Steurtjes, Sengsara di Kota Tentara
Oleh : Mahandis Yoanata Thamrin
Bangunan makam anak-anak panti Huize Oranje-Nassau yang diasuh Johannes "Pa" van der Steur di Magelang. Ada sekitar 40-an individu yang dimakamkan di bangunan ini.
Pa mulai merawat empat anak di sebuah rumah gedek pada 1892. Meski serba kekurangan, baik dana maupun tenaga pengasuh, penghuninya selalu meningkat. Sampai 1907, setidaknya Pa merawat 800 anak. Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak KNIL. Anak-anak asuhannya kerap dijuluki sebagai "steurtjes".
Magelang tampaknya kota tentara yang sengsara. Kota ini memiliki tanggungan besar pada anak-anak telantar. Penyebabnya, barangkali pergundikan.
Pa wafat di Semarang pada September 1945, setelah menjadi tawanan Jepang di kamp Cimahi. Dia dimakamkan di sebelah anak-anak asuhnya di Magelang. Sampai hari ini makam mereka masih menjadi penanda kota.
Sebuah keajaiban atau keprihatinan? Dari sekian hektar permakaman kota, hanya 27 nisan yang selamat dari penggusuran atas nama tata kota.
Padahal jiwa kota bersemayam di setiap permakaman dan bangunan tuanya. Menghilangkan keduanya berarti menghilangkan ingatan warga tentang kota mereka.
Terima kasih atas upaya Mas Bagus Priyana dan kawan-kawan Komunitas Kota Toea Magelang untuk melestarikan jejak sejarah kota ini.
No comments:
Post a Comment