itu di kalangan rakyatnya. Elisa seperti halnya Luk sendiri yakin pada suatu hari para penajah akan dapat diusir dari pulau itu dan pemerintahan dipegah oleh orang sebangsa. Luk dan Elisa lalu memperkenalkan nama baru Irian. Kata Irian tak terdapat dalam kamus suku manapun. Mereka mengukuhkan janji rahasia dengan saling meminum darah, sesuai dengan adat orang Maluku dan Irian dalam hal kesetiaan. Itulah sedikit kisah tentang nama Irian Jaya sebagai singkatan Ikutan Republik Indonesia Anti Nederland. Luk pensiun dair pemerintahan tahun 1967, masa pensiunnya ia manfaatkan utnuk menulis buku. Melanjutkan hobi masa mudanya sebagai penulis. Tahun 1941 ia pernah mengarang buku “Cinta dan Kewajiban” yang dicetak di Balai Pustaka. Yang menurut pengakuannya bukunya dijiplak oleh Nur Sutan Iskandar, tanpa pengalami perubahan sesuai naskah aslinya. Hanya beberapa suku kata di sana sini yang ditukar. Buku itu kemudian dijadikan film dengan judul “Segenggam Harapan” disutradarai oleh Wahab Abdi. Ia juga pernah membuat catatan harian sebanyak 8 jilid (1415 halaman) tulisan tangan. Sumber: Mutiara Edisi 339, 30 Jan-12 Feb 1985. Koleksi Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI Salemba (Skala-team) #tokoh #Irian #Papua #Maluku

 Sekarang menjadi Provinsi Papua Barat, Sebelumnya bernama Irian Barat kemudian Irian Jaya. Bagaimanakah sejarah belahan barat pulaui itu sering berganti nama?


Dulu para penjajah menyebutkan Nieuw Guinea, karena Guinea yang pertama lebih dulu ditemukan pelayar Eropa yang terlatak di Afrika. Dahulu sebutan Papua mempunyai arti yang berbeda dan kurang disukai. Sejalan dengan perkembangan masyarakat pemakai bahasa tersebut, maka istilah yang dulu tidak begitu disukai mengalami perubahan di masa sekarang dan sekarang kata “Papua” kembali dipergunakan.


Siapakah tokoh yang pernah mencetuskan kata “Irian”?. Orang yang menciptakan nama tersebut bernama Luk Wairata. Seorang ahli tatapraja yang tinggal di Ambon. Ia seorang pujangga (Sastrawan) yang pernah bekerja sebagai redaktur harian Gembira terbitan Dinas Penerangan Militer Teritorium VII di Ambon tahun 1950-an. Waktu itu terjadi penumpasan gerombolan Republik Maluku Selatan oleh TNI.


Luk Wairata ini kelahiran desa Tihulale, Kairatu Pulau Seram. Ayahnya seorang petani di Seram. Ibunya berasal dari Pulau Nusaluat. Hidup mereka sederhana. Maka Luk hanya dikirim ke Sekolah Gubernermen kelas II (sekarang SD 6 tahun) di desa. Lalu dilanjutkan dengan kursus Onderwijs Bureau Republikein di Bandung.



Dendam Luk kepada kaum penjajah sudah membara sejak masa kanak-kanak. Ketika salah seorang kakaknya menikah dan tinggal di Irian (Papua Barat Sekarang). Luk menyusul untuk ikut kakaknya di tahun 1929. Tak lama kemudian, Luk diterma dan bekerja di kantor Bestuurasistent di Kokas. Tekadnya hendak memperbaiki nasib dan mengusir penjajah yang sering menyakiti hatinya. 


Sepuluh tahun kemudian ia menjadi bestuur (pegawai kotapraja) di Distrik Nisamoeer. Sebelum Perang Dunia II ia dipindahkan Ke Holandia yang kemudian menjadi kota Jayapura. Waktu tentara Jepang menyerah ke pihak sekutu, pada 19 April 1944, Luk memberi nama Irian bagi Nieuw Guinea.


Selama 17 tahun tinggal di Irian, ia turut pergerakan politik. Tahun 1945 ia ditangkap polisi militer atas perintah Gubernur Van Der Plas. Luk diperiksa dnegan tuduhan hendak menggulingkan pemerintahan Hindia Belanda dengan bukti telah mengubah nama Papua menjadi Irian.  Nama itu sebenarnya diciptakan untuk Elisa, Kepala suku di Irian disebut Ondoapu di pulau Nafiri. Selain kepala suku, Elisa seorang pemimpin. Pulaunya terletak di gugusan kepulauan Teluk Hollandia. Elisa inilah yang membela Luk di muka pengadilan dan menyelamatkan dari regu tembak karena tuduhan mata-mata.  Luk dibebaskan. Kemudian Luk meminta Elisa untuk menyebarkan nama baru itu di kalangan rakyatnya. Elisa seperti halnya Luk sendiri yakin pada suatu hari para penajah akan dapat diusir dari pulau itu dan pemerintahan dipegah oleh orang sebangsa.


Luk dan Elisa lalu memperkenalkan nama baru Irian. Kata Irian tak terdapat dalam kamus suku manapun. Mereka mengukuhkan janji rahasia dengan saling meminum darah, sesuai dengan adat orang Maluku dan Irian dalam hal kesetiaan.


Itulah sedikit kisah tentang nama Irian Jaya sebagai singkatan Ikutan Republik Indonesia Anti Nederland.


Luk pensiun dair pemerintahan tahun 1967,  masa pensiunnya ia manfaatkan utnuk menulis buku. Melanjutkan hobi masa mudanya sebagai penulis. Tahun 1941 ia pernah mengarang buku “Cinta dan Kewajiban” yang dicetak di Balai Pustaka. Yang menurut pengakuannya bukunya dijiplak oleh Nur Sutan Iskandar, tanpa pengalami perubahan sesuai naskah aslinya. Hanya beberapa suku kata di sana sini yang ditukar. Buku itu kemudian dijadikan film dengan judul “Segenggam Harapan” disutradarai oleh Wahab Abdi. Ia juga pernah membuat catatan harian sebanyak 8 jilid (1415 halaman) tulisan tangan.


Sumber: Mutiara Edisi 339, 30 Jan-12 Feb 1985. Koleksi Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI Salemba (Skala-team)


#tokoh #Irian #Papua #Maluku

13 July 2024

Hayam Wuruk (lahir 1334, meninggal 1389) adalah maharaja keempat Majapahit yang memerintah tahun 1350–1389. Ia bergelar Maharaja Sri Rājasanagara. Di bawah pemerintahannya, Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Pada tahun 1351, Hayam Wuruk naik tahta dalam usia relatif muda, 17 tahun, menggantikan ibundanya, Tribhuwana Tunggadewi. Tribhuwana sebenarnya memerintah Majapahit "mewakili" ibunya Gayatri (Rajapatni), yang memilih menjalani hidup sebagai bhiksuni (pendeta wanita). Ketika Gayatri meninggal, Tribhuwana menyatakan tidak lagi berkuasa dan menyerahkan kekuasaan kepada Hayam Wuruk. #fypviralシ #nusantara #hayamwuruk #sejarahindonesia #sejarah #jawa #suro #legenda

 Hayam Wuruk (lahir 1334, meninggal 1389) adalah maharaja keempat Majapahit yang memerintah tahun 1350–1389. Ia bergelar Maharaja Sri Rājasanagara. Di bawah pemerintahannya, Majapahit mencapai puncak kejayaannya.



Pada tahun 1351, Hayam Wuruk naik tahta dalam usia relatif muda, 17 tahun, menggantikan ibundanya, Tribhuwana Tunggadewi. Tribhuwana sebenarnya memerintah Majapahit "mewakili" ibunya Gayatri (Rajapatni), yang memilih menjalani hidup sebagai bhiksuni (pendeta wanita). Ketika Gayatri meninggal, Tribhuwana menyatakan tidak lagi berkuasa dan menyerahkan kekuasaan kepada Hayam Wuruk.


 #fypviralシ #nusantara #hayamwuruk #sejarahindonesia #sejarah #jawa #suro #legenda

11 July 2024

Ribut Waidi, Pahlawan Timnas Indonesia saat Raih Medali Emas SEA Games 1987 Ribut Waidi (kanan) bersama pelatih timnas Indonesa, Bartje Matulapelwa (tengah) saat megalahkan Malaysia 1-0 di final SEA Games 1987. Dia menjadi pencetak gol tunggal kemenangan timnas Indonesia di babak final, ketika mengalahkan Malaysia 1-0. Gol itu dibukukannya ketika laga berlanjut ke babak tambahan, setelah kedua tim bermain tanpa gol di waktu normal. Gol tersebut dicetaknya lewat sebuah tembakan mendatar, setelah melewati bek Malaysia di menit ke-105. Hebatnya kemenangan timnas Indonesia dibukukan di kandang sendiri, Stadion Utama Gelora Senayan Jakarta.

 Ribut Waidi, Pahlawan Timnas Indonesia saat Raih Medali Emas SEA Games 1987



Ribut Waidi (kanan) bersama pelatih timnas Indonesa, Bartje Matulapelwa (tengah) saat megalahkan Malaysia 1-0 di final SEA Games 1987.

Dia menjadi pencetak gol tunggal kemenangan timnas Indonesia di babak final, ketika mengalahkan Malaysia 1-0.

Gol itu dibukukannya ketika laga berlanjut ke babak tambahan, setelah kedua tim bermain tanpa gol di waktu normal.

