MAGELANG TEMPO DOELOE
PERJUANGAN RAKYAT ERA 1945-1949
GRABAG
PERJUANGAN RAKYAT ERA 1945-1949
GRABAG
Pada hari Rabu Legi 1 Pebruari 1949, untuk pertama kali tentara Belanda mengadakan patroli di daerah Grabag dan datang di Grabag kurang lebih jam 07.00 pagi yang kemudian menuju ke jurusan desa Cokro. Sampai di daerah Cokro kurang lebih jam 09.00 pagi. Anehnya dari Grabag sampai di Cokro desa yang dilalui tentara Belanda tersebut tidak mengambil tindakan apa-apa tetapi sesampainya di Desa Cokro tiap bertemu dengan orang lelaki entah tua atau muda mesti dipukuli. Antara lain yang berat dipukuli orang bernama Sarip sekarang masih hidup menjadi Pegawai Sipil di kesatuan Batalyon Infantri
Ambarawa. Riwayatnya, sebab di Cokro sangat dikasihi oleh Bapak Mayoor Jendral Soerjosoempeno yang pada waktu itu
menjabat Komandan Sektor Werk Kruis didaerah Kabupaten Magelang berpangkat Mayoor, yang membawahi Kapten Soerjono Komandan Sub. Sektor Werk Kruis yang berada di Kelegen sebelah Utara desa Cokro. Pada patroli inilah pula untuk pertama kalinya jatuh korban tentara kita di Desa Cokro. Pada patroli inilah pula untuk pertama kalinya jatuh korban tentara kita didesa Cokro yang membunuhnya di Desa Cokro dengan jalan hanya ditusuk dengan bayonet yaitu
1. Sersan HARDJOOETOMO dan
2. Sersan DJOEDI dari K.O.D.M. Grabag yang berkedudukan di Desa Cokro
Ambarawa. Riwayatnya, sebab di Cokro sangat dikasihi oleh Bapak Mayoor Jendral Soerjosoempeno yang pada waktu itu
menjabat Komandan Sektor Werk Kruis didaerah Kabupaten Magelang berpangkat Mayoor, yang membawahi Kapten Soerjono Komandan Sub. Sektor Werk Kruis yang berada di Kelegen sebelah Utara desa Cokro. Pada patroli inilah pula untuk pertama kalinya jatuh korban tentara kita di Desa Cokro. Pada patroli inilah pula untuk pertama kalinya jatuh korban tentara kita didesa Cokro yang membunuhnya di Desa Cokro dengan jalan hanya ditusuk dengan bayonet yaitu
1. Sersan HARDJOOETOMO dan
2. Sersan DJOEDI dari K.O.D.M. Grabag yang berkedudukan di Desa Cokro
Akibat pembunuhan yang sangat kejam karena hanya dengan ditusuk bayonet di muka umum ini, terapi hal itu bagi tentara kita tidak malah takut, malah merasa jengkel dan berhasrat akan membalas dendam. Hampir tiap malam kita saling berganti tenaga mengadakan perlawanan/penyerangan ke Secang yang pada
waktu itu sudah diduduki Belanda. Dari hasil penyerangan perlawanan kita untuk strategi pertahanan kita maka perlu jembatan Brangkal harus di bongkar. Hasil rapat terakhir hari
malam Minggu Legi tanggal 26/27 Februari 1949 dirumah Sdr. Soetarjo (rumah saya) yang terdiri dari Kesatuan bersenjata yang ada di daerah Grabag yang ada, yaitu anak buah
Kapten Soerjono (Komandan Sektor) dan anak buah dari kepala Polisi Sub. Detasemen Polisi Negara RI. Grabag.
waktu itu sudah diduduki Belanda. Dari hasil penyerangan perlawanan kita untuk strategi pertahanan kita maka perlu jembatan Brangkal harus di bongkar. Hasil rapat terakhir hari
malam Minggu Legi tanggal 26/27 Februari 1949 dirumah Sdr. Soetarjo (rumah saya) yang terdiri dari Kesatuan bersenjata yang ada di daerah Grabag yang ada, yaitu anak buah
Kapten Soerjono (Komandan Sektor) dan anak buah dari kepala Polisi Sub. Detasemen Polisi Negara RI. Grabag.
Pembantu Inspektur Polisi P. Darman Hadiwirjono yang anak buahnya digabungi dari anak buah Pembantu Inspektur Polisi Koesnowawi yang berada di Peting Ketawan. Putusan rapat tersebut adalah:
"Akan membongkar jembatan Brangkal pada hari Senen Paing tal. 27/28 Februari 1949 berangkat berkumpul di rumah Sdr. Soetarnjo jam 13.00 siang menuju Desa Banyusari dan Desa Kalimuto, yang rencana pembongkaran-
akan dilaksanakan jam 20.00 malam".
