30 September 2024

Kisah Hidup Nurnaningsih, Bintang Film Legendaris yang Dijuluki Marlyn Monroe-nya Indonesia Nama Nurnaningsih begitu legendaris di dunia perfilman Indonesia tahun 1950-an lahir di Wonokromo, Surabaya, pada 5 Desember 1928. Ayah Nurnaningsih merupakan keturunan Raja Yogyakarta, sementara sang ibu keturunan Raja Surakarta. Sebagai anak perempuan tertua dalam keluarga, orang tuanya berharap saat usianya telah cukup ia harus menikah. Wanita yang akrab disapa Nurna itupun terpaksa menikah demi menuruti kemauan orang tuanya. Tapi pernikahan itu hanya bertahan dua bulan. Keinginan Nurnaningsih untuk menjadi bintang ternama tidak terbendung. Sejak kecil dia memang sudah bercita-cita menjadi bintang film. Nurnaningsih mengaku terinspirasi jadi bintang film saat melihat film yang diperankan oleh Miss Roekiyah, seorang aktris dan penyanyi keroncong pada waktu itu. Untuk mewujudkan mimpi-mimpinya, Nurna merantau ke Jakarta saat usianya menginjak 25 tahun. Pada masa-masa awal perantauan, ia tinggal di sebuah gubuk di pinggir Kali Ciliwung. Saat itu banyak yang menilai usia Nurna sudah cukup tua dan tidak ideal lagi untuk memulai karier keartisan Segala bentuk omongan orang atas dirinya tak membuat Nurna patah arang. Ia belajar les vokal dan bermain teater. Mimpinya terwujud. Ia berhasil membintangi film garapan Usmar Ismail berjudul "Krisis". Dalam film yang diproduksi tahun 1953 itu ia menjadi pemeran utama. Namun dalam film ini Nurna tak mendapat bayaran tinggi. Ia hanya dibayar sebesar Rp180. Namun film "Krisis" yang ia bintangi sukses besar. Bahkan perusahaan film nasional yang sebelumnya dilanda krisis keuangan langsung terselamatkan berkat film "krisis". Setahun berselang, seorang sutradara terkenal bernama Jayakusuma menawari Nurna untuk membintangi film garapannya berjudul "Harimau Campa". Ia beradu peran dengan Bambang Hermanto yang juga aktor legendaris Indonesia. Film tersebut juga sukses dan berhasil meraih penghargaan skenario terbaik di ajang Festival Film Indonesia, dan musik terbaik di ajang Asian Festival. Namun di balik kesuksesan film tersebut ada kontroversi yang menyelimutinya. Dalam beberapa adegan di film tersebut, Nurna tampil cukup vulgar. Ada beberapa detik adegan yang menampakkan tubuhnya setengah telanj4ng. Pada film inilah nama Nurna ditasbihkan sebagai bom s3ks. Media massa saat itu membahas habis-habisan aksi Nurna tampil setengah telanj4ng. Sentimen negatif itu dijawab Nurna bahwa yang ia lakukan adalah bentuk eksplorasi terhadap seni. Sejak saat itu, Nurna dijuluki Marilyn Monroe-nya Indonesia. Tak hanya pada film, Nurna mengeksplorasi kemolekan tubuhnya ke berbagai medium seni lain seperti foto majalah. Foto vulgarnya tak hanya beredar di Jakarta, tapi sampai Amerika dan Italia. Dilansir dari kanal YouTube Indonesia Insider, foto-foto tersebut awalnya dijual dengan harga Rp200 per lembar, kemudian naik menjadi Rp300. Polisi bahkan sampai harus turun tangan untuk menghentikan penyebaran foto vulgar Nurna. Namun hal itu tidak menghalangi orang-orang untuk mendapatkan foto Nurna. Mereka mencari foto-foto itu di pasar gelap. Nurna mengatakan bahwa pemotretan foto vulgar itu adalah permintaannya sendiri. Ia melakukan itu sebagai bahan studi para pelukis telanjang. Dalam pemeriksaan oleh polisi, Nurna mengaku tidak mendapatkan keuntungan apa-apa dari penjualan foto vulgarnya. Ia juga mengatakan dalam pemotretan itu ada tujuh orang tentara yang membayarnya demi bisa memotret ia telanj4ng. Skandal foto-foto vulgar itu justru membuat nama Nurna semakin melambung. Saat baru mendarat di Bandara Polonia Medan untuk pementasan teater, ia langsung diserbu ribuan penggemarnya. Mayoritas dari mereka penasaran dengan sosok asli Nurna. Namun pada akhirnya Nurna tetap diboikot oleh masyarakat. Ia dinilai telah melanggar adat-adat ketimuran. Film-film yang dibintanginya dilarang di berbagai daerah seperti di Kalimantan Timur. Namun setelah membintangi film "Kebun Binatang" di tahun 1956, namanya hilang. Ia tidak lagi muncul di media massa. Selama menghilang, ia berkeliling Indonesia menjadi seniman sketsa, artis panggung, penyanyi, guru bahasa Inggris dan Belanda, bahkan menjadi penjahit. Pergantian kepemimpinan nasional dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto yang lebih condong ke barat membuat Nurna kembali percaya diri untuk membintangi beberapa judul film. Dimulai dari film "Jakarta Hongkong Macau" pada tahun 1968, ia kemudian membintangi 10 judul film. Beberapa judul yang cukup terkenal antara lain Bernafas dalam Lumpur (1970), Nafsu Gila (1973), Remang-Remang Jakarta (1981), dan Malam Satu Suro (1988). Nurnaningsih meninggal dunia pada 21 Maret 2004 dalam usia 76 tahun.

 Kisah Hidup Nurnaningsih, Bintang Film Legendaris yang Dijuluki Marlyn Monroe-nya Indonesia


Nama Nurnaningsih begitu legendaris di dunia perfilman Indonesia tahun 1950-an


lahir di Wonokromo, Surabaya, pada 5 Desember 1928. Ayah Nurnaningsih merupakan keturunan Raja Yogyakarta, sementara sang ibu keturunan Raja Surakarta. Sebagai anak perempuan tertua dalam keluarga, orang tuanya berharap saat usianya telah cukup ia harus menikah. Wanita yang akrab disapa Nurna itupun terpaksa menikah demi menuruti kemauan orang tuanya. Tapi pernikahan itu hanya bertahan dua bulan.



Keinginan Nurnaningsih untuk menjadi bintang ternama tidak terbendung. Sejak kecil dia memang sudah bercita-cita menjadi bintang film. Nurnaningsih mengaku terinspirasi jadi bintang film saat melihat film yang diperankan oleh Miss Roekiyah, seorang aktris dan penyanyi keroncong pada waktu itu.


Untuk mewujudkan mimpi-mimpinya, Nurna merantau ke Jakarta saat usianya menginjak 25 tahun. Pada masa-masa awal perantauan, ia tinggal di sebuah gubuk di pinggir Kali Ciliwung. Saat itu banyak yang menilai usia Nurna sudah cukup tua dan tidak ideal lagi untuk memulai karier keartisan


Segala bentuk omongan orang atas dirinya tak membuat Nurna patah arang. Ia belajar les vokal dan bermain teater. Mimpinya terwujud. Ia berhasil membintangi film garapan Usmar Ismail berjudul "Krisis". Dalam film yang diproduksi tahun 1953 itu ia menjadi pemeran utama. Namun dalam film ini Nurna tak mendapat bayaran tinggi. Ia hanya dibayar sebesar Rp180. Namun film "Krisis" yang ia bintangi sukses besar. Bahkan perusahaan film nasional yang sebelumnya dilanda krisis keuangan langsung terselamatkan berkat film "krisis".


Setahun berselang, seorang sutradara terkenal bernama Jayakusuma menawari Nurna untuk membintangi film garapannya berjudul "Harimau Campa". Ia beradu peran dengan Bambang Hermanto yang juga aktor legendaris Indonesia. Film tersebut juga sukses dan berhasil meraih penghargaan skenario terbaik di ajang Festival Film Indonesia, dan musik terbaik di ajang Asian Festival. Namun di balik kesuksesan film tersebut ada kontroversi yang menyelimutinya. Dalam beberapa adegan di film tersebut, Nurna tampil cukup vulgar. Ada beberapa detik adegan yang menampakkan tubuhnya setengah telanj4ng.


Pada film inilah nama Nurna ditasbihkan sebagai bom s3ks. Media massa saat itu membahas habis-habisan aksi Nurna tampil setengah telanj4ng. Sentimen negatif itu dijawab Nurna bahwa yang ia lakukan adalah bentuk eksplorasi terhadap seni. Sejak saat itu, Nurna dijuluki Marilyn Monroe-nya Indonesia.


Tak hanya pada film, Nurna mengeksplorasi kemolekan tubuhnya ke berbagai medium seni lain seperti foto majalah. Foto vulgarnya tak hanya beredar di Jakarta, tapi sampai Amerika dan Italia.


Dilansir dari kanal YouTube Indonesia Insider, foto-foto tersebut awalnya dijual dengan harga Rp200 per lembar, kemudian naik menjadi Rp300. Polisi bahkan sampai harus turun tangan untuk menghentikan penyebaran foto vulgar Nurna. Namun hal itu tidak menghalangi orang-orang untuk mendapatkan foto Nurna. Mereka mencari foto-foto itu di pasar gelap. Nurna mengatakan bahwa pemotretan foto vulgar itu adalah permintaannya sendiri. Ia melakukan itu sebagai bahan studi para pelukis telanjang.


Dalam pemeriksaan oleh polisi, Nurna mengaku tidak mendapatkan keuntungan apa-apa dari penjualan foto vulgarnya. Ia juga mengatakan dalam pemotretan itu ada tujuh orang tentara yang membayarnya demi bisa memotret ia telanj4ng.


Skandal foto-foto vulgar itu justru membuat nama Nurna semakin melambung. Saat baru mendarat di Bandara Polonia Medan untuk pementasan teater, ia langsung diserbu ribuan penggemarnya. Mayoritas dari mereka penasaran dengan sosok asli Nurna.


Namun pada akhirnya Nurna tetap diboikot oleh masyarakat. Ia dinilai telah melanggar adat-adat ketimuran. Film-film yang dibintanginya dilarang di berbagai daerah seperti di Kalimantan Timur. Namun setelah membintangi film "Kebun Binatang" di tahun 1956, namanya hilang. Ia tidak lagi muncul di media massa.


Selama menghilang, ia berkeliling Indonesia menjadi seniman sketsa, artis panggung, penyanyi, guru bahasa Inggris dan Belanda, bahkan menjadi penjahit.


Pergantian kepemimpinan nasional dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto yang lebih condong ke barat membuat Nurna kembali percaya diri untuk membintangi beberapa judul film. Dimulai dari film "Jakarta Hongkong Macau" pada tahun 1968, ia kemudian membintangi 10 judul film. Beberapa judul yang cukup terkenal antara lain Bernafas dalam Lumpur (1970), Nafsu Gila (1973), Remang-Remang Jakarta (1981), dan Malam Satu Suro (1988). Nurnaningsih meninggal dunia pada 21 Maret 2004 dalam usia 76 tahun.

Sejarah Akademi Militer Yogyakarta atau MA Yogya 1945-194 Scan : Akademi Militer Yogya Dalam Perjuangan Fisik 1945-1949. ©️ Priyono Bitles Combat

 Sejarah Akademi Militer Yogyakarta atau MA Yogya 1945-194

Scan : Akademi Militer Yogya Dalam Perjuangan Fisik 1945-1949.



©️ Priyono Bitles Combat

𝗞𝗲𝗿𝘂𝗻𝘁𝘂𝗵𝗮𝗻 𝗠𝗮𝗷𝗮𝗽𝗮𝗵𝗶𝘁 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗛𝗶𝗸𝗮𝘆𝗮𝘁 𝗕𝗮𝗻𝗷𝗮𝗿 (𝟭𝟲𝟲𝟯 𝗠) Hikayat Banjar adalah naskah berbahasa Melayu yang diperkirakan selesai ditulis pada 1663 M pada era kesultanan Banjar, dalam isinya memuat tentang keruntuhan Majapahit karena "huru-hara", menariknya isi Hikayat Banjar lebih banyak memiliki kemiripan dengan sumber-sumber primer Portugis (1500an M) daripada dengan Babad Tanah Jawa (1722 M), contohnya: - Disebutkan nama Patih Maudara, nama Patih ini juga muncul di sumber2 Portugis, disebutkan sebagai Pate Amdura di Suma Oriental dan Pateudra di Book of Duarte Barbossa - Disebutkan tentang Puteri Pasai sebagi istri Raja Majapahit, hal ini mirip dengan penjelasan di The Commentaries of Afonso d'Alboquerque (1557 M) yang menyebutkan bahwa Raja Pasai adalah kerabat Raja Jawa Teks Lengkap: Adapun Patih Maudara itu sudah mati dan Raja Majapait itu sudah mati, maka Puteri Pasai yang jadi isteri Raja Majapait itu turun berdiam ke Ampel Gadang itu lalu bertobat ia itu masuk pila agama Islam dengan saudaranya yang bernama Raja Bungsu itu. Maka Negeri Majapait sesaat yakni semahyang haru-hara itu, maka orang di dalam negeri habis lari, ada yang ke Tuban, ada yang ke Madura, ada yang ke Sedayu, ada yang ke Sandang, ada yang ke Demak, ada yang ke Pucung Dasar, banyak tiada tersebut orang itu masing-masingnya berdiam barng tempatnya itu. Bermula Negeri Jawa itu semuanya Islam tetapi mula-mula Islam itu desanya yang hampir lawan Ampel Gadang, sudah itu maka Jipang, sudah itu maka Geresik dan Surabaya dan Demak, maka Kudus, sudah itu maka Negeri Jawa yang lain-lain itu masuk Islam itu, banyak tiada tersebutkan. Adapun zaman itu yang kemudian daripada itu zaman Negeri Majapait yang besar kerajaannya itu Negeri Demak zaman Sultan Demak itu bernama Sultan Surya Alam raja yang mengarang Kutara bernama Kota Rakamaya itu masyhur pada Negeri Jawa akan mebicarakan tahta negeri karena Kutara itu meambil daripada hukum fiqih, banyaklah tiada tersebut. Hikayat Raja Banjar Dan Kotaringin. Sugiri Wibowo dkk. Jakarta: Perpusnas Press, 2022

 𝗞𝗲𝗿𝘂𝗻𝘁𝘂𝗵𝗮𝗻 𝗠𝗮𝗷𝗮𝗽𝗮𝗵𝗶𝘁 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗛𝗶𝗸𝗮𝘆𝗮𝘁 𝗕𝗮𝗻𝗷𝗮𝗿 (𝟭𝟲𝟲𝟯 𝗠)


Hikayat Banjar adalah naskah berbahasa Melayu yang diperkirakan selesai ditulis pada 1663 M pada era kesultanan Banjar, dalam isinya memuat tentang keruntuhan Majapahit karena "huru-hara", menariknya isi Hikayat Banjar lebih banyak memiliki kemiripan dengan sumber-sumber primer Portugis (1500an M) daripada dengan Babad Tanah Jawa (1722 M), contohnya:


- Disebutkan nama Patih Maudara, nama Patih ini juga muncul di sumber2 Portugis, disebutkan sebagai Pate Amdura di Suma Oriental dan Pateudra di Book of Duarte Barbossa 



- Disebutkan tentang Puteri Pasai sebagi istri Raja Majapahit, hal ini mirip dengan penjelasan di The Commentaries of Afonso d'Alboquerque (1557 M) yang menyebutkan bahwa Raja Pasai adalah kerabat Raja Jawa


Teks Lengkap:


Adapun Patih Maudara itu sudah mati dan Raja Majapait itu sudah mati, maka Puteri Pasai yang jadi isteri Raja Majapait itu turun berdiam ke Ampel Gadang itu lalu bertobat ia itu masuk pila agama Islam dengan saudaranya yang bernama Raja Bungsu itu. Maka Negeri Majapait sesaat yakni semahyang haru-hara itu, maka orang di dalam negeri habis lari, ada yang ke Tuban, ada yang ke Madura, ada yang ke Sedayu, ada yang ke Sandang, ada yang ke Demak, ada yang ke Pucung Dasar, banyak tiada tersebut orang itu masing-masingnya berdiam barng tempatnya itu.


Bermula Negeri Jawa itu semuanya Islam tetapi mula-mula Islam itu desanya yang hampir lawan Ampel Gadang, sudah itu maka Jipang, sudah itu maka Geresik dan Surabaya dan Demak, maka Kudus, sudah itu maka Negeri Jawa yang lain-lain itu masuk Islam itu, banyak tiada tersebutkan. Adapun zaman itu yang kemudian daripada itu zaman Negeri Majapait yang besar kerajaannya itu Negeri Demak zaman Sultan Demak itu bernama Sultan Surya Alam raja yang mengarang Kutara bernama Kota Rakamaya itu masyhur pada Negeri Jawa akan mebicarakan tahta negeri karena Kutara itu meambil daripada hukum fiqih, banyaklah tiada tersebut.


Hikayat Raja Banjar Dan Kotaringin. Sugiri Wibowo dkk. Jakarta: Perpusnas Press, 2022

13 FAKTA MENARIK W. R SOEPRATMAN: 1. Pencipta Lagu Kebangsaan: Wage Rudolf Soepratman adalah komponis di balik lagu kebangsaan Indonesia, "Indonesia Raya." Lagu ini pertama kali diperdengarkan pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928, yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda. 2. Tanggal Lahir dan Hari Musik Nasional: Lahir di Purworejo, Tanggal lahir Wage Rudolf Soepratman ada dua versi: 9 Maret dan 19 Maret 1903. Versi pertama, 9 Maret, diperingati sebagai Hari Musik Nasional untuk menghormati kontribusinya dalam dunia musik Indonesia. 3. Keahlian dan Profesi: Selain sebagai komponis, Wage Rudolf Soepratman juga merupakan seorang guru, wartawan, dan Pemain Violin. 4. Pahlawan Nasional: Atas jasanya menciptakan lagu kebangsaan dan kontribusinya dalam dunia musik dan perjuangan Indonesia, Wage Rudolf Soepratman dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia. 5. Anak Ketujuh dari Sembilan Bersaudara: Wage Rudolf Soepratman lahir sebagai anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Ayahnya, Djoemeno Senen Sastrosoehardjo, adalah seorang tentara KNIL Belanda, dan ibunya bernama Siti Senen. 6. Pengalaman Pendidikan Awal: Soepratman pertama kali bersekolah di Boedi Oetomo,. 7. Menggunakan Nama Belanda: Pada tahun 1914, Soepratman pindah ke Makassar bersama kakaknya dan menambahkan nama Rudolf untuk diterima di sekolah Belanda (Europese Lagere School), meskipun akhirnya dikeluarkan karena diketahui bukan anak kandung Willem van Eldik. 8. Belajar Musik Sejak Dini: Soepratman belajar bermain gitar dan biola sejak usia muda. Kakak iparnya, Willem van Eldik, mengajarkannya bermain biola dan kemudian memberikan biolanya kepada Soepratman sebagai kenang-kenangan. 9. Pendidikan dan Karier Awal: Setelah menyelesaikan sekolah Melayu, Soepratman melanjutkan pendidikan di sekolah malam untuk belajar bahasa Belanda dan lulus ujian Klein Ambtenaar Examen pada tahun 1919. Ia kemudian melanjutkan ke Normaalschool dan menjadi guru di Sekolah Angka 2 pada usia 20 tahun. 10. Karier Jurnalis dan Aktivis: Soepratman bekerja sebagai wartawan di harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita di Bandung, dan kemudian di Jakarta. Selama periode ini, ia terlibat dalam pergerakan nasional dan menulis buku Perawan Desa yang kemudian disita oleh pemerintah Belanda. 11. Sakit Urat Saraf dan Karya Terakhir: Pada tahun 1932, Soepratman menderita sakit urat saraf akibat kelelahan bekerja keras. Ia sempat beristirahat di Cimahi sebelum kembali ke Jakarta dan kemudian pindah ke Surabaya. Dalam kondisi sakit, ia masih menciptakan lagu Surya Wirawan dan Mars Parindra. 12. Pesan Terakhir dan Wafat: Sehari sebelum wafat pada tanggal 17 Agustus 1938, Soepratman berpesan kepada kakaknya, Roekijem, untuk menyerahkan lagu "Indonesia Raya" kepada Badan Kebangsaan. Ia dimakamkan di Surabaya setelah wafat akibat penyakit dan keletihan batin. 13. Karya dalam lagu: Indonesia Raya Bendera Kita Indonesia Ibuku Ibu Kita Kartini Mars K.B.I, Mars Surya Wirawan, Mars Parindra Di Timur Matahari Bangunkah Hai Kawan, Matahari Terbit Surya Wirawan Mars Parindra Karya dalam seni sastra: Perawan Desa Darah Muda Kaum Panatik SUMBER WIKIPEDIA #INDONESIARAYA #WRSOEPRATMAN #TokohIndonesia #Nusantara

 13 FAKTA MENARIK W. R SOEPRATMAN: 


1. Pencipta Lagu Kebangsaan:

Wage Rudolf Soepratman adalah komponis di balik lagu kebangsaan Indonesia, "Indonesia Raya." Lagu ini pertama kali diperdengarkan pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928, yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda.



2. Tanggal Lahir dan Hari Musik Nasional: 

Lahir di Purworejo, Tanggal lahir Wage Rudolf Soepratman ada dua versi: 9 Maret dan 19 Maret 1903. Versi pertama, 9 Maret, diperingati sebagai Hari Musik Nasional untuk menghormati kontribusinya dalam dunia musik Indonesia.


3. Keahlian dan Profesi:

Selain sebagai komponis, Wage Rudolf Soepratman juga merupakan seorang guru, wartawan, dan Pemain Violin.


4. Pahlawan Nasional:

Atas jasanya menciptakan lagu kebangsaan dan kontribusinya dalam dunia musik dan perjuangan Indonesia, Wage Rudolf Soepratman dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia.


5. Anak Ketujuh dari Sembilan Bersaudara:

Wage Rudolf Soepratman lahir sebagai anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Ayahnya, Djoemeno Senen Sastrosoehardjo, adalah seorang tentara KNIL Belanda, dan ibunya bernama Siti Senen.


6. Pengalaman Pendidikan Awal:

Soepratman pertama kali bersekolah di Boedi Oetomo,. 


7. Menggunakan Nama Belanda:

Pada tahun 1914, Soepratman pindah ke Makassar bersama kakaknya dan menambahkan nama Rudolf untuk diterima di sekolah Belanda (Europese Lagere School), meskipun akhirnya dikeluarkan karena diketahui bukan anak kandung Willem van Eldik.


8. Belajar Musik Sejak Dini:

Soepratman belajar bermain gitar dan biola sejak usia muda. Kakak iparnya, Willem van Eldik, mengajarkannya bermain biola dan kemudian memberikan biolanya kepada Soepratman sebagai kenang-kenangan.


9. Pendidikan dan Karier Awal:

Setelah menyelesaikan sekolah Melayu, Soepratman melanjutkan pendidikan di sekolah malam untuk belajar bahasa Belanda dan lulus ujian Klein Ambtenaar Examen pada tahun 1919. Ia kemudian melanjutkan ke Normaalschool dan menjadi guru di Sekolah Angka 2 pada usia 20 tahun.


10. Karier Jurnalis dan Aktivis:

Soepratman bekerja sebagai wartawan di harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita di Bandung, dan kemudian di Jakarta. Selama periode ini, ia terlibat dalam pergerakan nasional dan menulis buku Perawan Desa yang kemudian disita oleh pemerintah Belanda.


11. Sakit Urat Saraf dan Karya Terakhir:

Pada tahun 1932, Soepratman menderita sakit urat saraf akibat kelelahan bekerja keras. Ia sempat beristirahat di Cimahi sebelum kembali ke Jakarta dan kemudian pindah ke Surabaya. Dalam kondisi sakit, ia masih menciptakan lagu Surya Wirawan dan Mars Parindra. 


12. Pesan Terakhir dan Wafat:

Sehari sebelum wafat pada tanggal 17 Agustus 1938, Soepratman berpesan kepada kakaknya, Roekijem, untuk menyerahkan lagu "Indonesia Raya" kepada Badan Kebangsaan. Ia dimakamkan di Surabaya setelah wafat akibat penyakit dan keletihan batin.


