Santo Yohanes
Lahir : Betsaida, Galilea, Israel 5/ 11 M
Anggota Murid ke - 12 Rasul Yesus.
Buku: Revelation of St. John the Divine, Evangelios, Evangelho Segundo João (ilustrado).
Dihormati di : Semua denominasi Kekristenan.
Atribut : buku, ular di cawan, kuali, elang.
Pelindung : pengarang, teolog, penerbit, penjual buku, penyunting, pelukis.
Orang Tua : ♂️Zebedeus, ♀️Salome.
Saudara : ♂️Santo Yakobus, ♂️Nabi Yahya As/ Yohanes Pembaptis.
Wafat : Efesus, Asia Kecil, Italia 8/21 Mei 99/ 101 M
Makam : Basilica Of Saint John, Atatürk, St. Jean Cd., 35920 Selçuk/İzmir, Turki.
Keterangan :
Rasul Yohanes Sang Theolog Penulis Injil
Diperingati pada tanggal 21 Mei dan 9 Oktober (kalender Gregorian) atau 8 Mei dan 26 September (kalender Gereja)
St. Yohanes seorang dari 12 Rasul, sering dalam ikonografi dituliskan sebagai seorang yang lembut, agung, dan sebagai guru spiritual. Ciri lain dari wajah spiritualitas Rasul Yohanes terlihat dari pengajarannya tentang kasih, yang karenanya ia juga dijuluki “Rasul daripada Kasih”, tulisan-tulisannya terserap oleh tentang kasih, bahwa Allah dalam keberadaanNya adalah Kasih (1 Yoh 4:8).
Dalam tulisan-tulisannya, St. Yohanes menunjukkan besarnya kasih Allah yang tak-terkatakan bagi dunia dan manusia, yang adalah kasih yang dinyatakan oleh Sang Guru Ilahi-nya. Ia terus-menerus menasehati murid-muridnya untuk mengasihi satu terhadap yang lain. Pelayanan kasih menjadi keseluruhan jalan hidup St. Yohanes Sang Teolog.
Sekalipun diantara para Rasul, dia disebut sebagai “murid yang dikasihi Yesus”, ia tampil rendah hati dan tidak menjadi lebih menonjol diantara para Rasul Kristus yang lain. Karakter seperti ini terbentuk karena ketaatannya mengikuti Kehendak Allah.
Rasul Yohanes Dipanggil Menjadi Murid
Rasul Yohanes adalah anak dari Zebedeus dan Salome. Dia dipanggil oleh Tuhan kita Yesus Kristus menjadi salah satu Rasul-Nya bersamaan dengan kakak laki-lakinya bernama Yakobus. Hal ini terjadi di Danau Gennesareth ( Laut Galilea).
Meninggalkan ayah mereka, kedua saudara laki-laki tersebut mengikuti Tuhan. Ia sangat dicintai oleh Sang Juruselamat karena cinta pengorbanan dan kemurnian dirinya, Rasul Yohanes tetap membujang (selibat) sampai akhir hidupnya.
Setelah panggilannya itu Rasul Yohanes tidak berpisah dari Tuhan, dan dia adalah salah satu dari tiga rasul yang sangat dekat dengan Dia. St. Yohanes hadir saat Tuhan membangkitkan putri Yairus, dan juga menjadi saksi Transfigurasi Kristus di Gunung Tabor.
(Transfigurasi ini terjadi saat Tuhan Yesus naik ke atas gunung bersama dengan Rasul Petrus, Rasul Yohanes, dan Rasul Yakobus saudara Rasul Yohanes -- Matius 17:2, Markus 9:2-3, Lukas 9:29)
Selama Perjamuan Terakhir, dia bersandar di samping Tuhan, dan meletakkan kepalanya di atas dadanya. Dia juga menanyakan nama pengkhianat Juruselamat.
Rasul Yohanes mengikuti di belakang Tuhan ketika mereka membawa Dia terikat dari Taman Getsemane ke istana Imam Besar Hanas dan Kayafas. Yohanes berada di sana di halaman Imam Besar selama mereka menginterogasi Gurunya dan dia dengan tegas mengikutinya dalam perjalanan ke Golgota, berduka dengan segenap hatinya.
Di kaki Salib, Rasul Yohanes berdiri bersama dengan Bunda Allah, mendengarkan firman Tuhan yang ditujukan kepada mereka dari kayu Salib: "Hai perempuan, lihatlah anakmu." Lalu Tuhan berkata kepada Rasul Yohanes, "Lihatlah ibumu" (Yohanes 19: 26-27).
Sejak saat itu Rasul Yohanes, seperti anak yang penuh kasih, memberikan dirinya sendiri untuk menjaga Sang Perawan Suci Maria, dan melayaninya sampai wafatnya Bunda Maria.