"Akan membongkar jembatan Brangkal pada hari Senen Paing tal. 27/28 Februari 1949 berangkat berkumpul di rumah Sdr. Soetarnjo jam 13.00 siang menuju Desa Banyusari dan Desa Kalimuto, yang rencana pembongkaran-
akan dilaksanakan jam 20.00 malam".
Kurang lebih jam 20.00 pasukan kita bersama rakyat dari masing-masing kesatuan satu
demi satu sampai di jembatan Brangkal. Pada waktu pasukan Republik sampai di Brangkal, ternyata Belanda sudah ada disitu, tetapi para pejuang mengira jika mereka adalah teman kita sendiri, terus para pejuang mendekati. Tetapi alangkah saling terkejutnya setelah kita beri kode banteng yang seharusnya dijawab merah, tetapi tidak dijawab. Masing-masing kelompok berlari, Belanda ke sebelah barat dan para pejuang ke timur. Dan baru setelah kita mengetahui itu musuh lalu terjadi serangan selama kurang lebih 1 jam. Lalu Belanda mendatangkan bala bantuan dan pejuang Republik mundur kembali ke desa Donomulyo. Sampai di Donomulyo kurang lebih jam 4 pagi.
demi satu sampai di jembatan Brangkal. Pada waktu pasukan Republik sampai di Brangkal, ternyata Belanda sudah ada disitu, tetapi para pejuang mengira jika mereka adalah teman kita sendiri, terus para pejuang mendekati. Tetapi alangkah saling terkejutnya setelah kita beri kode banteng yang seharusnya dijawab merah, tetapi tidak dijawab. Masing-masing kelompok berlari, Belanda ke sebelah barat dan para pejuang ke timur. Dan baru setelah kita mengetahui itu musuh lalu terjadi serangan selama kurang lebih 1 jam. Lalu Belanda mendatangkan bala bantuan dan pejuang Republik mundur kembali ke desa Donomulyo. Sampai di Donomulyo kurang lebih jam 4 pagi.
Setengah jam setelah kira masuk rumah ada yang terus tidur ada yang membersihkan senjata. Ternyata Belanda sudah mengepung rumah yang ditempati oleh para pejuang Republik. Sebagian dapat lolos, yang sebagian tertangkap Belanda.
Adapun yang tertangkap adalah:
1. SOEWARTO pangkat Komandan Muda (Pol. Neg. R.I.)
2. SOETRIMAN pangkat AP II (PNRI)
3. ANDREAS AP II (PNRI)
4. SLAMET A AP II (PNRI)
5. RAMELAN AP II (PNRI)
6. DARSONO A AP II (PNRI)
7. DARSONO BAP II (PNRI)
8. MOERSIDI pangkat Prajurit (TNI/AD) tertangkap setelah di Cokro, bersama-sama TJOKROWARDOJO dan Guru Kartojoewono.
Di Donomulyo tertangkap pula Bapak IDRIS TIOKROWIJOTO dan Bapak MOEDAKIR Carik desa Donomulyo.
1. SOEWARTO pangkat Komandan Muda (Pol. Neg. R.I.)
2. SOETRIMAN pangkat AP II (PNRI)
3. ANDREAS AP II (PNRI)
4. SLAMET A AP II (PNRI)
5. RAMELAN AP II (PNRI)
6. DARSONO A AP II (PNRI)
7. DARSONO BAP II (PNRI)
8. MOERSIDI pangkat Prajurit (TNI/AD) tertangkap setelah di Cokro, bersama-sama TJOKROWARDOJO dan Guru Kartojoewono.
Di Donomulyo tertangkap pula Bapak IDRIS TIOKROWIJOTO dan Bapak MOEDAKIR Carik desa Donomulyo.
Setelah sampai di perempatan di Desa Cokro yang terkenal dengan nama Maron, ke 7 anggota Polisi dan satu orang TNI/AD diikat bersama-sama disuruh jongkok dan bersama-sama pula diberondong ditembak. Enam orang meninggal seketika dan 1 orang yaitu bapak ARTO yang jatuh diselokan, etok-etok (pura-pura) mati setelah diinjak-injak yang dikira sudah mati lalu ditinggal.
Bapak SOEWARTO yang sudah yang sudah ditembus kurang lebih 15 peluru yang mengenai dadanya sampai sekarang masih hidup dalam keadaan cacat sebagai seorang pensiunan Inspektur Polisi klas II dan bertempat tinggal di Dukuh Ponggol Desa Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.