13. Karya dalam lagu:

Indonesia Raya

Bendera Kita

Indonesia Ibuku

Ibu Kita Kartini

Mars K.B.I, Mars Surya Wirawan, Mars Parindra

Di Timur Matahari

Bangunkah Hai Kawan, Matahari Terbit

Surya Wirawan

Mars Parindra


Karya dalam seni sastra:

Perawan Desa

Darah Muda

Kaum Panatik


SUMBER WIKIPEDIA 

#INDONESIARAYA #WRSOEPRATMAN #TokohIndonesia #Nusantara

“THE REAL RAJA JAWA” Kisah Ki Ageng Suryomentaram, Filsuf Jawa yang Memilih Jadi Rakyat Biasa Ki Ageng Suryomentaram adalah putra ke-55 Sri Sultan Hamengkubuwono VII dari Bendoro Raden Ayu Retnomandojo, putri Patih Danurejo VI. Ia merupakan salah satu filsuf Jawa yang populer pada masanya. Banyak ajaran-ajaran kebatinan yang diciptakan berangkat dari pengalaman hidupnya. Salah satu yang populer hingga kini adalah ajaran moral “aja dumeh” yang artinya jangan menyombongkan diri, jangan mengecilkan orang lain karena diri berpangkat tinggi, karena pada hakikatnya manusia itu sama. Lantas seperti apa perjalanan hidup Ki Ageng Suryomentaram hingga ia menjadi filsuf Jawa yang populer? Bagaimana juga pemikirannya dalam memaknai hidup? Berikut selengkapnya: Hidup Mengembara Pada awalnya, Ki Ageng Suryomentaram bergelar Pangeran Surya Mataram. Ia menanggalkan gelar kepangeranannya dan menyebut diri Ki Ageng Suryomentaram. Keputusan ini bermula saat ia melihat betapa beratnya hidup petani yang bekerja di sawah. Sejak itu, ia sering keluar istana dan bersemedi di tempat-tempat yang biasa dikunjungi leluhurnya seperti Gua Langse, Gua Semin, dan Parangtritis. Selain itu, ia juga pergi mengembara ke daerah Kroya, Purworejo, sembari melakukan pekerjaan serabutan sebagai pedagang batik, petani, dan kuli. Pada saat itu, utusan kraton coba mencarinya dan menemukannya sedang bekerja menggali sumur di Kroya. Ia diajak kembali tinggal di kraton. Namun saat di kraton, hidupnya penuh kegelisahan. Kegelisahannya bertambah saat kakeknya, Patih Danurejo VI dibebaskan dari tugasnya dan ibunya dikembalikan ke kakeknya. Tak berselang lama, ia kembali ditimpa cobaan saat istrinya meninggal dunia. Jalani Hidup sebagai Rakyat Biasa Setelah kematian istrinya, Suryomentaram memilih hidup sebagai seorang petani di daerah Bringin, Salatiga. Di sana ia menjadi guru aliran kebatinan bernama Kawruh Begja. Sepanjang hidupnya, ia menyelidiki alam kejiwaan dengan menjadikan dirinya sendiri sebagai kelinci percobaan. Hasil observasinya akan jiwa diri sendiri itu ia tulis dalam bentuk buku, karangan, ceramah, dan lain sebagainya. Ia biasa menyampaikan ceramah pada kalangan terbatas. Cara hidupnya cukup menampakkan kesederhanaan dengan mengenakan celana pendek, sarung, dan memakai kaos. Observasi Rasa Dilansir dari Wikipedia, pemahaman Ki Ageng Suryomentaram tentang manusia berangkat dari pengamatannya terhadap diri sendiri. Dari analisisnya, dihasilkan suatu citra manusia yang lebih menunjukkan seperti apa dan siapa manusia itu dari dunia yang melingkupinya. Dari pengamatannya itu, ia menyimpulkan bahwa rasa setiap orang di dunia itu sama, yaitu sama-sama membutuhkan kelestarian raga dan kelestarian jenis. Selain itu, Suryomentaram merumuskan hidup sederhana ala dia dalam NEMSA (6-SA), yaitu sakepenake, sabutuhe, sacukupe, samesthine, dan sabenere. Sementara itu, ia beranggapan bahwa sumber ketidakbahagiaan adalah keinginan. Wujud keinginan itu ada semat, drajat, dan kramat. Semat itu berupa kekayaan, kesenangan, kecantikan, ketampanan, dan hal-hal yang biasanya bersifat fisik. Sementara drajat adalah keluhuran, kemuliaan, keutamaan, dan status sosial. Sedangkan kramat adalah kekuasaan, kedudukan, dan pangkat. #Sejarah #RajaJawa

 “THE REAL RAJA JAWA”

Kisah Ki Ageng Suryomentaram, Filsuf Jawa yang Memilih Jadi Rakyat Biasa



Ki Ageng Suryomentaram adalah putra ke-55 Sri Sultan Hamengkubuwono VII dari Bendoro Raden Ayu Retnomandojo, putri Patih Danurejo VI. Ia merupakan salah satu filsuf Jawa yang populer pada masanya.

Banyak ajaran-ajaran kebatinan yang diciptakan berangkat dari pengalaman hidupnya. Salah satu yang populer hingga kini adalah ajaran moral “aja dumeh” yang artinya jangan menyombongkan diri, jangan mengecilkan orang lain karena diri berpangkat tinggi, karena pada hakikatnya manusia itu sama.

Lantas seperti apa perjalanan hidup Ki Ageng Suryomentaram hingga ia menjadi filsuf Jawa yang populer? Bagaimana juga pemikirannya dalam memaknai hidup? Berikut selengkapnya:


Hidup Mengembara

Pada awalnya, Ki Ageng Suryomentaram bergelar Pangeran Surya Mataram. Ia menanggalkan gelar kepangeranannya dan menyebut diri Ki Ageng Suryomentaram. Keputusan ini bermula saat ia melihat betapa beratnya hidup petani yang bekerja di sawah.

Sejak itu, ia sering keluar istana dan bersemedi di tempat-tempat yang biasa dikunjungi leluhurnya seperti Gua Langse, Gua Semin, dan Parangtritis. Selain itu, ia juga pergi mengembara ke daerah Kroya, Purworejo, sembari melakukan pekerjaan serabutan sebagai pedagang batik, petani, dan kuli.

Pada saat itu, utusan kraton coba mencarinya dan menemukannya sedang bekerja menggali sumur di Kroya. Ia diajak kembali tinggal di kraton. Namun saat di kraton, hidupnya penuh kegelisahan.

Kegelisahannya bertambah saat kakeknya, Patih Danurejo VI dibebaskan dari tugasnya dan ibunya dikembalikan ke kakeknya. Tak berselang lama, ia kembali ditimpa cobaan saat istrinya meninggal dunia.


Jalani Hidup sebagai Rakyat Biasa

Setelah kematian istrinya, Suryomentaram memilih hidup sebagai seorang petani di daerah Bringin, Salatiga. Di sana ia menjadi guru aliran kebatinan bernama Kawruh Begja.

Sepanjang hidupnya, ia menyelidiki alam kejiwaan dengan menjadikan dirinya sendiri sebagai kelinci percobaan. Hasil observasinya akan jiwa diri sendiri itu ia tulis dalam bentuk buku, karangan, ceramah, dan lain sebagainya.

Ia biasa menyampaikan ceramah pada kalangan terbatas. Cara hidupnya cukup menampakkan kesederhanaan dengan mengenakan celana pendek, sarung, dan memakai kaos.


Observasi Rasa

Dilansir dari Wikipedia, pemahaman Ki Ageng Suryomentaram tentang manusia berangkat dari pengamatannya terhadap diri sendiri. Dari analisisnya, dihasilkan suatu citra manusia yang lebih menunjukkan seperti apa dan siapa manusia itu dari dunia yang melingkupinya.

Dari pengamatannya itu, ia menyimpulkan bahwa rasa setiap orang di dunia itu sama, yaitu sama-sama membutuhkan kelestarian raga dan kelestarian jenis.

Selain itu, Suryomentaram merumuskan hidup sederhana ala dia dalam NEMSA (6-SA), yaitu sakepenake, sabutuhe, sacukupe, samesthine, dan sabenere. Sementara itu, ia beranggapan bahwa sumber ketidakbahagiaan adalah keinginan. Wujud keinginan itu ada semat, drajat, dan kramat.

Semat itu berupa kekayaan, kesenangan, kecantikan, ketampanan, dan hal-hal yang biasanya bersifat fisik. Sementara drajat adalah keluhuran, kemuliaan, keutamaan, dan status sosial. Sedangkan kramat adalah kekuasaan, kedudukan, dan pangkat.


#Sejarah #RajaJawa

PEMBERITAAN KORAN-KORAN DI BELANDA TENTANG PEMBERONTAKAN PANGERAN DIPONEGORO Dari database koran-koran lawas di Belanda yg terbit di abad ke-19 ini, dapat kita temukan pemberitaan tentang Perang Diponegoro. Mulai dimuat pada tahun 1827. Tahun-tahun dimana Perang Jawa masih berkecamuk di wilayah Hindia Belanda. Salah satunya oleh koran LEEUWARDER COURANT pada tanggal 10 Agustus 1827, sebuah surat kabar harian Belanda yg mulai beroperasi sejak tahun 1752. Sementara pemberitaan berbahasa Perancis, mulai di muat pada tahun 1826. Journal de la province de Limbourg. SUMBER: https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=dipo-negoro&coll=ddd&page=1&sortfield=date&identifier=ddd:010581443:mpeg21:a0008&resultsidentifier=ddd:010581443:mpeg21:a0008 DATABASE: https://www.delpher.nl/nl/kranten/results?query=diponegoro&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=0%7C19e_eeuw%7C&page=1&sortfield=date&coll=ddd https://www.delpher.nl/nl/kranten/results?query=dipo-negoro&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=0%7C19e_eeuw%7C&page=1&sortfield=date&coll=ddd Kredit : Andre Owen

 PEMBERITAAN KORAN-KORAN DI BELANDA 

TENTANG PEMBERONTAKAN PANGERAN DIPONEGORO 


Dari database koran-koran lawas di Belanda yg terbit di abad ke-19 ini, dapat kita temukan pemberitaan tentang Perang Diponegoro. Mulai dimuat pada tahun 1827. Tahun-tahun dimana Perang Jawa masih berkecamuk di wilayah Hindia Belanda. 



Salah satunya oleh koran LEEUWARDER COURANT pada tanggal 10 Agustus 1827, sebuah surat kabar harian Belanda yg mulai beroperasi sejak tahun 1752.


Sementara pemberitaan berbahasa Perancis, mulai di muat pada tahun 1826. Journal de la province de Limbourg.


SUMBER: 


https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=dipo-negoro&coll=ddd&page=1&sortfield=date&identifier=ddd:010581443:mpeg21:a0008&resultsidentifier=ddd:010581443:mpeg21:a0008


DATABASE:


https://www.delpher.nl/nl/kranten/results?query=diponegoro&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=0%7C19e_eeuw%7C&page=1&sortfield=date&coll=ddd


https://www.delpher.nl/nl/kranten/results?query=dipo-negoro&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=0%7C19e_eeuw%7C&page=1&sortfield=date&coll=ddd


Kredit : Andre Owen

ARYA PENANGSANG Arya Penangsang atau Arya Jipang atau Ji Pang Kang adalah Raja Adipati Jipang yang memerintah pada pertengahan abad ke-15. Pengikutnya melakukan pembunuhan terhadap Sunan Prawoto sebagai balas dendam karena Sunan Prawoto telah membunuh P. Surowiyoto (Sekar), Bapak dari P. Arya Penangsang demi menaikkan Trenggana (Bapak Sunan Prawoto) menjadi Raja Demak ke 3. Arya Penangsang lalu menjadi raja Demak ke 5 atau Penguasa terakhir Kerajaan Demak dan memindahkan pusat Pemerintahan nya ke Jipang, sehingga pada masa itu dikenal dengan sebutan Demak jipang. Namun pada tahun 1554 Arya penangsang tewas dibunuh Pasukan pemberontak kiriman Hadiwijaya, penguasa Pajang. Riwayat mengenai Arya Penangsang tercantum dalam beberapa serat dan babad yang ditulis ulang pada periode bahasa Jawa Baru (abad ke-19), seperti Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda. Arya Penangsang juga terkenal sakti mandraguna serta memiliki kepribadian yang tegas dan kukuh, baginya tidak ada kata kompromi dalam membela dan mempertahankan kebenaran. Sifat yang demikian ternyata telah membuat gerah banyak pihak, alhasil entah siapa yang mengomandoi para generasi penulis sejarah ini sehingga secara keroyokan telah menghakimi sejarah P. Arya Penangsang. Disebutkan dalam tulisan sejarahnya bahwa Arya Penangsang adalah orang yang punya kepribadian kurang baik, pemberontak dan pembunuh, tempramental serta kurang sabar dalam melakukan sesuatu. Selain itu Arya Penangsang juga memiliki adik yang bernama Arya Mataram. Silsilah Menurut Serat Kanda, Ayah dari Arya Penangsang adalah Surowiyoto atau Raden Kikin atau sering disebut juga sebagai Pangeran Sekar, ia adalah putra Raden Patah raja Demak pertama. Ibu Raden Kikin adalah putri Raja Jipang sehingga ia bisa mewarisi kedudukan kakeknya. selain Raden kikn ,Raja Demak Raden Patah juga memiliki dua putra lagi yaitu Adipati Unus (putra pertama ) dan Raden Trenggono. Pada tahun 1521 anak pertama Raden Patah yang bernama Adipati Kudus (orang Portugis menyebutnya Pate Unus, dikenal juga sebagai Pangeran Sabrang Lor, melakukan penyerangan ke Malaka yang saat itu wilayah ini dikuasai Portugis) Ia gugur dalam perang itu. Kedua adiknya, yaitu Raden Kikin dan Raden Trenggana saling berebut takhta . Raden Kikin memiliki 2 orang putra yang bernama Arya Penangsang dan Arya Mataram, sedangkan Raden Trenggana memiliki putra pertama bernama Raden Mukmin atau yang disebut juga sebagai Sunan Prawoto . Raden Mukmin membunuh pamannya yang bernama Raden Kikin sepulang salat Jumat di tepi sebuah sungai dengan menggunakan keris Kyai Setan Kober yang dicurinya dari Sunan Kudus. Sejak saat itu, Raden Kikin terkenal dengan sebutan Pangeran Sekar Seda ing Lepen ("Bunga yang gugur di sungai"). Sepeninggal Raden kikin Arya Penangsang menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Adipati Jipang. Saat itu usianya masih anak-anak, sehingga pemerintahannya diwakili Patih Matahun. Ia dibantu oleh salah satu senapati Kadipaten Jipang yang terkenal bernama Tohpati. Wilayah Jipang sendiri saat ini terletak di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Raden Trenggana naik takhta Kerajaan Demak sejak tahun 1521. Pemerintahannya berakhir saat ia gugur di Panarukan, Situbondo tahun 1546. Raden Mukmin menggantikan sebagai raja keempat bergelar Sunan Prawoto. Pada tahun 1549 Arya Penangsang membalas kematian Raden Kikin dengan mengirim utusan bernama Rangkud untuk membunuh Sunan Prawoto dengan Keris Kyai Setan Kober. Rangkud sendiri tewas saling bunuh dengan korbannya itu. Ratu Kalinyamat, adik Sunan Prawoto, menemukan bukti kalau Sunan Kudus terlibat pembunuhan kakaknya. Ia datang ke Kudus meminta pertanggungjawaban. Namun jawaban Sunan Kudus bahwa Sunan Prawoto mati karena karma,pernyataan sunan ini membuat Ratu Kalinyamat kecewa. Ratu Kalinyamat bersama suaminya pulang ke Jepara. Di tengah jalan mereka diserbu anak buah Arya Penangsang. Ratu Kalinyamat berhasil lolos, sedangkan suaminya, yang bernama Pangeran Hadari, terbunuh. Arya Penangsang kemudian mengirim empat orang utusan untuk membunuh Hadiwijaya , menantu Raden Trenggana yang menjadi Adipati Pajang, namun ke empat utusan itu dapat dikalahkan Hadiwijaya dan dipulangkan secara hormat bahkan di beri hadiah pakaian Prajurit oleh Hadiwijaya. Kemudian Hadiwijaya ganti mendatangi Arya Penangsang untuk mengembalikan keris Kyai Setan Kober. Keduanya lalu terlibat pertengkaran dan didamaikan Sunan Kudus. pada kesempatan itu sunan kudus memberikan tuah rajah yang sedianya disiapkan untuk tempat duduk Hadiwijaya, akan tetapi atas nasihat dari salah satu punggawanya adipati Pajang Hadiwijaya tidak menempati nya yang lalu diduduki oleh Arya Penangsang, padahal sebelumnya telah di wanti-wanti oleh sunan kudus agar tidak menempati tempat yang telah di beri Tuah rajah Kalacakra itu. Setelah Hadiwijaya pulang Sunan Kudus menyuruh Arya Penangsang melakukan puasa 40 hari untuk menghilangkan Tuah Rajah Kalacakra. Sayembara Dalam perjalanan pulang ke Pajang, rombongan Adipati Pajang Hadiwijaya singgah ke Gunung Danaraja tempat Ratu Kalinyamat bertapa. Ratu Kalinyamat mendesak Hadiwijaya agar segera membunuh Arya Penangsang, dirinya yang mengaku sebagai pewaris takhta Sunan Prawoto, berjanji akan menyerahkan Demak dan Jepara jika Hadiwijaya menang. Hadiwijaya segan memerangi Arya Penangsang secara langsung karena merasa dirinya hanya sebagai mantu keluarga Demak. Maka diumumkanlah sayembara, barangsiapa dapat membunuh Arya Penangsang tersebut, akan memperoleh hadiah berupa tanah Pati dan Mataram. Kedua kakak angkat Hadiwijaya, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi mendaftar sayembara itu.demikian juga putra kandung ki ageng pemanahan yang bernama Sutawijaya ikut pula mendaftar dalam sayembara. Oleh karenanya Hadiwijaya mengerahkan pasukan Pajang dan memberikan Tombak Kyai Plered, untuk membantu Ki Ageng Pemanahan dan putra kandung nya, yaitu Sutawijaya untuk mengalahkan Sultan Demak 5 Arya penangsang . Kematian Ketika pasukan Pajang datang menyerang Kotaraja Jipang, saat itu P. Arya Penangsang sedang akan berbuka setelah keberhasilannya berpuasa 40 hari. Surat tantangan atas nama Hadiwijaya membuatnya tidak mampu menahan emosi. Apalagi surat tantangan itu dibawa oleh pekatik-nya (pemelihara kuda) yang sebelumnya sudah dipotong telinganya oleh Pemanahan dan Penjawi. Meskipun sudah disabarkan adik Arya Penangsang ( Arya Mataram), Penangsang tetap berangkat ke medan perang menaiki kuda jantan yang bernama Gagak Rimang. Kuda Gagak Rimang dengan penuh nafsu mengejar Sutawijaya yang mengendarai kuda betina, melompati bengawan. Perang antara Pasukan Pajang dan Jipang terjadi di dekat Bengawan Sore. dalam perang itu perut Arya Penangsang robek terkena tombak Kyai Plered milik Sutawijaya. Meskipun demikian kesaktian yang dimiliki oleh Arya Penangsang membuatnya tetap bertahan. Ususnya yang terburai dililitkannya pada gagang keris yang terselip di pinggang. Arya Penangsang berhasil meringkus Sutawijaya. Saat mencabut keris Setan Kober untuk membunuh Sutawijaya, usus Arya Penangsang malah terpotong sehingga menyebabkan kematiannya. Dalam pertempuran itu Ki Matahun, patih Jipang tewas pula, sedangkan Arya Mataram berhasil meloloskan diri. Dampak budaya Tapi bagi masyarakat sekitar Cepu entah itu yang berada di Kabupaten Blora maupun Kabupaten Bojonegoro berpendapat lain. Untaian bunga melati pada keris pengantin pria Jawa diibaratkan sebagai lambang kegagahan Arya Penangsang. Meskipun telah terburai isi perutnya, namun Arya Penangsang tetap masih mampu tegap berdiri hingga titik darah penghabisan. Dari perlambang itu, diharapkan sang pengantin laki-laki kelak bisa menjaga kemakmuran, kebahagiaan, keutuhan dan kehormatan rumah tangga meski dalam keadaan kritis seperti apa pun. Seperti halnya Arya Penangsang yang tetap memegang prinsip hingga ajal tiba.

 ARYA PENANGSANG


Arya Penangsang atau Arya Jipang atau Ji Pang Kang adalah Raja Adipati Jipang yang memerintah pada pertengahan abad ke-15. Pengikutnya melakukan pembunuhan terhadap Sunan Prawoto sebagai balas dendam karena Sunan Prawoto telah membunuh P. Surowiyoto (Sekar), Bapak dari P. Arya Penangsang demi menaikkan Trenggana (Bapak Sunan Prawoto) menjadi Raja Demak ke 3. Arya Penangsang lalu menjadi raja Demak ke 5 atau Penguasa terakhir Kerajaan Demak dan memindahkan pusat Pemerintahan nya ke Jipang, sehingga pada masa itu dikenal dengan sebutan Demak jipang. Namun pada tahun 1554 Arya penangsang tewas dibunuh Pasukan pemberontak kiriman Hadiwijaya, penguasa Pajang. Riwayat mengenai Arya Penangsang tercantum dalam beberapa serat dan babad yang ditulis ulang pada periode bahasa Jawa Baru (abad ke-19), seperti Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda. Arya Penangsang juga terkenal sakti mandraguna serta memiliki kepribadian yang tegas dan kukuh, baginya tidak ada kata kompromi dalam membela dan mempertahankan kebenaran. Sifat yang demikian ternyata telah membuat gerah banyak pihak, alhasil entah siapa yang mengomandoi para generasi penulis sejarah ini sehingga secara keroyokan telah menghakimi sejarah P. Arya Penangsang. Disebutkan dalam tulisan sejarahnya bahwa Arya Penangsang adalah orang yang punya kepribadian kurang baik, pemberontak dan pembunuh, tempramental serta kurang sabar dalam melakukan sesuatu. Selain itu Arya Penangsang juga memiliki adik yang bernama Arya Mataram.



Silsilah


Menurut Serat Kanda, Ayah dari Arya Penangsang adalah Surowiyoto atau Raden Kikin atau sering disebut juga sebagai Pangeran Sekar, ia adalah putra Raden Patah raja Demak pertama. Ibu Raden Kikin adalah putri Raja Jipang sehingga ia bisa mewarisi kedudukan kakeknya. selain Raden kikn ,Raja Demak Raden Patah juga memiliki dua putra lagi yaitu Adipati Unus (putra pertama ) dan Raden Trenggono.


Pada tahun 1521 anak pertama Raden Patah yang bernama Adipati Kudus (orang Portugis menyebutnya Pate Unus, dikenal juga sebagai Pangeran Sabrang Lor, melakukan penyerangan ke Malaka yang saat itu wilayah ini dikuasai Portugis) Ia gugur dalam perang itu. Kedua adiknya, yaitu Raden Kikin dan Raden Trenggana saling berebut takhta .


Raden Kikin memiliki 2 orang putra yang bernama Arya Penangsang dan Arya Mataram, sedangkan Raden Trenggana memiliki putra pertama bernama Raden Mukmin atau yang disebut juga sebagai Sunan Prawoto . Raden Mukmin membunuh pamannya yang bernama Raden Kikin sepulang salat Jumat di tepi sebuah sungai dengan menggunakan keris Kyai Setan Kober yang dicurinya dari Sunan Kudus. Sejak saat itu, Raden Kikin terkenal dengan sebutan Pangeran Sekar Seda ing Lepen ("Bunga yang gugur di sungai").


Sepeninggal Raden kikin Arya Penangsang menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Adipati Jipang. Saat itu usianya masih anak-anak, sehingga pemerintahannya diwakili Patih Matahun. Ia dibantu oleh salah satu senapati Kadipaten Jipang yang terkenal bernama Tohpati. Wilayah Jipang sendiri saat ini terletak di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.


Raden Trenggana naik takhta Kerajaan Demak sejak tahun 1521. Pemerintahannya berakhir saat ia gugur di Panarukan, Situbondo tahun 1546. Raden Mukmin menggantikan sebagai raja keempat bergelar Sunan Prawoto.


Pada tahun 1549 Arya Penangsang membalas kematian Raden Kikin dengan mengirim utusan bernama Rangkud untuk membunuh Sunan Prawoto dengan Keris Kyai Setan Kober. Rangkud sendiri tewas saling bunuh dengan korbannya itu.


Ratu Kalinyamat, adik Sunan Prawoto, menemukan bukti kalau Sunan Kudus terlibat pembunuhan kakaknya. Ia datang ke Kudus meminta pertanggungjawaban. Namun jawaban Sunan Kudus bahwa Sunan Prawoto mati karena karma,pernyataan sunan ini membuat Ratu Kalinyamat kecewa.


Ratu Kalinyamat bersama suaminya pulang ke Jepara. Di tengah jalan mereka diserbu anak buah Arya Penangsang. Ratu Kalinyamat berhasil lolos, sedangkan suaminya, yang bernama Pangeran Hadari, terbunuh.


Arya Penangsang kemudian mengirim empat orang utusan untuk membunuh Hadiwijaya , menantu Raden Trenggana yang menjadi Adipati Pajang, namun ke empat utusan itu dapat dikalahkan Hadiwijaya dan dipulangkan secara hormat bahkan di beri hadiah pakaian Prajurit oleh Hadiwijaya.


Kemudian Hadiwijaya ganti mendatangi Arya Penangsang untuk mengembalikan keris Kyai Setan Kober. Keduanya lalu terlibat pertengkaran dan didamaikan Sunan Kudus. pada kesempatan itu sunan kudus memberikan tuah rajah yang sedianya disiapkan untuk tempat duduk Hadiwijaya, akan tetapi atas nasihat dari salah satu punggawanya adipati Pajang Hadiwijaya tidak menempati nya yang lalu diduduki oleh Arya Penangsang, padahal sebelumnya telah di wanti-wanti oleh sunan kudus agar tidak menempati tempat yang telah di beri Tuah rajah Kalacakra itu.


