06 December 2023

KI AGENG PEMANAHAN ( KI AGENG MATARAM III ) Sunan Kalijaga sudah tahu bahwa melalui Raden Bagus Kacung lah kelak " Wahyu Raja Tanah Jawa " akan turun. "Jebeng , galo Wahyu Ratu Tanah Jawa wis katon ono sisih Wetan “ kata Sunan Kalijaga kepada Ki Ageng Pemanahan murid kesayangannya. Silsilah Ki Ageng Pemanahan : Prabu Brawijaya V menikah dengan Mas Ayu Wandansari menurunkan Raden Bondan Kejawan. Raden Bondan Kejawan menikah dengan Dewi Nawangsih putra Ki Ageng Tarub II ( Ki Ageng Tarub II adalah putra dari Syech Maulana Maghribi bin Syech Jumadil Qubro ) menurunkan : 1. Ki Ageng Wonosobo 2. Ki Ageng Getas Pendowo 3. Nyai Ageng Ngerang Ki Ageng Getas Pendowo menikah dengan putri Sunan Mojogung, Gunung Jati Cirebon menurunkan Ki Ageng Selo Ki Ageng Selo menikah dengan putri Nyai Ageng Ngerang menurunkan Ki Ageng Henis Ki Ageng Henis menikah dengan putri Ki Ageng Made Pandan menurunkan Ki Ageng Pemanahan Raden Bagus Kacung atau Ki Ageng Pemanahan adalah putra dari Ki Ageng Henis seorang Penasehat Spiritual Raja Pajang dan Pemuka agama di Laweyan Kerajaan Pajang , Raden Bagus Kacung pada masa mudanya banyak mengenyam pendidikan dari para Eyangnya yang hebat antara lain Sunan Kalijaga, Ki Ageng Selo, Ki Ageng Ngerang juga ayahandanya sendiri Ki Ageng Henis. Sepertinya Sunan Kalijaga sudah tahu bahwa kepada Raden Bagus Kacung lah kelak " Wahyu Raja Tanah Jawa " akan turun. Raden Bagus Kacung adalah Priyayi yang sholeh, tekun menjalankan syariat agama, sosok yang sederhana, cerdas, gesit juga bijaksana. Beliau juga ahli diberbagai ilmu kanuragan / bela diri. Hingga kelak ketika ayahandanya ditunjuk oleh Sultan Hadiwijaya menjadi Penasehat Spiritual Raja di Kraton Pajang, tidak lama kemudian Raden Bagus Kacung diangkat menjadi Lurah Mantri Tamtama Kraton Pajang dan bertempat tinggal di Dukuh Pemanahan. Dan bergelar Ki Ageng Pemanahan. Dan kemudian hari Dukuh Pemanahan di kenal sebagai wilayah Manahan, dan tempat tinggal / Padepokan beliau di kenal dengan nama Depok. Di sana masih ada petilasan beliau, tempat sholat dan mata air untuk wudhu juga untuk keperluan lainnya. Ki Ageng Pemanahan pada masa mudanya menjalin persahabatan dengan Raden Karebet ( Sultan Hadiwijaya ), Ki Juru Mertani ( sepupu & adik ipar ), dan Raden Penjawi ( sepupu ) Kedekatan Ki Ageng Pemanahan dengan Sultan Hadiwijaya tampak terlihat ketika Sultan Hadiwijaya yang saat itu belum berputra mengangkat salah satu putra Ki Ageng Pemanahan yaitu Bagus Srubut / Raden Danang / Raden Danar sebagai putranya dan diberi nama Danang Sutawijaya. Dalam berbagai kegiatan Kraton, Sultan Hadiwijaya juga mengajak Ki Ageng Pemanahan untuk mendampinginya. Termasuk ketika Sultan Hadiwijaya berkunjung ke Padepokan Sunan Kudus juga ke tempat Ratu Kalinyamat. Disana Ratu Kalinyamat meminta Sultan Hadiwijaya / siapapun untuk membalaskan dendamnya atas meninggalnya Pangeran Hadiri suaminya yg terbunuh oleh Arya Penangsang . Dalam perjalanan pulang Sultan Hadiwijaya masih memikirkan ucapan Kakak iparnya tersebut, akhirnya Ki Ageng Pemanahan memberanikan diri untuk tampil melawan Arya Penangsang. Hingga akhirnya Ki Ageng Pemanahan kelak dibantu Danang Sutawijaya, Ki Ageng Juru Mertani serta Ki Penjawi berhasil menundukkan Arya Penangsang. Ki Ageng Pemanahan termasuk murid yang taat kepada gurunya, ketika Sunan Kalijaga memerintahkan beliau untuk bertapa ke " Kembang Semampir " Ki Ageng Pemanahan didampingi sepupu juga adik iparnya yaitu Ki Ageng Juru Mertani serta Danang Sutawijaya berangkat ke Kembang Semampir dan bertapa disana hampir 5 tahun lebih. PERTAPAAN KEMBANG SEMAMPIR Pertapaan Kembang Lampir awal mulanya bernama "Kembang Semampir" , tempat tersebut adalah tempat Ki Ageng Pamanahan bersemedi laku prihatin saat mencari "Wahyu Kraton " pada saat itu kondisi Ki Ageng Pamanahan baru bersedih karena menunggu janji Raja Pajang , Sultan Hadi Wijaya untuk memberikan Tanah Perdikan kepada Ki Ageng Pemanahan belum terlaksana. dikisahkan dahulu Sunan Kalijaga memerintahkan para muridnya yaitu Ki Ageng Pemanahan & Ki Ageng Giring III yang sama sama keturunan Raja Majapahit Brawijaya V , untuk berkelana mencari Wahyu Kraton di daerah yang sekarang disebut Gunungkidul. Oleh Sunan Kalijaga, Ki Ageng Pemanahan diperintahkan untuk laku tirakat di suatu tempat yang ada pohon mati tapi berbunga. Akhirnya Pohon mati yang berbunga ditemukan oleh Ki Ageng Pemanahan di daerah yang sekarang di sebuat Kembang Lampir di wilayah Mendak, Giri Sekar, Panggang Gunung Kidul. WAHYU GAGAK EMPRIT Dikisahkan Sunan Kalijaga pernah berkata kepada murid muridnya, bahwa " Wahyu Ratu Tanah Jawa akan turun di tengah Pegunungan Selatan ( Gunungkidul Yogyakarta ) " tsb.Dan setelah sekian lama laku prihatin, tapa brata di pertapaan tersebut akhirnya pada suatu hari Sunan Kalijaga berkunjung ke pertapaannya dan berkata “ Jebeng , galo Wahyu Ratu Tanah Jawa wis katon ono sisih Wetan “ Jebeng adalah panggilan Sunan Kalijaga untuk Ki Ageng Pemanahan Kemudian Ki Ageng Pemanahan berangkat ke daerah Pegunungan Selatan, dan kemudian mampir ke tempat tinggal Ki Ageng Giring saudara seperguruannya. Karena sudah akrab, dan kehausan, Ki Ageng Pemanahan langsung ke Pawon dan meminum air degan dari buah kelapa yang baru dipetik Ki Ageng Giring. Untuk detailnya bisa baca scroll di Wahyu Gagak Emprit. PERDIKAN MATARAM Dan akhirnya pada tahun 1556 atas saran Sunan Kalijaga , Sultan Hadiwijaya Raja Pajang berkenan memberikan tanah " Hutan Mentaok " setelah Ki Ageng Pemanahan mengangkat sumpah akan setia dan tunduk kepada kerajaan Pajang hingga akhir hayatnya. Setelah tanah Mataram diberikan, Sunan Kalijaga berpesan kepada Ki Ageng Pamanahan untuk membangun tempat tinggal untuk keluarga di sekitar pohon beringin yang telah di tanam beliau sewaktu beliau tinggal beberapa waktu di hutan Mentaok. Seperti dikisahkan ketika dahulu menanam pohon beringin tersebut, Sunan Kalijaga berdoa semoga kelak daerah tersebut menjadi daerah yang rejo atau makmur. Ki Ageng Pemanahan bersama sanak keluarga dan para pengikutnya berangkat meninggalkan Desa Pamanahan yang letaknya di sebelah utara Kraton Pajang ke hutan Mentaok. Dan mulai membuka hutan Mentaok menjadi sebuah desa. Dan seiring berjalannya waktu wilayah Alas Mentaok semakin berkembang, penduduknya semakin bertambah dan akhirnya menjadi sebuah daerah pemukiman yang makmur yang disebut sebagai " Perdikan Mataram " dan Ki Ageng Pemanahan dikenal sebagai Ki Ageng Mataram, dan daerah tempat kediaman keluarga Ki Ageng Pamanahan disebut " Kotagedhe " Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1584. Dan dimakamkan didekat tempat tinggal beliau, sekarang disebut Astana Kotagedhe. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat, pada tahun 1586 Sultan Hadiwijaya wafat, Danang Sutawijaya akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Pajang dan mendirikan kerajaan Mataram Islam dengan pusat pemerintahan di Kotagedhe pada tahun 1587 Dan Danang Sutawijaya bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawa Berikut adalah para putra Ki Ageng Pemanahan : I. Istri pertama ( Nyai Sabinah / Nyai Ageng Pemanahan ) menurunkan : 1. Raden Roro Sobro atau Raden Ayu Adipati Manduranagara 2. Raden Danang Bagus Srubut kelak bergelar Panembahan Senopati ( Raja Mataram Islam I ) 3. Nyai Ageng Tumenggung Mayang 4. Raden Roro Maryam ( RAy Djoyoprono ) 5. Raden Panulat ( Adipati Teposono ) 6. Raden Pamadhe 7. Raden Jambu ( P Adipati Mangkubumi ) 8. Raden Santri ( P Adipati Singasari ) 9. Raden Tompe, Pangeran Gagak Baning 10. Raden Sambak meninggal masih bayi. 11. Pangeran Adipati Pringgolayan 12. Nyai Ageng Sewakul II. Istri Pangrembe ( Niken Rubiyah ) 1.R. Andangkoro Pangeran Ronggo Mertosono 2. Pangeran Haryo Tanduran 3. Raden Ayu Kajoran 4. Laki-laki meninggal masih bayi 5. Nyai Ageng Tanduran. 6. Nyai Ageng Panjang Jiwa 7. Perempuan meninggal masih bayi 8. Nyai Ageng Banyak Patra 9. Nyai Ageng Kusumoyudo Marisi 10. Nyai Ageng Pucang 11. Nyai Ageng Singopodo di Panggul 12. laki-laki meninggal masih bayi 13. Nyai Ageng Mohammad Pekik 14. Nyai Ageng Wirobodro 15. Nyai Ageng Adiguno di Pelem 16. Nyai Ageng Suroyudo 17. Nyai Ageng Mursodo Silarong 18. Nyai Ageng Ronggo Kranggan 19. Nyai Ageng Kawangsen 20. Nyai Ageng Wirosobo