Sesudah selesai mengobrak-abrik dan mengambili barang-barang milik rakyat Desa Cokro, Belanda menuju ke selatan jurusan Pucang. Di jembatan Ngipik (Pucang) sudah pasukan Republik sudah siap menghadang. Dari hasil penghadangan berhasil pula kita balas tindakan biadab waktu di Cokro, beberapa orang luka dan Komandan Peletonnya mati. Tetapi sayang dari rakyat yang dibawa Belanda antara lain
1. Tjokrowardojo.
2. Idris Tjokrowijoto (Carik desa Kalikuto)
3. Moedakir Carik desa Donomulyo dan beberapa orang lagi antara lain Bapak Idris Tjokrowljoto kena tembakan tetapi sampai sekarang masih hidup dan masih menjabat Carik Desa Kalikuto.
1. Tjokrowardojo.
2. Idris Tjokrowijoto (Carik desa Kalikuto)
3. Moedakir Carik desa Donomulyo dan beberapa orang lagi antara lain Bapak Idris Tjokrowljoto kena tembakan tetapi sampai sekarang masih hidup dan masih menjabat Carik Desa Kalikuto.
Setelah gencatan senjata 10 Agustus 1949 maka Pemerintah Militer Kabupaten Magelang dibawah pimpinan Kapten Marsidik almarhum dan Instansi-instansi militer dan sipil lainnya berkantor didesa Cokro Grabag Magelang. Wedana Grabag (R. SOEPARDJO). Asisten Wedana Grabag (Biso Wirodihardjo) Kepala Polisi Grabag (P. Darman Hadiwirjono) Komandan KODM Grabag (MOH IMAN) dan Jawatan lainnya lengkap dengan staf berkedudukan di Cokro. Atas saran P. DARMAN HADIWIRJONO karena yang paling banyak korban dari Polisi Negara R.I. diusahakan dibuatkan tugu PAHLAWAN guna mengenang jasa para korban pembunuhan Belanda. Oleh Pemerintah Militer Kabupaten Magelang (PDM) Magelang dibuat tugu
PAHLAWAN yang dibangun ditempat pembunuhan di Desa Cokro, karena hanya di Cokrolah yang paling banyak korban seluruh Kecamatan Grabag, bahkan mungkin se Kawedanan Grabag.
PAHLAWAN yang dibangun ditempat pembunuhan di Desa Cokro, karena hanya di Cokrolah yang paling banyak korban seluruh Kecamatan Grabag, bahkan mungkin se Kawedanan Grabag.
Desa Cokro selama clash ke II sampai 17 (tujuh belas kali) didatangi dan diobrak-abrik oleh Belanda. Hanya Desa Cokro yang berhasil kita pertahankan dan tidak diduduki oleh Belanda, padahal sudah direncanakan akan diduduki oleh Belanda, tetapi dapat kita gagalkan. Rencana Belanda akan mulai men
duduki Cokro tanggal 1 Mei 1949, tetapi tempat yang akan diduduki oleh Belanda yaitu milik Sdr. ROEMADI TJOKRODIDJOJO dan rumah milik Soetarnjo direlakan untuk dibongkar dan dilaksanakan tanggal 27 April 1949 dibongkar setengah hari (jam 1 s/d jam 4 sore) 2 rumah mading-masing berukuran 12 x 25 m dengan ukuran/tebal tembom satu bata selesai dibongkar, dilaksanakan oleh rakyat Desa Cokro dan Kalegen.
duduki Cokro tanggal 1 Mei 1949, tetapi tempat yang akan diduduki oleh Belanda yaitu milik Sdr. ROEMADI TJOKRODIDJOJO dan rumah milik Soetarnjo direlakan untuk dibongkar dan dilaksanakan tanggal 27 April 1949 dibongkar setengah hari (jam 1 s/d jam 4 sore) 2 rumah mading-masing berukuran 12 x 25 m dengan ukuran/tebal tembom satu bata selesai dibongkar, dilaksanakan oleh rakyat Desa Cokro dan Kalegen.
Adapun para korban pembunuhan/ditembak Belanda di Desa Cokro adalah sbb :
-1. DJOEDI (Sersan TNI/AD) wafat 1 - 2 - 1949
makam di Cokro Grabag Magelang.
2. HARDJOOETOMO (Sersan TNI/AD) wafat
1-2 - 1949 makam dipindahkan di Taman Makam Pahlawan Magelang.
3. SOEWARTO (Komandan Muda Polisi) ditembak tanggal 28 -2 - 1949 masih hidup, Pensiunan I.P. II di Ponggol Grabag Magelang.
4. SOETRIMAN (Agen Polisi II) wafat
28 - 2 - 1949 makam sudah dipindahkan Taman Makam Pahlawan Magelang.
