DARI HOTEL KEDU KE HOTEL CENTRUM : Melacak Jejak Bisnis Perhotelan di Bumi Magelang (Bagian I)
Setelah sekian lama berfokus pada pemulihan kesetabilan keamanan pasca Perang Jawa dan peningkatan pundi - pundi perekonomian dari hasil perkebunan, sektor pariwisata Hindia Belanda baru dikembangkan oleh pemerintah kolonial pasca diterapkannya politik etis. Para pelancong yang dulunya hanya didominasi para peneliti, pekabar injil dan kalangan militer mulai bergeser ke pelancong masyarakat awam yang penasaran pada keindahan dan kemisteriusan tanah Hindia.
Perkembangan pola perjalanan dan segemen pelancong membuat industri perhotelan pun menjadi sektor yang dirasa menjanjikan. Magelang sebagai salah satu lokasi yang memiliki daya tarik petualangan dan pariwisata khas alam Jawa menjadi salah satu tempat yang menjanjikan bagi para investor perhotelan. Salah satu hotel tua yang pernah ada di Magelang bernama Hotel Kedu.
Berdasarkan pencarian yang berhasil saya temukan, nama Hotel Kedu pertama kali muncul dalam kolom iklan surat kabar De Locomotief : Semarangsch Handels-Advertentie-Blad yang terbit pada 28 Maret 1885. Dalam iklan tersebut disebutkan bahwa lokasi Hotel Kedu berada di kawasan Groote Weg Noord, Pontjol. Keunggulan lokasi yang persis di tepi jalan raya serta dekat dengan kamp militer menjadi daya jual tersendiri bagi Hotel Kedu. Dalam iklan tersebut juga disebutkan bahwa hotel tersebut memiliki tarif yang wajar serta dilengkapi dengan kamar yang luas dan kelengkapan fasilitas hotel yang benar-benar baru. Direktur hotel pada saat itu adalah tuan Weg. Geelhoed.
Catatan lain mengenai nama Hotel Kedu juga pernah muncul dalam surat kabar Bataviaasch nieuwsblad
yang terbit pada 13 Mei 1914, sebuah hotel bernama Hotel Kedu pernah beroperasi di kawasan Sablongan, Pecinan Magelang yang mana bekas bangunannya digunakan sebagai Hoofdenschool (Sekolah Raja) pada 1879. Berdasarkan keterangan dalam artikel tersebut dapat diasumsikan bahwa kehadiran Hotel dengan nama Kedu sudah ada sejak sebelum tahun 1879 dan harus tutup atau berpindah ke lokasi yang baru. Entah apakah kedua hotel tersebut dimiliki orang yang sama atau tidak, saya belum menemukan data lainnya.
Namun yang jelas berdasarkan surat kabar de Locomotief terbitan 17 Juni 1892, Hotel Kedu yang berlokasi di kawasan Jalan Raya Poncol pernah berpindah kepemilikan ke tangan Tuan Johan Albricht Unglaub dibawah naungan Perusahaan Kedoe. Tuan J.A Unglaub juga memiliki jaringan hotel lain di Ambarawa yang bernama Hotel Unglaub Ambarawa. Selain itu, Tuan Unglaub juga memiliki bisnis rental mobil yang siap mengantar tamu bolak - balik antara Pingit, Secang, Temanggung, Magelang dan sekitarnya.
Sebelum sukses mengakuisisi dan menjalankan bisnis hotel di Magelang, pada tahun 1890 tuan Unglaub hanya berfokus pada bidang jasa antar paket pos dikawasan Ambarawa, Magelang dan Temanggung dan juga pengelola losmen (logement) di Magelang. Berdasarkan surat kabar Bataviaasch Niewsblad tertanggal 17 Maret 1890, ia pernah dinyatakan pailit atau bangkrut. Namun pada bulan Juni tahun yang sama, status pailitnya dicabut oleh Raad van Justitie dengan ditawarkan pada kerditurnya 100%.
Berdasarkan buku catatan perjalan Dr. Breitenstein yang berjudul “21 Jahren in Indie”, ketika beliau dipindah tugaskan dari Ngawi ke Magelang, sosok pemilik Hotel Kedu ini pernah diceritakannya. Dalam catatanya Dr. Breitenstein pernah berjumpa dengan pemilik Hotel Kedu yang dideskrepsikannya sebagi seorang Jerman yang baik dan ramah. Dalam buku itu Dr. Breitensten juga menyebutkan bahwa sang pemilik hotel (Kemungkinan Tuan Johan Albricht Unglaub) adalah seorang kelahiran Jerman yang sudah tidak lancar lagi bercakap bahasa Jerman karena sudah sekian lamanya ia tinggal di Hindia. Menurut Dr. Breitenstein, ketika Tuan Unglaub berbicara terkadang struktur dan kosa kata bahasa yang keluar dari mulut tuan Unglaub adalah bahasa campuran antara Melayu, Belanda dan Inggris.
