30 September 2024

𝗞𝗲𝗿𝘂𝗻𝘁𝘂𝗵𝗮𝗻 𝗠𝗮𝗷𝗮𝗽𝗮𝗵𝗶𝘁 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗛𝗶𝗸𝗮𝘆𝗮𝘁 𝗕𝗮𝗻𝗷𝗮𝗿 (𝟭𝟲𝟲𝟯 𝗠) Hikayat Banjar adalah naskah berbahasa Melayu yang diperkirakan selesai ditulis pada 1663 M pada era kesultanan Banjar, dalam isinya memuat tentang keruntuhan Majapahit karena "huru-hara", menariknya isi Hikayat Banjar lebih banyak memiliki kemiripan dengan sumber-sumber primer Portugis (1500an M) daripada dengan Babad Tanah Jawa (1722 M), contohnya: - Disebutkan nama Patih Maudara, nama Patih ini juga muncul di sumber2 Portugis, disebutkan sebagai Pate Amdura di Suma Oriental dan Pateudra di Book of Duarte Barbossa - Disebutkan tentang Puteri Pasai sebagi istri Raja Majapahit, hal ini mirip dengan penjelasan di The Commentaries of Afonso d'Alboquerque (1557 M) yang menyebutkan bahwa Raja Pasai adalah kerabat Raja Jawa Teks Lengkap: Adapun Patih Maudara itu sudah mati dan Raja Majapait itu sudah mati, maka Puteri Pasai yang jadi isteri Raja Majapait itu turun berdiam ke Ampel Gadang itu lalu bertobat ia itu masuk pila agama Islam dengan saudaranya yang bernama Raja Bungsu itu. Maka Negeri Majapait sesaat yakni semahyang haru-hara itu, maka orang di dalam negeri habis lari, ada yang ke Tuban, ada yang ke Madura, ada yang ke Sedayu, ada yang ke Sandang, ada yang ke Demak, ada yang ke Pucung Dasar, banyak tiada tersebut orang itu masing-masingnya berdiam barng tempatnya itu. Bermula Negeri Jawa itu semuanya Islam tetapi mula-mula Islam itu desanya yang hampir lawan Ampel Gadang, sudah itu maka Jipang, sudah itu maka Geresik dan Surabaya dan Demak, maka Kudus, sudah itu maka Negeri Jawa yang lain-lain itu masuk Islam itu, banyak tiada tersebutkan. Adapun zaman itu yang kemudian daripada itu zaman Negeri Majapait yang besar kerajaannya itu Negeri Demak zaman Sultan Demak itu bernama Sultan Surya Alam raja yang mengarang Kutara bernama Kota Rakamaya itu masyhur pada Negeri Jawa akan mebicarakan tahta negeri karena Kutara itu meambil daripada hukum fiqih, banyaklah tiada tersebut. Hikayat Raja Banjar Dan Kotaringin. Sugiri Wibowo dkk. Jakarta: Perpusnas Press, 2022

 𝗞𝗲𝗿𝘂𝗻𝘁𝘂𝗵𝗮𝗻 𝗠𝗮𝗷𝗮𝗽𝗮𝗵𝗶𝘁 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗛𝗶𝗸𝗮𝘆𝗮𝘁 𝗕𝗮𝗻𝗷𝗮𝗿 (𝟭𝟲𝟲𝟯 𝗠)


Hikayat Banjar adalah naskah berbahasa Melayu yang diperkirakan selesai ditulis pada 1663 M pada era kesultanan Banjar, dalam isinya memuat tentang keruntuhan Majapahit karena "huru-hara", menariknya isi Hikayat Banjar lebih banyak memiliki kemiripan dengan sumber-sumber primer Portugis (1500an M) daripada dengan Babad Tanah Jawa (1722 M), contohnya:


- Disebutkan nama Patih Maudara, nama Patih ini juga muncul di sumber2 Portugis, disebutkan sebagai Pate Amdura di Suma Oriental dan Pateudra di Book of Duarte Barbossa 



- Disebutkan tentang Puteri Pasai sebagi istri Raja Majapahit, hal ini mirip dengan penjelasan di The Commentaries of Afonso d'Alboquerque (1557 M) yang menyebutkan bahwa Raja Pasai adalah kerabat Raja Jawa


Teks Lengkap:


Adapun Patih Maudara itu sudah mati dan Raja Majapait itu sudah mati, maka Puteri Pasai yang jadi isteri Raja Majapait itu turun berdiam ke Ampel Gadang itu lalu bertobat ia itu masuk pila agama Islam dengan saudaranya yang bernama Raja Bungsu itu. Maka Negeri Majapait sesaat yakni semahyang haru-hara itu, maka orang di dalam negeri habis lari, ada yang ke Tuban, ada yang ke Madura, ada yang ke Sedayu, ada yang ke Sandang, ada yang ke Demak, ada yang ke Pucung Dasar, banyak tiada tersebut orang itu masing-masingnya berdiam barng tempatnya itu.


Bermula Negeri Jawa itu semuanya Islam tetapi mula-mula Islam itu desanya yang hampir lawan Ampel Gadang, sudah itu maka Jipang, sudah itu maka Geresik dan Surabaya dan Demak, maka Kudus, sudah itu maka Negeri Jawa yang lain-lain itu masuk Islam itu, banyak tiada tersebutkan. Adapun zaman itu yang kemudian daripada itu zaman Negeri Majapait yang besar kerajaannya itu Negeri Demak zaman Sultan Demak itu bernama Sultan Surya Alam raja yang mengarang Kutara bernama Kota Rakamaya itu masyhur pada Negeri Jawa akan mebicarakan tahta negeri karena Kutara itu meambil daripada hukum fiqih, banyaklah tiada tersebut.


Hikayat Raja Banjar Dan Kotaringin. Sugiri Wibowo dkk. Jakarta: Perpusnas Press, 2022

No comments:

Post a Comment