5. ANDREAS (Agen Polisi II) wafat 28 - 2 - 1949 makam sudah dipindahkan di Taman Makam Pahlawan Magelang.
6. SLAMET A (Agen Polisi II) wafat 28. 2. 1949 makam sudah dipindahkan di Taman Makam Pahlawan Magelang.
7. RAMELAN (Agen Polisi II) wafat 21 - 2 - 1949 makam sudah dipindahkan di Taman Makam Pahlawan Magelang.
8. DARSONO A (Agen Polisi II) wafat 28-2-
1949 makam sudah dipindahkan di Taman Makam Pahlawan Magelang.
9. DARSONO B (Agen Polis 1949) wafat 28-2-1949, makam sudah dipindahkan di Taman Makam Pahlawan Magelang
10. MOERSIDI (Prajurit TNI AD) wafat 28-2-1949, makam sudah di pindahkan di Taman Makam Pahlawan Magelang.
11. SOEBROTO (Pegawai Kantor Kabupaten Magelang), wafat tgl. 22 - 7. 1949 makam di Cokro Magelang.
12. RAMELAN (Prajurit CPM) wafat 22-7-1949 makam di Cokro Grabag.
13. HASIM (Pager Desa) wafat tgl. 22 - 7 - 1949
makam di Cokro Grabag.
14. SOENARJO (Pegawai Gubernur Jawa Tengah) ditembak 22 - 7 - 1949 masih hidup, sekarang menjabat Kepala Desa Gedongsari Kecamatan Kedu Temanggung.
-1. DJOEDI (Sersan TNI/AD) wafat 1 - 2 - 1949
makam di Cokro Grabag Magelang.
2. HARDJOOETOMO (Sersan TNI/AD) wafat
1-2 - 1949 makam dipindahkan di Taman Makam Pahlawan Magelang.
3. SOEWARTO (Komandan Muda Polisi) ditembak tanggal 28 -2 - 1949 masih hidup, Pensiunan I.P. II di Ponggol Grabag Magelang.
4. SOETRIMAN (Agen Polisi II) wafat
28 - 2 - 1949 makam sudah dipindahkan Taman Makam Pahlawan Magelang.
5. ANDREAS (Agen Polisi II) wafat 28 - 2 - 1949 makam sudah dipindahkan di Taman Makam Pahlawan Magelang.
6. SLAMET A (Agen Polisi II) wafat 28. 2. 1949 makam sudah dipindahkan di Taman Makam Pahlawan Magelang.
7. RAMELAN (Agen Polisi II) wafat 21 - 2 - 1949 makam sudah dipindahkan di Taman Makam Pahlawan Magelang.
8. DARSONO A (Agen Polisi II) wafat 28-2-
1949 makam sudah dipindahkan di Taman Makam Pahlawan Magelang.
9. DARSONO B (Agen Polis 1949) wafat 28-2-1949, makam sudah dipindahkan di Taman Makam Pahlawan Magelang
10. MOERSIDI (Prajurit TNI AD) wafat 28-2-1949, makam sudah di pindahkan di Taman Makam Pahlawan Magelang.
11. SOEBROTO (Pegawai Kantor Kabupaten Magelang), wafat tgl. 22 - 7. 1949 makam di Cokro Magelang.
12. RAMELAN (Prajurit CPM) wafat 22-7-1949 makam di Cokro Grabag.
13. HASIM (Pager Desa) wafat tgl. 22 - 7 - 1949
makam di Cokro Grabag.
14. SOENARJO (Pegawai Gubernur Jawa Tengah) ditembak 22 - 7 - 1949 masih hidup, sekarang menjabat Kepala Desa Gedongsari Kecamatan Kedu Temanggung.
Tugu Pahlawan Pemerintah Daerah Militer Magelang yang berada di Cokro yang didirikan tahun 1949 karena berbahan kayu menjadi rusak. Atas inisiatip Sdr. SOETARNYO dan Sdr.
MARDJANADI Wedana Grabag lalu dibentuk suatu Panitia pembangunan Tugu Pahlawan tersebut dan berhasil dibangun pada 17 -7 - 1965. Semula tugu ini akan diresmikan oleh Bapak SOERYOSOEMPENO Pangdam VII Jateng pada tgl. 10 Nopember 1948, tetapi gagal karena perstiwa G. 30 S./ PKI.
MARDJANADI Wedana Grabag lalu dibentuk suatu Panitia pembangunan Tugu Pahlawan tersebut dan berhasil dibangun pada 17 -7 - 1965. Semula tugu ini akan diresmikan oleh Bapak SOERYOSOEMPENO Pangdam VII Jateng pada tgl. 10 Nopember 1948, tetapi gagal karena perstiwa G. 30 S./ PKI.
(Sumber: Naskah Sekitar Perjuangan Rakyat Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang. Edisi terbit 1974)
No comments:
Post a Comment