Tenggelamnya Rasul Yohanes ke Dalam Laut dan Pemberitaan Injil Kepada Orang-Orang Kafir
Setelah wafatnya Bunda Allah, Rasul Yohanes pergi ke Efesus dan kota-kota lain di Asia Kecil untuk memberitakan Injil, membawa serta muridnya bernama Prochorus.
Mereka naik kapal, dan diserang badai yang mengerikan. Semua penumpang terlempar ke daratan, dan hanya Yohanes yang tenggelam ke dalam laut. Prochorus menangis tersedu-sedu karena kehilangan bapa dan pembimbing rohaninya, lalu dia melanjutkan perjalanannya ke Efesus sendirian.
Pada hari keempat belas dalam perjalanannya, Prochorus berdiri di tepi laut dan melihat bahwa ombak telah membawa seorang pria ke darat. Dia menghampirinya dan mengenali bahwa orang itu adalah Rasul Yohanes, yang masih hidup dan telah dilindungi oleh Tuhan selama empat belas hari lamanya di laut.
Guru dan murid itu kemudian pergi ke Efesus, di mana Rasul Yohanes terus menerus mengabarkan tentang Kristus kepada orang-orang kafir. Khotbahnya disertai mujizat yang begitu banyak dan menakjubkan, sehingga jumlah orang percaya meningkat setiap harinya.
Penganiayaan dan Pengasingan Rasul Yohanes
Pada masa ini telah terjadi penganiayaan orang Kristen di bawah kaisar Nero (tahun 56-68). Mereka membawa Rasul Yohanes untuk diadili di Roma. Jana Suci Yohanes dijatuhi hukuman mati karena pengakuan imannya kepada Tuhan Yesus Kristus, tetapi Tuhan memelihara orang pilihan-Nya.
Rasul itu diminumi secangkir racun yang mematikan, tapi dia tetap hidup. Kemudian, dia muncul tanpa cedera dari kuali minyak mendidih dimana dia dilemparkan ke atasnya oleh perintah penyiksa. Setelah itu, mereka mengirim Rasul Yohanes untuk dipenjara dan diasingkan ke pulau Patmos, di mana dia menghabiskan waktunya selama bertahun-tahun.
Selama perjalanan menuju tempat pengasingan, Jana Suci Yohanes mengerjakan banyak mujizat. Di pulau Patmos, khotbah dan mujizatnya menarik semua penghuni pulau itu kepadanya, dan dia mencerahkan mereka dengan terang Injil. Dia mengusir banyak setan dari kuil-kuil pagan (kuil-kuil berhala), dan dia menyembuhkan banyak orang sakit.
Ada seorang penyihir dengan kekuatan iblis yang menunjukkan permusuhan besar terhadap khotbah rasul suci bernama Kinops. Namun Rasul Yohanes begitu ditakuti oleh Kinops dan para penyihir lainnya. Kinop membual bahwa mereka akan menghancurkan sang rasul. Tetapi Yohanes yang agung, dengan kasih karunia Allah yang bertindak melaluinya, menghancurkan semua kekuatan iblis yang digunakan oleh Kinops. Tukang sihir yang angkuh itu berakhir terbunuh di kedalaman laut.
Rasul Yohanes mengundurkan diri dengan muridnya, Prochorus, ke ketinggian yang sepi, di mana dia melakukan puasa tiga hari. Saat Jana Suci Yohanes berdoa, bumi gemetar dan guntur bergemuruh, hal itu membuat Prochorus terjatuh ketakutan. Rasul Yohanes kemudian mengangkatnya dan memintanya untuk menuliskan apa yang akan dikatakannya, karena Roh Allah telah menyatakan diri-Nya kepada Rasul Yohanes:
"Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Maha kuasa” (Wahyu 1:8)
Dari kejadian tersebut, Kitab Wahyu yang ditulis di tahun 67 ini, juga dikenal sebagai "Wahyu" dari Rasul Suci Yohanes Sang Theolog. Dalam kitab ini terdapat gambaran tentang kesengsaraan Gereja dan akhir dunia.
Kehidupan dan Pelayanan Rasul Yohanes Setelah Pengasingan dari Pulau Patmos
Setelah pengasingan yang berkepanjangan, Rasul Yohanes menerima kebebasannya dan kembali ke Efesus, di mana dia melanjutkan aktivitasnya, menginstruksikan orang-orang Kristen untuk waspada terhadap guru-guru palsu dan ajaran mereka yang keliru.
Pada tahun 95, Rasul Yohanes menulis Injilnya di Efesus. Dia meminta semua orang Kristen untuk mengasihi Tuhan dan satu dengan yang lain, karena dengan begitu, mereka dapat memenuhi perintah Kristus. Gereja memanggil Jana Suci Yohanes "Rasul Kasih", karena dia terus-menerus mengajarkan bahwa tanpa kasih, manusia tidak dapat mendekati Allah.
