PESANGGRAHAN PAGERGUNUNG : Tempat Tetirah Para Tuan di Batas Arga (akhir)
Lokasi Pagergunung yang menjulang diketinggian 1000 meter lebih diatas laut membuat pemandangan dari sana sangatlah memukau. Dengan kungkungan gunung - gunung yang melingkar disekitarnya membuat siapa saja yang berkunjung kesana akan terkesima. Jalan menanjak dan berkelok yang rusak parah sudah diperbaiki dan bisa dilintasi oleh kendaraan bermotor pada 1938. Tak kurang 50 mobil dari berbagai merek milik para pejabat tinggi kolonial dan bupati melintasi jalan baru tersebut. Persemian sebagai tanda selesai renovasi jalan Pagergunung dilaksanakan pada Minggu, 22 Mei 1938 dengan penuh antusias.
Para hadirin yang datang pada peresmian tersebut diantaranya adalah Gubernur Jawa bagian Tengah, Tuan dan Nyonya Bertsch, Residen Semarang, Tuan Pino, Residen Kedu, Tuan Sonnveldt, Walikota Magelang, R.C.A.F.J Nessel van Lissa, Para Bupati - Bupati dari Magelang, Purworedjo, Temanggung dan Wonosobo, Asisten - Residen Salatiga, Magelang, dan Kebumen, Komandan Garnisun Magelang van Jongert, Kepala Militair Hospitaal, Tuan dr. Wilkens, Direktur Kaderschool Tuan Beusekom, Mayar Bloog, Mayor Guldenaar dan banyak tamu undangan lainnya.
Para pejabat tersebut sebelumnya telah menginap terlebih dahulu di Ngablak, sekitar satu kilometer dari Kopeng dan pergi ke titik lokasi peresmian pada pukul 10 pagi. Para pejabat kolonial dan pangreh praja tersebut kemudian mengadakan pesta peresmian di sebuah tempat tetirah yang diberi nama Pesanggrahan Pagergunung. Upacara peresmian jalur Pagergunung ditandai dengan pemotongan pita oleh Nyonya Bertsch, istri Gubernur Jawa bagian Tengah yang kemudian dilanjutkan dengan makan sendwich dan minum minuman dingin. Sajian makanan berat seperti lontong dan gado - gado yang sayurnya dipetik langsung dari Pagergunung disajikan sebagai menu makan siang.
Memang tidak salah Bupati Magelang, Raden Adipati Aryo Danusugondo memilih Pagergunung sebagai lokasi pesanggrahan. Berada perisis dilipatan antara Gunung Andong dan Telomoyo, Pagergunung memiliki panorama alam yang molek. Gunung Sumbing dan Sindoro yang menjulang dibarat Magelang tampak gagah temaram di kala senja. Dataran Tinggi para Dewa, Dieng pun bisa tampak dari Pagergunung. Hawa sejuk khas pegunungan dengan banyak tanaman perkebunan yang segar menjadikan Pegergunung tempat tetirah yang pas bagi para tuan.
Dengan dilebarkannya akses jalan menuju Pagergunung, tentu saja banyak para tamu yang tidak enggan lagi untuk menghabiskan waktu berlibur mereka di Pesanggrahan Pagergunung. Sebuah prasasti tanda kunjungan dari utusan Perusahaan Wali Provinsi (Het Landvoogdelijk Gezelscahp) tertoreh di depan Pesanggrahan Pagergunung dengan angka tanggal 6 Mei 1938.
Fasilitas pesanggrahan yang bisa pengunjung dapatkan antara lain berupa kamar - kamar tidur dan perabotan yang layak. Dengan harga sewa yang wajar serta ditambah adanya atraksi wisata seperti Air Terjun Sekar Langit yang mencapai tinggi 35 meter, menjadikan nilai tambah Pesanggrahan ini.
Hingga sekarang, bekas sisa - sisa Pesanggrahan Pagergunung masih belum bisa ditemukan. Entah apa yang terjadi dengan bangunan lama pesanggrahan ini.
