Latihan Militer KNIL Divisi Jawa Tengah Menjelang Invasi Jepang
Mendekati akhir dekade 1930, dunia mulai mengalami pergolakan yang hebat. Sejak bangkitnya Nazisme a la Hitler pada 1933 di teater Eropa dan invasi Jepang atas Manchuria di Timur Jauh, pemerintah kolonial Hindia Belanda mulai memperketat pertahanannya dengan banyak melakukan latihan - latihan militer dan pembentukan badan - badan keamanan. Salah satunya adalah latihan besar yang diadakan oleh Divisi Militer Jawa Tengah pada bulan Oktober 1937.
Mendekati akhir dekade 1930, dunia mulai mengalami pergolakan yang hebat. Sejak bangkitnya Nazisme a la Hitler pada 1933 di teater Eropa dan invasi Jepang atas Manchuria di Timur Jauh, pemerintah kolonial Hindia Belanda mulai memperketat pertahanannya dengan banyak melakukan latihan - latihan militer dan pembentukan badan - badan keamanan. Salah satunya adalah latihan besar yang diadakan oleh Divisi Militer Jawa Tengah pada bulan Oktober 1937.
Dilaporkan oleh Soerabaijasch Handlesblad, pasukan - pasukan KNIL dalam
divisi Jawa Tengah dibagi menjadi dua, yaitu pasukan “Biru” dan pasukan
“Merah”. Kedua pasukan ini diperkuat dengan persenjataan artileri dan
pasukan kaveleri. Latihan tersebut diadakan di sekitar Kartasura,
Klaten, Boyolali, Wonogiri dan Solo.
Selain latihan manuver pertempuran disekitar daerah tersebut, beberapa kesiapan lain seperti rumah sakit bantuan juga didirikan di dalam Benteng Vastenburg yang dipimpin oleh Mayor Dokter Wilkens. Rumah sakit bantuan ini mampu menampung sekitar 30 pasien. Jika ada kecelakaan latihan dengan kasus luka berat, empat buah ambulans sudah disiapkan untuk mengirim para korban ke dua rumah sakit besar di Solo dan Militair Hospitaal Magelang.
Selama berlangsungnya latihan, beruntung hanya sejumlah kecil serdadu yang jatuh sakit dengan rata - rata 2 orang/ batalyon. Kawasan Wonogiri yang terkenal kering dan gersang berhasil diantisipasi oleh Dokter Wilkens dengan mengerahkan 10 orang dokter di lapangan. Ditambah lagi, tiap - tiap pasukan Biru dan Merah masing - masing juga mendapatkan satu dokter serta ditiap batalyon tempur juga disediakan satu orang dokter lagi.
Sekeras apapun militer kolonial berlatih mempertahankan koloninya dari ancaman dari luar, pun pada akhirnya mereka keok juga digertak orang - orang Jepang di Subang.
- Chandra Gusta Wisnuwardana -
Selain latihan manuver pertempuran disekitar daerah tersebut, beberapa kesiapan lain seperti rumah sakit bantuan juga didirikan di dalam Benteng Vastenburg yang dipimpin oleh Mayor Dokter Wilkens. Rumah sakit bantuan ini mampu menampung sekitar 30 pasien. Jika ada kecelakaan latihan dengan kasus luka berat, empat buah ambulans sudah disiapkan untuk mengirim para korban ke dua rumah sakit besar di Solo dan Militair Hospitaal Magelang.
Selama berlangsungnya latihan, beruntung hanya sejumlah kecil serdadu yang jatuh sakit dengan rata - rata 2 orang/ batalyon. Kawasan Wonogiri yang terkenal kering dan gersang berhasil diantisipasi oleh Dokter Wilkens dengan mengerahkan 10 orang dokter di lapangan. Ditambah lagi, tiap - tiap pasukan Biru dan Merah masing - masing juga mendapatkan satu dokter serta ditiap batalyon tempur juga disediakan satu orang dokter lagi.
Sekeras apapun militer kolonial berlatih mempertahankan koloninya dari ancaman dari luar, pun pada akhirnya mereka keok juga digertak orang - orang Jepang di Subang.
- Chandra Gusta Wisnuwardana -
No comments:
Post a Comment