Gol tersebut dicetaknya lewat sebuah tembakan mendatar, setelah melewati bek Malaysia di menit ke-105.

Hebatnya kemenangan timnas Indonesia dibukukan di kandang sendiri, Stadion Utama Gelora Senayan Jakarta.

Sejarah Magelang - Pertigaan Jl. Telaga Warna-Jl. Abimanyu (Candi Nambangan), November 1986 Jaman belum ada perumahan Ketepeng & SD Gelangan, Jl. Abimanyu (arah Ngentak) masih kayak galêngan. Tapi sebagian besar kerabatku dimakamkan di Candi Nambangan, saudara² dari simbah garis turun dari ibu juga asli Nambangan. Jadi jalur ini sudah makanan sehari²😁😁😁 :: Kolpri Sumber/Penulis : Cahyono Edo Santosa

 Pertigaan Jl. Telaga Warna-Jl. Abimanyu (Candi Nambangan), November 1986



Jaman belum ada perumahan Ketepeng & SD Gelangan, Jl. Abimanyu (arah Ngentak) masih kayak galêngan. Tapi sebagian besar kerabatku dimakamkan di Candi Nambangan, saudara² dari simbah garis turun dari ibu juga asli Nambangan. Jadi jalur ini sudah makanan sehari²😁😁😁


:: Kolpri

Sumber/Penulis : Cahyono Edo Santosa

10 July 2024

Gito-Gati: Bukan Sekadar Nama Jalan di Yogyakarta Nama Jalan Gito-Gati diambil dari dua seniman kembar asal dusun Pajangan, Pandowoharjo, Kabupaten Sleman, yaitu Ki Sugito dan Ki Sugati. Bagi warga Yogyakarta yang sering melintasi dari perempatan Denggung menuju Rejodani maupun sebaliknya pasti sering melewati Jalan Gito-Gati. Jalan Gito-Gati adalah jalan yang menghubungkan antara perempatan Denggung dan Rejodani. Ki Sugito dan Ki Sugati terlahir sebagai anak kembar pada tahun 1933, Sugito Sugati merupakan putra dari Ki Cermo Waruna. Kedua seniman bermukim di Dusun Pajangan, Pendowoharjo, Kabupaten Sleman,Yogyakarta. Gito-Gati dalang dan ketoprak andalan Kabupaten Sleman. Keahlian dalam kehidupan seni sudah tidak diragukan lagi. Kepiawaian dalam memainkan benda wayang serta bermain peran dalam kethoprak sudah menjadi rahasia umum di wilayah Yogyakarta. Gito-Gati lahir dari keluarga yang mempunyai darah seni yang tinggi, sehingga keduanya terlibat dalam kesenian, baik wayang maupun ketoprak. Gito-Gati semakin memantapkan diri di pewayangan serta ketoprak. Gito-Gati apabila dilihat sepintas sangat sulit dibedakan oleh banyak orang, kadang kerabatnya maupun tetangganya saja sulit membedakan mana Gito, mana Gati. Biasa nya,(kalau ada yang kembar) panggilan paling PAS,biasa nya di panggil nya ,ya si kembar,.. tuk menyiasati,(biar) gak salah (orang_nya) .. Nama Gito-Gati pun dikenal masyarakat luas sebagai pelawak, di samping tetap menekuni ketoprak. Bahkan dalam sejarah lawak gaya Mataraman, Gito-Gati bisa dikatakan sebagai generasi kedua setelah surutnya pelawak Basiyo, Atmonadi, dan lainnya. Pada tahun 1966, Gito-Gati ikut terlibat dalam pendirian Paguyuban Seniman Bagian Yogyakarta Utara yang disingkat PS Bayu. Lalu PS Bayu mulai kondang sebagai nama paguyuban ketoprak. Paguyuban ketoprak ini kemudian mengadakan pentas ketoprak keliling di Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah seperti Magelang, Kebumen, dan Purworejo. Lalu Gito-Gati memutuskan untuk tampil di TVRI Yogyakarta pada tahun 1978 dengan lakon Ombak Segoro Kidul atau "Ombak Laut Selatan." Lakon Ombak Segoro Kidul kemudian menjadi ciri khas dari PS Bayu. Selain itu, Gito-Gati juga mengajak seniman lain di Yogyakarta maupun di Jawa Tengah untuk pentas bersama. Selain itu, tahun 1995, salah satu stasiun televisi swasta pernah secara 2 malam berturut-turut merekam pentas Gito Gati dalam pertunjukan wayang secara live dari rumahnya di Pajangan, Sleman. Lalu pada tahun 1996, juga rutin menayangkan rekaman pentas PS Bayu di Magelang setiap Jumat malam. Ketoprak PS Bayu saat tampil lebih mengandalkan improvisasi sehingga sanggup pentas berjam-jam tanpa naskah. Gito dalam pentas lebih sering menjadi tokoh dagelan atau abdi yang sanggup memeriahkan suasana dan mengocok perut penonton. Sementara Gati sanggup menjalankan peran apa saja dan dengan penghayatan penuh. Seperti saat Gati memerankan tokoh Yuyu Rumpun, legenda yang berlatar kerajaan Pati masa peralihan Majapahit dan Demak. Kehidupan pribadi Gito dikenal santai, suka membanyol, tidak serius, dan bertindak seenaknya. Bahkan urusan rumah tangganya juga tidak diurus dengan benar karena kebiasaan Gito yang sering berganti istri. Salah satu perempuan yang pernah dinikahi Gito adalah Nyi M.M. Rubinem, pesinden kondang Yogyakarta tahun 1960-an. Sementara Gati cenderung serius dan pintar menghayati peran dari tokoh antagonis maupun sosok protagonis termasuk yang bernasib buruk atau sengsara. Sementara Gati mempunyai dua istri, yaitu Tilah dan Waljiyem. Sosok yang terakhir ini tidak pernah pisah dan sering bergabung saat pentas ketoprak maupun wayang kulit sebagai pesinden atau aktris di panggung. Pada tahun 1996 Gito meninggal dunia terlebih dahulu. Lalu disusul Gati yang diagnosis menderita stroke pada tahun 2001 dan akhirnya meninggal dunia pada tanggal 18 Oktober 2009 yang lalu. Atas jasa-jasanya dalam melestarikan kesenian, pada tanggal 15 Mei 2011, pemerintah Kabupaten Sleman mengabadikan nama Gito-Gati sebagai nama ruas jalan yang menghubungkan antara perempatan Denggung dengan Rejodani. 👉Jika ada yang salah, mohon di koreksi dan bila berkenan, silahkan di lengkapi informasi nya... 🙏

 Gito-Gati: Bukan Sekadar Nama Jalan di Yogyakarta



Nama Jalan Gito-Gati diambil dari dua seniman kembar asal dusun Pajangan, Pandowoharjo, Kabupaten Sleman, yaitu Ki Sugito dan Ki Sugati.


Bagi warga Yogyakarta yang sering melintasi dari perempatan Denggung menuju Rejodani maupun sebaliknya pasti sering melewati Jalan Gito-Gati.

 Jalan Gito-Gati adalah jalan yang menghubungkan antara perempatan Denggung dan Rejodani.


Ki Sugito dan Ki Sugati terlahir sebagai anak kembar pada tahun 1933, Sugito Sugati merupakan putra dari Ki Cermo Waruna. 


Kedua seniman bermukim di Dusun Pajangan, Pendowoharjo, Kabupaten Sleman,Yogyakarta. Gito-Gati dalang dan ketoprak andalan Kabupaten Sleman.


Keahlian dalam kehidupan seni sudah tidak diragukan lagi. 

Kepiawaian dalam memainkan benda wayang serta bermain peran dalam kethoprak sudah menjadi rahasia umum di wilayah Yogyakarta. Gito-Gati lahir dari keluarga yang mempunyai darah seni yang tinggi, sehingga keduanya terlibat dalam kesenian, baik wayang maupun ketoprak.


Gito-Gati semakin memantapkan diri di pewayangan serta ketoprak.

 Gito-Gati apabila dilihat sepintas sangat sulit dibedakan oleh banyak orang, kadang kerabatnya maupun tetangganya saja sulit membedakan mana Gito, mana Gati.


Biasa nya,(kalau ada yang kembar) panggilan paling PAS,biasa nya di panggil nya ,ya si kembar,.. tuk menyiasati,(biar) gak salah (orang_nya) ..


Nama Gito-Gati pun dikenal masyarakat luas sebagai pelawak, di samping tetap menekuni ketoprak. 

Bahkan dalam sejarah lawak gaya Mataraman, Gito-Gati bisa dikatakan sebagai generasi kedua setelah surutnya pelawak Basiyo, Atmonadi, dan lainnya.

 Pada tahun 1966, Gito-Gati ikut terlibat dalam pendirian Paguyuban Seniman Bagian Yogyakarta Utara yang disingkat PS Bayu. 

Lalu PS Bayu mulai kondang sebagai nama paguyuban ketoprak.

 Paguyuban ketoprak ini kemudian mengadakan pentas ketoprak keliling di Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah seperti Magelang, Kebumen, dan Purworejo.


Lalu Gito-Gati memutuskan untuk tampil di TVRI Yogyakarta pada tahun 1978 dengan lakon Ombak Segoro Kidul atau "Ombak Laut Selatan." 

Lakon Ombak Segoro Kidul kemudian menjadi ciri khas dari PS Bayu. 

Selain itu, Gito-Gati juga mengajak seniman lain di Yogyakarta maupun di Jawa Tengah untuk pentas bersama.