- Chandra Gusta Wisnuwardana -
Sumber :
- De Indische Courant 26 April , 9 Mei, dan 25 Mei 1938
- Het niews van den dag voor Nederlandsch Indie 21 Mei 1938
- Soerabaijasch handelsblad 25 Mei 1938
-Op de Hoogte - 1 Januari 1939 - Tuin van Java
Lokasi Pagergunung yang menjulang diketinggian 1000 meter lebih diatas laut membuat pemandangan dari sana sangatlah memukau. Dengan kungkungan gunung - gunung yang melingkar disekitarnya membuat siapa saja yang berkunjung kesana akan terkesima. Jalan menanjak dan berkelok yang rusak parah sudah diperbaiki dan bisa dilintasi oleh kendaraan bermotor pada 1938. Tak kurang 50 mobil dari berbagai merek milik para pejabat tinggi kolonial dan bupati melintasi jalan baru tersebut. Persemian sebagai tanda selesai renovasi jalan Pagergunung dilaksanakan pada Minggu, 22 Mei 1938 dengan penuh antusias.
Para hadirin yang datang pada peresmian tersebut diantaranya adalah Gubernur Jawa bagian Tengah, Tuan dan Nyonya Bertsch, Residen Semarang, Tuan Pino, Residen Kedu, Tuan Sonnveldt, Walikota Magelang, R.C.A.F.J Nessel van Lissa, Para Bupati - Bupati dari Magelang, Purworedjo, Temanggung dan Wonosobo, Asisten - Residen Salatiga, Magelang, dan Kebumen, Komandan Garnisun Magelang van Jongert, Kepala Militair Hospitaal, Tuan dr. Wilkens, Direktur Kaderschool Tuan Beusekom, Mayar Bloog, Mayor Guldenaar dan banyak tamu undangan lainnya.
Para pejabat tersebut sebelumnya telah menginap terlebih dahulu di Ngablak, sekitar satu kilometer dari Kopeng dan pergi ke titik lokasi peresmian pada pukul 10 pagi. Para pejabat kolonial dan pangreh praja tersebut kemudian mengadakan pesta peresmian di sebuah tempat tetirah yang diberi nama Pesanggrahan Pagergunung. Upacara peresmian jalur Pagergunung ditandai dengan pemotongan pita oleh Nyonya Bertsch, istri Gubernur Jawa bagian Tengah yang kemudian dilanjutkan dengan makan sendwich dan minum minuman dingin. Sajian makanan berat seperti lontong dan gado - gado yang sayurnya dipetik langsung dari Pagergunung disajikan sebagai menu makan siang.
Memang tidak salah Bupati Magelang, Raden Adipati Aryo Danusugondo memilih Pagergunung sebagai lokasi pesanggrahan. Berada perisis dilipatan antara Gunung Andong dan Telomoyo, Pagergunung memiliki panorama alam yang molek. Gunung Sumbing dan Sindoro yang menjulang dibarat Magelang tampak gagah temaram di kala senja. Dataran Tinggi para Dewa, Dieng pun bisa tampak dari Pagergunung. Hawa sejuk khas pegunungan dengan banyak tanaman perkebunan yang segar menjadikan Pegergunung tempat tetirah yang pas bagi para tuan.
Dengan dilebarkannya akses jalan menuju Pagergunung, tentu saja banyak para tamu yang tidak enggan lagi untuk menghabiskan waktu berlibur mereka di Pesanggrahan Pagergunung. Sebuah prasasti tanda kunjungan dari utusan Perusahaan Wali Provinsi (Het Landvoogdelijk Gezelscahp) tertoreh di depan Pesanggrahan Pagergunung dengan angka tanggal 6 Mei 1938.
Fasilitas pesanggrahan yang bisa pengunjung dapatkan antara lain berupa kamar - kamar tidur dan perabotan yang layak. Dengan harga sewa yang wajar serta ditambah adanya atraksi wisata seperti Air Terjun Sekar Langit yang mencapai tinggi 35 meter, menjadikan nilai tambah Pesanggrahan ini.
Hingga sekarang, bekas sisa - sisa Pesanggrahan Pagergunung masih belum bisa ditemukan. Entah apa yang terjadi dengan bangunan lama pesanggrahan ini.
- Chandra Gusta Wisnuwardana -
Sumber :
- De Indische Courant 26 April , 9 Mei, dan 25 Mei 1938
- Het niews van den dag voor Nederlandsch Indie 21 Mei 1938
- Soerabaijasch handelsblad 25 Mei 1938
-Op de Hoogte - 1 Januari 1939 - Tuin van Java
No comments:
Post a Comment