 KI AGENG PEMANAHAN

( KI AGENG MATARAM III )


Sunan Kalijaga sudah tahu bahwa melalui Raden Bagus Kacung lah kelak " Wahyu Raja Tanah Jawa " akan turun. 


 "Jebeng , galo Wahyu Ratu Tanah Jawa wis katon ono sisih Wetan “ kata Sunan Kalijaga kepada Ki Ageng Pemanahan murid kesayangannya.


Silsilah Ki Ageng Pemanahan :


Prabu Brawijaya V menikah dengan Mas Ayu Wandansari menurunkan Raden Bondan Kejawan.


Raden Bondan Kejawan menikah dengan Dewi Nawangsih putra Ki Ageng Tarub II ( Ki Ageng Tarub II adalah putra  dari Syech Maulana Maghribi bin Syech Jumadil Qubro ) menurunkan : 

1. Ki Ageng Wonosobo

2. Ki Ageng Getas Pendowo

3. Nyai Ageng Ngerang


Ki Ageng Getas Pendowo menikah dengan putri Sunan Mojogung, Gunung Jati Cirebon menurunkan Ki Ageng Selo


Ki Ageng Selo menikah dengan putri Nyai Ageng Ngerang menurunkan Ki Ageng Henis 


Ki Ageng Henis menikah dengan putri Ki Ageng Made Pandan  menurunkan Ki Ageng Pemanahan


Raden Bagus Kacung atau Ki Ageng Pemanahan adalah putra dari Ki Ageng Henis seorang Penasehat Spiritual Raja Pajang dan Pemuka agama di Laweyan Kerajaan Pajang ,

Raden Bagus Kacung pada masa mudanya banyak mengenyam pendidikan dari para Eyangnya yang hebat antara lain Sunan Kalijaga, Ki Ageng Selo, Ki Ageng Ngerang juga ayahandanya sendiri Ki Ageng Henis. Sepertinya Sunan Kalijaga sudah tahu bahwa kepada Raden Bagus Kacung lah kelak " Wahyu Raja Tanah Jawa " akan turun. 