Selain itu, tahun 1995, salah satu stasiun televisi swasta pernah secara 2 malam berturut-turut merekam pentas Gito Gati dalam pertunjukan wayang secara live dari rumahnya di Pajangan, Sleman.

 Lalu pada tahun 1996, juga rutin menayangkan rekaman pentas PS Bayu di Magelang setiap Jumat malam.


Ketoprak PS Bayu saat tampil lebih mengandalkan improvisasi sehingga sanggup pentas berjam-jam tanpa naskah. 


Gito dalam pentas lebih sering menjadi tokoh dagelan atau abdi yang sanggup memeriahkan suasana dan mengocok perut penonton. Sementara Gati sanggup menjalankan peran apa saja dan dengan penghayatan penuh. Seperti saat Gati memerankan tokoh Yuyu Rumpun, legenda yang berlatar kerajaan Pati masa peralihan Majapahit dan Demak.


Kehidupan pribadi Gito dikenal santai, suka membanyol, tidak serius, dan bertindak seenaknya.

 Bahkan urusan rumah tangganya juga tidak diurus dengan benar karena kebiasaan Gito yang sering berganti istri. 

Salah satu perempuan yang pernah dinikahi Gito adalah Nyi M.M. Rubinem, pesinden kondang Yogyakarta tahun 1960-an. 

Sementara Gati cenderung serius dan pintar menghayati peran dari tokoh antagonis maupun sosok protagonis termasuk yang bernasib buruk atau sengsara.


Sementara Gati mempunyai dua istri, yaitu Tilah dan Waljiyem.

 Sosok yang terakhir ini tidak pernah pisah dan sering bergabung saat pentas ketoprak maupun wayang kulit sebagai pesinden atau aktris di panggung. 

Pada tahun 1996 Gito meninggal dunia terlebih dahulu.

 Lalu disusul Gati yang diagnosis menderita stroke pada tahun 2001 dan akhirnya meninggal dunia pada tanggal 18 Oktober 2009 yang lalu. 

Atas jasa-jasanya dalam melestarikan kesenian, pada tanggal 15 Mei 2011, pemerintah Kabupaten Sleman mengabadikan nama Gito-Gati sebagai nama ruas jalan yang menghubungkan antara perempatan Denggung dengan Rejodani.


👉Jika ada yang salah, mohon di koreksi dan bila berkenan, silahkan di lengkapi informasi nya...

🙏

BAGONG KUSSUDIARJA Sekilas tentang profil Bagong Kussudiardja yang lahir di Yogyakarta 9 Oktober 1928 - wafat di Yogyakarta 15 Juni 2004 (umur 75). Beliau adalah seniman berpengaruh dengan prestasi dan pencapaian yang dapat diperhitungkan sebagai salah satu tonggak budaya dalam sejarah pasca-kolonial Indonesia modern. Tak banyak seniman yang memiliki riwayat kehidupan kreatif dengan faset yang berlapis-lapis seperti BK; berkarakter kuat, unik & terbuka. BK memiliki energi yang melimpah dan bisa meledak kapan saja dalam berbagai bentuk; sketsa, lukisan, karya tiga dimensional maupun berbagai komposisi tari. Lebih dari separuh hidup BK didedikasikan kepada dunia kesenian dengan segenap passion-nya. BK tak hanya mewariskan artefak karya seni rupa, studio, catatan/esai/puisi, beragam koreografi tari beserta nilai maknanya, tetapi juga mewariskan semangat pencarian, pemikiran dan penciptaan yang penuh passion. “Kiprah Bagong untuk mendinamisasi jagat seni rupa Indonesia merupakan kontribusi nilai yang tidak dapat diingkari. Ini terutama sangat jelas terwujud dalam dunia seni lukis batik, dimana ia – dengan berbagai eksperimentasinya – menjadi salah satu pelopor. Sementara itu, hal lain yang cukup penting adalah peran dia yang cukup menonjol dalam mengetengahkan isu-isu (persoalan-persoalan) seni rupa (seni lukis) dalam masyarakat lewat berbagai pamerannya. Sehingga, dunia seni rupa yang semula marjinal menjadi lebih diapresiasi masyarakat.” (Fadjar Sidik; pelukis, dosen Jurusan Seni Lukis, Ketua Jurusan & Pembantu Rektor III ISI Yogyakarta) Kegelisahan BK tentang kesenian yang semestinya dinamis dan tidak hanya berhenti sebagai benda sakral melahirkan gagasan pendirian lembaga pendidikan kesenian non formal bernama Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK). Terinspirasi oleh kehidupan pesantren dengan model pendidikannya yang berdasarkan kekeluargaan, BK mendorong para cantrik-mentrik (siswa) belajar kesenian sekaligus belajar mengolah rasa agar mampu mengabdikan dirinya kepada masyarakat. BK adalah pembuat sejarah. Ia mengajarkan perjuangan, pergulatan hidup, semangat dan kecerdasan sosial. Dengan kecerdasan sosial, kiprah BK mampu menjangkau sedemikian luas, menembus berbagai sekat; agama, birokrasi, dan kekuasaan. Generasi kini dapat belajar dari seorang BK, tidak hanya tentang kecerdasan sosial dan kisah suksesnya, namun juga kelemahan dan kegagalannya, yang membuat seorang BK tampak penuh vitalitas dan percaya diri. “Saya selalu punya keinginan untuk menanamkan rasa bertanggung jawab kepada mereka yang belajar di Padepokan, agar mereka merasa perlu buat mengabdikan diri kepada masyarakat dan kemanusiaan, demi atau dengan perantaraan kesenian.Itulah tujuan Padepokan. Dus, bukan untuk mencetak seniman.” alm. Bagong Kussudiardja

 BAGONG KUSSUDIARJA


Sekilas tentang profil Bagong Kussudiardja yang lahir di Yogyakarta 9 Oktober 1928 - wafat di Yogyakarta 15 Juni 2004 (umur 75).



Beliau adalah seniman berpengaruh dengan prestasi dan pencapaian yang dapat diperhitungkan sebagai salah satu tonggak budaya dalam sejarah pasca-kolonial Indonesia modern. Tak banyak seniman yang memiliki riwayat kehidupan kreatif dengan faset yang berlapis-lapis seperti BK; berkarakter kuat, unik & terbuka. BK memiliki energi yang melimpah dan bisa meledak kapan saja dalam berbagai bentuk; sketsa, lukisan, karya tiga dimensional maupun berbagai komposisi tari.


Lebih dari separuh hidup BK didedikasikan kepada dunia kesenian dengan segenap passion-nya. BK tak hanya mewariskan artefak karya seni rupa, studio, catatan/esai/puisi, beragam koreografi tari beserta nilai maknanya, tetapi juga mewariskan semangat pencarian, pemikiran dan penciptaan yang penuh passion.


“Kiprah Bagong untuk mendinamisasi jagat seni rupa Indonesia merupakan kontribusi nilai yang tidak dapat diingkari. Ini terutama sangat jelas terwujud dalam dunia seni lukis batik, dimana ia – dengan berbagai eksperimentasinya – menjadi salah satu pelopor. Sementara itu, hal lain yang cukup penting adalah peran dia yang cukup menonjol dalam mengetengahkan isu-isu (persoalan-persoalan) seni rupa (seni lukis) dalam masyarakat lewat berbagai pamerannya. Sehingga, dunia seni rupa yang semula marjinal menjadi lebih diapresiasi masyarakat.” (Fadjar Sidik; pelukis, dosen Jurusan Seni Lukis, Ketua Jurusan & Pembantu Rektor III ISI Yogyakarta)


Kegelisahan BK tentang kesenian yang semestinya dinamis dan tidak hanya berhenti sebagai benda sakral melahirkan gagasan pendirian lembaga pendidikan kesenian non formal bernama Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK). Terinspirasi oleh kehidupan pesantren dengan model pendidikannya yang berdasarkan kekeluargaan, BK mendorong para cantrik-mentrik (siswa) belajar kesenian sekaligus belajar mengolah rasa agar mampu mengabdikan dirinya kepada masyarakat.


BK adalah pembuat sejarah. Ia mengajarkan perjuangan, pergulatan hidup, semangat dan kecerdasan sosial.  Dengan kecerdasan sosial, kiprah BK mampu menjangkau sedemikian luas, menembus berbagai sekat; agama, birokrasi, dan kekuasaan. Generasi kini dapat belajar dari seorang BK, tidak hanya tentang kecerdasan sosial dan kisah suksesnya, namun juga kelemahan dan kegagalannya, yang membuat seorang BK tampak penuh vitalitas dan percaya diri.