Rasul Yohanes berbicara tentang kesetiaan pada Kristus dan hidup sepenuhnya dalam Kristus. Sementara, dosa baginya bukanlah suatu kelemahan dan kecacatan dari kodrat manusia, namun merupakan akibat dari si jahat, sebagai dasar yang negatif, yang ada untuk melawan yang baik (Yoh. 8:34; 1 Yoh. 3:4,8-9).
Dalam pandangannya, sangat penting untuk memutuskan apakah kita berada di dalam Kristus atau iblis (1 Yoh. 2:22, 4:3). Karena tidak mungkin bagi kita untuk berada diantara keduanya dan menjadi “suam-suam kuku,.. tidak dingin atau panas” (Wahyu 3:15-16).
Karena itu, ia melayani Tuhan dengan penyangkalan diri dan kasih tak terbagi-bagi, menolak segala yang berhubungan dengan musuh manusia sejak dahulu kala, yang adalah musuh kebenaran dan bapa dari segala tipu muslihat (1 Yoh. 2:21-22).
Sebagaimana kuatnya ia mengasihi Kristus, begitu kuatnya juga ia membenci si anti-Kristus; sebagaimana ia terus menerus mencintai kebenaran, demikian pula ia membenci yang bertentangan dengan kebenaran, - karena terang itu mengusir kegelapan (Yoh. 8:12; 12:35-36).
Oleh manifestasi dari api kasih yang menyala dari dalam dirinya ia bersaksi dengan spiritualitas yang khas tentang keIlahian Yesus Kristus (Yoh. 1:1-18; 1 Yoh. 5:1-12). Dalam tiga Epistel-nya, St. Yohanes berbicara tentang pentingnya kasih akan Allah dan sesama.
Di masa tuanya, dia bercerita tentang seorang pemuda yang telah menyimpang dari jalan yang benar untuk mengikuti pemimpin kelompok perampok, sehingga St. Yohanes pergi ke padang gurun untuk mencarinya.
Melihat Penatua yang kudus ini, pemuda yang bersalah itu mencoba menyembunyikan dirinya sendiri, namun Rasul Yohanes mengejarnya dan meminta dia untuk berhenti. Rasul Yohanes membuat janji untuk menanggung dosa pemuda itu, jika saja dia mau bertobat dan tidak membawa kehancuran bagi jiwanya. Terguncang oleh perkataan dan kasih yang tulus dari Penatua yang kudus itu, pemuda tersebut benar-benar bertobat dan mengubah hidupnya.
Rasul Yohanes dianugerahi untuk menerima dan menyampaikan perkataan terakhir tentang Wahyu Ilahi (yang dikanonisasi oleh bapa-bapa gereja ke dalam Alkitab menjadi kitab terakhir/penutup).
Ia sangat mengenal Kebenaran kekal, karena ia telah menyaksikan-Nya, dan menerus-lanjutkan pada anak-anak rohaninya. Ia mendengar sendiri suara Tuhan, yang menyatakan padanya apa yang Ia sendiri dengar dari Sang Bapa. Ia secara sederhana menegaskan dan berbicara dengan seksama, seperti yang tertulis dalam 1 Yoh. 1:1.
Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup--itulah yang kami tuliskan kepada kamu. (1 Yohanes 1:1)
Teologi Rasul Yohanes menghapuskan batas antara masa kini dan masa lalu. Dan karenanya ia, menasehatkan kekudusan dalam hidup, sungguh-sungguh menyatakan, bahwasannya “semua, yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi (1 Yoh. 5:18; 3:9).
Akhir Hidup Rasul Yohanes
St. Yohanes wafat saat berusia lebih dari seratus tahun. Dia jauh lebih tua dari para saksi mata Tuhan lainnya, dan untuk waktu yang lama dia menjadi satu-satunya saksi mata kehidupan Sang Juruselamat yang tersisa.
Ketika tiba waktunya untuk wafat, Rasul Yohanes keluar dari batas kota Efesus dengan keluarga murid-muridnya. Dia meminta mereka mempersiapkan baginya sebuah kuburan berbentuk salib, di mana dia akan berbaring, dan mengatakan kepada murid-muridnya bahwa mereka harus menutupinya dengan tanah.
Murid-murid sambil menangis mencium guru mereka yang tercinta, namun tidak ingin menjadi tidak taat, mereka memenuhi permintaannya. Mereka menutupi wajah orang suci itu dengan kain dan menutup liang kuburannya.
Saat murid-murid St. Yohanes lainnya mendengar hal itu, keesokan harinya mereka tiba di tempat penguburan St. Yohanes dan saat mereka membuka kuburannya, mereka menemukan kuburannya telah kosong.
Oleh : Naila Syafira
No comments:
Post a Comment