Setelah Hadiwijaya pulang Sunan Kudus menyuruh Arya Penangsang melakukan puasa 40 hari untuk menghilangkan Tuah Rajah Kalacakra.


Sayembara


Dalam perjalanan pulang ke Pajang, rombongan Adipati Pajang Hadiwijaya singgah ke Gunung Danaraja tempat Ratu Kalinyamat bertapa. Ratu Kalinyamat mendesak Hadiwijaya agar segera membunuh Arya Penangsang, dirinya yang mengaku sebagai pewaris takhta Sunan Prawoto, berjanji akan menyerahkan Demak dan Jepara jika Hadiwijaya menang.


Hadiwijaya segan memerangi Arya Penangsang secara langsung karena merasa dirinya hanya sebagai mantu keluarga Demak. Maka diumumkanlah sayembara, barangsiapa dapat membunuh Arya Penangsang tersebut, akan memperoleh hadiah berupa tanah Pati dan Mataram.


Kedua kakak angkat Hadiwijaya, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi mendaftar sayembara itu.demikian juga putra kandung ki ageng pemanahan yang bernama Sutawijaya ikut pula mendaftar dalam sayembara. Oleh karenanya Hadiwijaya mengerahkan pasukan Pajang dan memberikan Tombak Kyai Plered, untuk membantu Ki Ageng Pemanahan dan putra kandung nya, yaitu Sutawijaya untuk mengalahkan Sultan Demak 5 Arya penangsang .


Kematian


Ketika pasukan Pajang datang menyerang Kotaraja Jipang, saat itu P. Arya Penangsang sedang akan berbuka setelah keberhasilannya berpuasa 40 hari. Surat tantangan atas nama Hadiwijaya membuatnya tidak mampu menahan emosi. Apalagi surat tantangan itu dibawa oleh pekatik-nya (pemelihara kuda) yang sebelumnya sudah dipotong telinganya oleh Pemanahan dan Penjawi. Meskipun sudah disabarkan adik Arya Penangsang ( Arya Mataram), Penangsang tetap berangkat ke medan perang menaiki kuda jantan yang bernama Gagak Rimang.


Kuda Gagak Rimang dengan penuh nafsu mengejar Sutawijaya yang mengendarai kuda betina, melompati bengawan. Perang antara Pasukan Pajang dan Jipang terjadi di dekat Bengawan Sore. dalam perang itu perut Arya Penangsang robek terkena tombak Kyai Plered milik Sutawijaya. Meskipun demikian kesaktian yang dimiliki oleh Arya Penangsang membuatnya tetap bertahan. Ususnya yang terburai dililitkannya pada gagang keris yang terselip di pinggang.


Arya Penangsang berhasil meringkus Sutawijaya. Saat mencabut keris Setan Kober untuk membunuh Sutawijaya, usus Arya Penangsang malah terpotong sehingga menyebabkan kematiannya.


Dalam pertempuran itu Ki Matahun, patih Jipang tewas pula, sedangkan Arya Mataram berhasil meloloskan diri.


Dampak budaya


Tapi bagi masyarakat sekitar Cepu entah itu yang berada di Kabupaten Blora maupun Kabupaten Bojonegoro berpendapat lain. Untaian bunga melati pada keris pengantin pria Jawa diibaratkan sebagai lambang kegagahan Arya Penangsang. Meskipun telah terburai isi perutnya, namun Arya Penangsang tetap masih mampu tegap berdiri hingga titik darah penghabisan. Dari perlambang itu, diharapkan sang pengantin laki-laki kelak bisa menjaga kemakmuran, kebahagiaan, keutuhan dan kehormatan rumah tangga meski dalam keadaan kritis seperti apa pun. Seperti halnya Arya Penangsang yang tetap memegang prinsip hingga ajal tiba.

Orang Jawa, Sunda, dan Bali merupakan keturunan campuran bangsa Austroasiatik, Austronesia, dan Melanesia. Namun, presentase gen Melanesia pada ketiga suku tersebut sangatlah kecil, dominan Austroasiatik dan Austronesianya.

 Orang Jawa, Sunda, dan Bali merupakan keturunan campuran bangsa Austroasiatik, Austronesia, dan Melanesia. Namun, presentase gen Melanesia pada ketiga suku tersebut sangatlah kecil, dominan Austroasiatik dan Austronesianya.



