MAGELANG TEMPO DOELOE:
KISAH TUGU BUNDERAN SALAMAN
KISAH TUGU BUNDERAN SALAMAN
Jika kita berada di Salaman, sebuah kecamatan kecil 17 km arah barat daya Kota Magelang, kita pasti akan menemukan sebuah tugu di pertigaan jalan antara Magelang-Purworejo dan Borobudur. Tugu ini lebih populer dengan nama Bunderan Salaman. Seakan-akan tugu ini menjadi ikon kecamatan di kaki Pegunungan Menoreh ini.
Bagaimana kisah sejarah dari tugu ini?
Mengapa disebut dengan 'bunderan'?
Mengapa disebut dengan 'bunderan'?
Sampai pada tahun 1946 di pertigaan jalan ini terpancang sebuah tiang penunjuk jalan yang mengarah ke Borobudur 9 Km, Magelang 17 Km, dan Purworejo 28 Km.
Setelah kunjungan Presiden Sukarno pada tahun 1946, kemudian didirikanlah tugu peringatan pada pertigaan ini dengan kata-kata mutiara dan ada tanda tangan Presiden Sukarno. Pembuatan Tugu dilaksanakan oleh Jawatan Pekerjaan Umum Kawedanan Salaman, dengan teknisi Slamet.
Kata kata Mutiara yang tertulis di tugu peringatan itu yaitu :
Kata kata Mutiara yang tertulis di tugu peringatan itu yaitu :
a. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa jasa pahlawannya
b. Jasa pahlawan akan semerbaknya harumnya laksana bunga melati
b. Jasa pahlawan akan semerbaknya harumnya laksana bunga melati
Pada Hari Selasa Pon tanggal 21 Desember 1948/19 Sapar 1880 Be pada siang hari Belanda menduduki Salaman, dengan didahului manuver serangan udara terlebih dahulu yang memakan banyak korban. Tugu tersebut kemudian dirobohkan dan dibangun kembali oleh Tentara NICA yang bermarkas di Markas BKR (sekarang Polsek Salaman).
Tugu tersebut dibangun kembali dengan bentuk segi empat, di mana pada keempat sisinya terpasang gambar anjing merah dengan lingkaran hitam sebagai lambang pasukan NICA.
Tugu tersebut dibangun kembali dengan bentuk segi empat, di mana pada keempat sisinya terpasang gambar anjing merah dengan lingkaran hitam sebagai lambang pasukan NICA.
Setelah pengakuan kemerdekaan, tugu itu dibangun kembali seperti bentuk semula dan dihiasi dengan Lambang Batalyon Infanteri 427/ Kuda Putih. Dengan bentuk bundar pada bagian dasar, sedangkan bagian tubuh berbentuk silinder. Masyarakat kemudian mengenal sebagai tugu kuda putih bunderan Salaman, dan menjadi simbol perjuangan kemerdekaan di Salaman sekaligus menjadi kebanggaan warga Salaman.
Pada tahun 1976 malam hari tugu tersebut roboh, beberapa saksi mata mengatakan bahwa kejadiannya dilakukan pada malam hari. Beberapa orang mengatakan, mereka yang merobohkan adalah orang orang anti Sukarno sebagai upaya desukarnoisasi. Tugu dibiarkan tetap roboh, tidak ada pengusutan dan pembangunan kembali, tapi bentuk dasar bunderan tetap bertahan.
Kemudian pada tahun 1980, ketika penerangan jalan mulai dipasang di Salaman, tempat di mana bekas tugu berdiri di pasang tiang lampu jalan mercury dengan tiga titik lampu.
Pada tahun 1986, di Salaman dilaksanakan pembenahan perkotaan, dengan peningkatan jalan aspal menjadi aspal hotmik sebagai bagian peningkatan ruas jalan Magelang Purworejo. Pembangunan trotoar, meneruskan pembangunan trotoar yang sudah ada di ruas sebelah timur, banyak rumah terkena pemangkasan untuk pembangunan trotoar. Pada bekas berdirinya tugu, kemudian dibangun sepanjang boulevard berbentuk segi tiga dengan sisi runcing mengarah ke jalur Purworejo. Masyarakat masih tetap menyebutnya dengan istilah 'Bunderan'.
Pada tahun 1994, menjelang peringatan 50 tahun Indonesia Merdeka, di taman bawah bekas pohon beringin di bangun Monumen Perjuangan Rakyat Salaman. Bentuknya adalah tentara menyandang senapan dengan naik Kuda Putih. Pembangunan itu, banyak ditentang oleh Angkatan 45 dan masyarakat Salaman pada umumnya, karena tidak mencerminkan makna filosofi, karakter dan pola perjuangan masa lalu. Namun pembangun monumen itu tetap dilaksanakan.
Pada tahun 2003, Ir. Kresno Pujonggo seorang arsitek asli dari Gadean Salaman dan Pengembang PT Bumi Loh Jinawi menjadi perancang dan insiator pembangunan kembali Tugu Bunderan Salaman, dengan mengambil filosofi dan bentuk dasar Tugu Salaman lama. Dengan menyertakan hiasan Kuda Putih di sisi utara, sedangkan dari sisi timur selatan bebentuk surya sengkala ‘'Kadya Suwarga Tentreming Panembah“ menunjuk angka tahun 2003, sedangkan sisi barat lambang Kabupaten Magelang.
Sumber:
- Jusup Adji Nugroho
- Narasumber dari Wawancara/ percakapan pada tahun 1996-1997:
- Jusup Adji Nugroho
- Narasumber dari Wawancara/ percakapan pada tahun 1996-1997:
Alm Bpk Heri Sukiman Tondodarsono, pensiunan Kakancam Depdikbud Kec Pakis Magelang, jabatan sebelumnya adalah Kasi Kebudayaan Kantor Depdikbud Kec Salaman
Alm. Bpk R. Soerowo, Kauman Salaman Magelang mantan PETA, BKR dan TKR , pejuang 45
Alm. Bpk. Sardjoeki Puspowardoyo Purnawirawan TNI, tinggal di Kauman Salaman .
Alm. Bpk E. Wilarso , pelajar pejuang di SD Salaman 1 (Pembantu pejuang Pasukan Ondergroundnazie) 1949 , Kauman Salaman Magelang
Web :
Ilham Erda : Mengenal Bunderan Salaman, dalam Purworejo Connect
Ilham Erda : Mengenal Bunderan Salaman, dalam Purworejo Connect
No comments:
Post a Comment