Raden Bagus Kacung adalah Priyayi yang sholeh, tekun menjalankan syariat agama, sosok yang sederhana, cerdas, gesit juga bijaksana. Beliau juga ahli diberbagai ilmu kanuragan / bela diri. Hingga kelak ketika ayahandanya ditunjuk oleh Sultan Hadiwijaya menjadi Penasehat Spiritual Raja di Kraton Pajang, tidak lama kemudian Raden Bagus Kacung diangkat menjadi Lurah Mantri Tamtama Kraton Pajang dan bertempat tinggal di Dukuh Pemanahan. Dan bergelar Ki Ageng Pemanahan. Dan kemudian hari Dukuh Pemanahan  di kenal sebagai wilayah Manahan, dan tempat tinggal / Padepokan beliau di kenal dengan nama Depok. Di sana masih ada petilasan beliau,  tempat sholat dan mata air untuk wudhu juga untuk keperluan lainnya.

Ki Ageng Pemanahan pada masa mudanya menjalin persahabatan dengan Raden Karebet ( Sultan Hadiwijaya ), Ki Juru Mertani ( sepupu & adik ipar ), dan Raden Penjawi   ( sepupu ) 

Kedekatan Ki Ageng Pemanahan dengan Sultan Hadiwijaya tampak terlihat ketika Sultan Hadiwijaya yang saat itu belum berputra mengangkat salah satu putra Ki Ageng Pemanahan yaitu Bagus Srubut / Raden Danang / Raden Danar sebagai putranya dan diberi nama Danang Sutawijaya.

Dalam berbagai kegiatan Kraton, Sultan Hadiwijaya juga mengajak Ki Ageng Pemanahan untuk mendampinginya. Termasuk ketika Sultan Hadiwijaya berkunjung ke Padepokan Sunan Kudus juga ke tempat Ratu Kalinyamat. Disana Ratu Kalinyamat meminta Sultan Hadiwijaya / siapapun untuk membalaskan dendamnya atas meninggalnya Pangeran Hadiri suaminya yg terbunuh oleh Arya Penangsang . Dalam perjalanan pulang Sultan Hadiwijaya masih memikirkan ucapan Kakak iparnya tersebut, akhirnya Ki Ageng Pemanahan memberanikan diri untuk tampil melawan Arya Penangsang.

Hingga akhirnya Ki Ageng Pemanahan kelak dibantu Danang Sutawijaya, Ki Ageng Juru Mertani serta Ki Penjawi  berhasil  menundukkan Arya Penangsang.


Ki Ageng Pemanahan termasuk murid yang taat kepada gurunya, ketika Sunan Kalijaga memerintahkan beliau untuk bertapa ke " Kembang Semampir " Ki Ageng Pemanahan didampingi sepupu juga adik iparnya yaitu Ki Ageng Juru Mertani serta Danang Sutawijaya berangkat ke Kembang Semampir dan bertapa disana  hampir 5 tahun lebih.


PERTAPAAN KEMBANG SEMAMPIR

Pertapaan Kembang Lampir awal mulanya bernama "Kembang Semampir" , tempat tersebut adalah tempat Ki Ageng Pamanahan bersemedi laku prihatin saat mencari "Wahyu Kraton " pada saat itu kondisi Ki Ageng Pamanahan baru bersedih karena   menunggu janji Raja Pajang , Sultan Hadi Wijaya untuk memberikan Tanah Perdikan kepada Ki Ageng Pemanahan belum terlaksana.


dikisahkan dahulu Sunan Kalijaga memerintahkan para muridnya yaitu Ki Ageng Pemanahan & Ki Ageng Giring III yang sama sama keturunan Raja Majapahit Brawijaya V , untuk berkelana mencari Wahyu Kraton di daerah yang sekarang disebut  Gunungkidul.


Oleh Sunan Kalijaga, Ki Ageng Pemanahan diperintahkan untuk laku tirakat di suatu tempat yang ada pohon mati tapi berbunga. Akhirnya Pohon mati yang berbunga ditemukan oleh Ki Ageng Pemanahan di daerah yang sekarang di sebuat Kembang Lampir di wilayah Mendak, Giri Sekar, Panggang Gunung Kidul.