29 September 2024

Kronologi sejarah pulau Jawa dari tahun 10.000 Sebelum Masehi sampai 2017. Dimulai dari munculnya serangkaian kebudayaan maju seperti Gunung Padang, kemudian lahirnya kerajaan-kerajaan kuno yang dipelopori oleh Salakanagara dan Tarumanagara, tumbuhnya imperium Hindu-Buddha seperti Singhasari dan Majapahit, kedatangan negeri-negeri Islam, sampai masa kegelapan pada masa kekuasaan bangsa Eropa, hingga kelahiran Indonesia Raya... Semoga bermanfaat! :> ------ Sebelum Masehi: 10000 SM - Kebudayaan Gunung Padang muncul di Cianjur. 9500 SM - Kebudayaan Goa Pawon muncul di Bandung. 7500 SM - Kebudayaan Pangguyangan muncul di Sukabumi. 4000 SM - Tahap kedua kebudayaan Gunung Padang. 3000 SM - Kebudayaan Cibedug muncul di Lebak. 2000 SM - Tahap ketiga kebudayaan Gunung Padang. 1000 SM - Kebudayaan Cipari muncul di Kuningan. 800 SM - Kebudayaan Pasir Angin muncul di Bogor. 500 SM - Cipari ditinggalkan. 400 SM - Gunung Padang ditinggalkan. Kebudayaan Buni muncul di Bekasi. Pasir Angin berkembang menjadi peradaban kuno Caringin Kurung. Abad 1-4: 100 M - Buni berkembang menjadi peradaban Sagara Pasir. Peradaban kuno Teluk Lada muncul di Pandeglang. 130 M - Dewawarman, seorang perantau dari Pallawa mendirikan kerajaan Salakanagara di Teluk Lada. 132 M - Berita Cina menyebutkan tentang keberadaan Salakanagara. 150 M - Ptolemeus dari Yunani menyebutkan negeri Argyre dalam salah satu peta dunianya, yang kemungkinan merujuk pada Salakanagara. 300 M - Serangkaian peradaban awal tumbuh di timur Salakanagara. 358 M - Jayasinghawarman dari Shalankayana mendirikan kerajaan Tarumanagara di Bekasi. 362 M - Salakanagara menjadi bawahan Tarumanagara. 363 M - Santanu dari Gangga mendirikan kerajaan Indraprahasta di Cirebon. 395 M - Purnawarman naik tahta menjadi raja Tarumanagara. 397 M - Ibukota Tarumanagara dipindahkan ke Sundapura. 399 M - Indraprahasta menjadi bawahan Tarumanagara. Abad 5: 417 M - Prasasti Tugu. 434 M - Raja Purnawarman wafat. Wisnuwarman naik tahta menggantikan ayahnya. 437 M - Pemberontakan Cakrawarman. 456 M - Aji Saka, diperkirakan seorang perantau dari negeri Indo-Skithia (kerajaan Saka), tiba di Rembang dan mendirikan peradaban kuno Medang Kamulan. Ini menandai dimulainya peradaban di Bumi Jawa. 528 M - Tarumanagara mengirimkan utusan pertamanya ke negeri Cina (Dinasti Sui). 535 M - Suryawarman menaiki tahta Tarumanagara. Ia meninggalkan Sundapura dan mendirikan ibukota baru di timur. Sundapura lalu berkembang menjadi kerajaan bawahan bernama Sunda Sembawa. 536 M - Manikmaya mendirikan kerajaan Kendan di Nagreg, tanah yang dihadiahkan oleh Maharaja Tarumanagara kepadanya. Abad 7: 612 M - Wretikandayun, putra Manikmaya mendirikan kerajaan Galuh. 628 M - Linggawarman menaiki tahta Tarumanagara. Ia menikahkan kedua putrinya masing-masing kepada Tarusbawa (penguasa Sunda) dan Dapunta Hyang (penguasa Sriwijaya). 632 M - Kerajaan Kalingga muncul di Jepara, diperkirakan didirikan oleh seorang perantau bernama Bhanu dari Kalinga di India timur. 648 M - Kartikeyasinga menjadi raja Kalingga. 664 M - Seorang biksu Tang bernama Huining mengunjungi kerajaan Kalingga untuk menemui resi Jhanabhadra. 669 M - Tarumanagara runtuh dan terpecah menjadi dua, Sunda dan Galuh. 671 M - Prabu Wiragati mendirikan kerajaan Saunggalah di Kuningan sebagai bawahan Galuh. 674 M - Maharani Shima naik tahta di Kalingga. 686 M - Sriwijaya menaklukkan pesisir Tatar Sunda. Tarusbawa mundur ke selatan dan memindahkan ibukota kerajaan ke pedalaman Pakuan Pajajaran (Bogor), sementara kota pelabuhan di Banten dan Jakarta diduduki oleh Sriwijaya. 695 M - Ratu Shima membagi kerajaannya menjadi dua: Kalingga Utara (Mataram) dan Kalingga Selatan (Sambara). Abad 8: 702 M - Mandiminyak menaiki tahta Galuh. 709 M - Sena (Bratasena) menaiki tahta Galuh. 716 M - Kudeta di Galuh. Purbasora menggulingkan raja Sena dari tahtanya. Sena lolos dan meminta perlindungan kepada Tarusbawa di Pakuan. 721 M - Sanjaya, putra Sena dan cucu Shima menyerbu Galuh untuk membalaskan dendam ayahnya. Indraprahasta menjadi daerah pertama yang ia taklukkan. 722 M - Sanjaya menaklukkan Saunggalah (Kuningan). 723 M - Sanjaya menyerbu istana Galuh, menewaskan Purbasora. Ia kemudian menobatkan dirinya menjadi raja Galuh. Pada tahun yang sama, Tarusbawa menikahkan putrinya dengan Sanjaya. Sanjaya otomatis menjadi penguasa Sunda dan Galuh sekaligus, menyatukan kedua negeri tersebut. 732 M - Ratu Shima wafat. Sanjaya mendirikan kerajaan Mataram. Ia menunjuk Tamperan sebagai penguasa Sunda-Galuh, dan Demunawan sebagai penguasa Saunggalah. 739 M - Galuh memerdekakan diri dari Sunda setelah serangkaian peristiwa besar (kudeta, perang, dan perjanjian). Manarah menjadi penguasa Galuh dengan gelar Prabu Jayaprakosa sementara putra Tamperan, Banga menjadi raja Sunda. Keduanya kemudian menjadi bawahan Sriwijaya. 752 M - Sriwijaya menaklukkan Kalingga. 759 M - Raja Banga memerdekakan Sunda dari kekuasaan Galuh. 760 M - Panangkaran naik tahta menggantikan Sanjaya. Gajayana mendirikan kerajaan Kanjuruhan di Jawa Timur. 770 M - Dinasti Sailendra berkuasa di Mataram. 775 M - Dharanindra menaiki tahta Mataram. Sailendra menjadi penguasa di Sriwijaya. Candi Borobudur mulai dibangun. 778 M - Pembangunan Candi Kalasan dan Candi Sari. 782 M - Prasasti Kelurak. 787 M - Sailendra menyerang Champa di Vietnam Selatan dan Chenla di Kamboja 789 M - Gajayana wafat. Kanjuruhan bersatu dengan Mataram. 792 M - Samaratungga menaiki tahta Mataram. Kompleks percandian Candi Sewu selesai dibangun. 798 M - Prabu Jayaprakosa wafat. Abad 9: 802 M - Penguasa Kamboja Jayawarman II memerdekakan diri dari kekuasaan Wangsa Sailendra dan mendirikan kerajaan Khmer. 819 M - Rakyan Wuwus naik tahta di Sunda bergelar Prabu Gajah Kulon. Ia menyatukan kembali kerajaan Sunda dan Galuh dalam satu pemerintahan. 825 M - Candi Borobudur selesai dibangun. 847 M - Wangsa Sailendra terusir dari Jawa. Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya menaiki tahta Mataram. Candi Prambanan dibangun. 856 M - Balaputradewa, seorang pangeran Sailendra dari Jawa menjadi Maharaja Sriwijaya. Dyah Lokapala (Kayuwangi) menaiki tahta Mataram. 880 M - Peristiwa Wuatan Tija. 882 M - Gunung Merapi meletus. 899 M - Dyah Balitung menaiki tahta Mataram. 900 M - Mataram menjalin hubungan persahabatan dengan kerajaan-kerajaan Hindu di Filipina. Kebudayaan maju muncul di Blambangan. Abad 10: 905 M - Mataram menaklukkan Bali. 924 M - Dyah Wawa naik tahta di Mataram. 927 M - Sriwijaya memulai invasi terhadap Mataram. 929 M - Perang Sriwijaya-Mataram usai. Sisa prajurit Mataram pimpinan Mpu Sindok dibantu oleh rakyat Nganjuk berhasil mengalahkan pasukan Sriwijaya di desa Anjuk Ladang. Mpu Sindok mendirikan kerajaan Medang dan Wangsa Isyana yang berpusat di Jawa Timur. 932 M - Prasasti Kebon Kopi II. 937 M - Prasasti Anjuk Ladang. Mpu Sindok mendirikan tugu di Nganjuk sebagai ungkapan kemenangan melawan pasukan Sriwijaya. 960 M - Gunung Merapi meletus. 985 M - Dharmawangsa Teguh menaiki tahta Medang. 986 M - Ketut Wijaya, seorang pangeran Mataram mendirikan kerajaan Wengker. 988 M - Medang menyerang kota Palembang di Sriwijaya. 990 M - Medang kembali menyerang Palembang dan berhasil mendudukinya. 992 M - Pasukan Sriwijaya merebut kembali kota Palembang. 996 M - Epos Mahabharata diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa Kuno untuk pertama kalinya. 997 M - Prasasti Hujung Langit. Medang menduduki Lampung. Abad 11: 1016 M - Peristiwa Mahapralaya. Serangan Raja Wurawari dari negeri Lwaram (Ngloram) yang menewaskan Raja Dharmawangsa dan sebagian besar bangsawan Medang. Kerajaan Medang otomatis musnah. 1019 M - Airlangga mendirikan istana Watan Mas di Pasuruan. 1025 M - Invasi Kerajaan Chola terhadap Sriwijaya. Airlangga mulai memperluas wilayah kekuasaan negerinya. 1028 M - Rajendra Chola menunjuk Sri Dewa sebagai raja baru Sriwijaya dibawah Dinasti Chola. 1030 M - Airlangga menaklukkan Hasin, Wuratan, dan Lewa. Sri Jayabupati menaiki tahta Sunda. Ia memerdekakan kerajaannya dari jajahan Sriwijaya. 1031 M - Airlangga menaklukkan Wengker. Lewa memberontak, namun berhasil ditumpas. 1032 M - Ratu Tulodong penguasa Lodoyong menyerang Airlangga dan menghancurkan istana Watan Mas. Airlangga berhasil lolos dan membangun ibukota baru di Kahuripan. Ia kemudian menundukkan Lwaram, membalaskan dendam Dharmawangsa. 1035 M - Mpu Kanwa menggubah naskah Arjunawiwaha. Pemberontakan raja Wengker. 1036 M - Airlangga membangun Asrama Sri Wijaya. 1037 M - Pemberontakan Wengker berhasil ditumpas. Airlangga berhasil menaklukkan seluruh Bumi Jawa. 1042 M - Airlangga memindahkan ibukota ke Dahanapura (Daha). Ia kemudian membagi Kahuripan masing-masing kepada kedua putranya: Samarawijaya di Panjalu dan Garasakan di Janggala. Airlangga kemudian pergi menyepi. Lodoyong menjadi negara yang merdeka kembali. 1044 M - Perang saudara antara Janggala dan Panjalu. 1049 M - Airlangga wafat dalam pertapaannya. 1052 M - Panjalu menjadi bawahan Janggala. 1066 M - Sriwijaya merdeka dari Chola. 1088 M - Sriwijaya menjadi bawahan kerajaan Melayu Dharmasraya (Mauli). 1100 M - Janggala menaklukkan Madura. Abad 12: 1104 M - Panjalu merdeka dari Janggala. 1116 M - Lodoyong menjadi bawahan Panjalu. 1135 M - Sri Jayabaya naik tahta di Panjalu. Ia berhasil menaklukkan Janggala. Panjalu berganti nama menjadi Kediri. 1157 M - Kakawin Bharatayudha ditulis, sebagai kiasan kemenangan Kediri atas Janggala. 1159 M - Prabu Jayabaya wafat. Terjadi perebutan tahta antara kedua putranya. Janggala mengambil kesempatan ini untuk memerdekakan diri. 1175 M - Darmasiksa naik tahta di Sunda. Putranya, Jayadarma menikah dengan putri Singhasari bernama Dyah Lembu Tal. Kelak keduanya memiliki putra bernama Wijaya, seorang tokoh besar dalam beberapa dekade ke depan. 1183 M - Dinasti Mauli berkuasa sepenuhnya di Sumatra, mengakhiri dominasi Sriwijaya. 1185 M - Janggala dan Kediri kembali bersatu, melalui jalur pernikahan. 1190 M - Kertajaya naik tahta di Kediri. 1193 M - Pasukan Janggala menyerbu Kediri dan berhasil menduduki kota dan istana Daha. Kertajaya terpaksa mengungsi dari istananya. 1194 M - Kertajaya memimpin pasukan Kediri menggempur dan menaklukkan Janggala. Abad 13: 1205 M - Ken Arok menjadi penguasa Tumapel dan memerdekakan diri dari kekuasaan Kediri. 1221 M - Pertempuran Ganter. Prabu Kertajaya tewas di tangan Ken Arok. 1222 M - Kediri menjadi bawahan Tumapel. Ken Arok menjadi penguasa tertinggi di Bumi Jawa. 1227 M - Ken Arok tewas diracun oleh Anusapati, yang kemudian menggantikannya sebagai raja Tumapel. 1248 M - Wisnuwardhana menjadi raja Tumapel. 1250 M - Kediri disatukan kembali dengan Tumapel. 1252 M - Erupsi gunung Merapi. 1254 M - Tumapel berganti nama menjadi Singhasari. 1255 M - Prasasti Mula Malurung. 1257 M - Erupsi dahsyat gunung Samalas di pulau Lombok. 1258 M - Perubahan iklim akibat erupsi gunung Samalas. Sebagian besar Bumi mengalami musim dingin berkepanjangan. Gerhana Bulan total terjadi pada bulan Mei. 1263 M - Iklim Bumi kembali normal. 1268 M - Kertanegara menaiki tahta Singhasari. 1275 M - Singhasari memulai ekspedisi penaklukkan Tanah Melayu. Armada besar pimpinan Kebo Anabrang berangkat ke Sumatra. 1284 M - Pasukan Singhasari pimpinan Wijaya (menantu Kertanegara dan seorang pangeran Sunda) menundukkan Bali. 1286 M - Penaklukkan Melayu selesai. Kertanegara menghadiahkan arca Amoghapasa kepada penguasa Dharmasraya. 1289 M - Dinasti Yuan mengirim utusan yang meminta agar Singhasari tunduk pada kekuasaan Mongol. Kertanegara dengan tegas menolak dan memotong telinga sang utusan. 1292 M - Pemberontakan Jayakatwang. Kertanegara tewas di tangan Jayakatwang (adipati Kediri), menandai runtuhnya Singhasari dan kembali bangkitnya Kediri. Wijaya bersedia tunduk lalu mendirikan desa Majapahit sebagai bawahan Kediri. Di tahun yang sama, pasukan Mongol mendarat di pesisir utara Jawa timur dan menduduki kota-kota pelabuhan dari Tuban hingga Ujung Galuh (Surabaya). 1293 M - Aliansi Mongol-Majapahit menghancurkan kota Daha. Jayakatwang ditangkap dan menjadi tawanan Mongol. Wijaya kemudian mengusir pasukan Mongol saat mereka lengah dan mendirikan kerajaan Majapahit. Dalam perjalanan kembali ke Khanbaliq, pasukan Mongol membunuh Jayakatwang yang menjadi tawanan mereka. 1295 M - Ranggalawe, salah satu pendiri Majapahit yang menjabat sebagai adipati Tuban tewas dalam suatu konspirasi oleh Halayudha, seorang licik yang berambisi menjadi mahapatih Majapahit. Ia tewas di tangan Kebo Anabrang (mantan panglima ekspedisi Pamalayu), yang langsung dibunuh saat itu juga oleh Lembu Sora, paman Ranggalawe. Arya Wiraraja, penguasa Lumajang dan ayah Ranggalawe memerdekakan negerinya dari Majapahit. Abad 14: 1300 M - Lembu Sora tewas di tangan mahapatih Nambi setelah keduanya diadu domba oleh Halayudha. 1309 M - Wijaya wafat. Sahabatnya, Nambi mengundurkan diri dari jabatan mahapatih Majapahit dan menjadi raja di Lumajang. Tahta diserahkan kepada Jayanagara, putra Wijaya dengan Dara Petak, seorang putri dari Dharmasraya. 1313 M - Gajah Mada menjadi kepala pasukan khusus Bhayangkara. 1316 M - Nambi, salah satu pendiri Majapahit tewas akibat difitnah oleh Halayudha dan Jayanagara. Lumajang dianeksasi oleh Majapahit. Halayudha diangkat sebagai mahapatih baru. 1319 M - Pemberontakan Dharmaputra Winehsuka pimpinan Ra Kuti. Trowulan berhasil diduduki, namun dapat direbut kembali oleh pasukan Bhayangkara pimpinan Gajah Mada yang kemudian menumpas para Dharmaputra. Jabatannya dinaikkan menjadi patih. Halayudha dihukum mati setelah segala fitnah yang ia perbuat di masa lalu terbongkar. 1321 M - Odorico da Pordenone dari Venesia mengunjungi Majapahit. 1325 M - Majapahit mengirim Adityawarman sebagai duta besar ke Khanbaliq untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Dinasti Yuan. 1328 M - Jayanagara dibunuh oleh Ra Tanca, anggota Dharmaputra terakhir yang masih hidup. Tanca kemudian langsung dibunuh oleh Gajah Mada saat itu juga. Tahta Majapahit diserahkan kepada Tribhuwanatunggadewi. 1329 M - Pemberontakan Keta. 1331 M - Pemberontakan Sadeng. 1332 M - Adityawarman kembali pergi ke Khanbaliq sebagai duta besar Majapahit. 1334 M - Hayam Wuruk lahir. 1336 M - Ratu Tribhuwana mengangkat Gajah Mada sebagai mahapatih, yang kemudian mengucapkan Sumpah Palapa. 1337 M - Wang Dayuan, seorang pengelana Yuan-Mongol mengunjungi Majapahit dan melaporkan tentang adanya sisa-sisa pasukan Mongol yang menetap dan membentuk komunitas Muslim Hui di lembah Gelam, Sidoarjo. 1339 M - Majapahit menaklukkan negeri-negeri di Sumatra dan Malaya yang belum tunduk. Adityawarman diangkat sebagai gubernur Sumatra. 1343 M - Gajah Mada dan Adityawarman memimpin pasukan Majapahit menaklukkan Bali dan Lombok. 1350 M - Hayam Wuruk menaiki tahta Majapahit. Majapahit menguasai Bawean. 1357 M - Perang Bubat. Raja Sunda tewas dalam suatu kesalahpahaman oleh Gajah Mada. Hayam Wuruk yang kecewa kemudian mencabut jabatan sang mahapatih dan mengasingkannya ke Madakaripura. Majapahit menaklukkan Sumbawa. 1359 M - Gajah Mada diangkat kembali sebagai mahapatih, namun memerintah dari Madakaripura. Hayam Wuruk mengunjungi Malang. 1364 M - Gajah Mada wafat. 1365 M - Puncak kejayaan Majapahit di bawah pimpinan Prabu Hayam Wuruk. Kakawin Nagarakretagama selesai ditulis oleh Mpu Prapanca, yang menuliskan daftar wilayah kekuasaan Majapahit serta negara-negara sahabatnya. 1371 M - Prabu Niskala Wastukancana naik tahta di Sunda. 1376 M - Wijayarajasa mendirikan keraton Majapahit Timur (Blambangan), namun masih sebagai bawahan Majapahit pusat. Adityawarman wafat. 1377 M - Pemberontakan kerajaan-kerajaan di Sumatra: Pagaruyung, Palembang, dan Dharmasraya. Berhasil ditumpas oleh Majapahit, namun berakibat lepasnya Pagaruyung. 1382 M - Wastukancana membagi Tatar Sunda kepada kedua putranya. Sunda pun kembali terpecah menjadi Sunda dan Galuh. 1389 M - Hayam Wuruk wafat. Wikramawardhana naik tahta menggantikannya. 1398 M - Majapahit menaklukkan Tumasik. Abad 15: 1404 M - Perang Paregreg, perang sipil Majapahit dimulai. Wirabhumi memerdekakan Majapahit Timur dari keraton Majapahit Barat pimpinan Wikramawardhana. Sunan Gresik mendirikan Walisongo, sebuah majelis dakwah Islam. 1405 M - Ekspedisi laut Dinasti Ming pimpinan Laksamana Cheng Ho mengunjungi kedua keraton Majapahit. 1406 M - Keraton Majapahit Timur diserbu dan diduduki. Seluruh penghuni keraton termasuk sejumlah besar utusan Tionghoa anggota ekspedisi Dinasti Ming tewas dalam serangan itu. Wirabhumi sendiri berhasil lolos namun kemudian dikejar dan dibunuh oleh Raden Gajah. Perang Paregreg pun berakhir. 1408 M - Armada Cheng Ho kembali mengunjungi Majapahit, kali ini untuk menagih hutang atas terbunuhnya utusan Ming saat Perang Paregreg. 1415 M - Kaisar Dinasti Ming mengakui kedaulatan Majapahit atas Palembang. 1419 M - Sunan Gresik wafat. 1427 M - Wikramawardhana wafat. Suhita naik tahta sebagai ratu Majapahit. 1430 M - Pangeran Walangsungsang alias Cakrabuana, putra sulung Siliwangi mendirikan kesultanan Cirebon sebagai bawahan Galuh. 1442 M - Raden Paku alias Sunan Giri lahir. 1448 M - Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati lahir. 1450 M - Raden Said alias Sunan Kalijaga lahir. 1475 M - Raden Patah mendirikan kesultanan Demak sebagai bawahan Majapahit. 1477 M - Semarang menjadi bawahan Demak. 1478 M - Kudeta di Trowulan. Raja Majapahit terakhir yang sah, Kertabhumi tewas terbunuh dalam serangan yang dilancarkan oleh Girindrawardhana dari Daha, keturunan Wirabhumi. Raden Patah, putra mahkota Majapahit yang sah memerdekakan Demak dan menyerbu Daha, namun menemui kegagalan. 1479 M - Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati menggantikan kedudukan Cakrabuana sebagai penguasa Cirebon. 1482 M - Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi naik tahta di Sunda. Ia kembali menyatukan Sunda dan Galuh ke dalam satu pemerintahan, serta merebut Lampung dari Majapahit. Kerajaan Sunda kemudian berganti nama menjadi Pajajaran. Di tahun yang sama, Sunan Gunung Jati memproklamasikan kemerdekaan Cirebon dari Pajajaran. 1487 M - Raden Paku alias Sunan Giri mendirikan pesantren Giri Kedaton di Gresik, yang berkembang menjadi pusat pendidikan Islam dan negara-kota pelabuhan yang kaya. Abad 16: 1506 M - Sunan Giri wafat. 1511 M - Demak melancarkan ekspansi ke wilayah sekitarnya. Sedayu, Tegal, dan Kudus berturut-turut jatuh ke dalam kekuasaannya. Di Malaya, Portugis menguasai Malaka. Kesultanan Malaka runtuh dan Portugis resmi menjadi pengendali Selat Malaka. 1513 M - Tome Pires, seorang pengelana Portugis mengunjungi pulau Jawa dan mencatatkan perjalanannya tersebut di dalam bukunya, Suma Oriental. Panglima Demak, Pati Unus mengirim ekspedisi militer ke Malaka, namun menemui kegagalan. Majapahit beraliansi dengan Klungkung dari Bali untuk menyerbu Demak, namun dapat dipukul mundur. 1515 M - Cirebon menjadi bawahan Demak. 1517 M - Majapahit menjalin hubungan diplomatik dengan Portugis. 1518 M - Raden Patah wafat. Pati Unus naik tahta sebagai sultan Demak menggantikannya. Ia kemudian memimpin penaklukkan Demak atas Jepara. 1521 M - Demak kembali menyerbu Malaka, namun kembali menemui kegagalan dan Pati Unus gugur. Trenggana naik tahta sebagai sultan Demak menggantikan kakaknya. Pada tahun yang sama, Prabu Siliwangi mengirim utusan ke Malaka Portugis untuk menjalin hubungan persahabatan. Tak lama kemudian, sang Prabu wafat. Tahta Pajajaran diserahkan kepada Surawisesa, putra sekaligus utusan yang sebelumnya ia kirim ke Malaka Portugis. 1522 M - Perjanjian Sunda Kalapa antara Pajajaran-Portugis. Surawisesa memperbolehkan Portugis membangun benteng di Sunda Kalapa dengan jaminan kerajaannya diberi bantuan militer. 1526 M - Kesultanan Cirebon dan Demak beraliansi untuk menggempur kerajaan Pajajaran. Sunan Gunung Jati mendirikan kesultanan Banten sebagai bawahan Cirebon. 1527 M - Majapahit runtuh. Demak menyerbu kota Tuban dan Daha, pertahanan terakhir kerajaan Majapahit pimpinan Girindrawardhana. Sang Prabu berhasil meloloskan diri ke Panarukan dan menjadi raja Blambangan. Demak juga menyerbu dan menduduki pesisir utara Pajajaran, termasuk Sunda Kalapa yang kemudian diganti namanya menjadi Jayakarta oleh Fatahillah, panglima militer Demak. Ratna Kencana, putri Sultan Trenggana mendirikan kerajaan Kalinyamat sebagai bawahan Demak. 1528 M - Perang Palimanan antara Cirebon dengan Galuh, kerajaan bawahan Pajajaran. Rajagaluh dianeksasi oleh Cirebon. Demak menundukkan Wirosari dan Wirasaba. Blambangan pimpinan Girindrawardhana mengirimkan utusan ke Malaka Portugis. 1529 M - Pangeran Cakrabuana wafat. Demak menundukkan kadipaten Purbaya dan Gegelang di Madiun. 1530 M - Demak menundukkan Medangkungan di Blora dan Jogorogo di Ngawi. Perang Palimanan berakhir dengan kekalahan Galuh dan dianeksasinya wilayah itu ke dalam kekuasaan Cirebon. 1531 M - Demak menundukkan Surabaya. Perjanjian damai antara Pajajaran dengan aliansi Cirebon-Demak. 1533 M - Prasasti Batutulis. 1535 M - Ratu Dewata menaiki tahta Pajajaran. Seorang raja yang menghabiskan sebagian besar waktunya hanya untuk bertapa dan menyepi. 1536 M - Toyib, seorang ulama Aceh tiba di Jepara untuk menyebarkan Islam. Ia kemudian menikah dengan Ratu Kalinyamat dan diberi gelar Sultan Hadlirin. 1541 M - Demak berturut-turut menundukkan Lamongan dan Blitar. 1543 M - Ratu Sakti naik tahta di Pajajaran menggantikan Ratu Dewata. Berbanding terbalik dengan ayahnya, Sakti adalah seorang raja yang lalim dan kejam. 1545 M - Sultan Trenggana menyerbu Blambangan dan berhasil merebut Pasuruan. Trenggana juga menaklukkan kerajaan Sengguruh di Malang. 1546 M - Trenggana wafat dalam pertempuran melawan Blambangan di Panarukan. Sunan Prawoto naik tahta sebagai sultan Demak menggantikannya. Kalinyamat melepaskan diri dari Demak setelah Sultan Hadlirin tewas terbunuh dalam suatu konspirasi oleh Prawoto dan Arya Penangsang. Ratna Kencana kembali menjadi Ratu Kalinyamat. 1548 M - Sunan Prapen ditunjuk menjadi pemimpin Giri Kedaton. 1549 M - Prawoto tewas di tangan Arya Penangsang, yang kemudian menggantikannya sebagai sultan Demak. Jaka Tingkir mendirikan kerajaan Pajang dan bergelar Hadiwijaya. Sunan Kudus mendirikan Masjid Menara Kudus. 1550 M - Sunan Kudus wafat. Ratu Kalinyamat bekerjasama dengan kesultanan Johor menggempur Malaka Portugis. Meski sempat menduduki sebagian besar kota Malaka, namun aliansi Johor-Kalinyamat ini akhirnya dapat dipukul mundur oleh pasukan Portugis. 1552 M - Sunan Gunung Jati mengangkat putranya, Maulana Hasanuddin menjadi sultan Banten. Banten pun merdeka dari Cirebon, lalu menundukkan Lampung. 1554 M - Arya Penangsang tewas di tangan Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan yang memimpin pasukan pemberontak suruhan Hadiwijaya dari Pajang. Kesultanan Demak pun resmi runtuh. Pajang muncul sebagai penguasa baru di Jawa. Demak, Jepara, dan Jipang menjadi bawahan Pajang. 1556 M - Hadiwijaya menghadiahkan tanah Mataram kepada Ki Ageng Pemanahan atas jasanya mengalahkan Arya Penangsang. Sunan Kalijaga wafat. 1560 M - Portugal mendirikan pos dagang di Panarukan. 1567 M - Prabu Suryakancana naik tahta sebagai raja terakhir Pajajaran. 1568 M - Sunan Prapen mengadakan pertemuan antara Hadiwijaya dengan para penguasa di Jawa Timur pimpinan Panji Wiryakrama dari Surabaya. Seluruh Jawa Timur kecuali Blambangan dan Madura pun resmi bersatu dengan Pajang. Sunan Gunung Jati wafat. Fatahillah diangkat sebagai sultan Cirebon menggantikannya. 1570 M - Fatahillah wafat. Maulana Hasanuddin wafat. Maulana Yusuf diangkat menjadi Sultan Banten menggantikan ayahnya. 1574 M - Ratu Kalinyamat kembali mengirim armada perang untuk menyerbu Malaka Portugis. Kali ini bekerjasama dengan Aceh. Meski sempat membuat Portugis kewalahan, serangan ini juga gagal merebut Malaka. 1575 M - Ki Ageng Pemanahan wafat. Sutawijaya menggantikan ayahnya sebagai penguasa Mataram. 1576 M - Kesultanan Banten melancarkan agresi besar-besaran terhadap Pajajaran. Kota Pakuan dikuasai oleh pasukan Banten. Prabu Suryakancana dan keluarganya meloloskan diri ke pedalaman Pandeglang. 1579 M - Kerajaan Pajajaran runtuh setelah Pandeglang dikuasai sepenuhnya oleh kesultanan Banten. Prabu Suryakancana wafat dalam pertempuran. Banten pun menjadi penguasa tertinggi di Tatar Sunda. Prabu Geusan Ulun naik tahta di kerajaan Sumedang Larang dan memerdekakannya dari Cirebon. Ratu Kalinyamat wafat. Pangeran Arya Jepara, keponakan sang ratu sekaligus putra sultan Banten, diangkat sebagai penguasa Kalinyamat. Ia berhasil menanamkan kekuasaan di pulau Bawean. 1582 M - Hadiwijaya wafat. Daerah-daerah bawahan di Jawa Timur pimpinan Surabaya melepaskan diri dari kekuasaan Pajang. 1583 M - Arya Pangiri naik tahta sebagai sultan Pajang setelah menyingkirkan Pangeran Benawa. 1586 M - Benawa bersekutu dengan Sutawijaya untuk menggempur Pajang. Arya Pangiri dilengserkan dan Benawa menjadi sultan Pajang. Sutawijaya kemudian menyerbu Madiun untuk menundukkan Purbaya. 1587 M - Erupsi gunung Merapi. 1588 M - Sutawijaya memerdekakan Mataram dari Pajang. Ia menjadi penguasa bergelar Panembahan Senopati. Benawa wafat. Pajang pun bersatu dengan Mataram. Senopati kemudian menyerbu Surabaya yang tak ingin tunduk, sebelum didamaikan oleh Sunan Prapen. 1590 M - Perang Mataram-Purbaya berakhir dengan takluknya Purbaya. Mataram juga menaklukkan Madiun, kemudian menyerbu Jepara namun berhasil dipukul mundur oleh pasukan Kalinyamat. 1591 M - Perebutan tahta di Kediri. 1596 M - Bangsa Belanda untuk pertama kalinya tiba di Jawa. Mereka mendarat di Banten, namun masih sebatas berdagang. Benteng Kuta Raja Cirebon dibangun sebagai simbol persahabatan antara Cirebon dengan Mataram. 1599 M - Peristiwa Bedhahe Kalinyamat. Mataram melancarkan invasi besar-besaran terhadap Jepara dan berhasil menguasainya. Kerajaan Kalinyamat pun runtuh. 1600 M - Pemberontakan Pati pimpinan Adipati Pragola. Berhasil ditumpas oleh putra mahkota Mataram, Raden Mas Jolang. Abad 17: 1601 M - Panembahan Senopati wafat. Raden Mas Jolang naik tahta di Mataram menggantikan ayahnya dan bergelar Panembahan Hanyakrawati. Selat Muria diperkirakan lenyap akibat pendangkalan berkepanjangan. Pulau Muria pun bersatu dengan Jawa. 1602 M - Pemberontakan Demak pimpinan Pangeran Puger. Perang sipil Mataram-Demak dimulai. Belanda resmi membentuk VOC, sebuah kongsi dagang internasional. VOC kemudian mendirikan pos dagang pertamanya di Gresik dan Jaratan. 1603 M - VOC mendirikan pos dagang di Banten. 1605 M - Pangeran Puger ditangkap dan dibuang ke Kudus. Demak kembali menjadi bagian dari Mataram. 1607 M - Pemberontakan Ponorogo pimpinan Jayaraga, adik Hanyakrawati. Berhasil dipadamkan dan Jayaraga dibuang ke Nusakambangan. 1610 M - Mataram menyerbu Surabaya, namun mengalami kegagalan. 1611 M - VOC mendirikan pos dagang di Jayakarta. 1613 M - Mataram kembali menyerbu Surabaya, namun kembali gagal. Pos-pos VOC di Gresik dan Jaratan ikut terbakar. Sebagai permintaan maaf, Sultan Hanyakrawati mengizinkan VOC mendirikan pos dagang baru di Jepara. Hanyakrawati kemudian wafat dalam kecelakaan saat berburu kijang di hutan Krapyak. Raden Mas Rangsang naik tahta dan bergelar Panembahan Hanyakrakusuma. 1614 M - Mataram menaklukkan Malang dan Lumajang. VOC mengirim duta besar pertamanya ke Mataram untuk menjalin kerja sama namun ditolak oleh Hanyakrakusuma. 1615 M - Patih Mataram, Ki Juru Martani wafat. Kedudukannya digantikan oleh Tumenggung Singaranu. Mataram menaklukkan Wirasaba. Surabaya membalas dengan mengirim pasukan ke Wirasaba. 1616 M - Pasukan Mataram mengalahkan pasukan Surabaya di desa Siwalan. Mataram kemudian lanjut menaklukkan Lasem. 1617 M - Pemberontakan Pajang pimpinan Ki Tambakbaya. Berhasil dipadamkan dan Tambakbaya melarikan diri ke Surabaya. Mataram menaklukkan Pasuruan. Cirebon menjadi bawahan Mataram. 1618 M - Mataram menaklukkan Galuh. 1619 M - VOC menaklukkan kota Jayakarta dan mengganti namanya menjadi Batavia. Markas VOC yang semula di Ambon pun dipindah ke Batavia. Jan Pieterszoon Coen ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal VOC. Pendudukan Belanda di pulau Jawa pun dimulai. Mataram menaklukkan Tuban. 1620 M - Invasi Mataram ke Surabaya dimulai. Pasukan Mataram membendung Sungai Mas untuk menghentikan suplai air. Mataram juga menggempur dan menaklukkan kerajaan Sumedang Larang. 1621 M - Mataram mulai menjalin hubungan diplomatik dengan VOC. 1622 M - Mataram menaklukkan kerajaan Sukadana di Kalimantan Barat. 1624 M - Mataram menaklukkan Madura. Hanyakrakusuma mendapatkan gelar baru, Sultan Agung. 1625 M - Surabaya dilanda bencana kelaparan akibat suplai pangan terputus oleh invasi Mataram. Jayalengkara akhirnya menyerah dan bersedia menjadikan Surabaya sebagai bagian dari Mataram. 1627 M - Pemberontakan Pati pimpinan Adipati Pragola, sepupu Sultan Agung. Berhasil ditumpas. 1628 M - Invasi Mataram ke Batavia dimulai. Pasukan Mataram berhasil menduduki sebuah benteng VOC, namun kemudian terpukul mundur akibat kekurangan perbekalan. 1629 M - Mataram kembali menyerbu Batavia, namun kembali mengalami kekalahan. Walaupun begitu, pasukan Mataram berhasil membendung dan mengotori Sungai Ciliwung yang mengakibatkan wabah kolera melanda Batavia. Gubernur Jenderal VOC pertama, JP Coen tewas menjadi korban wabah tersebut. 1630 M - Sultan Agung mengirim utusan ke Gresik agar Giri Kedaton bersedia menjadi bawahan Mataram, namun ditolak oleh Sunan Kawis Guwa, penguasanya saat itu. Akibatnya, Mataram menyerbu Giri Kedaton. Pertempuran besar terjadi hingga enam tahun berikutnya. 1631 M - Pemberontakan Sumedang. 1632 M - Cirebon yang setia pada Mataram berhasil memadamkan pemberontakan Sumedang. 1633 M - Mataram menyerang Blambangan. Sultan Agung menciptakan Tahun Jawa dan memberlakukannya pada negerinya. 1636 M - Perang Mataram-Giri Kedaton berakhir. Giri Kedaton takluk dan dianeksasi oleh Mataram. Di tahun yang sama, Mataram menundukkan kesultanan Palembang di Sumatra Selatan. Mataram akhirnya juga dapat menaklukkan Blambangan setelah berperang 3 tahun lamanya. 1641 M - Sultan Agung menggubah Serat Nitipraja. 1645 M - Sultan Agung wafat. Sebelumnya, ia memerintahkan pembangunan Imogiri sebagai pusat pemakaman keluarga bangsawan kesultanan Mataram. Raden Mas Sayidin naik tahta menggantikan ayahnya dan bergelar Sultan Amangkurat I. 1646 M - Mataram kembali menjalin hubungan dengan VOC. 1647 M - Ibukota Mataram dipindah ke Plered. 1649 M - Sultan Cirebon, Panembahan Girilaya diundang oleh Amangkurat I untuk mengunjungi Mataram. Sesampainya di sana, ia dan kedua putranya justru dilarang kembali ke Cirebon dan dipaksa untuk tinggal di Mataram. Pangeran Wangsakerta diangkat sebagai wali sultan karena ayahnya tak kunjung kembali. 1651 M - Sultan Ageng Tirtayasa naik tahta di Banten. 1652 M - Mataram menyerahkan wilayah Bekasi kepada VOC. Tawang Alun naik tahta di Blambangan. 1659 M - VOC menduduki Palembang. Kekuasaan Mataram di Sumatra pun lenyap. Blambangan bekerja sama dengan Bali untuk melepaskan diri dari Mataram. Pertempuran terjadi dan berakhir dengan dikuasainya ibukota Blambangan oleh pasukan Mataram. Sang Prabu Tawang Alun dan pengikutnya mundur ke Bali. 1661 M - Putra mahkota Mataram, Raden Mas Rahmat melancarkan aksi kudeta setelah terlibat perselisihan dengan sang ayah, namun mengalami kegagalan. 1674 M - Trunojoyo, seorang bangsawan Madura memerdekakan wilayah tersebut dari kekuasaan Mataram. 1676 M - Laskar Madura pimpinan Trunojoyo berturut-turut menduduki Lasem, Rembang, Demak, Semarang, dan Pekalongan. Tawang Alun memerdekakan Blambangan dari jajahan Mataram. 1677 M - Trunojoyo berturut-turut menduduki Tegal, Cirebon, dan Banyumas, hingga akhirnya berhasil menguasai dan menjarah ibukota Mataram. Amangkurat pun terpaksa meninggalkan keraton dan kemudian wafat dalam pelariannya di Tegalwangi. Mas Rahmat naik tahta sebagai sultan Mataram bergelar Amangkurat II. Ia mengadakan perjanjian dengan VOC di Jepara untuk mengalahkan Trunojoyo. Pangeran Wangsakerta mengadakan seminar sejarah Gotrasawala di Cirebon dengan para sejarawan dari beberapa negara di Nusantara saat itu. Cirebon kehilangan wilayah Rangkas Sumedang (Karawang-Purwakarta-Subang) yang direbut oleh Belanda. 1679 M - Pemberontakan Trunojoyo berhasil ditumpas oleh pasukan aliansi VOC-Mataram yang dibantu oleh armada Bugis pimpinan Arung Palakka. Ibukota Mataram berhasil direbut kembali. Namun sebagai imbalannya, Mataram harus menyerahkan pesisir utara Jawa kepada VOC. VOC pun mulai terlibat dalam suksesi pemerintahan di Mataram dan juga Madura. Sultan Ageng Tirtayasa membagi Cirebon menjadi dua untuk menghindari perpecahan keluarga, yaitu keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman. 1680 M - Puncak kejayaan kesultanan Banten di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa. Trunojoyo dihukum mati oleh Amangkurat II. VOC menyerbu dan menghancurkan Giri Kedaton, sekutu terakhir yang loyal terhadap Trunojoyo. Ibukota Mataram dipindah ke Kartasura. 1681 M - Cornelis Speelman ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal VOC. VOC mengadakan perjanjian monopoli dagang dengan Cirebon. 1682 M - Kapitan Francois Tack memimpin pasukan VOC melancarkan ekspedisi pelayaran ke Banten. VOC berhasil merebut dan memonopoli perdagangan lada di Banten dan mengusir bangsa Eropa lain yang telah lama berdagang di sana. 1683 M - Pasukan VOC menyerbu Banten dan berhasil menduduki istana Surosowan. Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap. Banten kemudian menjadi bawahan VOC. 1684 M - Speelman wafat di Batavia. 1686 M - Kapitan Francois Tack tewas di tangan Untung Surapati, seorang buronan VOC setelah berduel dengannya di Kartasura. Amangkurat II kemudian merestui Surapati untuk merebut Pasuruan. Setelah berhasil, ia pun diangkat menjadi bupati Pasuruan bergelar Tumenggung Wiranegara. 1691 M - Prabu Tawang Alun wafat. VOC melaporkan pemandangan mencengangkan saat prosesi pembakaran jenazah sang Prabu, di mana sebanyak 271 dari total 400 istri Tawang Alun ikut membakar diri ke dalam kobaran api. 1697 M - Kerajaan Buleleng dari Bali menyerang dan berhasil menaklukkan Blambangan. 1698 M - Pangeran Wangsakerta dan para sejarawan di seminar Gotrasawala merampungkan penyusunan naskah Pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara dan beberapa karya sejarah lainnya. Abad 18: 1703 M - Amangkurat II wafat. Perebutan tahta antara Amangkurat III dengan Pangeran Puger. 1704 M - Perang Tahta Mataram Pertama dimulai. VOC mengangkat Pangeran Puger sebagai sultan Mataram bergelar Pakubuwono I, sementara Amangkurat III diusir. 1705 M - Bersama Surapati, Amangkurat III mendirikan pemerintahan pengasingan di Pasuruan. VOC merebut Priangan Timur dan Cirebon. 1706 M - Pasuruan diserbu oleh VOC dan sekutunya. Surapati tewas setelah bentengnya diduduki oleh VOC. Amangkurat III melarikan diri. 1708 M - Amangkurat III ditangkap dan dibuang ke Sri Lanka oleh VOC. 1719 M - Perang Tahta Mataram Kedua dimulai. Pakubuwono I wafat dan digantikan oleh Amangkurat IV. 1740 M - Peristiwa Geger Pecinan. Tentara VOC melancarkan genosida terhadap etnis Tionghoa di Batavia. Tak kurang dari 10.000 orang yang tewas dalam pembantaian massal ini. Sisanya melarikan diri ke timur menyusuri pesisir utara Jawa. Dalam perjalanan, mereka menyerang sebuah pos VOC di Tangerang. 1741 M - Pelarian Tionghoa dari Batavia bekerja sama dengan prajurit Mataram menyerang dan menduduki pos-pos VOC berturut-turut di Lasem, Rembang, Juwana, Jepara, dan Semarang. 1743 M - VOC menduduki pulau Bawean. 1746 M - Mataram mengadakan perjanjian dengan VOC, hasilnya Pakubuwono II bersedia menyerahkan kembali Madura dan pesisir utara Jawa yang sebelumnya dikuasai aliansi Mataram-Tionghoa kepada VOC. Pangeran Mangkubumi melancarkan pemberontakan menuntut tahta Mataram. Perang Tahta Mataram Ketiga dimulai. 1749 M - VOC melantik Raden Mas Suryadi sebagai sultan Mataram bergelar Pakubuwono III. Patih Mataram, Raden Mas Said memberontak, ikut menuntut tahta Mataram. 1750 M - Raden Panji Margono bekerjasama dengan laskar Tionghoa dan laskar santri melancarkan pemberontakan terhadap VOC di Lasem. Dapat dipadamkan oleh VOC. 1754 M - Gubernur VOC atas wilayah Jawa Utara Hartingh mengadakan pertemuan tertutup dengan Pangeran Mangkubumi mengenai pembagian Mataram. 1755 M - Perjanjian Giyanti, mengakhiri Perang Tahta Mataram. Mataram secara resmi dibagi menjadi dua pemerintahan: Yogyakarta dan Surakarta. Mangkubumi diangkat sebagai penguasa Yogyakarta bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono I, sementara Pakubuwono III menjadi penguasa Surakarta. Kedua negeri pecahan ini pun menjadi bawahan VOC. 1757 M - Perjanjian Salatiga. Raden Mas Said yang terdesak akhirnya menyerahkan diri. Ia kemudian diangkat sebagai penguasa di Mangkunegaran bergelar Mangkunegara I. 1767 M - VOC menyerbu Blambangan dan berhasil menduduki ibukotanya. 1771 M - Perang Puputan Bayu. Rakyat, prajurit, dan bangsawan Blambangan melakukan bela pati mempertahankan tanah air mereka dari rongrongan VOC. Diperkirakan lebih dari separuh populasi Blambangan musnah dalam pertempuran ini. 1772 M - Blambangan sepenuhnya ditaklukkan oleh VOC. 1788 M - Pakubuwono III wafat dan digantikan putranya yang bergelar Pakubuwono IV. 1800 M - VOC secara resmi dibubarkan. Belanda dikuasai oleh Kekaisaran Prancis pimpinan Napoleon Bonaparte. Koloni-koloni Belanda di luar Eropa pun secara tidak langsung jatuh ke tangan Prancis. Abad 19: 1806 M - Kekaisaran Inggris menyerbu Hindia Belanda. Pertempuran besar terjadi di Laut Jawa antara armada Inggris melawan koalisi Belanda-Prancis. 1807 M - Pemerintah Belanda dibawah Prancis mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda. 1808 M - Daendels tiba di Hindia Belanda. Ia mendirikan pemerintahan langsung di Lampung, kemudian memulai pembangunan Jalan Raya Pos Jawa dari Anyer-Panarukan, yang kini menjadi Jalur Pantura. Keputusan ditentang oleh Sultan Banten. Akibatnya, Daendels menyerbu Banten dan menghancurkan istana Surosowan. Sang sultan kemudian diasingkan. Kesultanan Kacirebonan dibentuk sebagai pecahan dari Kanoman. 1809 M - Kesultanan Kasepuhan dan Kanoman (termasuk Kacirebonan) menjadi bawahan Belanda. 1810 M - Pemberontakan para bangsawan Yogyakarta pimpinan Raden Rangga melawan Belanda. Daendels bersama ribuan prajurit berangkat ke Yogyakarta, memaksa Hamengkubuwono II untuk mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaannya kepada Raden Mas Surojo, yang bergelar Hamengkubuwono III. Daendels mengibarkan bendera Prancis di Batavia. 1811 M - Daendels ditarik kembali ke Eropa untuk membantu Napoleon dalam ekspedisinya ke Moskow. Jan Willem Janssens diangkat sebagai Gubernur Jenderal yang baru. Inggris menyerbu Jawa dan berhasil menduduki Batavia. Janssens kemudian menyerah dan menandatangani Kapitulasi Tuntang di Salatiga dimana ia bersedia menyerahkan seluruh jajahan Hindia Belanda kepada Inggris. Thomas Stamford Raffles diangkat sebagai Gubernur Jenderal di Jawa. Pendudukan Inggris di Jawa pun resmi dimulai. Hamengkubuwono II kembali merebut gelarnya sebagai Sultan di Yogyakarta. 1812 M - Peristiwa Geger Spehi. Bekerjasama dengan Mangkunegaran, Raffles memimpin pasukan Inggris menyerbu dan menduduki keraton Yogyakarta. Hamengkubuwono II dilengserkan dan diasingkan ke Padang. Tahta Yogyakarta kembali diserahkan kepada Hamengkubuwono III. Natakusuma mendirikan Dinasti Pakualam. 1813 M - Kesultanan Banten dihapuskan oleh Raffles. Ia kemudian mendirikan pemerintahan langsung di sana. 1814 M - Ekspedisi Inggris melaporkan penemuan Candi Borobudur, Prambanan, dan reruntuhan kota Trowulan ke Eropa untuk pertama kalinya. Hamengkubuwono IV naik tahta menjadi Sultan Yogyakarta di usia 13 tahun. Pangeran Diponegoro ditunjuk sebagai wali sang Sultan yang tak lain adalah adiknya sendiri. 1815 M - Erupsi dahsyat Gunung Tambora di Sumbawa. Perang Napoleon berakhir. Inggris bersedia mengembalikan Hindia Belanda kepada pemerintah Belanda sebagai bagian dari persetujuan yang mengakhiri Perang Napoleon. Raffles menghapuskan kesultanan Kasepuhan dan Kanoman (termasuk Kacirebonan). 1816 M - Perubahan iklim akibat erupsi gunung Tambora. Sebagian besar Bumi mengalami musim dingin berkepanjangan. Penyerahan kekuasaan dari Inggris kepada Belanda. Belanda secara resmi kembali menjadi penguasa di Hindia Belanda. Raffles meninggalkan Jawa dan pindah ke Bengkulu. 1817 M - Raffles menyelesaikan penulisan buku 'History of Java', yang berisi tentang rangkuman penelitian kesejarahannya tentang Jawa. 1818 M - Belanda mengakhiri perdagangan budak di Jawa. 1824 M - Traktat London, pembagian wilayah kolonialisme antara Belanda dan Inggris di Nusantara. 1825 M - Pangeran Diponegoro dan pengikutnya di Kesultanan Yogyakarta menyatakan perang terhadap pemerintah Hindia Belanda. 1826 M - Perang gerilya merebak di seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur, sebagai akibat dari menyebarnya gerakan anti-Belanda yang dipelopori oleh Diponegoro. Du Bus diangkat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda, menggantikan Van der Capellen. Belanda membebaskan Hamengkubuwono II dari pembuangan dan mengangkatnya kembali menjadi Sultan Yogyakarta. Pasukan Belanda memukul mundur Diponegoro dan pengikutnya di Gowok. Raffles wafat. 1827 M - Puncak Perang Diponegoro. 1828 M - Kyai Maja, seorang abdi setia dan penasihat pribadi Diponegoro, ditangkap oleh Belanda di akhir sebuah pertempuran. 1829 M - Pangeran Mangkubumi dan Senapati Sentot Alibasyah, pendukung dan pengawal setia Diponegoro, menyerahkan diri kepada Belanda. 1830 M - Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda setelah tertipu bujukan untuk mengadakan diplomasi di Magelang. Ia dibuang ke Manado, lalu ke Makassar. Perang Diponegoro pun berakhir. Diperkirakan separuh lebih populasi Yogyakarta lenyap akibat perang ini. Wilayah kekuasaan Yogyakarta dan Surakarta menjadi semakin sempit. Johannes van den Bosch diangkat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Ia mulai menerapkan sistem tanam paksa terhadap rakyat, lalu mendirikan KNIL sebagai kesatuan tentara resmi Hindia Belanda. 1846 M - Belanda menundukkan Buleleng di Bali, namun kembali lepas setelah pasukan KNIL mundur kembali ke Jawa. 1849 M - Belanda kembali menyerbu Bali, menghancurkan Buleleng serta menundukkan Jembrana dan Karangasem. 1855 M - Pangeran Diponegoro wafat dalam pembuangannya di Makassar. 1883 M - Erupsi dahsyat Gunung Krakatau di Selat Sunda. 1900 M - Belanda menundukkan Gianyar di Bali. Abad 20: 1901 M - Sukarno lahir. 1902 M - Mohammad Hatta lahir. 1905 M - Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam yang kelak berganti nama menjadi Sarekat Islam (SI). 1906 M - Belanda berturut-turut menundukkan Badung dan Tabanan di Bali. 1907 M - Belanda menundukkan Bangli di Bali. 1908 M - Era Kebangkitan Nasional dimulai dengan didirikannya organisasi Budi Utomo. Belanda menundukkan Klungkung di Bali. Seluruh pulau Bali pun sepenuhnya jatuh ke tangan Belanda. 1912 M - HOS Cokroaminoto menjadi pimpinan Sarekat Islam. Ia berhasil membujuk pemerintah Hindia Belanda untuk mengesahkan dan mengakui keberadaan SI. 1914 M - Perang Dunia I dimulai. Henk Sneevliet mendirikan ISDV yang kelak menjadi cikal bakal PKI. 1918 M - Perang Dunia I berakhir. 1926 M - Pemberontakan PKI di Banten, Batavia, dan Bandung. Berhasil dipadamkan oleh pasukan KNIL. 1928 M - Ikrar Sumpah Pemuda. 1939 M - Perang Dunia II dimulai. 1940 M - Pusat pemerintahan Belanda di Eropa jatuh ke tangan Jerman Nazi. Hindia Belanda mengumumkan keadaan siaga. 1941 M - Kekaisaran Jepang memulai penaklukkan Asia Timur Raya. 1942 M - Pasukan Jepang menyerbu dan menguasai seluruh Jawa dalam tempo yang singkat. Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Pulau Jawa pun resmi menjadi bagian dari Kekaisaran Jepang. Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo dan laskar Hizbullah memimpin gerakan Islam radikal di Tasikmalaya. 1943 M - Pemerintah Jepang membentuk PUTERA dan menunjuk Sukarno sebagai ketuanya. Jepang kemudian juga mendirikan PETA. Di antara anggotanya adalah Sudirman dan Suharto. 1944 M - Pasukan Sekutu menyerbu Surabaya. 1945 M - Sukarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, setelah serangkaian peristiwa besar yang mengakhiri pendudukan Jepang di Hindia Belanda. Pasukan Sekutu bersama Van Mook dan perwira NICA mendarat di Jakarta. Serangkaian perang besar berkobar di Semarang, Ambarawa, dan Surabaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 1946 M - Ibukota RI dipindah ke Yogyakarta setelah kondisi keamanan di Jakarta makin memburuk. Peristiwa Bandung Lautan Api. Konferensi Malino. Perjanjian Linggajati. Puputan Margarana. Belanda atas nama Gubernur Jenderal Van Mook mendirikan Negara Indonesia Timur lewat Konferensi Denpasar. 1947 M - Agresi militer Belanda I terhadap Jawa dan Sumatra. Suria Kartalegawa mendirikan negara Pasundan di bawah pengaruh Belanda. 1948 M - Pemberontakan PKI di Madiun pimpinan Musso. Berhasil ditumpas oleh TRI. Belanda mendirikan negara Madura dan negara Jawa Timur. Agresi militer Belanda II terhadap Jawa dan Sumatra. KNIL berhasil menduduki kota Yogyakarta dan menangkap para pemimpin RI. 1949 M - Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia dalam bentuk negara Serikat setelah konferensi di Den Haag, serta serangkaian serangan umum di Yogyakarta dan Surakarta. SM Kartosuwiryo mendeklarasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII alias DI/TII) di Jawa Barat. 1950 M - Republik Indonesia Serikat resmi dibubarkan. Amir Fatah menyatakan sebagian Jawa Tengah sebagai bagian dari DI/TII. 1954 M - Amir Fatah menyerahkan diri. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah pun berakhir. 1955 M - Pemilihan Umum diadakan untuk pertama kali. 1957 M - Peristiwa Granat Cikini, percobaan pembunuhan Presiden Sukarno oleh aktivis DI/TII. 1960 M - Penembakan di Istana Presiden oleh seorang Letnan AU yang telah dipengaruhi Permesta. 1961 M - Operasi Trikora dimulai setelah dikumandangkan oleh Sukarno di Alun-alun Utara Yogyakarta untuk merebut Papua Barat dari Belanda. 1962 M - Kartosuwiryo ditangkap dan dihukum mati, mengakhiri pemberontakan DI/TII di Jawa Barat. 1963 M - Konfrontasi Indonesia-Malaysia dimulai. Papua Barat berintegrasi dengan RI. 1965 M - Tragedi nasional G30S di Jakarta dan Yogyakarta, menyebabkan terbunuhnya 9 orang petinggi TNI-AD. 1966 M - Pembantaian massal terhadap ribuan tertuduh komunis di seluruh Indonesia oleh Suharto dan TNI-AD. Diperkirakan 70 ribu-1 juta orang tewas dalam genosida ini. Penyerahan Supersemar dari Suharto kepada Sukarno. Konfrontasi Indonesia-Malaysia resmi berakhir. Kedua negara mulai memperbaiki hubungan. Indonesia kembali menjadi anggota PBB. 1967 M - Sukarno menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Suharto. 1968 M - Era Orde Baru resmi dimulai dengan dilantiknya Suharto sebagai Presiden RI kedua. 1970 M - Sukarno wafat di usia 69 tahun. Pemerintah menetapkan masa berkabung selama 7 hari. 1982 M - Petrus, serangkaian operasi rahasia oleh pemerintahan Suharto berupa penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap mengganggu keamanan di pulau Jawa. Berlangsung hingga 2 tahun berikutnya. 1984 M - Kerusuhan Tanjung Priok di Jakarta. 1996 M - Peristiwa 27 Juli alias Kudatuli di Jakarta. 1997 M - Krisis finansial melanda Asia, melumpuhkan perekonomian dan keuangan di sebagian besar Asia Timur. Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami pukulan berat, bersama dengan Thailand dan Korea Selatan. 1998 M - Suharto resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden setelah serangkaian kerusuhan di Jawa. Bacharuddin Jusuf Habibie dilantik sebagai Presiden RI ketiga. Orde Baru pun berakhir dan Era Reformasi resmi dimulai. 1999 M - Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dilantik menjadi Presiden RI keempat menggantikan Habibie. Abad 21: 2001 M - Megawati Sukarnoputri dilantik sebagai Presiden RI kelima menggantikan Gus Dur. 2004 M - Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla menjadi pasangan pemimpin RI pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat. 2008 M - Suharto wafat di usia 86 tahun. 2009 M - SBY kembali memenangi Pilpres dan menjadi Presiden RI bersama Budiono sebagai Wapres yang baru. Gus Dur wafat di usia 69 tahun. 2010 M - Erupsi Gunung Merapi. 2014 M - Joko Widodo dan Jusuf Kalla dilantik sebagai Presiden dan Wapres Indonesia menggantikan SBY-Budiono. Erupsi Gunung Kelud di Jawa Timur. ------ Sumber Informasi: - Babad Raja Blambangan - Babad Tanah Jawi - Babad Tanah Sunda - Berbagai Situs dan Blog Pecinta Sejarah - Buku Sejarah Indonesia - Carita Parahiyangan - Carita Purwaka Caruban Nagari - Ekspedisi Bengawan Solo - Daoyi Zhilüe - History of Java - Kidung Harsawijaya - Kidung Panji Wijayakrama - Kidung Sorandaka - Kidung Sunda - Nagarakretagama - Naskah Perjalanan Bujangga Manik - Naskah Wangsakerta - Notes on the Malay Archipelago and Malacca - Nusa Jawa Silang Budaya - Pararaton - Prasasti-prasasti - Pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara - Rapporten van de Oudheidkundige Dienst - Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara - Sejarah Raja-Raja Jawa - Serat Banten - Serat Kanda - Suma Oriental - The Chinese in Southeast Asia - The Indianized States of South East Asia - Wikipedia - Yingyai Shenglan - Yuan Shi - Zhu Fan Zhi