“Saya selalu punya keinginan untuk menanamkan rasa bertanggung jawab kepada mereka yang belajar di Padepokan, agar mereka merasa perlu buat mengabdikan diri kepada masyarakat dan kemanusiaan, demi atau dengan perantaraan kesenian.Itulah tujuan Padepokan. Dus, bukan untuk mencetak seniman.” alm. Bagong Kussudiardja

Sejarah Magelang - Hiruk pikuk saat itu ketika shopping centre msh menjadi terminal angkot Tahun 1980 - an

 Hiruk pikuk saat itu ketika shopping centre msh menjadi terminal angkot Tahun 1980 - an



Sumber : Semoet Ireng

05 July 2024

TRADISI PENAMAAN SUKU BALI Tradisi penamaan di kalangan suku Bali unik karena berkaitan dengan jenis kelamin, urutan kelahiran, dan status kebangsawanan (kasta). Ini memudahkan masyarakat Bali mengetahui kasta dan urutan kelahiran seseorang. Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-14, pada masa pemerintahan Raja Gelgel "Dalem Ketut Kresna Kepakisan," meskipun pengaruhnya dari Majapahit belum pasti. SISTEM WANGSA / KASTA 1. Brahmana: Gelar Ida atau Ida Bagus untuk laki-laki dan Ida Ayu untuk perempuan. Dulunya, mereka adalah pemuka agama, pendeta, pedanda dan keluarganya. 2. Kesatria: Gelar Anak Agung, Cokorda, I Gusti Agung, Gede dan I Dewa. Mereka adalah keturunan raja, bangsawan dan pejabat tinggi. 3. Waisya: Gelar Ngakan, Kompyang, Sang, atau Si. Dulunya, mereka berprofesi di bidang niaga dan industri. 4. Sudra: Tidak memiliki gelar kebangsawanan dan menggunakan nama berdasarkan urutan kelahiran seperti Wayan, Putu, Made, Nyoman, dan Ketut. JENIS KELAMIN - Laki-laki : Awalan "I". - Perempuan : Awalan "Ni". Untuk keturunan bangsawan, digunakan "Ida" atau "Ayu" dan "Istri" sebagai padanan "Ayu". URUTAN KELAHIRAN 1. Anak pertama : Wayan, Putu, atau Gede. 2. Anak kedua : Made, Nengah, atau Kadek. 3. Anak ketiga : Nyoman atau Komang. 4. Anak keempat : Ketut. Jika memiliki lebih dari empat anak, nama-nama ini diulang kembali dengan beberapa variasi. Tradisi ini kini menjadi ciri khas budaya orang Bali. #fyp #fbpro #sejarah #bali #fbreelsfypシ゚

 TRADISI PENAMAAN SUKU BALI


Tradisi penamaan di kalangan suku Bali unik karena berkaitan dengan jenis kelamin, urutan kelahiran, dan status kebangsawanan (kasta). Ini memudahkan masyarakat Bali mengetahui kasta dan urutan kelahiran seseorang. Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-14, pada masa pemerintahan Raja Gelgel "Dalem Ketut Kresna Kepakisan," meskipun pengaruhnya dari Majapahit belum pasti.


SISTEM WANGSA / KASTA

1. Brahmana: Gelar Ida atau Ida Bagus untuk laki-laki dan Ida Ayu untuk perempuan. Dulunya, mereka adalah pemuka agama, pendeta, pedanda dan keluarganya.

2. Kesatria: Gelar Anak Agung, Cokorda, I Gusti Agung, Gede dan I Dewa. Mereka adalah keturunan raja, bangsawan dan pejabat tinggi.

3. Waisya: Gelar Ngakan, Kompyang, Sang, atau Si. Dulunya, mereka berprofesi di bidang niaga dan industri.

4. Sudra: Tidak memiliki gelar kebangsawanan dan menggunakan nama berdasarkan urutan kelahiran seperti Wayan, Putu, Made, Nyoman, dan Ketut.


JENIS KELAMIN

- Laki-laki : Awalan "I".

- Perempuan : Awalan "Ni". Untuk keturunan bangsawan, digunakan "Ida" atau "Ayu" dan "Istri" sebagai padanan "Ayu".


URUTAN KELAHIRAN

1. Anak pertama : Wayan, Putu, atau Gede.

2. Anak kedua : Made, Nengah, atau Kadek.

3. Anak ketiga : Nyoman atau Komang.

4. Anak keempat : Ketut.


Jika memiliki lebih dari empat anak, nama-nama ini diulang kembali dengan beberapa variasi. Tradisi ini kini menjadi ciri khas budaya orang Bali.



#fyp #fbpro #sejarah #bali #fbreelsfypシ゚

KAPAL BANAWA __________ Benawa atau Banawa adalah suatu jenis kapal dari Gowa, sebuah kerajaan tua di sudut barat daya pulau Sulawesi, Indonesia. Catatan paling awal dari kapal ini adalah dari Hikayat Banjar, Baris 1067 yang ditulis pada atau tidak lama setelah 1663. Saat ini, jenisnya sudah punah. Palari dan Padewakkang, kapal dengan lambung serupa, telah menggantikan tempatnya. Etimologi : Kata Benawa/ Banawa berasal dari bahasa Nusantara kuno, yang berarti perahu atau kapal. Dalam bahasa yang berbeda, kata tersebut dapat merujuk pada jenis kapal dan perahu yang berbeda, tergantung pada konteks kalimatnya. Deskripsi : Banawa dibuat khusus untuk transportasi hewan seperti kuda dan kerbau. Lambungnya lebar dengan lunas cembung, dengan linggi depan dan belakang yang menjulang tinggi. Di kedua sisinya ada jalan kecil yang menempel pada sejumlah balok melintang yang menyatu ke sokongan. Fungsi sekunder dari balok ini adalah untuk membagi ruang geladak menjadi kompartemen yang sama untuk hewan ternak. Geladak diatas "kandang" tersebut terbuat dari kisi bambu. Kapal ini dikemudikan dengan dua kemudi samping, yang dipasang pada pasangan balok silang yang berat dengan cara sedemikian rupa sehingga memungkinkan pelepasan darurat yang cepat. Para juru mudi berdiri di bagian samping kapal. Ada kabin sempit untuk kapten di bawah dek belakang (poop deck). Kapal ini memiliki 2 hingga 3 tiang, keduanya adalah tiang berkaki tiga dengan kaki belakang dipasang pada "kemah" yang berat melalui spar horizontal yang dapat berputar. Jika kaki depannya keluar dari kait yang menahannya, tiang dapat diturunkan dengan mudah. Layarnya adalah layar tanja dan terbuat dari anyaman tikar karoro. Dengan pengaruh Eropa pada abad-abad terakhir, layar bergaya barat juga dapat digunakan. Di masa lalu, pelaut Makassar dapat berlayar sejauh Papua Nugini dan SingapuraSingapura serta pulau-pulau di kawasan negeri dibawah angin (kawasan Asia Tenggara). Sumber wikipedia : Gambar vektor Banawa dari Gowa, Sulawesi. Ada inset pemasangan kemudi. Kapal ini menunjukkan layar haluan, yang merupakan pengaruh Eropa. #banawa #makassar #Sulawesi #Sejarah #FaktaSejarah #BayuYulianto

 KAPAL BANAWA 

__________

Benawa atau Banawa adalah suatu jenis kapal 

dari Gowa, sebuah kerajaan tua di sudut barat 

daya  pulau Sulawesi, Indonesia. Catatan paling awal dari kapal ini adalah dari Hikayat Banjar, 

Baris 1067 yang ditulis pada atau tidak lama setelah 1663. Saat ini, jenisnya sudah punah.

Palari dan Padewakkang, kapal dengan lambung serupa, telah menggantikan tempatnya.



Etimologi : 

Kata Benawa/ Banawa berasal dari bahasa 

Nusantara kuno, yang berarti perahu atau kapal. Dalam bahasa yang berbeda, kata tersebut dapat merujuk pada jenis kapal dan perahu yang berbeda, tergantung pada konteks kalimatnya.


Deskripsi :

Banawa dibuat khusus untuk transportasi

hewan seperti kuda dan kerbau. Lambungnya lebar dengan lunas cembung, dengan linggi 

depan dan belakang yang menjulang tinggi.

Di kedua sisinya ada jalan kecil yang menempel pada sejumlah balok melintang yang menyatu

ke sokongan. Fungsi sekunder dari balok ini 

adalah untuk membagi ruang geladak menjadi kompartemen yang sama untuk hewan ternak. Geladak diatas "kandang" tersebut terbuat dari

kisi bambu.


Kapal ini dikemudikan dengan dua kemudi samping, yang dipasang pada pasangan balok silang yang berat dengan cara sedemikian rupa sehingga memungkinkan pelepasan darurat yang cepat.


Para juru mudi berdiri di bagian samping kapal. Ada kabin sempit untuk kapten di bawah dek belakang (poop deck). Kapal ini memiliki 2 hingga 3 tiang, keduanya adalah tiang berkaki tiga dengan kaki belakang dipasang pada "kemah" yang berat melalui spar horizontal yang dapat berputar. 


Jika kaki depannya keluar dari kait yang menahannya, tiang dapat diturunkan dengan mudah. Layarnya adalah layar tanja dan terbuat dari anyaman tikar karoro. Dengan pengaruh

Eropa pada abad-abad terakhir, layar bergaya

barat juga dapat digunakan.


Di masa lalu, pelaut Makassar dapat berlayar sejauh Papua Nugini dan SingapuraSingapura serta pulau-pulau di kawasan negeri dibawah angin (kawasan Asia Tenggara). 


Sumber wikipedia :

Gambar vektor Banawa dari Gowa, Sulawesi.

Ada inset pemasangan kemudi. Kapal ini menunjukkan layar haluan, yang merupakan pengaruh Eropa.