WAHYU GAGAK EMPRIT 

Dikisahkan Sunan Kalijaga pernah berkata kepada murid muridnya, bahwa " Wahyu Ratu Tanah Jawa akan turun di tengah Pegunungan Selatan ( Gunungkidul Yogyakarta ) "

tsb.Dan setelah sekian lama laku prihatin, tapa brata di pertapaan tersebut akhirnya pada suatu hari Sunan Kalijaga berkunjung ke pertapaannya dan berkata “ Jebeng , galo Wahyu Ratu Tanah Jawa wis katon ono sisih Wetan “ Jebeng adalah panggilan  Sunan Kalijaga untuk Ki Ageng Pemanahan

Kemudian Ki Ageng Pemanahan berangkat ke daerah Pegunungan Selatan, dan kemudian mampir ke tempat tinggal Ki Ageng Giring saudara seperguruannya. Karena sudah akrab, dan kehausan, Ki Ageng Pemanahan langsung ke Pawon dan meminum air degan dari buah kelapa yang baru dipetik Ki Ageng Giring. Untuk  detailnya bisa baca scroll di Wahyu Gagak Emprit.


PERDIKAN MATARAM 

Dan akhirnya pada tahun 1556 atas saran Sunan Kalijaga , Sultan Hadiwijaya Raja Pajang berkenan memberikan tanah " Hutan Mentaok "  setelah Ki Ageng Pemanahan mengangkat sumpah akan setia dan tunduk kepada kerajaan Pajang hingga akhir hayatnya.


Setelah tanah Mataram diberikan, Sunan Kalijaga berpesan kepada Ki Ageng Pamanahan untuk membangun tempat tinggal untuk keluarga di sekitar pohon beringin yang telah di tanam beliau sewaktu beliau tinggal beberapa waktu di hutan Mentaok. Seperti dikisahkan ketika dahulu menanam pohon beringin tersebut, Sunan Kalijaga berdoa semoga kelak daerah tersebut menjadi daerah yang rejo atau makmur.

Ki Ageng Pemanahan bersama sanak keluarga dan para pengikutnya berangkat meninggalkan Desa Pamanahan yang letaknya di sebelah utara Kraton Pajang ke hutan Mentaok. Dan mulai membuka hutan Mentaok menjadi sebuah desa. Dan seiring berjalannya waktu wilayah Alas Mentaok semakin berkembang, penduduknya semakin bertambah dan akhirnya menjadi sebuah daerah pemukiman yang makmur yang disebut sebagai " Perdikan Mataram " dan Ki Ageng Pemanahan dikenal sebagai Ki Ageng Mataram, dan daerah tempat kediaman keluarga Ki Ageng Pamanahan disebut " Kotagedhe " 


Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1584. Dan dimakamkan didekat tempat tinggal beliau, sekarang disebut Astana Kotagedhe.

Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat, pada tahun 1586 Sultan Hadiwijaya wafat, Danang Sutawijaya akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Pajang dan mendirikan kerajaan Mataram Islam dengan pusat pemerintahan di Kotagedhe pada tahun 1587

Dan Danang Sutawijaya bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawa


Berikut adalah para putra Ki Ageng Pemanahan :


I. Istri pertama ( Nyai Sabinah / Nyai Ageng Pemanahan ) menurunkan :

1. Raden Roro Sobro atau Raden Ayu Adipati Manduranagara 

2. Raden Danang Bagus Srubut kelak bergelar Panembahan Senopati ( Raja Mataram Islam I )

3. Nyai Ageng Tumenggung Mayang

4. Raden Roro Maryam ( RAy Djoyoprono )

5. Raden Panulat ( Adipati Teposono )

6. Raden Pamadhe

7. Raden Jambu ( P Adipati Mangkubumi )

8. Raden Santri ( P Adipati Singasari )

9. Raden Tompe, Pangeran Gagak Baning 

10. Raden Sambak meninggal masih bayi.

11. Pangeran Adipati Pringgolayan 

12. Nyai Ageng Sewakul


II. Istri Pangrembe ( Niken Rubiyah )

1.R. Andangkoro Pangeran Ronggo Mertosono

2. Pangeran Haryo Tanduran 

3. Raden Ayu Kajoran 

4. Laki-laki meninggal masih bayi

5. Nyai Ageng Tanduran.

6. Nyai Ageng Panjang Jiwa 

7. Perempuan meninggal masih bayi

8. Nyai Ageng Banyak Patra 

9. Nyai Ageng Kusumoyudo Marisi

10. Nyai Ageng Pucang

11. Nyai Ageng Singopodo di Panggul

12. laki-laki meninggal masih bayi

13. Nyai Ageng Mohammad Pekik

14. Nyai Ageng Wirobodro

15. Nyai Ageng Adiguno di Pelem

16. Nyai Ageng Suroyudo 

17. Nyai Ageng Mursodo Silarong

18. Nyai Ageng Ronggo Kranggan 

19. Nyai Ageng Kawangsen 

20. Nyai Ageng Wirosobo










No comments:

Post a Comment