 Kronologi sejarah pulau Jawa dari tahun 10.000 Sebelum Masehi sampai 2017. Dimulai dari munculnya serangkaian kebudayaan maju seperti Gunung Padang, kemudian lahirnya kerajaan-kerajaan kuno yang dipelopori oleh Salakanagara dan Tarumanagara, tumbuhnya imperium Hindu-Buddha seperti Singhasari dan Majapahit, kedatangan negeri-negeri Islam, sampai masa kegelapan pada masa kekuasaan bangsa Eropa, hingga kelahiran Indonesia Raya... Semoga bermanfaat! :>



------


Sebelum Masehi:


10000 SM - Kebudayaan Gunung Padang muncul di Cianjur.

9500 SM - Kebudayaan Goa Pawon muncul di Bandung.

7500 SM - Kebudayaan Pangguyangan muncul di Sukabumi.

4000 SM - Tahap kedua kebudayaan Gunung Padang.

3000 SM - Kebudayaan Cibedug muncul di Lebak.

2000 SM - Tahap ketiga kebudayaan Gunung Padang.

1000 SM - Kebudayaan Cipari muncul di Kuningan.

800 SM - Kebudayaan Pasir Angin muncul di Bogor.

500 SM - Cipari ditinggalkan.

400 SM - Gunung Padang ditinggalkan. Kebudayaan Buni muncul di Bekasi. Pasir Angin berkembang menjadi peradaban kuno Caringin Kurung.


Abad 1-4:


100 M - Buni berkembang menjadi peradaban Sagara Pasir. Peradaban kuno Teluk Lada muncul di Pandeglang.

130 M - Dewawarman, seorang perantau dari Pallawa mendirikan kerajaan Salakanagara di Teluk Lada.

132 M - Berita Cina menyebutkan tentang keberadaan Salakanagara.

150 M - Ptolemeus dari Yunani menyebutkan negeri Argyre dalam salah satu peta dunianya, yang kemungkinan merujuk pada Salakanagara.

300 M - Serangkaian peradaban awal tumbuh di timur Salakanagara.

358 M - Jayasinghawarman dari Shalankayana mendirikan kerajaan Tarumanagara di Bekasi.

362 M - Salakanagara menjadi bawahan Tarumanagara.

363 M - Santanu dari Gangga mendirikan kerajaan Indraprahasta di Cirebon.

395 M - Purnawarman naik tahta menjadi raja Tarumanagara.

397 M - Ibukota Tarumanagara dipindahkan ke Sundapura.

399 M - Indraprahasta menjadi bawahan Tarumanagara.


Abad 5:


417 M - Prasasti Tugu.

434 M - Raja Purnawarman wafat. Wisnuwarman naik tahta menggantikan ayahnya.

437 M - Pemberontakan Cakrawarman.

456 M - Aji Saka, diperkirakan seorang perantau dari negeri Indo-Skithia (kerajaan Saka), tiba di Rembang dan mendirikan peradaban kuno Medang Kamulan. Ini menandai dimulainya peradaban di Bumi Jawa.

528 M - Tarumanagara mengirimkan utusan pertamanya ke negeri Cina (Dinasti Sui).

535 M - Suryawarman menaiki tahta Tarumanagara. Ia meninggalkan Sundapura dan mendirikan ibukota baru di timur. Sundapura lalu berkembang menjadi kerajaan bawahan bernama Sunda Sembawa.

536 M - Manikmaya mendirikan kerajaan Kendan di Nagreg, tanah yang dihadiahkan oleh Maharaja Tarumanagara kepadanya.


Abad 7:


612 M - Wretikandayun, putra Manikmaya mendirikan kerajaan Galuh.

628 M - Linggawarman menaiki tahta Tarumanagara. Ia menikahkan kedua putrinya masing-masing kepada Tarusbawa (penguasa Sunda) dan Dapunta Hyang (penguasa Sriwijaya).

632 M - Kerajaan Kalingga muncul di Jepara, diperkirakan didirikan oleh seorang perantau bernama Bhanu dari Kalinga di India timur.

648 M - Kartikeyasinga menjadi raja Kalingga.

664 M - Seorang biksu Tang bernama Huining mengunjungi kerajaan Kalingga untuk menemui resi Jhanabhadra.

669 M - Tarumanagara runtuh dan terpecah menjadi dua, Sunda dan Galuh.

671 M - Prabu Wiragati mendirikan kerajaan Saunggalah di Kuningan sebagai bawahan Galuh.

674 M - Maharani Shima naik tahta di Kalingga.

686 M - Sriwijaya menaklukkan pesisir Tatar Sunda. Tarusbawa mundur ke selatan dan memindahkan ibukota kerajaan ke pedalaman Pakuan Pajajaran (Bogor), sementara kota pelabuhan di Banten dan Jakarta diduduki oleh Sriwijaya.

695 M - Ratu Shima membagi kerajaannya menjadi dua: Kalingga Utara (Mataram) dan Kalingga Selatan (Sambara).


Abad 8:


702 M - Mandiminyak menaiki tahta Galuh.

709 M - Sena (Bratasena) menaiki tahta Galuh.

716 M - Kudeta di Galuh. Purbasora menggulingkan raja Sena dari tahtanya. Sena lolos dan meminta perlindungan kepada Tarusbawa di Pakuan.

721 M - Sanjaya, putra Sena dan cucu Shima menyerbu Galuh untuk membalaskan dendam ayahnya. Indraprahasta menjadi daerah pertama yang ia taklukkan.

722 M - Sanjaya menaklukkan Saunggalah (Kuningan).

723 M - Sanjaya menyerbu istana Galuh, menewaskan Purbasora. Ia kemudian menobatkan dirinya menjadi raja Galuh. Pada tahun yang sama, Tarusbawa menikahkan putrinya dengan Sanjaya. Sanjaya otomatis menjadi penguasa Sunda dan Galuh sekaligus, menyatukan kedua negeri tersebut.

732 M - Ratu Shima wafat. Sanjaya mendirikan kerajaan Mataram. Ia menunjuk Tamperan sebagai penguasa Sunda-Galuh, dan Demunawan sebagai penguasa Saunggalah.

739 M - Galuh memerdekakan diri dari Sunda setelah serangkaian peristiwa besar (kudeta, perang, dan perjanjian). Manarah menjadi penguasa Galuh dengan gelar Prabu Jayaprakosa sementara putra Tamperan, Banga menjadi raja Sunda. Keduanya kemudian menjadi bawahan Sriwijaya.

752 M - Sriwijaya menaklukkan Kalingga.

759 M - Raja Banga memerdekakan Sunda dari kekuasaan Galuh.

760 M - Panangkaran naik tahta menggantikan Sanjaya. Gajayana mendirikan kerajaan Kanjuruhan di Jawa Timur.

770 M - Dinasti Sailendra berkuasa di Mataram.

775 M - Dharanindra menaiki tahta Mataram. Sailendra menjadi penguasa di Sriwijaya. Candi Borobudur mulai dibangun.

778 M - Pembangunan Candi Kalasan dan Candi Sari.

782 M - Prasasti Kelurak.

787 M - Sailendra menyerang Champa di Vietnam Selatan dan Chenla di Kamboja

789 M - Gajayana wafat. Kanjuruhan bersatu dengan Mataram.

792 M - Samaratungga menaiki tahta Mataram. Kompleks percandian Candi Sewu selesai dibangun.

798 M - Prabu Jayaprakosa wafat.


Abad 9:


802 M - Penguasa Kamboja Jayawarman II memerdekakan diri dari kekuasaan Wangsa Sailendra dan mendirikan kerajaan Khmer.

819 M - Rakyan Wuwus naik tahta di Sunda bergelar Prabu Gajah Kulon. Ia menyatukan kembali kerajaan Sunda dan Galuh dalam satu pemerintahan.

825 M - Candi Borobudur selesai dibangun.

847 M - Wangsa Sailendra terusir dari Jawa. Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya menaiki tahta Mataram. Candi Prambanan dibangun.

856 M - Balaputradewa, seorang pangeran Sailendra dari Jawa menjadi Maharaja Sriwijaya. Dyah Lokapala (Kayuwangi) menaiki tahta Mataram.

880 M - Peristiwa Wuatan Tija.

882 M - Gunung Merapi meletus.

899 M - Dyah Balitung menaiki tahta Mataram.

900 M - Mataram menjalin hubungan persahabatan dengan kerajaan-kerajaan Hindu di Filipina. Kebudayaan maju muncul di Blambangan.


Abad 10:


905 M - Mataram menaklukkan Bali.

924 M - Dyah Wawa naik tahta di Mataram.

927 M - Sriwijaya memulai invasi terhadap Mataram.

929 M - Perang Sriwijaya-Mataram usai. Sisa prajurit Mataram pimpinan Mpu Sindok dibantu oleh rakyat Nganjuk berhasil mengalahkan pasukan Sriwijaya di desa Anjuk Ladang. Mpu Sindok mendirikan kerajaan Medang dan Wangsa Isyana yang berpusat di Jawa Timur.

932 M - Prasasti Kebon Kopi II.

937 M - Prasasti Anjuk Ladang. Mpu Sindok mendirikan tugu di Nganjuk sebagai ungkapan kemenangan melawan pasukan Sriwijaya.

960 M - Gunung Merapi meletus.

985 M - Dharmawangsa Teguh menaiki tahta Medang.

986 M - Ketut Wijaya, seorang pangeran Mataram mendirikan kerajaan Wengker.

988 M - Medang menyerang kota Palembang di Sriwijaya.

990 M - Medang kembali menyerang Palembang dan berhasil mendudukinya.

992 M - Pasukan Sriwijaya merebut kembali kota Palembang.

996 M - Epos Mahabharata diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa Kuno untuk pertama kalinya.

997 M - Prasasti Hujung Langit. Medang menduduki Lampung.


Abad 11:


1016 M - Peristiwa Mahapralaya. Serangan Raja Wurawari dari negeri Lwaram (Ngloram) yang menewaskan Raja Dharmawangsa dan sebagian besar bangsawan Medang. Kerajaan Medang otomatis musnah.

1019 M - Airlangga mendirikan istana Watan Mas di Pasuruan.

1025 M - Invasi Kerajaan Chola terhadap Sriwijaya. Airlangga mulai memperluas wilayah kekuasaan negerinya.

1028 M - Rajendra Chola menunjuk Sri Dewa sebagai raja baru Sriwijaya dibawah Dinasti Chola.

1030 M - Airlangga menaklukkan Hasin, Wuratan, dan Lewa. Sri Jayabupati menaiki tahta Sunda. Ia memerdekakan kerajaannya dari jajahan Sriwijaya.

1031 M - Airlangga menaklukkan Wengker. Lewa memberontak, namun berhasil ditumpas.

1032 M - Ratu Tulodong penguasa Lodoyong menyerang Airlangga dan menghancurkan istana Watan Mas. Airlangga berhasil lolos dan membangun ibukota baru di Kahuripan. Ia kemudian menundukkan Lwaram, membalaskan dendam Dharmawangsa.