#banawa #makassar #Sulawesi #Sejarah #FaktaSejarah #BayuYulianto

04 July 2024

Sejarah Magelang - Kantor Bupati Magelang. Sumber: Pandji Poestaka, 1934. Koleksi Perpustakaan Nasional RI (Atk)

 Kantor Bupati Magelang. Sumber: Pandji Poestaka, 1934. Koleksi Perpustakaan Nasional RI (Atk)



Marlia Hardi adalah artis Indonesia tiga zaman. Di kala mudanya beliau ikut terlibat dalam beberapa film layar lebar, seangkatan dengan Nana Mayo, Tina Melinda dan Ermina Zaenah. Di masa keemasan TVRI, sering tampil dalam drama seri keluarga dan selalu memerankan sosok Ibu yang bijaksana. Berikut kisah ringkas riwayat hidupnya. Marlia dilahirkan di Magelang pada 10 Maret 1927 sebagai anak tunggal dari Ibu yang asli Magelang dan ayah yang berasal dari Bugis bernama Nico. Sejak duduk di sekolah dsaar ia sudah tertarik pada seni peran. Ia selalu menirukan gerak-gerik artis pujaanya “Miss Rukiah” sesudah menonton filmnya. Ayahnya meninggal ketika Marlia masih muda. Ia tetap bisa melanjutkan sekolah hingga SMA. Tak lama kemudian dipertemukan dengan pemuda bernama Hardi yang kemudian menjadi suaminya. Sekitar tahun 1948, bertemu dengan Pak Kasur di kotanya di Magelang. Kala itu Pak Kasur sedang mengadakan pertunjukan sandiwara untuk menggalang dana dalam rangka mendukung para pejuang di masa revolusi. Marlia diberi kesempatan untuk ikut bermain. Pak Kasur melihat ia mempunyai bakat di dalam seni peran. Tahun 1954 PFN memuat film “Sang Merah Putih”. Dalam film ini Pak Kasur dan bu Kasur juga turut main dan mengajak Marlia ikut. Sejak itu, banyak sudah film yang pernah dibintanginya. Ada sekitar 50-60 an judul film. Tahun 1964, ia pernah memperoleh penghargaan dari panitia Apresiasi Budaya. HIngga tahun 70-an ia aktif di perkumpulan kesenian “Bayu” yang didirikannya pada tahun 1957. Ketika menikah dengan suami pertamanya Hardi pada tahun 1958, mereka dikaruniai 2 orang anak yaitu Tunggul Baskoro dan Prehara Revianti. Suami pertamanya meninggalkannya begitu saja. Di tahun 1964 ia menikah lagi dengan Zainul Arifin dan hijrah ke Jakarta. Anaknya yang pertama Tunggul Baskoro yang biasa dipanggil Era memutuskan tinggal di kampung Ringinanom Magelang. Pada tanggal 18 Juni 1984, Marlia Hardi memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Sebelumnya ia menulis beberapa surat yang ditujukan kebeberapa temannya. Dari hasil investigasi, yang melatarbelakangi Ia mengakhiri hidupnya dikarenakan tekanan metal yang tidak dapat dipikulnya. Banyak orang yang berhutang kepadanya dan tak pernah membayar. Sementara ia sendiri, setelah ditinggal kembali oleh suami keduanya, harus menanggung beban hidup sendirian dan memaksanya untuk berhutang. Awalnya ia mempunyai hutang sebesar Rp. 3 juta karena meminjam dari renternir kemudian membengkak menjadi 10 juta, belum beberapa pinjaman kepada para teman dekatnya. Ia tak sanggup membayarnya. Belum berbagai gossip miring tentangnya, ini sangat menyakiti dirinya sebagai seorang ibu rumah tangga yang sangat berperangai halus ini. Salah satu pelajaran penting dari kisah hidupnya antara lain : jangan sampai hidup kita terjerat hutang, yang sekarang menjadi jauh lebih mudah meminjam hanya bermodalkan ktp dan aplikasi “pinjaman online”. Namun untuk membayarnya berlipat kali lebih sulit. Hiduplah sesuai kemampuan fisik dan mental psikologis kita. Hidup “apa adanya“ lebih baik dari pada “banyak adanya” tapi banyak hutang. Sumber: Harian Indonesia Raya, 29-4-1973 & Sinar Harapan 21-06-1984. Koleksi Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI Salemba (Skala-team) #tokoh #film #sandiwara #TVRI

 Marlia Hardi adalah artis Indonesia tiga zaman. Di kala mudanya beliau ikut terlibat dalam beberapa film layar lebar, seangkatan dengan Nana Mayo, Tina Melinda dan Ermina Zaenah. Di masa keemasan TVRI, sering tampil dalam drama seri keluarga dan selalu memerankan sosok Ibu yang bijaksana. Berikut kisah ringkas riwayat hidupnya.



Marlia dilahirkan di Magelang pada 10 Maret 1927 sebagai anak tunggal dari Ibu yang asli Magelang dan ayah yang berasal dari Bugis bernama Nico.  Sejak duduk di sekolah dsaar ia sudah tertarik pada seni peran. Ia selalu menirukan gerak-gerik artis pujaanya “Miss Rukiah” sesudah menonton filmnya.


Ayahnya meninggal ketika Marlia masih muda. Ia tetap bisa melanjutkan sekolah hingga SMA. Tak lama kemudian dipertemukan dengan pemuda bernama Hardi yang kemudian menjadi suaminya. 


Sekitar tahun 1948, bertemu dengan Pak Kasur di kotanya di Magelang. Kala itu Pak Kasur sedang mengadakan pertunjukan sandiwara untuk menggalang dana dalam rangka mendukung para pejuang di masa revolusi. Marlia diberi kesempatan untuk  ikut bermain. Pak Kasur melihat ia mempunyai bakat di dalam seni peran.


Tahun 1954 PFN memuat film “Sang Merah Putih”. Dalam film ini Pak Kasur dan bu Kasur juga turut main dan mengajak Marlia ikut. Sejak itu, banyak sudah film yang pernah dibintanginya. Ada sekitar 50-60 an judul film.  Tahun 1964, ia pernah memperoleh penghargaan dari panitia Apresiasi Budaya. HIngga tahun 70-an ia aktif di perkumpulan kesenian “Bayu” yang didirikannya pada tahun 1957.


Ketika menikah dengan suami pertamanya Hardi pada tahun 1958, mereka dikaruniai 2 orang anak yaitu Tunggul Baskoro dan Prehara Revianti. Suami pertamanya meninggalkannya begitu saja. Di tahun 1964 ia menikah lagi dengan Zainul Arifin dan hijrah ke Jakarta. Anaknya yang pertama Tunggul Baskoro yang biasa dipanggil Era memutuskan tinggal di kampung Ringinanom Magelang.

 

Pada tanggal 18 Juni 1984, Marlia Hardi memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.  Sebelumnya ia menulis beberapa surat yang ditujukan kebeberapa temannya. Dari hasil investigasi,  yang melatarbelakangi Ia mengakhiri hidupnya dikarenakan tekanan metal yang tidak dapat dipikulnya. Banyak orang yang berhutang kepadanya dan tak pernah membayar. Sementara ia sendiri, setelah ditinggal kembali oleh suami keduanya, harus menanggung beban hidup sendirian dan memaksanya untuk berhutang. Awalnya ia mempunyai hutang sebesar Rp. 3 juta karena meminjam dari renternir kemudian membengkak menjadi 10 juta, belum beberapa pinjaman kepada para teman dekatnya. Ia tak sanggup membayarnya.  Belum berbagai gossip miring tentangnya, ini sangat menyakiti dirinya sebagai seorang ibu rumah tangga yang sangat berperangai halus ini.


Salah satu pelajaran penting dari kisah hidupnya antara lain : jangan sampai hidup kita terjerat hutang, yang sekarang menjadi jauh lebih mudah meminjam hanya bermodalkan ktp dan aplikasi “pinjaman online”. Namun untuk membayarnya berlipat kali lebih sulit.  Hiduplah sesuai kemampuan fisik dan mental psikologis kita. Hidup “apa adanya“ lebih baik dari pada “banyak adanya” tapi banyak hutang.


Sumber: Harian Indonesia Raya, 29-4-1973  & Sinar Harapan 21-06-1984. Koleksi Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI Salemba (Skala-team)