Kendati demikian, Tuan J.A. Unglaub selaku direktur Hotel Kedu terus berusaha keras untuk mempromosikan hotelnya diberbagai surat kabar. Dalam banyak iklan yang tersebar di surat kabar - surat kabar yang terbit di Hindia - Belanda antara tahun 1892 hingga 1896, Hotel Kedu secara konsisten menawarakan berbagai macam fasilitas para tamu. Pesaing bisnis perhotelan di Magelang bagi Hotel Kedu adalah Hotel Loze milik keluarga Loze yang berlokasi persis di timur alun - alun Magelang. Dibandingkan hotel saingannya itu, Hotel Kedu berada di lokasi yang tak kalah strategisnya yaitu berada di dekat dengan tangsi militer.
Ada beberapa fasilitas hotel yang tamu bisa nikmati ketika menginap di Hotel Kedu. Contohnya seperti kamar tidur yang lapang dan luas, pelayanan yang cepat, dan kondisi hotel yang tertata rapi. Selain itu, bisnis tuan Unglaub yang notabene juga seorang pemilik usaha jasa rental mobil juga mengintegrasikan bisnisnya itu yang dia jadikan sebagai nilai tambah hotel. Fasilitas tambahan seperti penyewaan mobil dan jasa antar paket pos disemua jejaring bisnis hotelnya yang tersebar di Magelang, Ambarawa dan Temanggung adalah kelebihan Hotel Kedu ini dibanding pesaing - pesaingnya.
Fasilitas hiburan juga menjadi perhatian dari manajemen hotel. Untuk memanjakan para tamu, Hotel Kedu bekerjasama dengan Korps Musik tangsi militer untuk secara reguler mengisi acara tiap Jumat Malam. Hal serupa juga ada di Hotel Ambarawa dimana pertunjukan musik reguler hadir tiap Senin Malam.
Berdasarkan surat kabar De Locomotief yang terbit pada 25 Maret 1895, permintaan penangguhan pembebasan pajak negara Tuan Unglaub ditolak. Kesulitan keuangan nampaknya mulai menimpa bisnis perusahaan miliknya. Tuan J.A. Unglaub pun pada bulan september tahun 1896 digantikan oleh Tuan Malga sebagai ditektur Hotel Kedu. Hal tersebut bisa dilihat dalam iklan Hotel Kedu dalam kolom iklan surat kabar De Locomotief yang terbit pada 2 September 1896. Walaupun sudah berupaya untuk terus menyelamatkan Hotel Kedu dari pailit dengan menambah rute jasa antar dan rental mobil hingga Wonosobo, Yogyakarta dan Purworejo, namun tetap saja riwayat Hotel Kedu tinggal menunggu waktu.
Bersambung...
- Chandra Gusta Wisnuwardana -
Setelah sekian lama berfokus pada pemulihan kesetabilan keamanan pasca Perang Jawa dan peningkatan pundi - pundi perekonomian dari hasil perkebunan, sektor pariwisata Hindia Belanda baru dikembangkan oleh pemerintah kolonial pasca diterapkannya politik etis. Para pelancong yang dulunya hanya didominasi para peneliti, pekabar injil dan kalangan militer mulai bergeser ke pelancong masyarakat awam yang penasaran pada keindahan dan kemisteriusan tanah Hindia.
Perkembangan pola perjalanan dan segemen pelancong membuat industri perhotelan pun menjadi sektor yang dirasa menjanjikan. Magelang sebagai salah satu lokasi yang memiliki daya tarik petualangan dan pariwisata khas alam Jawa menjadi salah satu tempat yang menjanjikan bagi para investor perhotelan. Salah satu hotel tua yang pernah ada di Magelang bernama Hotel Kedu.
Berdasarkan pencarian yang berhasil saya temukan, nama Hotel Kedu pertama kali muncul dalam kolom iklan surat kabar De Locomotief : Semarangsch Handels-Advertentie-Blad yang terbit pada 28 Maret 1885. Dalam iklan tersebut disebutkan bahwa lokasi Hotel Kedu berada di kawasan Groote Weg Noord, Pontjol. Keunggulan lokasi yang persis di tepi jalan raya serta dekat dengan kamp militer menjadi daya jual tersendiri bagi Hotel Kedu. Dalam iklan tersebut juga disebutkan bahwa hotel tersebut memiliki tarif yang wajar serta dilengkapi dengan kamar yang luas dan kelengkapan fasilitas hotel yang benar-benar baru. Direktur hotel pada saat itu adalah tuan Weg. Geelhoed.
Catatan lain mengenai nama Hotel Kedu juga pernah muncul dalam surat kabar Bataviaasch nieuwsblad
yang terbit pada 13 Mei 1914, sebuah hotel bernama Hotel Kedu pernah beroperasi di kawasan Sablongan, Pecinan Magelang yang mana bekas bangunannya digunakan sebagai Hoofdenschool (Sekolah Raja) pada 1879. Berdasarkan keterangan dalam artikel tersebut dapat diasumsikan bahwa kehadiran Hotel dengan nama Kedu sudah ada sejak sebelum tahun 1879 dan harus tutup atau berpindah ke lokasi yang baru. Entah apakah kedua hotel tersebut dimiliki orang yang sama atau tidak, saya belum menemukan data lainnya.