1035 M - Mpu Kanwa menggubah naskah Arjunawiwaha. Pemberontakan raja Wengker.

1036 M - Airlangga membangun Asrama Sri Wijaya.

1037 M - Pemberontakan Wengker berhasil ditumpas. Airlangga berhasil menaklukkan seluruh Bumi Jawa.

1042 M - Airlangga memindahkan ibukota ke Dahanapura (Daha). Ia kemudian membagi Kahuripan masing-masing kepada kedua putranya: Samarawijaya di Panjalu dan Garasakan di Janggala. Airlangga kemudian pergi menyepi. Lodoyong menjadi negara yang merdeka kembali.

1044 M - Perang saudara antara Janggala dan Panjalu.

1049 M - Airlangga wafat dalam pertapaannya.

1052 M - Panjalu menjadi bawahan Janggala.

1066 M - Sriwijaya merdeka dari Chola.

1088 M - Sriwijaya menjadi bawahan kerajaan Melayu Dharmasraya (Mauli).

1100 M - Janggala menaklukkan Madura.


Abad 12:


1104 M - Panjalu merdeka dari Janggala.

1116 M - Lodoyong menjadi bawahan Panjalu.

1135 M - Sri Jayabaya naik tahta di Panjalu. Ia berhasil menaklukkan Janggala. Panjalu berganti nama menjadi Kediri.

1157 M - Kakawin Bharatayudha ditulis, sebagai kiasan kemenangan Kediri atas Janggala.

1159 M - Prabu Jayabaya wafat. Terjadi perebutan tahta antara kedua putranya. Janggala mengambil kesempatan ini untuk memerdekakan diri.

1175 M - Darmasiksa naik tahta di Sunda. Putranya, Jayadarma menikah dengan putri Singhasari bernama Dyah Lembu Tal. Kelak keduanya memiliki putra bernama Wijaya, seorang tokoh besar dalam beberapa dekade ke depan.

1183 M - Dinasti Mauli berkuasa sepenuhnya di Sumatra, mengakhiri dominasi Sriwijaya.

1185 M - Janggala dan Kediri kembali bersatu, melalui jalur pernikahan.

1190 M - Kertajaya naik tahta di Kediri.

1193 M - Pasukan Janggala menyerbu Kediri dan berhasil menduduki kota dan istana Daha. Kertajaya terpaksa mengungsi dari istananya.

1194 M - Kertajaya memimpin pasukan Kediri menggempur dan menaklukkan Janggala.


Abad 13:


1205 M - Ken Arok menjadi penguasa Tumapel dan memerdekakan diri dari kekuasaan Kediri.

1221 M - Pertempuran Ganter. Prabu Kertajaya tewas di tangan Ken Arok.

1222 M - Kediri menjadi bawahan Tumapel. Ken Arok menjadi penguasa tertinggi di Bumi Jawa.

1227 M - Ken Arok tewas diracun oleh Anusapati, yang kemudian menggantikannya sebagai raja Tumapel.

1248 M - Wisnuwardhana menjadi raja Tumapel.

1250 M - Kediri disatukan kembali dengan Tumapel.

1252 M - Erupsi gunung Merapi.

1254 M - Tumapel berganti nama menjadi Singhasari.

1255 M - Prasasti Mula Malurung.

1257 M - Erupsi dahsyat gunung Samalas di pulau Lombok.

1258 M - Perubahan iklim akibat erupsi gunung Samalas. Sebagian besar Bumi mengalami musim dingin berkepanjangan. Gerhana Bulan total terjadi pada bulan Mei.

1263 M - Iklim Bumi kembali normal.

1268 M - Kertanegara menaiki tahta Singhasari.

1275 M - Singhasari memulai ekspedisi penaklukkan Tanah Melayu. Armada besar pimpinan Kebo Anabrang berangkat ke Sumatra.

1284 M - Pasukan Singhasari pimpinan Wijaya (menantu Kertanegara dan seorang pangeran Sunda) menundukkan Bali.

1286 M - Penaklukkan Melayu selesai. Kertanegara menghadiahkan arca Amoghapasa kepada penguasa Dharmasraya.

1289 M - Dinasti Yuan mengirim utusan yang meminta agar Singhasari tunduk pada kekuasaan Mongol. Kertanegara dengan tegas menolak dan memotong telinga sang utusan.

1292 M - Pemberontakan Jayakatwang. Kertanegara tewas di tangan Jayakatwang (adipati Kediri), menandai runtuhnya Singhasari dan kembali bangkitnya Kediri. Wijaya bersedia tunduk lalu mendirikan desa Majapahit sebagai bawahan Kediri. Di tahun yang sama, pasukan Mongol mendarat di pesisir utara Jawa timur dan menduduki kota-kota pelabuhan dari Tuban hingga Ujung Galuh (Surabaya).

1293 M - Aliansi Mongol-Majapahit menghancurkan kota Daha. Jayakatwang ditangkap dan menjadi tawanan Mongol. Wijaya kemudian mengusir pasukan Mongol saat mereka lengah dan mendirikan kerajaan Majapahit. Dalam perjalanan kembali ke Khanbaliq, pasukan Mongol membunuh Jayakatwang yang menjadi tawanan mereka.

1295 M - Ranggalawe, salah satu pendiri Majapahit yang menjabat sebagai adipati Tuban tewas dalam suatu konspirasi oleh Halayudha, seorang licik yang berambisi menjadi mahapatih Majapahit. Ia tewas di tangan Kebo Anabrang (mantan panglima ekspedisi Pamalayu), yang langsung dibunuh saat itu juga oleh Lembu Sora, paman Ranggalawe. Arya Wiraraja, penguasa Lumajang dan ayah Ranggalawe memerdekakan negerinya dari Majapahit.


Abad 14:


1300 M - Lembu Sora tewas di tangan mahapatih Nambi setelah keduanya diadu domba oleh Halayudha.

1309 M - Wijaya wafat. Sahabatnya, Nambi mengundurkan diri dari jabatan mahapatih Majapahit dan menjadi raja di Lumajang. Tahta diserahkan kepada Jayanagara, putra Wijaya dengan Dara Petak, seorang putri dari Dharmasraya. 

1313 M - Gajah Mada menjadi kepala pasukan khusus Bhayangkara.

1316 M - Nambi, salah satu pendiri Majapahit tewas akibat difitnah oleh Halayudha dan Jayanagara. Lumajang dianeksasi oleh Majapahit. Halayudha diangkat sebagai mahapatih baru.

1319 M - Pemberontakan Dharmaputra Winehsuka pimpinan Ra Kuti. Trowulan berhasil diduduki, namun dapat direbut kembali oleh pasukan Bhayangkara pimpinan Gajah Mada yang kemudian menumpas para Dharmaputra. Jabatannya dinaikkan menjadi patih. Halayudha dihukum mati setelah segala fitnah yang ia perbuat di masa lalu terbongkar.

1321 M - Odorico da Pordenone dari Venesia mengunjungi Majapahit.

1325 M - Majapahit mengirim Adityawarman sebagai duta besar ke Khanbaliq untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Dinasti Yuan.

1328 M - Jayanagara dibunuh oleh Ra Tanca, anggota Dharmaputra terakhir yang masih hidup. Tanca kemudian langsung dibunuh oleh Gajah Mada saat itu juga. Tahta Majapahit diserahkan kepada Tribhuwanatunggadewi.

1329 M - Pemberontakan Keta.

1331 M - Pemberontakan Sadeng.

1332 M - Adityawarman kembali pergi ke Khanbaliq sebagai duta besar Majapahit.

1334 M - Hayam Wuruk lahir.

1336 M - Ratu Tribhuwana mengangkat Gajah Mada sebagai mahapatih, yang kemudian mengucapkan Sumpah Palapa.

1337 M - Wang Dayuan, seorang pengelana Yuan-Mongol mengunjungi Majapahit dan melaporkan tentang adanya sisa-sisa pasukan Mongol yang menetap dan membentuk komunitas Muslim Hui di lembah Gelam, Sidoarjo.

1339 M - Majapahit menaklukkan negeri-negeri di Sumatra dan Malaya yang belum tunduk. Adityawarman diangkat sebagai gubernur Sumatra.

1343 M - Gajah Mada dan Adityawarman memimpin pasukan Majapahit menaklukkan Bali dan Lombok.

1350 M - Hayam Wuruk menaiki tahta Majapahit. Majapahit menguasai Bawean.

1357 M - Perang Bubat. Raja Sunda tewas dalam suatu kesalahpahaman oleh Gajah Mada. Hayam Wuruk yang kecewa kemudian mencabut jabatan sang mahapatih dan mengasingkannya ke Madakaripura. Majapahit menaklukkan Sumbawa.

1359 M - Gajah Mada diangkat kembali sebagai mahapatih, namun memerintah dari Madakaripura. Hayam Wuruk mengunjungi Malang.

1364 M - Gajah Mada wafat.

1365 M - Puncak kejayaan Majapahit di bawah pimpinan Prabu Hayam Wuruk. Kakawin Nagarakretagama selesai ditulis oleh Mpu Prapanca, yang menuliskan daftar wilayah kekuasaan Majapahit serta negara-negara sahabatnya.

1371 M - Prabu Niskala Wastukancana naik tahta di Sunda.

1376 M - Wijayarajasa mendirikan keraton Majapahit Timur (Blambangan), namun masih sebagai bawahan Majapahit pusat. Adityawarman wafat.

1377 M - Pemberontakan kerajaan-kerajaan di Sumatra: Pagaruyung, Palembang, dan Dharmasraya. Berhasil ditumpas oleh Majapahit, namun berakibat lepasnya Pagaruyung.

1382 M - Wastukancana membagi Tatar Sunda kepada kedua putranya. Sunda pun kembali terpecah menjadi Sunda dan Galuh.

1389 M - Hayam Wuruk wafat. Wikramawardhana naik tahta menggantikannya.

1398 M - Majapahit menaklukkan Tumasik.


Abad 15:


1404 M - Perang Paregreg, perang sipil Majapahit dimulai. Wirabhumi memerdekakan Majapahit Timur dari keraton Majapahit Barat pimpinan Wikramawardhana. Sunan Gresik mendirikan Walisongo, sebuah majelis dakwah Islam.

1405 M - Ekspedisi laut Dinasti Ming pimpinan Laksamana Cheng Ho mengunjungi kedua keraton Majapahit.

1406 M - Keraton Majapahit Timur diserbu dan diduduki. Seluruh penghuni keraton termasuk sejumlah besar utusan Tionghoa anggota ekspedisi Dinasti Ming tewas dalam serangan itu. Wirabhumi sendiri berhasil lolos namun kemudian dikejar dan dibunuh oleh Raden Gajah. Perang Paregreg pun berakhir.

1408 M - Armada Cheng Ho kembali mengunjungi Majapahit, kali ini untuk menagih hutang atas terbunuhnya utusan Ming saat Perang Paregreg.

1415 M - Kaisar Dinasti Ming mengakui kedaulatan Majapahit atas Palembang.

1419 M - Sunan Gresik wafat.

1427 M - Wikramawardhana wafat. Suhita naik tahta sebagai ratu Majapahit.

1430 M - Pangeran Walangsungsang alias Cakrabuana, putra sulung Siliwangi mendirikan kesultanan Cirebon sebagai bawahan Galuh.

1442 M - Raden Paku alias Sunan Giri lahir.

1448 M - Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati lahir.

1450 M - Raden Said alias Sunan Kalijaga lahir.

1475 M - Raden Patah mendirikan kesultanan Demak sebagai bawahan Majapahit.

1477 M - Semarang menjadi bawahan Demak.

1478 M - Kudeta di Trowulan. Raja Majapahit terakhir yang sah, Kertabhumi tewas terbunuh dalam serangan yang dilancarkan oleh Girindrawardhana dari Daha, keturunan Wirabhumi. Raden Patah, putra mahkota Majapahit yang sah memerdekakan Demak dan menyerbu Daha, namun menemui kegagalan.

1479 M - Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati menggantikan kedudukan Cakrabuana sebagai penguasa Cirebon.

1482 M - Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi naik tahta di Sunda. Ia kembali menyatukan Sunda dan Galuh ke dalam satu pemerintahan, serta merebut Lampung dari Majapahit. Kerajaan Sunda kemudian berganti nama menjadi Pajajaran. Di tahun yang sama, Sunan Gunung Jati memproklamasikan kemerdekaan Cirebon dari Pajajaran.

1487 M - Raden Paku alias Sunan Giri mendirikan pesantren Giri Kedaton di Gresik, yang berkembang menjadi pusat pendidikan Islam dan negara-kota pelabuhan yang kaya.


Abad 16:


1506 M - Sunan Giri wafat.

1511 M - Demak melancarkan ekspansi ke wilayah sekitarnya. Sedayu, Tegal, dan Kudus berturut-turut jatuh ke dalam kekuasaannya. Di Malaya, Portugis menguasai Malaka. Kesultanan Malaka runtuh dan Portugis resmi menjadi pengendali Selat Malaka.

1513 M - Tome Pires, seorang pengelana Portugis mengunjungi pulau Jawa dan mencatatkan perjalanannya tersebut di dalam bukunya, Suma Oriental. Panglima Demak, Pati Unus mengirim ekspedisi militer ke Malaka, namun menemui kegagalan. Majapahit beraliansi dengan Klungkung dari Bali untuk menyerbu Demak, namun dapat dipukul mundur.

1515 M - Cirebon menjadi bawahan Demak.

1517 M - Majapahit menjalin hubungan diplomatik dengan Portugis. 

1518 M - Raden Patah wafat. Pati Unus naik tahta sebagai sultan Demak menggantikannya. Ia kemudian memimpin penaklukkan Demak atas Jepara.

1521 M - Demak kembali menyerbu Malaka, namun kembali menemui kegagalan dan Pati Unus gugur. Trenggana naik tahta sebagai sultan Demak menggantikan kakaknya. Pada tahun yang sama, Prabu Siliwangi mengirim utusan ke Malaka Portugis untuk menjalin hubungan persahabatan. Tak lama kemudian, sang Prabu wafat. Tahta Pajajaran diserahkan kepada Surawisesa, putra sekaligus utusan yang sebelumnya ia kirim ke Malaka Portugis.

1522 M - Perjanjian Sunda Kalapa antara Pajajaran-Portugis. Surawisesa memperbolehkan Portugis membangun benteng di Sunda Kalapa dengan jaminan kerajaannya diberi bantuan militer.

1526 M - Kesultanan Cirebon dan Demak beraliansi untuk menggempur kerajaan Pajajaran. Sunan Gunung Jati mendirikan kesultanan Banten sebagai bawahan Cirebon.

1527 M - Majapahit runtuh. Demak menyerbu kota Tuban dan Daha, pertahanan terakhir kerajaan Majapahit pimpinan Girindrawardhana. Sang Prabu berhasil meloloskan diri ke Panarukan dan menjadi raja Blambangan. Demak juga menyerbu dan menduduki pesisir utara Pajajaran, termasuk Sunda Kalapa yang kemudian diganti namanya menjadi Jayakarta oleh Fatahillah, panglima militer Demak. Ratna Kencana, putri Sultan Trenggana mendirikan kerajaan Kalinyamat sebagai bawahan Demak.

1528 M - Perang Palimanan antara Cirebon dengan Galuh, kerajaan bawahan Pajajaran. Rajagaluh dianeksasi oleh Cirebon. Demak menundukkan Wirosari dan Wirasaba. Blambangan pimpinan Girindrawardhana mengirimkan utusan ke Malaka Portugis.

1529 M - Pangeran Cakrabuana wafat. Demak menundukkan kadipaten Purbaya dan Gegelang di Madiun.

1530 M - Demak menundukkan Medangkungan di Blora dan Jogorogo di Ngawi. Perang Palimanan berakhir dengan kekalahan Galuh dan dianeksasinya wilayah itu ke dalam kekuasaan Cirebon.

1531 M - Demak menundukkan Surabaya. Perjanjian damai antara Pajajaran dengan aliansi Cirebon-Demak.

1533 M - Prasasti Batutulis.

1535 M - Ratu Dewata menaiki tahta Pajajaran. Seorang raja yang menghabiskan sebagian besar waktunya hanya untuk bertapa dan menyepi.

1536 M - Toyib, seorang ulama Aceh tiba di Jepara untuk menyebarkan Islam. Ia kemudian menikah dengan Ratu Kalinyamat dan diberi gelar Sultan Hadlirin.

1541 M - Demak berturut-turut menundukkan Lamongan dan Blitar.

1543 M - Ratu Sakti naik tahta di Pajajaran menggantikan Ratu Dewata. Berbanding terbalik dengan ayahnya, Sakti adalah seorang raja yang lalim dan kejam.

1545 M - Sultan Trenggana menyerbu Blambangan dan berhasil merebut Pasuruan. Trenggana juga menaklukkan kerajaan Sengguruh di Malang.

1546 M - Trenggana wafat dalam pertempuran melawan Blambangan di Panarukan. Sunan Prawoto naik tahta sebagai sultan Demak menggantikannya. Kalinyamat melepaskan diri dari Demak setelah Sultan Hadlirin tewas terbunuh dalam suatu konspirasi oleh Prawoto dan Arya Penangsang. Ratna Kencana kembali menjadi Ratu Kalinyamat.

1548 M - Sunan Prapen ditunjuk menjadi pemimpin Giri Kedaton.

1549 M - Prawoto tewas di tangan Arya Penangsang, yang kemudian menggantikannya sebagai sultan Demak. Jaka Tingkir mendirikan kerajaan Pajang dan bergelar Hadiwijaya. Sunan Kudus mendirikan Masjid Menara Kudus.

1550 M - Sunan Kudus wafat. Ratu Kalinyamat bekerjasama dengan kesultanan Johor menggempur Malaka Portugis. Meski sempat menduduki sebagian besar kota Malaka, namun aliansi Johor-Kalinyamat ini akhirnya dapat dipukul mundur oleh pasukan Portugis.

1552 M - Sunan Gunung Jati mengangkat putranya, Maulana Hasanuddin menjadi sultan Banten. Banten pun merdeka dari Cirebon, lalu menundukkan Lampung.

1554 M - Arya Penangsang tewas di tangan Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan yang memimpin pasukan pemberontak suruhan Hadiwijaya dari Pajang. Kesultanan Demak pun resmi runtuh. Pajang muncul sebagai penguasa baru di Jawa. Demak, Jepara, dan Jipang menjadi bawahan Pajang.

1556 M - Hadiwijaya menghadiahkan tanah Mataram kepada Ki Ageng Pemanahan atas jasanya mengalahkan Arya Penangsang. Sunan Kalijaga wafat.

1560 M - Portugal mendirikan pos dagang di Panarukan.

1567 M - Prabu Suryakancana naik tahta sebagai raja terakhir Pajajaran.

1568 M - Sunan Prapen mengadakan pertemuan antara Hadiwijaya dengan para penguasa di Jawa Timur pimpinan Panji Wiryakrama dari Surabaya. Seluruh Jawa Timur kecuali Blambangan dan Madura pun resmi bersatu dengan Pajang. Sunan Gunung Jati wafat. Fatahillah diangkat sebagai sultan Cirebon menggantikannya.

1570 M - Fatahillah wafat. Maulana Hasanuddin wafat. Maulana Yusuf diangkat menjadi Sultan Banten menggantikan ayahnya.

1574 M - Ratu Kalinyamat kembali mengirim armada perang untuk menyerbu Malaka Portugis. Kali ini bekerjasama dengan Aceh. Meski sempat membuat Portugis kewalahan, serangan ini juga gagal merebut Malaka.

1575 M - Ki Ageng Pemanahan wafat. Sutawijaya menggantikan ayahnya sebagai penguasa Mataram.

1576 M - Kesultanan Banten melancarkan agresi besar-besaran terhadap Pajajaran. Kota Pakuan dikuasai oleh pasukan Banten. Prabu Suryakancana dan keluarganya meloloskan diri ke pedalaman Pandeglang.

1579 M - Kerajaan Pajajaran runtuh setelah Pandeglang dikuasai sepenuhnya oleh kesultanan Banten. Prabu Suryakancana wafat dalam pertempuran. Banten pun menjadi penguasa tertinggi di Tatar Sunda. Prabu Geusan Ulun naik tahta di kerajaan Sumedang Larang dan memerdekakannya dari Cirebon. Ratu Kalinyamat wafat. Pangeran Arya Jepara, keponakan sang ratu sekaligus putra sultan Banten, diangkat sebagai penguasa Kalinyamat. Ia berhasil menanamkan kekuasaan di pulau Bawean.

1582 M - Hadiwijaya wafat. Daerah-daerah bawahan di Jawa Timur pimpinan Surabaya melepaskan diri dari kekuasaan Pajang.

1583 M - Arya Pangiri naik tahta sebagai sultan Pajang setelah menyingkirkan Pangeran Benawa.

1586 M - Benawa bersekutu dengan Sutawijaya untuk menggempur Pajang. Arya Pangiri dilengserkan dan Benawa menjadi sultan Pajang. Sutawijaya kemudian menyerbu Madiun untuk menundukkan Purbaya.

1587 M - Erupsi gunung Merapi.

1588 M - Sutawijaya memerdekakan Mataram dari Pajang. Ia menjadi penguasa bergelar Panembahan Senopati. Benawa wafat. Pajang pun bersatu dengan Mataram. Senopati kemudian menyerbu Surabaya yang tak ingin tunduk, sebelum didamaikan oleh Sunan Prapen.

1590 M - Perang Mataram-Purbaya berakhir dengan takluknya Purbaya. Mataram juga menaklukkan Madiun, kemudian menyerbu Jepara namun berhasil dipukul mundur oleh pasukan Kalinyamat.

1591 M - Perebutan tahta di Kediri.

1596 M - Bangsa Belanda untuk pertama kalinya tiba di Jawa. Mereka mendarat di Banten, namun masih sebatas berdagang. Benteng Kuta Raja Cirebon dibangun sebagai simbol persahabatan antara Cirebon dengan Mataram.

1599 M - Peristiwa Bedhahe Kalinyamat. Mataram melancarkan invasi besar-besaran terhadap Jepara dan berhasil menguasainya. Kerajaan Kalinyamat pun runtuh.

1600 M - Pemberontakan Pati pimpinan Adipati Pragola. Berhasil ditumpas oleh putra mahkota Mataram, Raden Mas Jolang.


Abad 17:


1601 M - Panembahan Senopati wafat. Raden Mas Jolang naik tahta di Mataram menggantikan ayahnya dan bergelar Panembahan Hanyakrawati. Selat Muria diperkirakan lenyap akibat pendangkalan berkepanjangan. Pulau Muria pun bersatu dengan Jawa.

1602 M - Pemberontakan Demak pimpinan Pangeran Puger. Perang sipil Mataram-Demak dimulai. Belanda resmi membentuk VOC, sebuah kongsi dagang internasional. VOC kemudian mendirikan pos dagang pertamanya di Gresik dan Jaratan.

1603 M - VOC mendirikan pos dagang di Banten.

1605 M - Pangeran Puger ditangkap dan dibuang ke Kudus. Demak kembali menjadi bagian dari Mataram.

1607 M - Pemberontakan Ponorogo pimpinan Jayaraga, adik Hanyakrawati. Berhasil dipadamkan dan Jayaraga dibuang ke Nusakambangan.

1610 M - Mataram menyerbu Surabaya, namun mengalami kegagalan.

1611 M - VOC mendirikan pos dagang di Jayakarta.

1613 M - Mataram kembali menyerbu Surabaya, namun kembali gagal. Pos-pos VOC di Gresik dan Jaratan ikut terbakar. Sebagai permintaan maaf, Sultan Hanyakrawati mengizinkan VOC mendirikan pos dagang baru di Jepara. Hanyakrawati kemudian wafat dalam kecelakaan saat berburu kijang di hutan Krapyak. Raden Mas Rangsang naik tahta dan bergelar Panembahan Hanyakrakusuma.

1614 M - Mataram menaklukkan Malang dan Lumajang. VOC mengirim duta besar pertamanya ke Mataram untuk menjalin kerja sama namun ditolak oleh Hanyakrakusuma.

1615 M - Patih Mataram, Ki Juru Martani wafat. Kedudukannya digantikan oleh Tumenggung Singaranu. Mataram menaklukkan Wirasaba. Surabaya membalas dengan mengirim pasukan ke Wirasaba.

1616 M - Pasukan Mataram mengalahkan pasukan Surabaya di desa Siwalan. Mataram kemudian lanjut menaklukkan Lasem.

1617 M - Pemberontakan Pajang pimpinan Ki Tambakbaya. Berhasil dipadamkan dan Tambakbaya melarikan diri ke Surabaya. Mataram menaklukkan Pasuruan. Cirebon menjadi bawahan Mataram.

1618 M - Mataram menaklukkan Galuh.

1619 M - VOC menaklukkan kota Jayakarta dan mengganti namanya menjadi Batavia. Markas VOC yang semula di Ambon pun dipindah ke Batavia. Jan Pieterszoon Coen ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal VOC. Pendudukan Belanda di pulau Jawa pun dimulai. Mataram menaklukkan Tuban.

1620 M - Invasi Mataram ke Surabaya dimulai. Pasukan Mataram membendung Sungai Mas untuk menghentikan suplai air. Mataram juga menggempur dan menaklukkan kerajaan Sumedang Larang.