#tokoh #film #sandiwara #TVRI

15 FAKTA MENARIK IAN ANTONO: 1. Nama Asli dan Nama Panggung: Ian Antono lahir dengan nama Jauw Hian Ling pada 29 Oktober 1950 di Bululawang, Malang. Di Indonesia, ia dikenal sebagai Jusuf Antono Djojo, tetapi ia lebih populer dengan nama panggung Ian Antono. 2. Kontribusi di Luar God Bless: Selain menjadi gitaris legendaris God Bless, Ian juga telah berkontribusi dalam menggarap komposisi dan permainan gitar untuk berbagai artis ternama Indonesia, seperti Nicky Astria, Ikang Fawzi, Anggun C. Sasmi, Ebiet G Ade, Iwan Fals, dan Chrisye. 3. Album Tribute: Karena pengaruh dan kontribusinya yang besar di dunia musik, beberapa grup band seperti EdanE, Sheila On 7, Padi, Gigi, Cokelat, Boomerang, dan /rif pernah mempersembahkan sebuah album berjudul "A Tribute to Ian Antono". 4. Latar Belakang Keluarga: Ian Antono lahir dari pasangan Dharmo Poesoko Djojo (Jauw Thwan Too) dan Siti Marijani (Sie Tien Nio). 5. Awal Karier Sebagai Drummer: Sebelum dikenal sebagai gitaris, Ian Antono awalnya adalah seorang drummer. Namun, setelah mendengar musik dari The Shadows, ia tertarik untuk beralih ke gitar. 6. Band Pertama: Ian pertama kali bergabung dengan band Abadi Soesman, yang cukup dikenal pada masanya. Ini menjadi awal dari perjalanannya di dunia musik. 7. Bergabung dengan God Bless: Pada tahun 1974, Ian resmi menjadi gitaris God Bless. Bersama band ini, ia merilis album-album legendaris seperti Huma di Atas Bukit (1975), Cermin (1980), dan Semut Hitam (1988). 8. Peralihan ke Gong 2000: Setelah mundur dari God Bless, Ian bergabung dengan Gong 2000 dan merilis album-album seperti Bara Timur (1991), Laskar(1994), dan Prahara (1996). Di Gong 2000, Ian memasukkan banyak unsur musik Bali, melibatkan hingga 20 musisi asli Bali dalam setiap penampilannya. 9. Kembali ke God Bless: Pada tahun 1997, Ian kembali ke God Bless dan berduet dengan Eet Sjahranie, menciptakan konsep double gitar yang menarik perhatian, meski album Apa Kabar? kurang sukses di pasaran. 10. Produktivitas Tinggi: Ian Antono dikenal sebagai musisi yang sangat produktif. Dalam setahun, ia bisa menggarap album untuk berbagai penyanyi ternama seperti Iwan Fals, Anggun C. Sasmi, Nicky Astria, Doel Sumbang, Gito Rollies, Ebiet G Ade, Ikang Fawzi, dan Freddy Tamaela. 11. Penghargaan Bergengsi: Ian telah menerima banyak penghargaan, termasuk BASF Award (1987-1988) untuk Arranger Terbaik dan Komposer Terbaik untuk album Gersang (Nicky Astria), HDX Award (1989) untuk lagu Buku Ini Aku Pinjam (Iwan Fals), BAFS Award (1989) untuk album *Bara Timur* (Gong 2000) sebagai The Best Selling Album dan The Best Arranger & Composer, serta HDX Award (1994) untuk album Laskar (Gong 2000) sebagai Album Terbaik. Ia juga menerima Diamond Achievement Award pada tahun 1995. 12. Pengalaman Internasional: Pada tahun 1999, Ian diundang oleh Ramli Syarif untuk memeriahkan ajang Formula-1 di Malaysia. Di sana, ia berkesempatan mempelajari perangkat milik Steve Vai dan mendapatkan wawasan baru yang belum pernah ia dapatkan di Indonesia. 13. Koleksi Gitar yang Mengesankan: Ian Antono memiliki koleksi gitar yang beragam dan mengesankan, termasuk Gibson Les Paul Standar, Gibson SG Double Neck, Hamer, Kramer Tracer, Fender Stratocaster, Ibanez JEM 77, Washburn N-4, Gibson Les Paul Deluxe, Ovation Elite, Gibson Chat Atkins, Martin CMF, Martin EST 12 senar, dan Seagull. 14. Amplifier Berkualitas Tinggi: Untuk mendukung performa gitarnya, Ian menggunakan amplifier berkualitas tinggi seperti Messa Boogie Strategy 400, Marshall JCM 900 1960, Trace Elliot AC-100, Messa Boogie Quad, dan Messa Boogie Tri Axis. 15. Penggunaan Efek Profesional: Ian juga memanfaatkan efek profesional dalam penampilannya, termasuk Roland GP8 dan Harmonizer Eventid H-3000S, untuk menciptakan suara yang khas dan beragam dalam setiap penampilannya. BOGOR 1 JULI 2024 SUMBER WIKIPEDIA #IANANTONO #GODBLESS #GUITARHERO

 15 FAKTA MENARIK IAN ANTONO:


1. Nama Asli dan Nama Panggung: 

Ian Antono lahir dengan nama Jauw Hian Ling pada 29 Oktober 1950 di Bululawang, Malang. Di Indonesia, ia dikenal sebagai Jusuf Antono Djojo, tetapi ia lebih populer dengan nama panggung Ian Antono.



2. Kontribusi di Luar God Bless: 

Selain menjadi gitaris legendaris God Bless, Ian juga telah berkontribusi dalam menggarap komposisi dan permainan gitar untuk berbagai artis ternama Indonesia, seperti Nicky Astria, Ikang Fawzi, Anggun C. Sasmi, Ebiet G Ade, Iwan Fals, dan Chrisye.


3. Album Tribute: 

Karena pengaruh dan kontribusinya yang besar di dunia musik, beberapa grup band seperti EdanE, Sheila On 7, Padi, Gigi, Cokelat, Boomerang, dan /rif pernah mempersembahkan sebuah album berjudul "A Tribute to Ian Antono".


4. Latar Belakang Keluarga: 

Ian Antono lahir dari pasangan Dharmo Poesoko Djojo (Jauw Thwan Too) dan Siti Marijani (Sie Tien Nio).


5. Awal Karier Sebagai Drummer: 

Sebelum dikenal sebagai gitaris, Ian Antono awalnya adalah seorang drummer. Namun, setelah mendengar musik dari The Shadows, ia tertarik untuk beralih ke gitar.


6. Band Pertama: 

Ian pertama kali bergabung dengan band Abadi Soesman, yang cukup dikenal pada masanya. Ini menjadi awal dari perjalanannya di dunia musik.


7. Bergabung dengan God Bless: 

Pada tahun 1974, Ian resmi menjadi gitaris God Bless. Bersama band ini, ia merilis album-album legendaris seperti Huma di Atas Bukit (1975), Cermin (1980), dan Semut Hitam (1988).


8. Peralihan ke Gong 2000: 

Setelah mundur dari God Bless, Ian bergabung dengan Gong 2000 dan merilis album-album seperti Bara Timur (1991), Laskar(1994), dan Prahara (1996). Di Gong 2000, Ian memasukkan banyak unsur musik Bali, melibatkan hingga 20 musisi asli Bali dalam setiap penampilannya.


9. Kembali ke God Bless: 

Pada tahun 1997, Ian kembali ke God Bless dan berduet dengan Eet Sjahranie, menciptakan konsep double gitar yang menarik perhatian, meski album Apa Kabar? kurang sukses di pasaran.


10. Produktivitas Tinggi: 

Ian Antono dikenal sebagai musisi yang sangat produktif. Dalam setahun, ia bisa menggarap album untuk berbagai penyanyi ternama seperti Iwan Fals, Anggun C. Sasmi, Nicky Astria, Doel Sumbang, Gito Rollies, Ebiet G Ade, Ikang Fawzi, dan Freddy Tamaela.


11. Penghargaan Bergengsi: 

Ian telah menerima banyak penghargaan, termasuk BASF Award (1987-1988) untuk Arranger Terbaik dan Komposer Terbaik untuk album Gersang (Nicky Astria), HDX Award (1989) untuk lagu Buku Ini Aku Pinjam (Iwan Fals), BAFS Award (1989) untuk album *Bara Timur* (Gong 2000) sebagai The Best Selling Album dan The Best Arranger & Composer, serta HDX Award (1994) untuk album Laskar (Gong 2000) sebagai Album Terbaik. Ia juga menerima Diamond Achievement Award pada tahun 1995.


12. Pengalaman Internasional: 

Pada tahun 1999, Ian diundang oleh Ramli Syarif untuk memeriahkan ajang Formula-1 di Malaysia. Di sana, ia berkesempatan mempelajari perangkat milik Steve Vai dan mendapatkan wawasan baru yang belum pernah ia dapatkan di Indonesia. 


13. Koleksi Gitar yang Mengesankan: 

Ian Antono memiliki koleksi gitar yang beragam dan mengesankan, termasuk Gibson Les Paul Standar, Gibson SG Double Neck, Hamer, Kramer Tracer, Fender Stratocaster, Ibanez JEM 77, Washburn N-4, Gibson Les Paul Deluxe, Ovation Elite, Gibson Chat Atkins, Martin CMF, Martin EST 12 senar, dan Seagull.


14. Amplifier Berkualitas Tinggi: 

Untuk mendukung performa gitarnya, Ian menggunakan amplifier berkualitas tinggi seperti Messa Boogie Strategy 400, Marshall JCM 900 1960, Trace Elliot AC-100, Messa Boogie Quad, dan Messa Boogie Tri Axis.


15. Penggunaan Efek Profesional: 

Ian juga memanfaatkan efek profesional dalam penampilannya, termasuk Roland GP8 dan Harmonizer Eventid H-3000S, untuk menciptakan suara yang khas dan beragam dalam setiap penampilannya.