Namun yang jelas berdasarkan surat kabar de Locomotief terbitan 17 Juni 1892, Hotel Kedu yang berlokasi di kawasan Jalan Raya Poncol pernah berpindah kepemilikan ke tangan Tuan Johan Albricht Unglaub dibawah naungan Perusahaan Kedoe. Tuan J.A Unglaub juga memiliki jaringan hotel lain di Ambarawa yang bernama Hotel Unglaub Ambarawa. Selain itu, Tuan Unglaub juga memiliki bisnis rental mobil yang siap mengantar tamu bolak - balik antara Pingit, Secang, Temanggung, Magelang dan sekitarnya.
Sebelum sukses mengakuisisi dan menjalankan bisnis hotel di Magelang, pada tahun 1890 tuan Unglaub hanya berfokus pada bidang jasa antar paket pos dikawasan Ambarawa, Magelang dan Temanggung dan juga pengelola losmen (logement) di Magelang. Berdasarkan surat kabar Bataviaasch Niewsblad tertanggal 17 Maret 1890, ia pernah dinyatakan pailit atau bangkrut. Namun pada bulan Juni tahun yang sama, status pailitnya dicabut oleh Raad van Justitie dengan ditawarkan pada kerditurnya 100%.
Berdasarkan buku catatan perjalan Dr. Breitenstein yang berjudul “21 Jahren in Indie”, ketika beliau dipindah tugaskan dari Ngawi ke Magelang, sosok pemilik Hotel Kedu ini pernah diceritakannya. Dalam catatanya Dr. Breitenstein pernah berjumpa dengan pemilik Hotel Kedu yang dideskrepsikannya sebagi seorang Jerman yang baik dan ramah. Dalam buku itu Dr. Breitensten juga menyebutkan bahwa sang pemilik hotel (Kemungkinan Tuan Johan Albricht Unglaub) adalah seorang kelahiran Jerman yang sudah tidak lancar lagi bercakap bahasa Jerman karena sudah sekian lamanya ia tinggal di Hindia. Menurut Dr. Breitenstein, ketika Tuan Unglaub berbicara terkadang struktur dan kosa kata bahasa yang keluar dari mulut tuan Unglaub adalah bahasa campuran antara Melayu, Belanda dan Inggris.
Kendati demikian, Tuan J.A. Unglaub selaku direktur Hotel Kedu terus berusaha keras untuk mempromosikan hotelnya diberbagai surat kabar. Dalam banyak iklan yang tersebar di surat kabar - surat kabar yang terbit di Hindia - Belanda antara tahun 1892 hingga 1896, Hotel Kedu secara konsisten menawarakan berbagai macam fasilitas para tamu. Pesaing bisnis perhotelan di Magelang bagi Hotel Kedu adalah Hotel Loze milik keluarga Loze yang berlokasi persis di timur alun - alun Magelang. Dibandingkan hotel saingannya itu, Hotel Kedu berada di lokasi yang tak kalah strategisnya yaitu berada di dekat dengan tangsi militer.
Ada beberapa fasilitas hotel yang tamu bisa nikmati ketika menginap di Hotel Kedu. Contohnya seperti kamar tidur yang lapang dan luas, pelayanan yang cepat, dan kondisi hotel yang tertata rapi. Selain itu, bisnis tuan Unglaub yang notabene juga seorang pemilik usaha jasa rental mobil juga mengintegrasikan bisnisnya itu yang dia jadikan sebagai nilai tambah hotel. Fasilitas tambahan seperti penyewaan mobil dan jasa antar paket pos disemua jejaring bisnis hotelnya yang tersebar di Magelang, Ambarawa dan Temanggung adalah kelebihan Hotel Kedu ini dibanding pesaing - pesaingnya.
Fasilitas hiburan juga menjadi perhatian dari manajemen hotel. Untuk memanjakan para tamu, Hotel Kedu bekerjasama dengan Korps Musik tangsi militer untuk secara reguler mengisi acara tiap Jumat Malam. Hal serupa juga ada di Hotel Ambarawa dimana pertunjukan musik reguler hadir tiap Senin Malam.
Berdasarkan surat kabar De Locomotief yang terbit pada 25 Maret 1895, permintaan penangguhan pembebasan pajak negara Tuan Unglaub ditolak. Kesulitan keuangan nampaknya mulai menimpa bisnis perusahaan miliknya. Tuan J.A. Unglaub pun pada bulan september tahun 1896 digantikan oleh Tuan Malga sebagai ditektur Hotel Kedu. Hal tersebut bisa dilihat dalam iklan Hotel Kedu dalam kolom iklan surat kabar De Locomotief yang terbit pada 2 September 1896. Walaupun sudah berupaya untuk terus menyelamatkan Hotel Kedu dari pailit dengan menambah rute jasa antar dan rental mobil hingga Wonosobo, Yogyakarta dan Purworejo, namun tetap saja riwayat Hotel Kedu tinggal menunggu waktu.
Bersambung...
- Chandra Gusta Wisnuwardana -
No comments:
Post a Comment