1621 M - Mataram mulai menjalin hubungan diplomatik dengan VOC.

1622 M - Mataram menaklukkan kerajaan Sukadana di Kalimantan Barat.

1624 M - Mataram menaklukkan Madura. Hanyakrakusuma mendapatkan gelar baru, Sultan Agung.

1625 M - Surabaya dilanda bencana kelaparan akibat suplai pangan terputus oleh invasi Mataram. Jayalengkara akhirnya menyerah dan bersedia menjadikan Surabaya sebagai bagian dari Mataram.

1627 M - Pemberontakan Pati pimpinan Adipati Pragola, sepupu Sultan Agung. Berhasil ditumpas.

1628 M - Invasi Mataram ke Batavia dimulai. Pasukan Mataram berhasil menduduki sebuah benteng VOC, namun kemudian terpukul mundur akibat kekurangan perbekalan.

1629 M - Mataram kembali menyerbu Batavia, namun kembali mengalami kekalahan. Walaupun begitu, pasukan Mataram berhasil membendung dan mengotori Sungai Ciliwung yang mengakibatkan wabah kolera melanda Batavia. Gubernur Jenderal VOC pertama, JP Coen tewas menjadi korban wabah tersebut.

1630 M - Sultan Agung mengirim utusan ke Gresik agar Giri Kedaton bersedia menjadi bawahan Mataram, namun ditolak oleh Sunan Kawis Guwa, penguasanya saat itu. Akibatnya, Mataram menyerbu Giri Kedaton. Pertempuran besar terjadi hingga enam tahun berikutnya.

1631 M - Pemberontakan Sumedang.

1632 M - Cirebon yang setia pada Mataram berhasil memadamkan pemberontakan Sumedang.

1633 M - Mataram menyerang Blambangan. Sultan Agung menciptakan Tahun Jawa dan memberlakukannya pada negerinya.

1636 M - Perang Mataram-Giri Kedaton berakhir. Giri Kedaton takluk dan dianeksasi oleh Mataram. Di tahun yang sama, Mataram menundukkan kesultanan Palembang di Sumatra Selatan. Mataram akhirnya juga dapat menaklukkan Blambangan setelah berperang 3 tahun lamanya.

1641 M - Sultan Agung menggubah Serat Nitipraja.

1645 M - Sultan Agung wafat. Sebelumnya, ia memerintahkan pembangunan Imogiri sebagai pusat pemakaman keluarga bangsawan kesultanan Mataram. Raden Mas Sayidin naik tahta menggantikan ayahnya dan bergelar Sultan Amangkurat I.

1646 M - Mataram kembali menjalin hubungan dengan VOC.

1647 M - Ibukota Mataram dipindah ke Plered.

1649 M - Sultan Cirebon, Panembahan Girilaya diundang oleh Amangkurat I untuk mengunjungi Mataram. Sesampainya di sana, ia dan kedua putranya justru dilarang kembali ke Cirebon dan dipaksa untuk tinggal di Mataram. Pangeran Wangsakerta diangkat sebagai wali sultan karena ayahnya tak kunjung kembali.

1651 M - Sultan Ageng Tirtayasa naik tahta di Banten.

1652 M - Mataram menyerahkan wilayah Bekasi kepada VOC. Tawang Alun naik tahta di Blambangan.

1659 M - VOC menduduki Palembang. Kekuasaan Mataram di Sumatra pun lenyap. Blambangan bekerja sama dengan Bali untuk melepaskan diri dari Mataram. Pertempuran terjadi dan berakhir dengan dikuasainya ibukota Blambangan oleh pasukan Mataram. Sang Prabu Tawang Alun dan pengikutnya mundur ke Bali.

1661 M - Putra mahkota Mataram, Raden Mas Rahmat melancarkan aksi kudeta setelah terlibat perselisihan dengan sang ayah, namun mengalami kegagalan.

1674 M - Trunojoyo, seorang bangsawan Madura memerdekakan wilayah tersebut dari kekuasaan Mataram.

1676 M - Laskar Madura pimpinan Trunojoyo berturut-turut menduduki Lasem, Rembang, Demak, Semarang, dan Pekalongan. Tawang Alun memerdekakan Blambangan dari jajahan Mataram.

1677 M - Trunojoyo berturut-turut menduduki Tegal, Cirebon, dan Banyumas, hingga akhirnya berhasil menguasai dan menjarah ibukota Mataram. Amangkurat pun terpaksa meninggalkan keraton dan kemudian wafat dalam pelariannya di Tegalwangi. Mas Rahmat naik tahta sebagai sultan Mataram bergelar Amangkurat II. Ia mengadakan perjanjian dengan VOC di Jepara untuk mengalahkan Trunojoyo. Pangeran Wangsakerta mengadakan seminar sejarah Gotrasawala di Cirebon dengan para sejarawan dari beberapa negara di Nusantara saat itu. Cirebon kehilangan wilayah Rangkas Sumedang (Karawang-Purwakarta-Subang) yang direbut oleh Belanda.

1679 M - Pemberontakan Trunojoyo berhasil ditumpas oleh pasukan aliansi VOC-Mataram yang dibantu oleh armada Bugis pimpinan Arung Palakka. Ibukota Mataram berhasil direbut kembali. Namun sebagai imbalannya, Mataram harus menyerahkan pesisir utara Jawa kepada VOC. VOC pun mulai terlibat dalam suksesi pemerintahan di Mataram dan juga Madura. Sultan Ageng Tirtayasa membagi Cirebon menjadi dua untuk menghindari perpecahan keluarga, yaitu keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman.

1680 M - Puncak kejayaan kesultanan Banten di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa. Trunojoyo dihukum mati oleh Amangkurat II. VOC menyerbu dan menghancurkan Giri Kedaton, sekutu terakhir yang loyal terhadap Trunojoyo. Ibukota Mataram dipindah ke Kartasura.

1681 M - Cornelis Speelman ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal VOC. VOC mengadakan perjanjian monopoli dagang dengan Cirebon.

1682 M - Kapitan Francois Tack memimpin pasukan VOC melancarkan ekspedisi pelayaran ke Banten. VOC berhasil merebut dan memonopoli perdagangan lada di Banten dan mengusir bangsa Eropa lain yang telah lama berdagang di sana.

1683 M - Pasukan VOC menyerbu Banten dan berhasil menduduki istana Surosowan. Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap. Banten kemudian menjadi bawahan VOC.

1684 M - Speelman wafat di Batavia.

1686 M - Kapitan Francois Tack tewas di tangan Untung Surapati, seorang buronan VOC setelah berduel dengannya di Kartasura. Amangkurat II kemudian merestui Surapati untuk merebut Pasuruan. Setelah berhasil, ia pun diangkat menjadi bupati Pasuruan bergelar Tumenggung Wiranegara.

1691 M - Prabu Tawang Alun wafat. VOC melaporkan pemandangan mencengangkan saat prosesi pembakaran jenazah sang Prabu, di mana sebanyak 271 dari total 400 istri Tawang Alun ikut membakar diri ke dalam kobaran api.

1697 M - Kerajaan Buleleng dari Bali menyerang dan berhasil menaklukkan Blambangan.

1698 M - Pangeran Wangsakerta dan para sejarawan di seminar Gotrasawala merampungkan penyusunan naskah Pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara dan beberapa karya sejarah lainnya.


Abad 18:


1703 M - Amangkurat II wafat. Perebutan tahta antara Amangkurat III dengan Pangeran Puger.

1704 M - Perang Tahta Mataram Pertama dimulai. VOC mengangkat Pangeran Puger sebagai sultan Mataram bergelar Pakubuwono I, sementara Amangkurat III diusir.

1705 M - Bersama Surapati, Amangkurat III mendirikan pemerintahan pengasingan di Pasuruan. VOC merebut Priangan Timur dan Cirebon.

1706 M - Pasuruan diserbu oleh VOC dan sekutunya. Surapati tewas setelah bentengnya diduduki oleh VOC. Amangkurat III melarikan diri.

1708 M - Amangkurat III ditangkap dan dibuang ke Sri Lanka oleh VOC.

1719 M - Perang Tahta Mataram Kedua dimulai. Pakubuwono I wafat dan digantikan oleh Amangkurat IV.

1740 M - Peristiwa Geger Pecinan. Tentara VOC melancarkan genosida terhadap etnis Tionghoa di Batavia. Tak kurang dari 10.000 orang yang tewas dalam pembantaian massal ini. Sisanya melarikan diri ke timur menyusuri pesisir utara Jawa. Dalam perjalanan, mereka menyerang sebuah pos VOC di Tangerang.

1741 M - Pelarian Tionghoa dari Batavia bekerja sama dengan prajurit Mataram menyerang dan menduduki pos-pos VOC berturut-turut di Lasem, Rembang, Juwana, Jepara, dan Semarang.

1743 M - VOC menduduki pulau Bawean.

1746 M - Mataram mengadakan perjanjian dengan VOC, hasilnya Pakubuwono II bersedia menyerahkan kembali Madura dan pesisir utara Jawa yang sebelumnya dikuasai aliansi Mataram-Tionghoa kepada VOC. Pangeran Mangkubumi melancarkan pemberontakan menuntut tahta Mataram. Perang Tahta Mataram Ketiga dimulai.

1749 M - VOC melantik Raden Mas Suryadi sebagai sultan Mataram bergelar Pakubuwono III. Patih Mataram, Raden Mas Said memberontak, ikut menuntut tahta Mataram.

1750 M - Raden Panji Margono bekerjasama dengan laskar Tionghoa dan laskar santri melancarkan pemberontakan terhadap VOC di Lasem. Dapat dipadamkan oleh VOC.

1754 M - Gubernur VOC atas wilayah Jawa Utara Hartingh mengadakan pertemuan tertutup dengan Pangeran Mangkubumi mengenai pembagian Mataram.

1755 M - Perjanjian Giyanti, mengakhiri Perang Tahta Mataram. Mataram secara resmi dibagi menjadi dua pemerintahan: Yogyakarta dan Surakarta. Mangkubumi diangkat sebagai penguasa Yogyakarta bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono I, sementara Pakubuwono III menjadi penguasa Surakarta. Kedua negeri pecahan ini pun menjadi bawahan VOC.

1757 M - Perjanjian Salatiga. Raden Mas Said yang terdesak akhirnya menyerahkan diri. Ia kemudian diangkat sebagai penguasa di Mangkunegaran bergelar Mangkunegara I.

1767 M - VOC menyerbu Blambangan dan berhasil menduduki ibukotanya.

1771 M - Perang Puputan Bayu. Rakyat, prajurit, dan bangsawan Blambangan melakukan bela pati mempertahankan tanah air mereka dari rongrongan VOC. Diperkirakan lebih dari separuh populasi Blambangan musnah dalam pertempuran ini.

1772 M - Blambangan sepenuhnya ditaklukkan oleh VOC.

1788 M - Pakubuwono III wafat dan digantikan putranya yang bergelar Pakubuwono IV.

1800 M - VOC secara resmi dibubarkan. Belanda dikuasai oleh Kekaisaran Prancis pimpinan Napoleon Bonaparte. Koloni-koloni Belanda di luar Eropa pun secara tidak langsung jatuh ke tangan Prancis.


Abad 19:


1806 M - Kekaisaran Inggris menyerbu Hindia Belanda. Pertempuran besar terjadi di Laut Jawa antara armada Inggris melawan koalisi Belanda-Prancis.

1807 M - Pemerintah Belanda dibawah Prancis mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

1808 M - Daendels tiba di Hindia Belanda. Ia mendirikan pemerintahan langsung di Lampung, kemudian memulai pembangunan Jalan Raya Pos Jawa dari Anyer-Panarukan, yang kini menjadi Jalur Pantura. Keputusan ditentang oleh Sultan Banten. Akibatnya, Daendels menyerbu Banten dan menghancurkan istana Surosowan. Sang sultan kemudian diasingkan. Kesultanan Kacirebonan dibentuk sebagai pecahan dari Kanoman.

1809 M - Kesultanan Kasepuhan dan Kanoman (termasuk Kacirebonan) menjadi bawahan Belanda.

1810 M - Pemberontakan para bangsawan Yogyakarta pimpinan Raden Rangga melawan Belanda. Daendels bersama ribuan prajurit berangkat ke Yogyakarta, memaksa Hamengkubuwono II untuk mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaannya kepada Raden Mas Surojo, yang bergelar Hamengkubuwono III. Daendels mengibarkan bendera Prancis di Batavia.

1811 M - Daendels ditarik kembali ke Eropa untuk membantu Napoleon dalam ekspedisinya ke Moskow. Jan Willem Janssens diangkat sebagai Gubernur Jenderal yang baru. Inggris menyerbu Jawa dan berhasil menduduki Batavia. Janssens kemudian menyerah dan menandatangani Kapitulasi Tuntang di Salatiga dimana ia bersedia menyerahkan seluruh jajahan Hindia Belanda kepada Inggris. Thomas Stamford Raffles diangkat sebagai Gubernur Jenderal di Jawa. Pendudukan Inggris di Jawa pun resmi dimulai. Hamengkubuwono II kembali merebut gelarnya sebagai Sultan di Yogyakarta.

1812 M - Peristiwa Geger Spehi. Bekerjasama dengan Mangkunegaran, Raffles memimpin pasukan Inggris menyerbu dan menduduki keraton Yogyakarta. Hamengkubuwono II dilengserkan dan diasingkan ke Padang. Tahta Yogyakarta kembali diserahkan kepada Hamengkubuwono III. Natakusuma mendirikan Dinasti Pakualam.

1813 M - Kesultanan Banten dihapuskan oleh Raffles. Ia kemudian mendirikan pemerintahan langsung di sana.

1814 M - Ekspedisi Inggris melaporkan penemuan Candi Borobudur, Prambanan, dan reruntuhan kota Trowulan ke Eropa untuk pertama kalinya. Hamengkubuwono IV naik tahta menjadi Sultan Yogyakarta di usia 13 tahun. Pangeran Diponegoro ditunjuk sebagai wali sang Sultan yang tak lain adalah adiknya sendiri.

1815 M - Erupsi dahsyat Gunung Tambora di Sumbawa. Perang Napoleon berakhir. Inggris bersedia mengembalikan Hindia Belanda kepada pemerintah Belanda sebagai bagian dari persetujuan yang mengakhiri Perang Napoleon. Raffles menghapuskan kesultanan Kasepuhan dan Kanoman (termasuk Kacirebonan).

1816 M - Perubahan iklim akibat erupsi gunung Tambora. Sebagian besar Bumi mengalami musim dingin berkepanjangan. Penyerahan kekuasaan dari Inggris kepada Belanda. Belanda secara resmi kembali menjadi penguasa di Hindia Belanda. Raffles meninggalkan Jawa dan pindah ke Bengkulu.

1817 M - Raffles menyelesaikan penulisan buku 'History of Java', yang berisi tentang rangkuman penelitian kesejarahannya tentang Jawa.

1818 M - Belanda mengakhiri perdagangan budak di Jawa.

1824 M - Traktat London, pembagian wilayah kolonialisme antara Belanda dan Inggris di Nusantara.

1825 M - Pangeran Diponegoro dan pengikutnya di Kesultanan Yogyakarta menyatakan perang terhadap pemerintah Hindia Belanda.

1826 M - Perang gerilya merebak di seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur, sebagai akibat dari menyebarnya gerakan anti-Belanda yang dipelopori oleh Diponegoro. Du Bus diangkat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda, menggantikan Van der Capellen. Belanda membebaskan Hamengkubuwono II dari pembuangan dan mengangkatnya kembali menjadi Sultan Yogyakarta. Pasukan Belanda memukul mundur Diponegoro dan pengikutnya di Gowok. Raffles wafat.

1827 M - Puncak Perang Diponegoro.

1828 M - Kyai Maja, seorang abdi setia dan penasihat pribadi Diponegoro, ditangkap oleh Belanda di akhir sebuah pertempuran.

1829 M - Pangeran Mangkubumi dan Senapati Sentot Alibasyah, pendukung dan pengawal setia Diponegoro, menyerahkan diri kepada Belanda.

1830 M - Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda setelah tertipu bujukan untuk mengadakan diplomasi di Magelang. Ia dibuang ke Manado, lalu ke Makassar. Perang Diponegoro pun berakhir. Diperkirakan separuh lebih populasi Yogyakarta lenyap akibat perang ini. Wilayah kekuasaan Yogyakarta dan Surakarta menjadi semakin sempit. Johannes van den Bosch diangkat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Ia mulai menerapkan sistem tanam paksa terhadap rakyat, lalu mendirikan KNIL sebagai kesatuan tentara resmi Hindia Belanda.

1846 M - Belanda menundukkan Buleleng di Bali, namun kembali lepas setelah pasukan KNIL mundur kembali ke Jawa.

1849 M - Belanda kembali menyerbu Bali, menghancurkan Buleleng serta menundukkan Jembrana dan Karangasem.

1855 M - Pangeran Diponegoro wafat dalam pembuangannya di Makassar.

1883 M - Erupsi dahsyat Gunung Krakatau di Selat Sunda.

1900 M - Belanda menundukkan Gianyar di Bali.


Abad 20:


1901 M - Sukarno lahir.

1902 M - Mohammad Hatta lahir.

1905 M - Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam yang kelak berganti nama menjadi Sarekat Islam (SI).

1906 M - Belanda berturut-turut menundukkan Badung dan Tabanan di Bali.

1907 M - Belanda menundukkan Bangli di Bali.

1908 M - Era Kebangkitan Nasional dimulai dengan didirikannya organisasi Budi Utomo. Belanda menundukkan Klungkung di Bali. Seluruh pulau Bali pun sepenuhnya jatuh ke tangan Belanda.

1912 M - HOS Cokroaminoto menjadi pimpinan Sarekat Islam. Ia berhasil membujuk pemerintah Hindia Belanda untuk mengesahkan dan mengakui keberadaan SI.

1914 M - Perang Dunia I dimulai. Henk Sneevliet mendirikan ISDV yang kelak menjadi cikal bakal PKI.

1918 M - Perang Dunia I berakhir.

1926 M - Pemberontakan PKI di Banten, Batavia, dan Bandung. Berhasil dipadamkan oleh pasukan KNIL.

1928 M - Ikrar Sumpah Pemuda.

1939 M - Perang Dunia II dimulai.

1940 M - Pusat pemerintahan Belanda di Eropa jatuh ke tangan Jerman Nazi. Hindia Belanda mengumumkan keadaan siaga.

1941 M - Kekaisaran Jepang memulai penaklukkan Asia Timur Raya.

1942 M - Pasukan Jepang menyerbu dan menguasai seluruh Jawa dalam tempo yang singkat. Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Pulau Jawa pun resmi menjadi bagian dari Kekaisaran Jepang. Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo dan laskar Hizbullah memimpin gerakan Islam radikal di Tasikmalaya.

1943 M - Pemerintah Jepang membentuk PUTERA dan menunjuk Sukarno sebagai ketuanya. Jepang kemudian juga mendirikan PETA. Di antara anggotanya adalah Sudirman dan Suharto.

1944 M - Pasukan Sekutu menyerbu Surabaya.

1945 M - Sukarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, setelah serangkaian peristiwa besar yang mengakhiri pendudukan Jepang di Hindia Belanda. Pasukan Sekutu bersama Van Mook dan perwira NICA mendarat di Jakarta. Serangkaian perang besar berkobar di Semarang, Ambarawa, dan Surabaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

1946 M - Ibukota RI dipindah ke Yogyakarta setelah kondisi keamanan di Jakarta makin memburuk. Peristiwa Bandung Lautan Api. Konferensi Malino. Perjanjian Linggajati. Puputan Margarana. Belanda atas nama Gubernur Jenderal Van Mook mendirikan Negara Indonesia Timur lewat Konferensi Denpasar.

1947 M - Agresi militer Belanda I terhadap Jawa dan Sumatra. Suria Kartalegawa mendirikan negara Pasundan di bawah pengaruh Belanda.

1948 M - Pemberontakan PKI di Madiun pimpinan Musso. Berhasil ditumpas oleh TRI. Belanda mendirikan negara Madura dan negara Jawa Timur. Agresi militer Belanda II terhadap Jawa dan Sumatra. KNIL berhasil menduduki kota Yogyakarta dan menangkap para pemimpin RI.

1949 M - Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia dalam bentuk negara Serikat setelah konferensi di Den Haag, serta serangkaian serangan umum di Yogyakarta dan Surakarta. SM Kartosuwiryo mendeklarasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII alias DI/TII) di Jawa Barat.

1950 M - Republik Indonesia Serikat resmi dibubarkan. Amir Fatah menyatakan sebagian Jawa Tengah sebagai bagian dari DI/TII.

1954 M - Amir Fatah menyerahkan diri. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah pun berakhir.

1955 M - Pemilihan Umum diadakan untuk pertama kali.

1957 M - Peristiwa Granat Cikini, percobaan pembunuhan Presiden Sukarno oleh aktivis DI/TII.

1960 M - Penembakan di Istana Presiden oleh seorang Letnan AU yang telah dipengaruhi Permesta.

1961 M - Operasi Trikora dimulai setelah dikumandangkan oleh Sukarno di Alun-alun Utara Yogyakarta untuk merebut Papua Barat dari Belanda.

1962 M - Kartosuwiryo ditangkap dan dihukum mati, mengakhiri pemberontakan DI/TII di Jawa Barat.

1963 M - Konfrontasi Indonesia-Malaysia dimulai. Papua Barat berintegrasi dengan RI.

1965 M - Tragedi nasional G30S di Jakarta dan Yogyakarta, menyebabkan terbunuhnya 9 orang petinggi TNI-AD.

1966 M - Pembantaian massal terhadap ribuan tertuduh komunis di seluruh Indonesia oleh Suharto dan TNI-AD. Diperkirakan 70 ribu-1 juta orang tewas dalam genosida ini. Penyerahan Supersemar dari Suharto kepada Sukarno. Konfrontasi Indonesia-Malaysia resmi berakhir. Kedua negara mulai memperbaiki hubungan. Indonesia kembali menjadi anggota PBB.

1967 M - Sukarno menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Suharto.

1968 M - Era Orde Baru resmi dimulai dengan dilantiknya Suharto sebagai Presiden RI kedua.

1970 M - Sukarno wafat di usia 69 tahun. Pemerintah menetapkan masa berkabung selama 7 hari.

1982 M - Petrus, serangkaian operasi rahasia oleh pemerintahan Suharto berupa penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap mengganggu keamanan di pulau Jawa. Berlangsung hingga 2 tahun berikutnya.

1984 M - Kerusuhan Tanjung Priok di Jakarta.

1996 M - Peristiwa 27 Juli alias Kudatuli di Jakarta.

1997 M - Krisis finansial melanda Asia, melumpuhkan perekonomian dan keuangan di sebagian besar Asia Timur. Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami pukulan berat, bersama dengan Thailand dan Korea Selatan.

1998 M - Suharto resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden setelah serangkaian kerusuhan di Jawa. Bacharuddin Jusuf Habibie dilantik sebagai Presiden RI ketiga. Orde Baru pun berakhir dan Era Reformasi resmi dimulai.

1999 M - Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dilantik menjadi Presiden RI keempat menggantikan Habibie.


Abad 21:


2001 M - Megawati Sukarnoputri dilantik sebagai Presiden RI kelima menggantikan Gus Dur.

2004 M - Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla menjadi pasangan pemimpin RI pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat.

2008 M - Suharto wafat di usia 86 tahun.

2009 M - SBY kembali memenangi Pilpres dan menjadi Presiden RI bersama Budiono sebagai Wapres yang baru. Gus Dur wafat di usia 69 tahun.

2010 M - Erupsi Gunung Merapi.

2014 M - Joko Widodo dan Jusuf Kalla dilantik sebagai Presiden dan Wapres Indonesia menggantikan SBY-Budiono. Erupsi Gunung Kelud di Jawa Timur.