BOGOR 1 JULI 2024

SUMBER WIKIPEDIA 

#IANANTONO #GODBLESS #GUITARHERO

19 FAKTA MENARIK IBU SOED: 1. Nama Asli: Ibu Soed lahir dengan nama Saridjah Niung pada 26 Maret 1908 di Sukabumi, Jawa Barat, Hindia Belanda. 2. Pencipta Lagu Anak-Anak: Ibu Soed dikenal luas sebagai pencipta lagu anak-anak yang sangat populer di kalangan pendidikan Taman Kanak-kanak di Indonesia. 3. Pendidikan Musik: Ibu Soed menempuh pendidikan seni suara dan musik di Hoogere Kweek School Bandung. 4. Karier Pengajaran: Ibu Soed bekerja sebagai staf pengajar di beberapa Hollandsch-Inlandsche School (HIS), termasuk di Petojo, Jalan Kartini, dan Arjuna. 5. Multitalenta: Selain menjadi pemusik dan guru musik, Ibu Soed juga merupakan penyiar radio, dramawan, dan seniman batik. 6. Kehidupan dan Warisan: Ibu Soed meninggal pada 26 Mei 1993 di Jakarta pada usia 85 tahun dan dimakamkan di Bandung Barat, Jawa Barat. Warisannya dalam dunia musik dan pendidikan anak-anak terus dikenang hingga kini. 7. Belajar Musik dari Ayah Angkat: Kemahiran Ibu Soed dalam bermain biola sebagian besar dipelajari dari ayah angkatnya, Prof. Dr. Mr. J.F. Kramer, seorang indo-Belanda dan pensiunan Wakil Ketua Hoogerechtshof di Jakarta. 8 Latar Belakang Keluarga: Ibu Soed lahir sebagai putri bungsu dari dua belas bersaudara. Ayah kandungnya, Mohamad Niung, adalah seorang pelaut Bugis yang menetap lama di Sukabumi dan menjadi pengawal J.F. Kramer. 9. Pendidikan Musik: Setelah mempelajari seni suara dan biola dari ayah angkatnya, Ibu Soed melanjutkan sekolah di Hoogere Kweek School (HKS) Bandung untuk memperdalam ilmunya di bidang seni suara dan musik. 10. Karier Mengajar: Setelah lulus dari HKS, Ibu Soed mengajar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), di mana ia mulai mengarang lagu. 11. Asal Usul Nama Ibu Soed: Pada tahun 1927, Ibu Soed menikah dengan Raden Mas Bintang Soedibjo dan kemudian dikenal dengan nama panggilan "Ibu Soed," singkatan dari Soedibjo. 12. Inspirasi Lagu Nenek Moyangku: Lagu Nenek Moyangku seorang pelaut yang diciptakan oleh Ibu Soed terinspirasi dari ayah kandungnya, Mohamad Niung, yang merupakan pelaut Bugis. 13. Tokoh Musik Tiga Zaman: Ibu Soed dikenal sebagai tokoh musik yang berkiprah pada tiga zaman: Belanda, Jepang, dan Indonesia. Karier musiknya dimulai jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, dengan suara pertamanya disiarkan dari radio NIROM Jakarta pada periode 1927-1928. 14. Guru Musik dan Pencipta Lagu Ceria: Setelah menamatkan pendidikan di Hoogere Kweek School-Bandung, Ibu Soed menjadi guru musik di beberapa HIS dan merasa prihatin dengan kurangnya keceriaan anak-anak Indonesia. Ia mulai menciptakan lagu-lagu ceria dan patriotik untuk menghibur dan mengajar mereka dalam Bahasa Indonesia. 15. Penulis Naskah dan Penggiat Sandiwara: Selain mencipta lagu, Ibu Soed juga menulis naskah sandiwara dan mementaskannya. Salah satu karya terkenal adalah Operet Balet Kanak-kanak "Sumi" yang dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta pada tahun 1955. 16. Peran dalam Organisasi dan Radio: Sebagai anggota aktif organisasi Indonesia Muda sejak tahun 1926, Ibu Soed juga membentuk grup Tonil Amatir untuk menggalang dana. Ia berperan dalam berbagai siaran radio sebagai pengasuh siaran anak-anak dari tahun 1927 hingga 1962. 17. Insiden Penggeledahan oleh Pasukan Belanda: Pada tahun 1945, rumah Ibu Soed di Jakarta digeledah oleh pasukan Belanda. Tetangganya yang seorang Belanda berhasil meyakinkan mereka bahwa mereka salah sasaran. Meski begitu, Ibu Soed dan pembantunya harus membuang pemancar radio gelap ke dalam sumur untuk menghindari penemuan. 18. Pengiring Lagu Indonesia Raya dan Penghargaan: Ibu Soed turut mengiringi lagu Indonesia Raya bersama W.R. Supratman saat pertama kali dikumandangkan pada Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Ia juga dikenal piawai dalam seni batik dan menerima penghargaan Satyalancana Kebudayaan dari pemerintah Indonesia serta penghargaan dari MURI. 19.Lagu Populer Abadi: Ibu Soed menciptakan banyak lagu yang menjadi populer abadi di Indonesia, seperti "Hai Becak," "Burung Kutilang," "Kupu-kupu," dan "Tik Tik Bunyi Hujan," yang terinspirasi saat genting rumah sewanya bocor. Lagu wajib nasional yang dia ciptakan termasuk "Berkibarlah Benderaku" dan "Tanah Airku." Beberapa lagu lainnya yang juga populer adalah "Nenek Moyang," "Lagu Gembira," "Kereta Apiku," "Lagu Bermain," "Menanam Jagung," "Pergi Belajar," dan "Himne Kemerdekaan." BOGOR 1 JULI 2024 DISADUR DARI WIKIPEDIA #IBUSOED #SEJARAH



19 FAKTA MENARIK IBU SOED:


1. Nama Asli: 

Ibu Soed lahir dengan nama Saridjah Niung pada 26 Maret 1908 di Sukabumi, Jawa Barat, Hindia Belanda.



2. Pencipta Lagu Anak-Anak: 

Ibu Soed dikenal luas sebagai pencipta lagu anak-anak yang sangat populer di kalangan pendidikan Taman Kanak-kanak di Indonesia.


3. Pendidikan Musik: 

Ibu Soed menempuh pendidikan seni suara dan musik di Hoogere Kweek School Bandung.


4. Karier Pengajaran: 

Ibu Soed bekerja sebagai staf pengajar di beberapa Hollandsch-Inlandsche School (HIS), termasuk di Petojo, Jalan Kartini, dan Arjuna.


5. Multitalenta: 

Selain menjadi pemusik dan guru musik, Ibu Soed juga merupakan penyiar radio, dramawan, dan seniman batik.


6. Kehidupan dan Warisan: 

Ibu Soed meninggal pada 26 Mei 1993 di Jakarta pada usia 85 tahun dan dimakamkan di Bandung Barat, Jawa Barat. Warisannya dalam dunia musik dan pendidikan anak-anak terus dikenang hingga kini.


7. Belajar Musik dari Ayah Angkat: 

Kemahiran Ibu Soed dalam bermain biola sebagian besar dipelajari dari ayah angkatnya, Prof. Dr. Mr. J.F. Kramer, seorang indo-Belanda dan pensiunan Wakil Ketua Hoogerechtshof di Jakarta.


8 Latar Belakang Keluarga: 

Ibu Soed lahir sebagai putri bungsu dari dua belas bersaudara. Ayah kandungnya, Mohamad Niung, adalah seorang pelaut Bugis yang menetap lama di Sukabumi dan menjadi pengawal J.F. Kramer.


9. Pendidikan Musik: 

Setelah mempelajari seni suara dan biola dari ayah angkatnya, Ibu Soed melanjutkan sekolah di Hoogere Kweek School (HKS) Bandung untuk memperdalam ilmunya di bidang seni suara dan musik.


10. Karier Mengajar: 

Setelah lulus dari HKS, Ibu Soed mengajar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), di mana ia mulai mengarang lagu.


11. Asal Usul Nama Ibu Soed:

 Pada tahun 1927, Ibu Soed menikah dengan Raden Mas Bintang Soedibjo dan kemudian dikenal dengan nama panggilan "Ibu Soed," singkatan dari Soedibjo.


12. Inspirasi Lagu Nenek Moyangku: 

Lagu Nenek Moyangku seorang pelaut yang diciptakan oleh Ibu Soed terinspirasi dari ayah kandungnya, Mohamad Niung, yang merupakan pelaut Bugis.


13. Tokoh Musik Tiga Zaman: 

Ibu Soed dikenal sebagai tokoh musik yang berkiprah pada tiga zaman: Belanda, Jepang, dan Indonesia. Karier musiknya dimulai jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, dengan suara pertamanya disiarkan dari radio NIROM Jakarta pada periode 1927-1928.


14. Guru Musik dan Pencipta Lagu Ceria: Setelah menamatkan pendidikan di Hoogere Kweek School-Bandung, Ibu Soed menjadi guru musik di beberapa HIS dan merasa prihatin dengan kurangnya keceriaan anak-anak Indonesia. Ia mulai menciptakan lagu-lagu ceria dan patriotik untuk menghibur dan mengajar mereka dalam Bahasa Indonesia.


15. Penulis Naskah dan Penggiat Sandiwara: Selain mencipta lagu, Ibu Soed juga menulis naskah sandiwara dan mementaskannya. Salah satu karya terkenal adalah Operet Balet Kanak-kanak "Sumi" yang dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta pada tahun 1955.


16. Peran dalam Organisasi dan Radio: 

Sebagai anggota aktif organisasi Indonesia Muda sejak tahun 1926, Ibu Soed juga membentuk grup Tonil Amatir untuk menggalang dana. Ia berperan dalam berbagai siaran radio sebagai pengasuh siaran anak-anak dari tahun 1927 hingga 1962.


17. Insiden Penggeledahan oleh Pasukan Belanda: 

Pada tahun 1945, rumah Ibu Soed di Jakarta digeledah oleh pasukan Belanda. Tetangganya yang seorang Belanda berhasil meyakinkan mereka bahwa mereka salah sasaran. Meski begitu, Ibu Soed dan pembantunya harus membuang pemancar radio gelap ke dalam sumur untuk menghindari penemuan.


18. Pengiring Lagu Indonesia Raya dan Penghargaan: 

Ibu Soed turut mengiringi lagu Indonesia Raya bersama W.R. Supratman saat pertama kali dikumandangkan pada Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Ia juga dikenal piawai dalam seni batik dan menerima penghargaan Satyalancana Kebudayaan dari pemerintah Indonesia serta penghargaan dari MURI.


