ALGEMEENE REKENKAMER : Badan Pemeriksa Keuangan Negara Zaman Hindia Belanda
Pasca gulung tikarnya perusahaan multinasional VOC pada 31 Desember 1799 akibat masifnya korupsi, banyaknya hutang, kegagalan pembayaran gaji pegawai, menurunya permintaan rempah dan salah urus keuangan dalam kongsi dagang tersebut pada akhirnya membuat pemerintah Hindia Belanda menjadi lebih berhati - hati dalam mengawasi dan mengelola keuangannya di Hindia. Sebuah badan kemudian dibentuk untuk mengawasi keuangan negara serta perilaku para pejabat yang berurusan dengan duit negara. Badan itu bernama Algeemene Rekenkamer (Badan Pemeriksa Keuangan - BPK).
Pasca gulung tikarnya perusahaan multinasional VOC pada 31 Desember 1799 akibat masifnya korupsi, banyaknya hutang, kegagalan pembayaran gaji pegawai, menurunya permintaan rempah dan salah urus keuangan dalam kongsi dagang tersebut pada akhirnya membuat pemerintah Hindia Belanda menjadi lebih berhati - hati dalam mengawasi dan mengelola keuangannya di Hindia. Sebuah badan kemudian dibentuk untuk mengawasi keuangan negara serta perilaku para pejabat yang berurusan dengan duit negara. Badan itu bernama Algeemene Rekenkamer (Badan Pemeriksa Keuangan - BPK).
Beruntung sekali
BPK membuka museumnya di Magelang dengan nama Museum BPK RI Magelang
atau Museum Pengawal Harta Negara. Hal tersebut tentunya tidak lepas
dari sejarah Badan Pemeriksa Keuangan Negara yang pernah berkantor di
kompleks gedung Karesidenan Kedu pada 1946. Alasan kepindahannya dari
Jakarta ke Magelang tak lain karena pada tahun tersebut Jakarta berhasil
diduduki oleh Belanda dalam Agresi Militer Belanda I.
Nah, salah satu koleksi museum yang sangat luar biasa adalah seperti yang saya foto ini. Kitab Tua ini adalah Laporan notulen hasil rapat Algeemene Rekenkamer pertama pasca Kapitulasi Tuntang yang menandai berakhirnya kekuasaan Raffles atas Hindia Belanda. Pada lembar pertama kitab ini tertulis keterangan pembuatan laporan notulensi yaitu hari Rabu, 21 Agustus 1816, atau tiga hari pasca penyerahan kembali Hindia ke tangan Kerajaan Belanda. Kitab laporan Badan Pemeriksa Keuangan ini berisi notulensi hasil rapat dari bulan Agustus hingga Desember 1816.
Berdasarkan kitab ini kita bisa mengetahui bahwa Presiden Algeemene Rekenkamer pertama pasca Kapitulasi Tuntang adalah Tuan I.G Bauer dan wakilnya adalah Tuan J.C Goldman. Sang sekretaris yang menuliskan notulensi rapat dengan katakter huruf tegak bersambung yang cantik ini adalah Tuan W. Berkhof.
Berdasarkan kitab notulensi ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa pasca kembalinya Hindia dari Inggris ke tangan mereka, Pemerintah Kolonial langsung menginventarisir dan mendata kembali keuangan dan harta mereka. Kitab notulensi rapat Algeemene Rekenkamer koleksi Museum BPK RI ini adalah buku tertua yang pernah saya foto secara close up!
- Chandra Gusta Wisnuwardana -
* kesempatan langka ini berhasil saya dapatkan dari acara Bedah Staatsblad siang tadi di Museum BPK RI
Nah, salah satu koleksi museum yang sangat luar biasa adalah seperti yang saya foto ini. Kitab Tua ini adalah Laporan notulen hasil rapat Algeemene Rekenkamer pertama pasca Kapitulasi Tuntang yang menandai berakhirnya kekuasaan Raffles atas Hindia Belanda. Pada lembar pertama kitab ini tertulis keterangan pembuatan laporan notulensi yaitu hari Rabu, 21 Agustus 1816, atau tiga hari pasca penyerahan kembali Hindia ke tangan Kerajaan Belanda. Kitab laporan Badan Pemeriksa Keuangan ini berisi notulensi hasil rapat dari bulan Agustus hingga Desember 1816.
Berdasarkan kitab ini kita bisa mengetahui bahwa Presiden Algeemene Rekenkamer pertama pasca Kapitulasi Tuntang adalah Tuan I.G Bauer dan wakilnya adalah Tuan J.C Goldman. Sang sekretaris yang menuliskan notulensi rapat dengan katakter huruf tegak bersambung yang cantik ini adalah Tuan W. Berkhof.
Berdasarkan kitab notulensi ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa pasca kembalinya Hindia dari Inggris ke tangan mereka, Pemerintah Kolonial langsung menginventarisir dan mendata kembali keuangan dan harta mereka. Kitab notulensi rapat Algeemene Rekenkamer koleksi Museum BPK RI ini adalah buku tertua yang pernah saya foto secara close up!
- Chandra Gusta Wisnuwardana -
* kesempatan langka ini berhasil saya dapatkan dari acara Bedah Staatsblad siang tadi di Museum BPK RI
No comments:
Post a Comment