------


Sumber Informasi:


- Babad Raja Blambangan

- Babad Tanah Jawi

- Babad Tanah Sunda

- Berbagai Situs dan Blog Pecinta Sejarah

- Buku Sejarah Indonesia

- Carita Parahiyangan

- Carita Purwaka Caruban Nagari

- Ekspedisi Bengawan Solo

- Daoyi Zhilüe

- History of Java

- Kidung Harsawijaya

- Kidung Panji Wijayakrama

- Kidung Sorandaka

- Kidung Sunda

- Nagarakretagama

- Naskah Perjalanan Bujangga Manik

- Naskah Wangsakerta

- Notes on the Malay Archipelago and Malacca

- Nusa Jawa Silang Budaya

- Pararaton

- Prasasti-prasasti

- Pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara

- Rapporten van de Oudheidkundige Dienst

- Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara

- Sejarah Raja-Raja Jawa

- Serat Banten

- Serat Kanda

- Suma Oriental

- The Chinese in Southeast Asia

- The Indianized States of South East Asia

- Wikipedia

- Yingyai Shenglan

- Yuan Shi

- Zhu Fan Zhi





28 September 2024

ANAK GAJAH MADA Gajah Mada, tokoh yang pernah menjadi Mahapatih Majapahit pada era Ratu Tribwana Tunggadewi dan Hayam Wuruk menurut kabar turun temurun masyarakat Bali mempunyai seorang anak, namanya Aria Bebed. Anak Gajah Mada yang satu ini lahir dari seorang wanita bernama Ni Luh Ayu. Kisah mengenai anak Gajah Mada yang bernama Aria Bebed sumbernya dari cerita turun-temurun yang ada pada masyarakat Bali, khususnya masyarakat Desa Pagustulan Singaraja Bali. Selain itu mereka juga membuat suatu Prasati untuk meneguhkan jika kisah mengenai Aria Bebed anak Gajah Mada adalah kisah nyata, Prasasti yang dibuat oleh masyarakat Desa Pagustulan Singaraja Bali itu dikenal dengan nama "Prasasti Gajah Mada". Menurut Prasasti Gajah Mada, disebutkan bahwa ; pada mulanya Gajah Mada tidak mengetahui jika ia punya anak, mengingat Ni Luh Ayu sudah ditinggalkan Gajah Mada, lagipula Gajah Mada waktu itu tinggal di Majapahit. Sementara Ni Luh Ayu Tinggal di Bali. Saat di tinggalkan Gajah Mada, Ni Luh Ayu dalam kondisi mengandung muda, sehingga Gajah Mada tidak tahu jika Ni Luh Ayu mengandung. Anak yang lahir dari Rahim Ni Luh Ayu kelak dinamai Aria Bebed. Setelah memasuki usia Remaja, Aria Bebed dikabarkan oleh Ibunya, bahwa ayah Biologisnya adalah Gajah Mada. Mendengar pengakuan dari ibunya, Aria Bebed kemudian menju Majapahit untuk menjumpai ayahnya. Sesampainya di Majapahit, Aria Bebed duduk di atas batu yang terletak tepat di depan rumah Gajah Mada. Karena disoraki oleh orang-orang dan diusir oleh para pengawal Gajah Mada, Aria Bebed menangis. Mendengar sorak orang banyak dan tangisan seorang ramaja, Patih Gajah Mada keluar. Sesudah ditanya, siapa nama, asal dan tujuannya datang ke Majapahit, Aria Bebed menjawab dengan jujur " Ia ingin menjumpai Gajah Mada, karena menurut keterangan Ibunya Gajah Mada adalah ayahnya". Mendengar jawaban Aria Bebed, Gajah Mada membawa anak itu ke dalam rumahnya dan mempertemukanya dengan istrinya Ken Bebed. Kepada Ken Bebed, Gajah Mada mengaku bahwa Aria Bebed adalah putranya. Mendengar pengakuan Gajah Mada, Ken Bebed yang tidak punya anak sangat senang. Oleh Ken Bebed, Aria Bebed dianggap sebagai putra kandungnya sendiri. Setelah sekian lama tinggal di Majapahit, Aria Bebed meminta diri untuk pulang ke Bali. Gajah Mada dan Ken Bebed meningizinkan. Sebelum Aria Bebed pulang, Gajah Mada memberikan hadiah berupa Pangastulan (Tempat Menyimpan Abu Leluhur Gajah Mada). Kepada Aria Bebed, Gajah Mada berpesan agar abu yang di Pagastulan di taburkan di sepanjang jalan yang dilaluinya. Tempat yang ditaburi Abu Pagastulan akan menjadi wilayah kekuasaan Aria Bebed. Hendaklah pula Aria Bebed berhenti dan menetap di tempat terakhir yang ditaburi abu Pagastulan. Disitu Aria Bebed akan menjadi penguasa tertinggi. Aria Bebed kemudian menuju Bali dan menetap di desa Bwahan. Disana Aria Bebed menikah dengan Nyi Ayu Rangga, Putri Pangeran Pasek Wanagiri. Dari perkawinan itu lahir dua orang Putra yakni Aria Twas dan Nyi Gusti Ayu Wanagiri. Begitulah kisah mengenai Aria Bebad yang tertulis dalam Prasasti Gajah Mada. Prasasti tersebut ditulis pada Tahun Saka 1881 (1959 M). Ditinjau dari tahun pembuatannya jelas Prasasti Aria Bebed umurnya amat muda sehingga dalam menanggapi isi kisah yang terkandung didalamnya perlu telaah kritis.

 ANAK GAJAH MADA


Gajah Mada, tokoh yang pernah menjadi Mahapatih Majapahit pada era Ratu Tribwana Tunggadewi dan Hayam Wuruk menurut kabar turun temurun masyarakat Bali mempunyai seorang anak, namanya Aria Bebed. Anak Gajah Mada yang satu ini lahir dari seorang wanita bernama Ni Luh Ayu. 



Kisah mengenai anak Gajah Mada yang bernama Aria Bebed sumbernya dari cerita turun-temurun yang ada pada masyarakat Bali, khususnya masyarakat Desa Pagustulan Singaraja Bali. Selain itu mereka juga membuat suatu Prasati untuk meneguhkan jika kisah mengenai Aria Bebed anak Gajah Mada adalah kisah nyata, Prasasti yang dibuat oleh masyarakat  Desa Pagustulan Singaraja Bali itu dikenal dengan nama "Prasasti Gajah Mada". 


Menurut Prasasti Gajah Mada, disebutkan bahwa ; pada mulanya Gajah Mada tidak mengetahui jika ia punya anak, mengingat Ni Luh Ayu sudah ditinggalkan Gajah Mada, lagipula Gajah Mada waktu itu tinggal di Majapahit. Sementara Ni Luh Ayu Tinggal di Bali.


Saat di tinggalkan Gajah Mada, Ni Luh Ayu dalam kondisi mengandung muda, sehingga Gajah Mada tidak tahu jika Ni Luh Ayu mengandung. Anak yang lahir dari Rahim Ni Luh Ayu kelak dinamai Aria Bebed.


Setelah memasuki usia Remaja, Aria Bebed dikabarkan oleh Ibunya, bahwa ayah Biologisnya adalah Gajah Mada. Mendengar pengakuan dari ibunya, Aria Bebed kemudian menju Majapahit untuk menjumpai ayahnya.


Sesampainya di Majapahit, Aria Bebed duduk di atas batu yang terletak tepat di depan rumah Gajah Mada. Karena disoraki oleh orang-orang dan diusir oleh para pengawal Gajah Mada, Aria Bebed menangis. Mendengar sorak orang banyak dan tangisan seorang ramaja, Patih Gajah Mada keluar.


Sesudah ditanya, siapa nama, asal dan tujuannya datang ke Majapahit, Aria Bebed menjawab dengan jujur " Ia ingin menjumpai Gajah Mada, karena menurut keterangan Ibunya Gajah Mada adalah ayahnya".


Mendengar jawaban Aria Bebed, Gajah Mada membawa anak itu ke dalam rumahnya dan mempertemukanya dengan istrinya Ken Bebed. Kepada Ken Bebed, Gajah Mada mengaku bahwa Aria Bebed adalah putranya. Mendengar pengakuan Gajah Mada, Ken Bebed yang tidak punya anak sangat senang. Oleh Ken Bebed, Aria Bebed dianggap sebagai putra kandungnya sendiri.


Setelah sekian lama tinggal di Majapahit, Aria Bebed meminta diri untuk pulang ke Bali. Gajah Mada dan Ken Bebed meningizinkan. Sebelum Aria Bebed pulang, Gajah Mada memberikan hadiah berupa Pangastulan (Tempat Menyimpan Abu Leluhur Gajah Mada).


Kepada Aria Bebed, Gajah Mada berpesan agar abu yang di Pagastulan di taburkan di sepanjang jalan yang dilaluinya. Tempat yang ditaburi Abu Pagastulan akan menjadi wilayah kekuasaan Aria Bebed. Hendaklah pula Aria Bebed berhenti dan menetap di tempat terakhir yang ditaburi abu Pagastulan. Disitu Aria Bebed akan menjadi penguasa tertinggi.



Aria Bebed kemudian menuju Bali dan menetap di desa Bwahan. Disana Aria Bebed menikah dengan Nyi Ayu Rangga, Putri Pangeran Pasek Wanagiri. Dari perkawinan itu lahir dua orang Putra yakni Aria Twas dan Nyi Gusti Ayu Wanagiri.


Begitulah kisah mengenai Aria Bebad yang tertulis dalam Prasasti  Gajah Mada. Prasasti tersebut ditulis pada Tahun Saka 1881 (1959 M). Ditinjau dari tahun pembuatannya jelas Prasasti Aria Bebed umurnya amat muda sehingga dalam menanggapi isi kisah yang terkandung didalamnya perlu telaah kritis.

Tukang service sepeda di bawah pohon tahun 1947. Fotografer: Cas Oorthuys Sumber : Netherlands fotomuseum Posted : #TEMPODOELOE

 Tukang service sepeda di bawah pohon tahun 1947.



Fotografer: Cas Oorthuys

Sumber : Netherlands fotomuseum

Posted : #TEMPODOELOE

Tugu Jogja awal mulanya adalah Tugu Golong Gilig yang dibangun pada tahun 1758 pada masa HB I yang memiliki filosofi Manunggaling Kawula Gusti. Puncak tugu berbentuk bulat (golong) dan tiangnya berbentuk silindris (gilig). Pada 10 Juni 1867 terjadi gempa bumi besar yang menyebabkan tugu setinggi 25 Meter tersebut Roboh. Pada masa HB VII yang memerintah tahun 1877 - 1921, ditempat sama dibangun kembali tugu dengan ukuran lebih pendek yaitu 15 meter dan berujung runcing yang disebut Tugu Pal Putih. Bagian atas monumen dibangun dengan bentuk kerucut, bukan berbentuk bulat seperti sebelumnya, dengan bola kecil di ujungnya. Pembangunan ini dilakukan oleh Belanda tahun 1889.. 👉🏽Jika ada kesalahan, mohon di koreksi dan bila berkenan silahkan di tambahkan informasi nya.. 📸 : Diorama di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY Sumber : Maria Tri Widayati #jogyakarta #tugu #palingujung

 Tugu Jogja awal mulanya adalah Tugu Golong Gilig yang dibangun pada tahun 1758 pada masa HB I yang memiliki filosofi Manunggaling Kawula Gusti.

Puncak tugu berbentuk bulat (golong) dan tiangnya berbentuk silindris (gilig).


Pada 10 Juni 1867 terjadi gempa bumi besar yang menyebabkan tugu setinggi 25 Meter tersebut Roboh.


Pada masa HB VII  yang memerintah tahun 1877 - 1921, ditempat sama dibangun kembali tugu dengan ukuran lebih pendek yaitu 15 meter dan berujung runcing yang disebut Tugu Pal Putih.



Bagian atas monumen dibangun dengan bentuk kerucut, bukan berbentuk bulat seperti sebelumnya, dengan bola kecil di ujungnya. Pembangunan ini dilakukan oleh Belanda tahun 1889..


👉🏽Jika ada kesalahan, mohon di koreksi dan bila berkenan silahkan di tambahkan informasi nya..


📸 : Diorama di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY

Sumber : Maria Tri Widayati 

#jogyakarta

#tugu

#palingujung

27 September 2024

4 PERBEDAAN ORANG JAWA DAN SUNDA, MULAI DARI ASAL USUL HINGGA CIRI KHAS KARAKTER Pulau Jawa merupakan pusat peradaban di Indonesia. Akan tetapi dengan hadirnya Ibu Kota Negara (IKN) baru bisa saja peradaban bangsa Indonesia tidak akan berpusat lagi di Pulau ini. Namun, ada hal yang menarik bila kita berbicara tentang pulau Jawa. Pasalnya Pulau ini dihuni oleh dua suku bangsa yang sangat besar, yakni suku Jawa dan suku Sunda. Jika populasi dari kedua suku ini digabungkan maka hasilnya hampir mencapai 60% dari populasi bangsa Indonesia. Walaupun sama-sama mendiami pulau Jawa, ada beberapa perbedaan dari kedua suku terbesar di Indonesia ini. Berikut ini akan dibahas mengenai perbedaan antara orang Jawa dan Sunda. 1. ASAL USUL Nama jawa berasal dari kata "Yava" yang artinya jelai atau tanaman padi-padian. Hal ini mengarah kepada nama pulau yavadwipa yang sekarang disebut pulau Jawa. Pusat peradaban orang Jawa ada di dekat gunung-gunung aktif yang subur. Sedangkan nama Sunda berasal dari kata "Sund" yang artinya bercahaya. Hal ini mengarah kepada karakter kulit orang Sunda itu sendiri yang lebih putih ketimbang pendatang dari Cola India maupun tetangga mereka yakni orang Jawa. Hal ini dikarenakan pusat peradaban orang Sunda ada di dataran tinggi dan orang-orang Sunda umumnya memiliki kulit yang lebih terang. 2. STRUKTUR MASYARAKAT Masyarakat Sunda jauh lebih egaliter daripada masyarakat Jawa yang lebih feodal. Dapat kita nilai dari bahasanya. Bahasa Sunda yang belum terpengaruh budaya Jawa Mataram seperti Banten tidak memiliki struktur kasar, tengah, dan halus. Hal ini dikarenakan budaya Keraton dan feodalisme di wilayah timur Jawa sangat kental jika dibandingkan dengan di barat. 3. KARAKTER POSITIF Orang Jawa terkenal pekerja keras, ambisius, dan cukup serius. Bangsa ini dikenal banyak memiliki pencapaian seperti membangun Candi Borobudur, Candi Prambanan, Kompleks Dieng, dan lain sebagainya. Selain itu orang Jawa juga tercatat memiliki jejak imperialis dilihat dari Kerajaan Singasari dan Majapahit. Orang Jawa juga terkenal mau hidup susah dan gemar merantau. Sedangkan orang Sunda terkenal lebih santai dan humoris walau tidak sebanyak orang Jawa, orang Sunda sangat terkenal di bidang Entertainment. Tentunya ini bukan hanya dikarenakan tampang mereka yang rupawan, namun juga humor mereka yang mengena ke semua kalangan. 4. KARAKTER NEGATIF Stereotip negatif orang Jawa yang paling umum adalah tidak terus terang dan bermuka dua. Dalam sejarah orang Jawa adalah ahli dalam serangan tiba-tiba dan gerilya. Mulai dari Perang Diponegoro, Perang Majapahit melawan Mongol, Perang Bubat dann hampir semua perang yang terjadi berawal dari orang Jawa yang menyerang tanpa pernyataan perang. Selain itu, Nenek Moyang bangsa Jawa juga terkenal dengan siasat politik tusuk menusuknya. Hal itu dapat kita lihat dalam sejarah bahwa orang Jawa sering berperang dengan sesamanya dikenal sebagai bangsa yang ekspansionis. Sedangkan stereotip negatif orang Sunda yang paling umum adalah malas, kurang ambisius, dan hanya mengandalkan wajah. Dalam sejarah kerajaan-kerajaan Sunda tidak begitu ekspansionis bahkan walaupun ada wilayahnya yang dicaplok oleh orang Jawa. Stereotip mereka yang kurang ambisius ini mungkin lahir dari keengganan banyak orang Sunda untuk merantau karena menganggap tanah Pasundan sendiri sudah sangat mencukupi untuk mereka. Ditambah lagi kondisi tanah Pasundan yang jarang perang antar Kadipaten. Itulah beberapa perbedaan orang Jawa dan orang Sunda. Artikel ini tidak ada maksud untuk meninggikan atau merendahkan salah satu suku dari kedua suku bangsa yang besar ini. Suku Jawa ataupun suku Sunda sekarang sudah menjadi satu bangsa Indonesia bersama dengan suku-suku lainnya. SUMBER: UrbanJabar.com

 4 PERBEDAAN ORANG JAWA DAN SUNDA, MULAI DAR


I ASAL USUL HINGGA CIRI KHAS KARAKTER 


Pulau Jawa merupakan pusat peradaban di Indonesia. Akan tetapi dengan hadirnya Ibu Kota Negara (IKN) baru bisa saja peradaban bangsa Indonesia tidak akan berpusat lagi di Pulau ini.


Namun, ada hal yang menarik bila kita berbicara tentang pulau Jawa. Pasalnya Pulau ini dihuni oleh dua suku bangsa yang sangat besar, yakni suku Jawa dan suku Sunda.


Jika populasi dari kedua suku ini digabungkan maka hasilnya hampir mencapai 60% dari populasi bangsa Indonesia.


Walaupun sama-sama mendiami pulau Jawa, ada beberapa perbedaan dari kedua suku terbesar di Indonesia ini.


Berikut ini akan dibahas mengenai perbedaan antara orang Jawa dan Sunda.


1. ASAL USUL


Nama jawa berasal dari kata "Yava" yang artinya jelai atau tanaman padi-padian. Hal ini mengarah kepada nama pulau yavadwipa yang sekarang disebut pulau Jawa. Pusat peradaban orang Jawa ada di dekat gunung-gunung aktif yang subur.


Sedangkan nama Sunda berasal dari kata "Sund" yang artinya bercahaya. Hal ini mengarah kepada karakter kulit orang Sunda itu sendiri yang lebih putih ketimbang pendatang dari Cola India maupun tetangga mereka yakni orang Jawa.


Hal ini dikarenakan pusat peradaban orang Sunda ada di dataran tinggi dan orang-orang Sunda umumnya memiliki kulit yang lebih terang.


2. STRUKTUR MASYARAKAT


Masyarakat Sunda jauh lebih egaliter daripada masyarakat Jawa yang lebih feodal. Dapat kita nilai dari bahasanya.


Bahasa Sunda yang belum terpengaruh budaya Jawa Mataram seperti Banten tidak memiliki struktur kasar, tengah, dan halus.


Hal ini dikarenakan budaya Keraton dan feodalisme di wilayah timur Jawa sangat kental jika dibandingkan dengan di barat.


3. KARAKTER POSITIF


Orang Jawa terkenal pekerja keras, ambisius, dan cukup serius. Bangsa ini dikenal banyak memiliki pencapaian seperti membangun Candi Borobudur, Candi Prambanan, Kompleks Dieng, dan lain sebagainya.


Selain itu orang Jawa juga tercatat memiliki jejak imperialis dilihat dari Kerajaan Singasari dan Majapahit. Orang Jawa juga terkenal mau hidup susah dan gemar merantau.

Sedangkan orang Sunda terkenal lebih santai dan humoris walau tidak sebanyak orang Jawa, orang Sunda sangat terkenal di bidang Entertainment.

Tentunya ini bukan hanya dikarenakan tampang mereka yang rupawan, namun juga humor mereka yang mengena ke semua kalangan.

4. KARAKTER NEGATIF

Stereotip negatif orang Jawa yang paling umum adalah tidak terus terang dan bermuka dua. Dalam sejarah orang Jawa adalah ahli dalam serangan tiba-tiba dan gerilya.

Mulai dari Perang Diponegoro, Perang Majapahit melawan Mongol, Perang Bubat dann hampir semua perang yang terjadi berawal dari orang Jawa yang menyerang tanpa pernyataan perang.

Selain itu, Nenek Moyang bangsa Jawa juga terkenal dengan siasat politik tusuk menusuknya. Hal itu dapat kita lihat dalam sejarah bahwa orang Jawa sering berperang dengan sesamanya dikenal sebagai bangsa yang ekspansionis.

Sedangkan stereotip negatif orang Sunda yang paling umum adalah malas, kurang ambisius, dan hanya mengandalkan wajah.

Dalam sejarah kerajaan-kerajaan Sunda tidak begitu ekspansionis bahkan walaupun ada wilayahnya yang dicaplok oleh orang Jawa.

Stereotip mereka yang kurang ambisius ini mungkin lahir dari keengganan banyak orang Sunda untuk merantau karena menganggap tanah Pasundan sendiri sudah sangat mencukupi untuk mereka. Ditambah lagi kondisi tanah Pasundan yang jarang perang antar Kadipaten.

Itulah beberapa perbedaan orang Jawa dan orang Sunda. Artikel ini tidak ada maksud untuk meninggikan atau merendahkan salah satu suku dari kedua suku bangsa yang besar ini.

Suku Jawa ataupun suku Sunda sekarang sudah menjadi satu bangsa Indonesia bersama dengan suku-suku lainnya.


SUMBER: UrbanJabar.com

24 September 2024

Situ Aksan adalah bekas danau yang berada di Kota Bandung, yang oleh pemerintah Hindia Belanda tersebut dijadikan kawasan konservasi. Pada zaman kolonial dikenal dengan nama Westerpark. Adapun jalan yang ada diberi nama Westerparkweg (sekarang Jalan Suryani). Situ Aksan pernah menjadi objek wisata favorit hingga era 1950-1960-an.[1] Situ Aksan memiliki pulau-pulau kecil di tengah hamparan airnya, untuk sampai ke daratan tersebut bisa dijangkau dengan cara peperahuan menggunakan perahu dayung. Situ Aksan diambil dari kata “Situ” yang berarti Danau dalam Bahasa Sunda, dan Aksan merupakan pemilik lahan, yang biasa disebut Haji Aksan.[1] Ketika memasuki tahun 1980-an, terjadi pembangunan disekitarnya. Hal ini menyebabkan Situ Aksan menyempit dan lama-lama akhirnya hilang kemudian saat ini Situ Aksan berubah menjadi pemukiman.

 Situ Aksan adalah bekas danau yang berada di Kota Bandung, yang oleh pemerintah Hindia Belanda tersebut dijadikan kawasan konservasi. Pada zaman kolonial dikenal dengan nama Westerpark. Adapun jalan yang ada diberi nama Westerparkweg (sekarang Jalan Suryani). Situ Aksan pernah menjadi objek wisata favorit hingga era 1950-1960-an.[1] Situ Aksan memiliki pulau-pulau kecil di tengah hamparan airnya, untuk sampai ke daratan tersebut bisa dijangkau dengan cara peperahuan menggunakan perahu dayung. Situ Aksan diambil dari kata “Situ” yang berarti Danau dalam Bahasa Sunda, dan Aksan merupakan pemilik lahan, yang biasa disebut Haji Aksan.[1] Ketika memasuki tahun 1980-an, terjadi pembangunan disekitarnya. Hal ini menyebabkan Situ Aksan menyempit dan lama-lama akhirnya hilang kemudian saat ini Situ Aksan berubah menjadi pemukiman.



SATI • Oleh Dr Susiyanto Bagi masyarakat Jawa secara umum dan para dai yang secara khusus berdakwah di Jawa, pemahaman terhadap sati menjadi penting untuk dikuasai. Tujuannya, bukan untuk menghitamkan masa lampau, namun untuk melihat bahwa kehadiran Islam adalah sebuah anugerah terindah bagi masyarakat Jawa. Ketika orang-orang Belanda melihat praktik bakar diri yang dilakukan oleh janda yang ditinggal mati suaminya ini, mereka merasakan kengerian di bulu kuduknya. Mereka gamang antara melarang dan membiarkannya. Sebuah posisi yang sulit dan serba salah. Di satu sisi, pelarangan bisa menyebabkan kondisi tidak stabil terjadi di tanah jajahan. Namun jika dibiarkan, khawatirnya praktik yang mereka anggap tidak manusiawi ini akan terus berjalan. Meski Belanda kemudian memutuska. Untuk melarangnya, namun itu juga bukan pilihan yang mudah dan tanpa tantangan. Kehadiran Islam menjadi penting untuk diperbincangkan di sini. Jawa telah berubah, sikap dan mental masyarakatnya menjadi lebih baik dengan mengambil Islam sebagai pilihan. Namun anehnya, kini sejumlah kalangan menganghap bahwa perlu kembali ke masa lalu yang selalu dicitrakan lebih baik dan dibesar-besarkan secara tidak proporsional. Bukan ajakan yang.salah sepenuhnya, namun seringkali dipraktikkan tanpa pemahaman akan masa lalu yang mendalam. Pada akhirnya, sati bisa menjadi salah satu pengingat kita akan masa lalu. Diri kita memang bagian dari keberlanjutan masa lalu itu, namun kita selalu punya pilihan ...

 SATI 


• Oleh Dr Susiyanto 


Bagi masyarakat Jawa secara umum dan para dai yang secara khusus berdakwah di Jawa, pemahaman terhadap sati menjadi penting untuk dikuasai. Tujuannya, bukan untuk menghitamkan masa lampau, namun untuk melihat bahwa kehadiran Islam adalah sebuah anugerah terindah bagi masyarakat Jawa.



Ketika orang-orang Belanda melihat praktik bakar diri yang dilakukan oleh janda yang ditinggal mati suaminya ini, mereka merasakan kengerian di bulu kuduknya. Mereka gamang antara melarang dan membiarkannya. Sebuah posisi yang sulit dan serba salah. Di satu sisi, pelarangan bisa menyebabkan kondisi tidak stabil terjadi di tanah jajahan. Namun jika dibiarkan, khawatirnya praktik yang mereka anggap tidak manusiawi ini akan terus berjalan. Meski Belanda kemudian memutuska. Untuk melarangnya, namun itu juga bukan pilihan yang mudah dan tanpa tantangan.


Kehadiran Islam menjadi penting untuk diperbincangkan di sini. Jawa telah berubah, sikap dan mental masyarakatnya menjadi lebih baik dengan mengambil Islam sebagai pilihan. Namun anehnya, kini sejumlah kalangan menganghap bahwa perlu kembali ke masa lalu yang selalu dicitrakan lebih baik dan dibesar-besarkan secara tidak proporsional. Bukan ajakan yang.salah sepenuhnya, namun seringkali dipraktikkan tanpa pemahaman akan masa lalu yang mendalam.


Pada akhirnya, sati bisa menjadi salah satu pengingat kita akan masa lalu. Diri kita memang bagian dari keberlanjutan masa lalu itu, namun kita selalu punya pilihan ...