Saluran Air Kali Manggis
Oleh : Bagus Priyana
Jika kita melewati Jalan Manggis, Kelurahan Gelangan, Kota Magelang kita akan kita bisa menjumpai salarun air yang terbuat dari beton berbentuk kotak. Saluran tersebut memanjang dan mengikuti lekuk jalan tersebut, letaknya yang lebih tinggi dari jalan menjadikan saluran ini seperti tembok yang memagari jalan tersebut.
Saluran yang oleh warga Kota Magelang dikenal dengan Kali Kotak ini merupakan salah satu bangunan peninggalan Kolonial Belanda. Ada sebuah prasasti yang menuliskan tanggal 1 Oktober – 31 Desember 1930. Dari sumber sejarah menyebutkan tanggal tersebut merupakan tanggal direhabnya saluran tersebut sehingga terlihat seperti sekarang. Kota Magelang dahulunya merupakan daerah yang kering dan tidak bisa teraliri air seperti sekarang. Namun usai perang diponegoro Magelang sebagai Government Settlement tepatnya tahun 1830 mulai membangun saluran air untuk mengairi lahan pertanian dan perkebunan. Hal itu dilakukan untuk mewujudkan kepentingan Belanda. Saat itu Magelang dijadikan daerah untuk mengumpulkan hasil perkebunan yang akan di bawa ke Semarang.
“Karena di Semarang ada pelabuhan, maka dijadikan kota distribusi hasil pertanian dan perkebunan. Dan Magelang menjadi salah satu untuk mengumpulkan hasil tersebut,” ujar pemerhati kota toea dari Komunitas Kota Toea Magelang.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka Pemerintah Kolonial Belanda membangun saluran air Progo Manggis (Manggis Leiding) yang melewati tiga daerah yaitu Temanggung, Kabupaten Magelang dan Kota Magelang. Saluran tersebut memanjang dari Temanggung hingga Mertoyudan Kabupaten Magelang. Sumber air dari saluran tersebut diambilkan dari Sungai Progo di Dusun Kuncen Desa Badran Kecamatan Kranggan Temanggung.
Terbentuknya Progo Manggis tersebut tidak lepas dari jasa Kyai Gejayan. Dia ditantang oleh Belanda, jika bisa mengalirkan air Sungai Progo ke Magelang, Belanda akan membeli air tersebut. Akhirnya Kyai tersebut berhasil membuat Bendung Badran sehingga air bisa mengaliri Saluran Kali Manggis dan akhirnya sampai Magelang.
“Namun Belanda tidak menepati janjinya hingga sang Kyai meninggal. Sekarang jasadnya dimakamkan di Tegalrejo Kabupaten Magelang,” lanjutnya.
Berdasarkan catatan salah seorang saksi sejarah dan tokoh masyarakat yang bernama Soekimin Adiwiratmoko. Saluran Progo Manggis ini mulai dibangun 1857. Saluran ini dibangun untuk mengairi sawah di daerah Secang dan perkebunan tebu milik Belanda di Mertoyudan, Kabupaten Magelang.
“Ada juga sumber lain yang menyebutkan saluran tersebut dibangun pada 1895,” ujar Bagus
Sedangkan saluran air yang ada di Kota Magelang digunakan untuk menggelontor limbah rumah tangga dan saluran air kota (Boog Leiding) dan juga untuk menyirami taman kota. Selain itu saluran ini juga untuk mengantisipasi bencana kebakaran, karena pada masa itu mayoritas rumah milik warga terbuat dari bambu sehingga mudah terbakar.
Pada saat dibangun, saluran ini dibuat dari plat dan kerangka yang terbuat dari besi. Namun karena tidak kuat menahan arus air maka pada tahun 1911 dilakukan renovasi. Renovasi dilakukan pada jembatan air atau banyak orang menyebutnya talang. Renovasi dilakukan sepanjang 125 meter di Dusun Bolang, Badran Temanggung.
Menurut cerita rakyat setempat, proses pengerjaan ini dikerjakan oleh tuan Ventros seorang Belanda. Dalam pelaksanaannya kualitas sangat diperhatikan, material seperti pasir dan batu koral yang dipakai untuk bahan bligon harus dicuci tidak boleh ada kotoran sama sekali.
Sumber :
https://kotatoeamagelang.wordpress.com/2011/03/30/saluran-air-kali-manggis/#more-74
No comments:
Post a Comment