19.Lagu Populer Abadi: 

Ibu Soed menciptakan banyak lagu yang menjadi populer abadi di Indonesia, seperti "Hai Becak," "Burung Kutilang," "Kupu-kupu," dan "Tik Tik Bunyi Hujan," yang terinspirasi saat genting rumah sewanya bocor. Lagu wajib nasional yang dia ciptakan termasuk "Berkibarlah Benderaku" dan "Tanah Airku." Beberapa lagu lainnya yang juga populer adalah "Nenek Moyang," "Lagu Gembira," "Kereta Apiku," "Lagu Bermain," "Menanam Jagung," "Pergi Belajar," dan "Himne Kemerdekaan."


BOGOR 1 JULI 2024 

DISADUR DARI WIKIPEDIA 

#IBUSOED #SEJARAH

03 July 2024

Semua Pasti Tau Si Gondrong Putra Asal Buli Maluku Utara Terkenal dengan Lagu Pertama Terpopuler, Judulnya " Pergi Untuk Kembali " ketika Show di Lapangan Basket Kel.Stadion Ternate Tahun 1974. { Alm. MELKY GOESLAW }. Pada Waktu itu penonton padat desak desakan, ada seorang cewek, orangnya pendek tidak bisa melihat wajah Bang Melky Goeslaw, si Cewek bilang Bang boleh bantu saya..? *Jawab ku.... bantu apa Non...? -Si Cewek bilang boleh dukung saya, agar saya bisa melihat wajah Bang Melky Goeslaw nyanyi. *Jawab ku...boleh. Kurang lebih satu jam saya dukung si Cewek itu antara capek dan makan untung, tapi capek lebih banyak dari makan untung.....hhheeee Maaf🙏 ini pengalaman...tempo doeloe.

 Semua Pasti Tau Si Gondrong Putra Asal Buli Maluku Utara Terkenal dengan Lagu Pertama Terpopuler, Judulnya " Pergi Untuk Kembali "

ketika Show di Lapangan Basket Kel.Stadion Ternate Tahun 1974. { Alm. MELKY GOESLAW }.


Pada Waktu itu penonton padat desak desakan, ada seorang cewek, orangnya pendek tidak bisa melihat wajah Bang Melky Goeslaw, si Cewek bilang Bang boleh bantu saya..?

*Jawab ku.... bantu apa Non...?

-Si Cewek bilang boleh dukung saya, agar saya 

 bisa melihat wajah Bang Melky Goeslaw nyanyi.

*Jawab ku...boleh.

Kurang lebih satu jam saya dukung si Cewek itu antara capek dan makan untung, tapi capek lebih banyak dari makan untung.....hhheeee


Maaf🙏 ini pengalaman...tempo doeloe.



Sejarah Magelang - Sedikit riwayat kota Magelang. Tahun 1810 masih dibawah kekuasaaan Inggris. Magelang dipilih menjadi ibukota kabupaten dan bupati pertamanya: Mas Angabei Danoekromo. Berdasarkan putusan Gubernur Jendral Belanda pada 20 Nov. 1813 ditetapkan menjadi pejabat pemerintah Hindia Belanda dengan gelar Raden Tumenggung Danuningrat. Ketika terjadi perang Diponegoro tahun 1825 di daerah Kedu, Bupati Magelang yang pertama tersebut tewas. Kepala Sang Bupati dibawa untuk dipersembahkan ke hadapan Pangeran Diponegoro kemudian dimakamkan di Selarong. Sedangkan tubuh Sang Bupati dikubur di Desa Kauman dekat Magelang. Atas jasa-jasa Sang Bupati, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan besluit (surat keputusan) no. 14 tertanggal 15 Januri 1831 dengan menganugrahi gelar Raden Adipati Danuningrat I. RA Danuningrat I ini adalah yang pertama mendirikan rumah kabupaten dan mesjid di kota magelang. Rumah kabupaten diberi nama Kebondalam yang diperintahkan seorang Demang. Kebondalam artinya kebon raja. Selanjutnya setelah RA Danuningrat I, dilanjutkan oleh RA Danuningrat II, III dan selanjutnya. Ketika artikel ini ditulis, Bupati Magelang masih R A Danusugondo (RA Danuningrat V) yang memerintah sejak tahun 1908. Sumber: Pemandangan 15 Des. 1938. Koleksi Surat Kabar Lama Perpusnas (SKJIL-Team)

 Sedikit riwayat kota Magelang. Tahun 1810 masih dibawah kekuasaaan Inggris. Magelang dipilih menjadi ibukota kabupaten dan bupati pertamanya: Mas Angabei Danoekromo. Berdasarkan putusan Gubernur Jendral Belanda pada 20 Nov. 1813 ditetapkan  menjadi pejabat pemerintah Hindia Belanda dengan gelar Raden Tumenggung Danuningrat. Ketika terjadi perang Diponegoro tahun 1825 di daerah Kedu, Bupati Magelang yang pertama tersebut tewas. Kepala Sang Bupati dibawa untuk dipersembahkan ke hadapan Pangeran Diponegoro kemudian dimakamkan di Selarong. Sedangkan tubuh Sang Bupati dikubur di Desa Kauman dekat Magelang. Atas jasa-jasa Sang Bupati, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan besluit (surat keputusan) no. 14 tertanggal 15 Januri 1831 dengan menganugrahi gelar Raden Adipati Danuningrat I.  RA Danuningrat I ini  adalah yang pertama mendirikan rumah kabupaten dan mesjid di kota magelang. Rumah kabupaten diberi nama Kebondalam yang diperintahkan seorang Demang. Kebondalam artinya kebon raja. Selanjutnya setelah RA Danuningrat I, dilanjutkan  oleh RA Danuningrat II, III dan selanjutnya. Ketika artikel ini ditulis, Bupati Magelang masih R A Danusugondo (RA Danuningrat V) yang memerintah sejak tahun 1908. Sumber: Pemandangan 15 Des. 1938. Koleksi Surat Kabar Lama Perpusnas (SKJIL-Team)



02 July 2024

Sejarah Magelang - Salah satu destinasi wisata yang menjadi tujuan wisatawan lokal ketika mengunjungi Kota Magelang adalah Pasar Rejowinangun. Pasar Rejowinangun ini menjadi Pasar tradisional tertua di Kota Magelang. Pada tahun 1964, pembangunan toko-toko di dalam pasar Rejowinangun dilakukan oleh Pemerintah Kota Magelang. Peletakan batu pertamanya dilakukan pada Juni 1964 oleh Walikota Magelang yang saat itu dijabat oleh Argo Ismoyo. Dalam potret berikut, di sebelah kiri terlihat Walikota Magelang Argo Ismoyo sedang menandatangani kontrak pembangunan toko-toko di Pasar Rejowinangun dengan pemborongnya adalah Ny. Wongsodimedjo. Adapun potret sebelah kanan menunjukan Bapak Argo Ismoyo sedang meletakkan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan toko-toko di Pasar Tersebut. Sumber: Kedaulatan Rakyat, 2 Juni 1964 Halaman 2 Kolom 6. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team) #PasarRejowinangun

 

Salah satu destinasi wisata yang menjadi tujuan wisatawan lokal ketika mengunjungi Kota Magelang adalah Pasar Rejowinangun. Pasar Rejowinangun ini menjadi Pasar tradisional tertua di Kota Magelang.



Pada tahun 1964, pembangunan toko-toko di dalam pasar Rejowinangun dilakukan oleh Pemerintah Kota Magelang. Peletakan batu pertamanya dilakukan pada Juni 1964 oleh Walikota Magelang yang saat itu dijabat oleh Argo Ismoyo. Dalam potret berikut, di sebelah kiri terlihat Walikota Magelang Argo Ismoyo sedang menandatangani kontrak pembangunan toko-toko di Pasar Rejowinangun dengan pemborongnya adalah Ny. Wongsodimedjo. Adapun potret sebelah kanan menunjukan Bapak Argo Ismoyo sedang meletakkan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan toko-toko di Pasar Tersebut.

Sumber: Kedaulatan Rakyat, 2 Juni 1964 Halaman 2 Kolom 6. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team)

#PasarRejowinangun

Andi Lala lahir di Bone, Sulawesi Selatan, 17 Juni 1950 dan meninggal pada 1 November 2005. Andi Lala adalah mantan pemain sepak bola yang pernah membela tim nasional pada berbagai kejuaraan, termasuk SEA GAMES 1977 di Kuala Lumpur, Malaysia. Ia pernah suskses mengantarkan Persija menjuarai kompetisi PSSI. Ini adalah Andi Lala sebagai bintang iklan perumahan Kelapa Gading Jakarta pada tahun 1981. Sumber: Sinar Harapan, 21 Mei 1981. Koleksi Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI Salemba (Skala-team) #Tokoh #Sepakbola #iklan #perumahan

 Andi Lala lahir di Bone, Sulawesi Selatan, 17 Juni 1950 dan meninggal pada 1 November 2005. Andi Lala adalah mantan pemain sepak bola yang pernah membela tim nasional pada berbagai kejuaraan, termasuk SEA GAMES 1977 di Kuala Lumpur, Malaysia. Ia pernah suskses mengantarkan Persija menjuarai kompetisi PSSI.



Ini adalah Andi Lala sebagai bintang iklan perumahan Kelapa Gading Jakarta pada tahun 1981.


Sumber: Sinar Harapan, 21 Mei 1981. Koleksi Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI Salemba (Skala-team)


#Tokoh #Sepakbola #iklan #perumahan